KAB. KUPANG
OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
UNVERSITAS KATOLIK
WIDYA MANDIRA
KUPANG
2018
PERMUKIMAN
1.PENGERTIAN PERMUKIMAN
Pengertian Perumahan dan Permukiman - Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang
perumahan dan permukiman, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana.
Secara fisik perumahan merupakan sebuah lingkungan yang terdiri dari kumpulan unit-unit rumah
tinggal dimana dimungkinkan terjadinya interaksi sosial diantara penghuninya, serta dilengkapi
prasarana sosial, ekonomi, budaya, dan pelayanan yang merupakan subsistem dari kota secara
keseluruhan. Lingkungan ini biasanya mempunyai aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan serta sistem
nilai yang berlaku bagi warganya.
Pengertian perumahan sering dikaitkan dengan pembangunan sejumlah rumah oleh berbagai
instansi baik pemerintah atau swasta dengan disain unit-unit rumah yang sama atau hampir sama.
Jumlah rumah dan kelompok perumahan ini tidak tertentu, dapat terdiri dari dua atau tiga rumah
atau dapat juga sampai ratusan rumah. Bentuknya pun tidak terbatas hanya pada bangunan satu
lantai saja, yang berderet secara horizontal, melainkan dapat juga merupakan bangunan bertingkat
yaitu merupakan rumah susun.
1. Pengertian Desa
2 .1 Etimologis
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta, deca yang berarti tanahair, tanah
asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau village yang diartikan sebagai
“ a groups of houses or shops in a country area, smaller than and town “. Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya
berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasiona dan berada di
Daerah Kabupaten.
2.2 Kamus
Menurut kamus bahasa Indonesia desa adalah istilah sastra lama yang berarti tempat, tanah
atau daerah, desa juga mengandung arti sekelompok rumah diluar kota yang merupakan kesatuan.
Abila dilihat dari segi geografi desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok
manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu ujud atau kenampakan di muka
bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiologi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang saling
berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah lain.
menurut R. Bintaro
Sedangkan pengertian desa menurut R. Bintaro yaitu bahwa desa merupakan suatu perwujudan
atau kesatuan geografis yang timbul karena unsur-unsur fisiografis, ekonomi, sosial, politik dan
kultural dalam hubungan serta adanya pengaruh timbal balik dengan daerah lain.
Dari sudut pandang geografi, Paul H. Landis berpendapat bahwa desa adalah suatu wilayah yang
penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri antara lainnya memiliki pergaulan hidup
yang saling mengenal satu sama lain (adanya rasa kekeluargaan), ada hubungan perasaan yang
sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan serta cara berusaha bersifat agraris dan sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor alam seperti keadaan alam, iklim dan kekayaan alam.
Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1979, desa diartikan sebagai suatu wilayah yang ditempati
sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat yang di dalamnya merupakan kesatuan hukum
yang memiliki organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyeleng
garakan rumah tangganya sendiri (otonomi) dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 pasal 1, desa diartikan sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Lebih jauh lagi, pasal tersebut
juga menjelaskan tentang kawasan desa. Nah, disini kawasan desa adalah kawasan yang memiliki
kegiatan utama seperti pertanian, perkebunan, pengelolaan sumber daya alam, pelayanan sosial,
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan dan kegiatan
ekonomi.
Bintarto mengklasifikasikan perkembangan sebuah desa ke dalam tiga tahapan, yaitu sebagai
berikut.
Desa terbelakang (under developed village).
Desa yang sedang berkembang (developing village).
Desa maju (developed village).
Yield/output desa, yaitu jumlah dari seluruh produksi desa yang dinyatakan dalam nilai
rupiah di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajian atau industri kecil,
jasa dan perdagangan pada umumnya masih rendah. Dengan kata lain, hasil produksinya
rendah.
Kelembagaan dan pemerintahan desa masih sederhana, baik tugas maupun fungsinya.
Pendidikan dan keterampilan masih sangat rendah, kurang dari 30% penduduk yang tamat
sekolah dasar.
Swadaya gotong royong masyarakat masih latent artinya pelaksanaan dan cara kerja dalam
pembangunan masih berdasarkan intruksi dari atasan, belum tumbuh adanya rasa kesadaran
dan tanggung jawab dari masyarakat.
Desa Swakarya, yaitu desa yang setingkat lebih maju dari desa swadaya, di mana adat istiadat
masyarakat desa sedang mengalami transisi. Pengaruh dari luar sudah mulai masuk ke desa. Hal ini
mengakibatkan berubahnya cara berpikir dan bertambahnya lapangan kerja di desa, sehingga mata
pencarian penduduk sudah mulai berkembang dari sektor primer ke sektor sekunder. Produktivitas
mulai meningkat yang diimbangi dengan bertambahnya prasarana desa. Hasrat dan kemauan
membangun sudah dibarengi dengan prasarana dan fasilitas yang memadai, teknik-teknik baru
mulai diperkenalkan, produktivitas meningkat, bengkel-bengkel, perdagangan dan perkreditan
mulai timbul. Desa ini mempunyai sifat :
Lebih maju dari desa swadaya
Yield/Output desa, yaitu jumlah dari seluruh produksi desa yang dinyatakan dalam nilai
rupiah di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan dan industri kecil,
perdagangan dan jasa berada pada tingkat sedang.
Kelembagaan dan pemerintahan desa mulai berkembang, baik tugas maupun fungsinya.
Pendidikan dan keterampilan penduduk pada tingkat sedang 30–60% telah menamatkan
pendidikan sekolah dasar.
Swadaya gotong royong masyarakat sudah mengalami transisi, artinya pelaksanaan dan cara
gotong royong telah mulai efektif dan tumbuh adanya rasa kesadaran serta tanggung jawab
dari masyarakat itu sendiri.
Prasarana pada tingkat sedang mulai memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Penyrdian peralatan
Teknologi baru dalam pertanian benar-benar sudah dimanfaatkan sehingga hasil produksi
meningkat
Prasarana desa sudah baik, sehingga perhubungan dengan kota menjadi lancer
Yield/Output desa, yaitu jumlah dari seluruh produksi desa yang dinyatakan dalam nilai
rupiah di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan atau industri kecil,
perdagangan dan jasa sudah tinggi.
Kelembagaan dan pemerintahan desa sudah efektif baik dalam tugas dan fungsinya.
Pembangunan pedesaan sudah direncanakan dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan dan keterampilan penduduk tingkatnya sudah tinggi, lebih dari 60% penduduk
telah menamatkan sekolah dasar.
Swadaya atau gotong royong masyarakat sudah manifest, artinya pelaksanaan dan cara kerja
gotong royong berdasarkan musyawarah atau mufakat antara warga masyarakat dengan
penuh rasa kesadaran dan tanggung jawab yang selaras dengan norma-norma perkembangan
atau kemajuan zaman.
Prasarana produksi, perhubungan, pemasaran dan sosial cukup memadai, serta hubungan
dengan kota-kota sekitarnya berjalan lancar.
Penduduk kelurahan tarus berasal dari berbagai banyak suku yaitu suku timor,flores,sabu dan rote
dengan mata pencarian ada yang bercocok tanam,nelayan dan ada yang bekerja pada instansi
pemerintahan
Gambar salah satu mata penduduk kelurahan tarus yaitu bercocok tanam
Orientasi bangunan pada kelurahan tarus cenderung linear yaitu menghadap pada jalan
utama,jalan Timor Raya
4.3.3Aksesibiltas
Jalan raya (Jalan lingkungan) sebagai akses memasuki kelurahan tarus mempunyai kondisi
yang tergolong baik . Namun akses utama menuju kelurahan tarus merupakan jalan Timor raya
yang mana jalan ini merupakan jalan arteri yang menghubungkan kota – kota pada pulau timor.
(Gambar google maps)
4.3.4 Drainase
Kondisi drainase pada kelurahan tarus masih tergolong baik.fungsi drainase pada
permukiman kelurahan tarus difungsikan untuk pengaliran air menuju sawah dan
perkebunan.disisiblain fungsi drainase juga untuk mengalirkan air kotor dari rumah-rumah warga
dan air hujan pada saat musim hujan.
Jaringan air bersih di kelurahan tarus berasal dari PDAM Kec.kupang tengah perkampungan
serta pengaliran air dari bendungan tarus melaui drainase persawahan dan pertanian.
4.3.5 Sampah
Pada kelurahan tarus tidak ditemukan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) sehingga
masyarakat setempat membuang sampah pada pekarangan atau pada lahan kosong,dan smpah
tersebut menimbulkan resiko bagi penduduk tarus
Di kelurahan tarus ini terlihat telah mempunyai beberapa fasilitas penunjang yang cukup
memadai. Fasilitas-fasilitas penunjang yang terdapat pada lokasi berupa :
a. Pasar tarus
b. PDAM
c. Kantor lurah tarus
g. Gereja
h. Puskesmas tarus
i. Jembatan tarus
j. Musola
4.3.7 potensi permukiman tarus
Pada kelurahan tarus mempunyai potensi pda bidang wisata yang perlu diolah kembali yaitu
pantai manikin.pantai tersebut banyak dikunjungi oleh wisatawan yang berasal dari penduduk
kota kupang dan sekitarnya.fasilitas-fasilitas pada pantai manikin perlu di lakukan perbaikan
arena banyak yang sudah rusak untuk itu dihimbau pada pemerintah kabupaten kupang untuk
diperhatikan lebih lanjut.