Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TOKSIKOLOGI
“Tindakan Umum Pada Keracunan”

Disusun oleh :

Nama Kelompok IX Farmasi B :


Shartika Rompas 17101105085
Jezzyca Sumendap 17101105086
Maria Tangkau 17101105087
Rizya Mamahit 17101105088
Christo Togelang 17101105089
Puput Soleman 17101105090
I Dewa A. M. Melaniawati 17101105091
Stelly Kaehe 17101105093
Monica Ogotanto 17101105094
Yosua Womsiwor 17101105096

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah berkenan
memberi petunjuk dan kesabaran kepada kami sehingga makalah “Tindakan Umum Pada
Keracunan” ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan
materi-materi yang ada agar mahasiswa juga dapat memahami nilai-nilai dasar yang
dikembangkan dalam berpikir dan bertindak. Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini,
para mahasiswa akan mampu menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang
timbul dalam belajar. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih ada
kekurangan sehingga kami berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian agar kami dapat
meningkatkan dan memperbaiki penyajian makalah yang lebih baik dari sebelumnya. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih.

Manado, 5 Maret, 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II ISI

2.1 Pengertian 3
2.2 Macam- Macam Penyebab Keracunan 3
2.3 Tanda dan Gejala serta Diagnosis Keracunan 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 10

3.2 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA iii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keracunan dapat terjadi karena banyak hal, salah satunya disebabkan oleh bahan kimia.
Banyak bahan kimia yang dilarang, ditambahkan ke dalam makanan akan menyebabkan
keracunan (Yuliarti, 2007). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1168 tahun 1999 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 tahun 1988, ada beberapa bahan tambahan
yang dilarang digunakan dalam makanan antara lain Asam borat, formalin, dietilpirokarbonat,
kalium klorat (Menteri Kesehatan, 1999). Hasil uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan
POM) pada tahun 2005 terhadap makanan jajanan anak yang dijual di sekolah dasar di 18
propinsi, menunjukkan adanya kandungan bahan kimia yang berbahaya di dalam sejumlah
jajanan anak yaitu: boraks, formalin dalam jajanan berupa kue, gorengan, bakso, kerupuk, tahu
dan mi (Rachmawati, 2006). Formalin juga ditemukan dalam ikan asin dan ebi (Pane,2008).
Tujuan penambahan formalin pada makanan adalah sebagai pengawet sekaligus sebagai
pengenyal pada mi basah dan bakso. Penyalahgunaan formalin pada makanan ini selain
disebabkan harganya yang sangat murah dan mudah didapatkan, juga disebabkan karena
minimnya pengetahuan produsen tentang bahaya penggunaan formalin pada makanan.
Keracunan formalin dapat menyebabkan ganggua n pada pencernaan, iritasi lambung, alergi dan
formalin juga bersifat karsinogenik (Yuliarti, 2007). Menurut International Programme on
Chemical Safety (IPCS) formalin yang boleh masuk ke dalam tubuh dalam bentuk makanan
untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari (Anonima, 2006). Bila terhirup akan
segera diabsorpsi ke paru – paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala, rhinitis ,
rasa terbakar dan lakrimasi (Widyaningsih & Murtini, 2006). Keracunan formalin dapat terjadi
melalui makanan, salah satunya adalah bakso sebagai jajanan anak- anak sekolah dasar.
Ketertarikan anak-anak sekolah dasar membeli bakso dikarenakan harganya yang murah dan
rasanya yang enak, sehingga anak -anak sekolah dasar menyukai makanan ini
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam dari keracunan ?
2. Apa saja tanda dan gejala keracunan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa saja macam-macam dari keracunan
2. Mengetahui apa saja tanda dan gejala keracunan
BAB II

ISI

2.1 Pengertian

Keracunan merupakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan
ke dalam tubuh melalui berbagai cara yang berbahaya bagi tubuh. Ada tindakan-tindakan pokok
yang penting saat memberikan pertolongan pada korban keracunan. Pertolongan pada korban
yang keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dilakukan dengan sangat hati-hati
dan tidak boleh terburu-buru. Pertolongan yang salah atau yang secara berlebihan justru
mendatangkan bahaya baru bagi korban.Sedapat mungkin mencari tahu atau mencari racun
penyebabnya, misalnya dari botol bekas atau sisa zat atau makanan yang masih ada disekitar
korban. Tindakan pertolongan akan sangat ditentukan dari jenis racunnya. Tindakan pertama
adalah bersihkan saluran napas korban dari kotoran, lendir, atau muntahan. Dalam hal keracunan,
penolong jangan memberikan pernapasan buatan dengan cara mulut ke mulut karena bahaya
terkontaminasi dari korban ke penolong. Apabila pernapasan buatan diperlukan, maka berikan
cara lainnya. Apabila racun tidak dapat dikenali atau tidak diketahui maka untuk sementara
berikan norit atau larutan arang batok kelapa yang dicampur dengan air. Selain itu dapat juga
berikan putih telur, susu, dan air sebanyak-banyaknya untuk mengencerkan racun yang masuk
dalam tubuh

2.2 Macam- Macam Penyebab Terjadinya Keracunan

A. Racun masuk melalui mulut


Umumnya racun masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang dengan sendirinya dapat
merangsang terjadinya muntah, hal tersebut baik bagi korban. Namun, jika tidak disertai
muntah, korban dirangsang untuk memuntahkan racunnya atau dibantu dengan cara menekan
tenggorokannya dengan jari melalui mulut.Pada anak-anak, merangsang muntah dapat
dilakukan dengan memberinya minum air atau susu sebanyak mungkin, biasanya muntah
akan terjadi dengan sendirinya.
Penatalaksanaannya :
- Muntah tidak boleh dirangsang: beberapa catatan yang tidak boleh merangsang muntah
adalah keracunan yang disebabkan oleh bensin, minyak tanah, asam dan basa keras, serta
apabila penderita dalam keadaan tidak sadar. Memuntahkan zat tersebut malah akan
merugikan atau merusak saluran cerna korban.
- Pembilasan lambung : pembilasan lambung perlu dilakukan apabila racun masuk melalui
mulut kurang dari 3 jam. Pembilasan lambung dapat dilakukan setelah lewat dari 3 jam,
apabila penderita sudah diberi minum susu dalam jumlah banyak terlebih dahulu.
Pembilasan lambung tidak boleh dikerjakan apabila racun yang termakan bersifat korosif,
misalnya asam atau basa keras atau berupa bensin dan sejenisnya.
- Cara yang dilakukan dalam penatalaksanaan keracunan melalui mulut : penderita diberi
minum air garam (satu sendok makan garam dapur dalam satu liter air) atau satu sendok
makan bubuk norit (arang) dalam satu liter air. Kemudian cairan tersebut dimuntahkan.
Apabila penderita tidak sadar, jangan melakukan prosedur memuntahkan sendiri isi
lambungnya. Dalam hal ini korban cepat dibawa ke rumah sakit

B. Racun yang masuk melalui saluran napas


Jauhkan penderita dari tempat kecelakaan yang merupakan sumber masuknya racun
melalui hidung. Bawa korban ke tempat yang udaranya lebih segar. Bila perlu berikan
pernapasan buatan.

C. Racun masuk melalui kulit


Kulit yang terkena racun disiram dengan air mengalir. Sedapat mungkin, pakaiannya
sudah dilepas terlebih dahulu. Demikian pula pakaian yang dipakainya disiram dengan air
mengalir atau dilepas. Apabila sudah terjadi syok atau pingsan, penderita segera dibawa ke
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

D. Racun masuk melalui suntikan


Segera pasang penekan (torniket) di atas dari tempat suntikan untuk menghambat racun
menjalar lebih jauh di dalam tubuh, atau dapat pula dengan menyedotnya dari tempat
suntikan dengan mempergunakan alat penyedot.
E. Reaksi alergi berat : anafilaksis
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan biasanya berat.
Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami perangsangan
(sensitisasi) akibat pemaparan terhadap suatu zat penyebab alergi. Anafilaksis tidak terjadi
pada kontak pertama dengan alergen, tapi pada pemaparan kedua atau pemaparan berikutnya
baru terjadi reaksi alergi. Reaksi anafilaksis ini terjadinya mendadak, berat dan sistemik
(melibatkan seluruh sistem tubuh). Anafilaksis bisa terjadi sebagai respon terhadap zat
asing/ alergen. Beberapa jenis obat-obatan misalnya morfin, pada pemaparan pertama bisa
menyebabkan reaksi anafilaktoid (reaksi yang menyerupai anafilaksis, namun masih lebih
ringan). Hal ini biasanay merupakan reaksi idiosinkratik atau reaksi keracunan dan bukan
merupakan mekanisme sistem kekebalan seperti yang terjadi pada anafilaksis sesungguhnya.
Paling sering terjadi pada gigitan atau sengatan serangga, alergi makanan dan alergi obat.
Jarang terjadi pada alergen yang berupa serbuk sari bunga. Gejala yang muncul merupakan
respon sistem kekebalan tubuh yang melepaskan antibodi dan diikuti jaringan melepaskan
histamin dan zat lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya reaksi penyempitan saluran udara,
sehingga terdengar bunyi mengi (bengek)saat bernapas, gangguan pernapasan dan timbul
gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut, kram perut, muntah dan diare.

Tindakan pertolongan :
 Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan pertolongan segera.
 Bila perlu, segera lakukan pernapasan buatan atau resusitasi kardiopulmonal, intubasi
endotrakeal atau trakeostomi/krikotirotomi.
 Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk membuka saluran
pernapasan dan meningkatkan tekanan darah.
 Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan obat-obatan untuk menyokong
fungsi jantung dan peredaran darah berfungsi baik.
 Antihistamin misalnya Diphenhydramine dan kortikosteroid misalnya prednison
diberikan untuk meringankan gejala lainnya.
Pencegahannya :

jika sudah diketahui, hindari alergen penyebab reaksi alergi. Untuk mencegah anafilaksis
akibat alergi obat, kadang sebelum obat penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu berikan
kortikosteroid, antihistamin atau efinefrin.

F. Keracunan makanan
1. Keracunan botulinum
Kuman Clostridium botulinum adalah kuman yang hidup dengan kondisi kedap udara
(anaerobic), yaitu ditempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu
melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora, karena
cara hidup yang demikian itu, memungkinkan kuman ini banyak dijumpai pada makanan
dalam kaleng yang diolah secara kurang sempurna. Gejalanya muncul secara mendadak
antara 18-36 jamm setelah mengkonsumsi makanan tercemar kuman ini. Gejalanya
berupa badan lemas yang kemudian diikuti dengan penglihatan yang kabur dan ganda.
Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga
penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan. Korban harus dirawat di
rumah sakit dengan penyuntikkan serum anti toksin yang khas untuk botulinum. Sebelum
disantap, makanan kaleng dibuka dan kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air
sampai mendidih untuk beberapa menit.

2. Keracunan jamur
Jamur Amanita spp paling sering mengandung racun, gejalanya dapat muncul
beberapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun tersebut. Gejalanya
berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, rasa haus, banyak berkeringat,
kekacauan mental dan pingsan.

Tindakan pertolongan : Apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar


muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer Kalium Permanganat ( 1
gram Kalium Permanganat dalam 2 liter air) atau dengan meminum putih telur dicampur
susu. Bila ada gangguan napas, berikan pernapasan buatan, setelah itu bawa penderita ke
rumah sakit.
3. Keracunan jengkol
Keracunan jengkol dapat terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol yang
berlebih dalam saluran kencing. Gejalanya berupa nyeri pinggang yang disertai dengan
sakit perut, nyeri sewaktu kencing dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih
nampak keluar bersama air kencing. Kadang juga disertai darah akibat gesekan kristal
asam jengkol saat keluar dan melukai saluran kemih. Bau khas jengkol pada napas, mulut
dan air kencing. Keracunan yang berat dapat mengakibatkan berkurangnya air kencing
atau tidak dapat kencing sama sekali.

Tindakan pertolongan : Pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda
sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi
sakitnya. Pada keracunan yang berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.

4. Keracunan singkong
Racun yang terdapat dalam singkong merupakan unsur senyawa sianida.
Gejalanya muntah, mencret, sakit kepala, pusing, sesak napas, badan lemah, mata
melotot, mulut berbusa, pingsan, kejang-kejang.

Tindakan pertolongan :
 berikan uap amyl nitrit/amonia di depan hidungnya setiap 2-3 menit sekali selama 15-30
detik.
 berikan pernapasan buatan.
 usahakan agar penderita memuntahkan singkong yang telah dimakan.
 berikan larutan natrium thiosulfat2-3 gram dalam segelas air untuk diminum.
 selimuti korban dan bawa ke dokter atau rumah sakit, selama dalam perjalanan usaha
pertolongan harus dilanjutkan atau diulangi

5. Keracunan zat kimia dan obat


Beberapa zat kimia yang sering digunakan misalnya : DDT, pembunuh/pembasmi
serangga, obat merah (yodium tinctur), racun tikus, zat pembasmi hama, zat penutih,
deterjen, alkohol, spiritus, minyak tanah, bensin, solar, gas, korek api, zat kecantikan
seperti untuk kuku atau muka. Keracunan utamanya sering terjadi karena salah dalam
penggunaan, tidak sesuai untuk siapa yang cocok zat tersebut digunakan, dan dosis yang
berlebihan.

Tindakan pertolongan :
 bawalah korban ke dokter dengan membawa botol atau tempat zat itu disimpan sehingga
cepat diberikan penawarnya.
 jika ada dugaan penderita keracunan, maka upayakan penderita memuntahkan apa yang
telah dimakannya dengan cara memasukkan jari ke dalam mulut/keronkongannya atau
berikan minum air sabun/air garam, biarkan penderita muntah sampai muntahannya
jernih. Untuk merangsang muntah diberikan susu, air yang dicampur terigu atau telur
mentah yang telah dikocok, atau berikan satu sendok makan bubuk arang.
 Tetapi jika penderita diduga menelan korosif seperti minyak tanah, penderita dilarang
muntah atau jangan dirangsang muntahnya.
 Untuk hal ini lakukan pertolongan dengan memberikan penawar racun, penawar racun
yang sering digunakan :
 Arang kayu 2 bagian atau roti yang dipanggang sampai hangus. Garam Inggris 1 bagian,
asam tannin/teh pekat 1 bagian, dan diaduk sampai merata. Lalu ambil satu sendok teh
penuh campuran tersebut dan dituangkan ke dalam 1 gelas air, lalu diminum.
 Cara lainnya adalah suruh penderita muntah.
 Bila anak-anak, baringkan anak pada lutut dengan kepala dibawah dan letakkan jari di
belakang kerongkongannya supaya dia muntah.
 Untuk anak yang lebih besar, bisa diberikan satu atau dua gelas susu atau air putih telur,
atau garam satu sendok teh ditambahkan dengan air yang bila diminum akan menambah
kecenderungan untuk muntah.

2.3 Tanda dan Gejala serta Diagnosis Keracunan

Tingkat kesadaran merupakan petunjuk penting untuk mengetahui beratnya keracunan


yang dialami oleh penderita derajat tingkat keracunan didalam toksikologi dibagi dalam
beberapa tingkat berdasarkan kesadaran pasien
 Keracunan tingkat 1: penderita mengantuk tetapi masih sadar dan mudah di ajak
berbicara
 Keracunan tingkat 2: penderita dalam keadaan sopor, tetapi dapat dibangunkan
dengan rangsangan minimal seperti panggilan atau digoyangkan lengannya
 Keracunan Tingkat 3: Penderita dalam keadaan soporkoma dan hanya bereaksi
terhadap rangsangan maksimal seperti dengan menggosok tulang dada dengan
keras menggunakan kepalan tangan.
 Keracunan Tingkat 4: Penderita dalam keadaan koma dan tidak ada reaksi
sedikitpun terhadap rangsangan seperti diatas. ini merupakan tingkat yang lebih
parah dan mengancam keselamatan jiwa.

Pada anak-anak, gejala lebih cepat muncul karena kondisi lebih rentan. Berkisar dua jam setelah
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi akan cepat terlihat. Gejalanya antara lain :

 Keram perut
 Demam
 Muntah-muntah
 Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
 Rasa lemas dan menggigil
 Nafsu makan berkurang
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Keracunan terdiri dari keracunan melalui mulut, keracunan melalui saluran napas,
keracunan melalui kulit, keracunan melalui suntikan, reaksi alergi berat, dan keracunan
makanan.
2. Tanda dan gejala keracunan seperti keram perut, demam, muntah-muntah, sering BAB
kadang bercampur darah/nanah atau lendir, rasa lemas dan menggigil, dan nafsu makan
berkurang.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan brguna bagi pembaca dalam meningkatkan
ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Donatus Imono A. 2005.Toksikologi Dasar. Jakarta :Depkes RI

Alimul Hidayat A. Aziz dan Uliah Musrifatul. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia.

Jakarta : EGC

Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai