Anda di halaman 1dari 26

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Ekspresi

Kemarahan Pada Klien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan


di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Semarang

Di susun oleh :

1. Lasmi (14.04.02.23)
2. Siti Anggraeni (14.04.02.35)
3. Siti Nurkhayati (14.04.02. 36)
4. Susiwi (14.04.02.41)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES AN NUR PURWODADI
2014/2015
TAK RPK (RESIKO PERILAKU KEKERASAN)

Topik : TAK STIMULASI PERSEPSI : Perilaku Kekerasan

1. Latar Belakang
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman
dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi aktivitas
kelompok ini secara signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi
kemarahan kearah yang lebih baik pada klien dengan riwayat kekerasan.
Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan ekspresi
kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sebesar 60,4%.
Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih
mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami.Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi,
dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok
menunjukkan loyalitas dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi
aktif semua anggotanya, mencapai tujuan kelompok, menunjukkan
teerjadinya komunikasi antaranggota dan bukan hanya antara ketua dan
anggota.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
3) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.
4) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual
yang biasa dilakukannya.
5) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum
obat
3. Landasan Teori
a. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif.
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu
beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun
orang lain (Carpenito, 2005)
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku
kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi :
Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah,
tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien.
Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada
suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
Tanda dan gejala
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa
ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat
dapat melakukan pengkajian dengan cara observasi : muka merah,
pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, memaksakan
kehendak, memukul dan mengamuk.
b. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan konsep
diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
c. Rentang respon
Rentang Respon Marah (Stuart dan Sundeen, 1998):
1) Respon Adaptif.
a) Asertif adalah mengemukakan pendapat atau mengekspresikan
rasa tidak senang atau tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara.
b) Frustasi adalah suatu proses yang menyebabkan terhambatnya
seseorang dalam mencapai keinginannya. Individu tersebut tidak
dapat menerima atau menunda sementara sambil menunggu
kesempatan yang memungkinkan. Selanjutnya individu merasa
tidak mampu dalam mengungkapkan perannya dan terlihat pasif.
2) Respon transisi
Pasif adalah suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak
mampu untuk mengungkapkan perasaannya sebagai usaha
mempertahankan hak-haknya. Klien tampak pemalu, pendiam, sulit
diajak bicara karena merasa kurang mampu, rendah diri atau kurang
menghargai dirinya.
3) Respon maladaptif
a) Agresif adalah suatu perilaku yang mengerti rasa marah,
merupakan dorongan mental untuk bertindak (dapat secara
konstruksi/destruksi) dan masih terkontrol. Perilaku agresif dapat
dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu pasif agresif dan aktif agresif.
b) Pasif agresif adalah perilaku yang tampak dapat berupa
pendendam, bermuka asam, keras kepala, suka menghambat dan
bermalas-malasan.
c) Aktif agresif adalah sikap menentang, suka membantah, bicara
keras, cenderung menu0ntut secara terus menerus, bertingkah
laku kasar disertai kekerasan.
d) Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai
kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang
lain atau lingkungan.

d. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-
tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah
dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai
diri orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala:
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan
didapatkan melalui pengkajian meliputi :
1) Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda
marah yang diserasakan oleh klien.
2) Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara
tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
4. Sesi yang Digunakan
Dalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi dalam 5 sesi,
yaitu:
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan.
Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik.
Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial.
Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual.
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat.
5. Klien
a. Karakteristik/Kriteria
1) Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama
dengan perawat.
2) Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan
perawat.
b. Proses Seleksi
1) Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
2) Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
3) Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
4) Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKPK, meliputi :
menjelaskan tujuan TAKPK pada klien, rencana kegiatan kelompok,
dan aturan main dalam kelompok.
6. Kriteria Hasil
a. Evalusi Struktur
1) Kondisi lingkungsn tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
2) Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.
3) Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4) Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
5) Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya
b. Evalusi Proses
1) Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
2) Leader mampu memimpin acara.
3) Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
4) Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
5) Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
6) Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
7) Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai
akhir.
c. Evalusi Hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu :
1) Memperkenalkan diri
2) Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami.
3) Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang
dialami.
4) Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi.
5) Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.
7. Pengorganisasian
a. Waktu Pelaksanaan
1) Hari/Tanggal : Selasa, 2 Mei 2015
2) Waktu : 10.00 WIB
3) Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit) Terapi
kelompok (25 menit) Penutup (10 menit)
4) Tempat : Ruang 08 Irawan
5) Jumlah klien : 8 orang
b. Tim Terapis
1) Leader
Uraian tugas :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b) Memimpin jalannya terapi kelompok.
c) Memimpin diskusi.
2) Co-leader
Uraian tugas :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
d) Menggantikan leader jika ada berhalangan.
3) Observer
Uraian tugas :
a) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara.
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok.
4) Fasilitator
Uraian tugas :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan.
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
e) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.

c. Metode dan Media


1) Alat
a) Buku catatan dan pulpen
b) Jadwal kegiatan klien
c) Bantal
2) Metode
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan tanya jawab
c) Bermain peran/simulasi
8. PROSES PELAKSANAAN
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
Tujuan :
a) Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
b) Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah)
c) Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku
kekerasan)
d) Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
Setting :
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b) Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
a) Buku catatan dan pulpen
b) Jadwal kegiatan klien
Metode :
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan tanya jawab
c) Bermain peran/simulasi
Langkah Kegiatan :
a) Persiapan
(1) Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
(2) Membuat kontrak dengan klien
(3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b) Orientasi
(1) Salam teraupetik
(2) Salam dari terapis kepada klien
(3) Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien (pakai papan nama)
(4) Menanyakan nama panggilan semua klien (beri papan nama)
c) Evaluasi /validasi
(1) Menanyakan perasaan klien saat ini
(2) Menanyakan masalah yang dirasakan
d) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
(2) Menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
e) Tahap Kerja
(1) Mendiskusikan penyebab marah
 Tanyakan pengalaman tiap klien marah
 Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard
(2) Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar
oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi
 Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda
dan gejala)
 Tulis di buku catatan
(3) Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien
(verbal, merusak lingkungan, menciderai/memukul orang lain, dan
memukul diri sendiri)
 Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
 Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
(4) Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling
sering dilakukan untuk diperagakan.
(5) Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang
tidak berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang
melakukan perilaku kekerasan).
(6) Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.
(7) Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
 Tanyakan akibat perilaku kekerasan
 Tuliskan di buku catatan
(8) Memberikan reinforcement pada peran serta klien
f) Tahap Terminasi
(1) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif.
(2) Tindak lanjut
 Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi
penyebab marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan
yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.
 Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala
perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
(3) Kontrak yang akan datang
 Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
g) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui
penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan
yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi
sebagai berikut :
Sesi 1 TAK
Stimilasi perilaku Kekerasan
Kemampuan Psikologi
Memberi Tanggapan Tentang
Mempraktekkan
No. Nama klien Penyebab PK Tanda & Perilaku Akibat cara mengontrol
gejala PK kekerasan PK PK dengan nafas
dalam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan
yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas dalam. Beri tanda (+) jika
mampu dan beri tanda (-) jika tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang
dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan
(memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit
jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam.
Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di
rumah sakit.
Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
Tujuan
a. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.
b. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan
c. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
Setting
a. Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat
b. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
a. Bantal
b. Sound musik
c. Papan tulis
d. Buku catatan dan pulpen
e. Jadwal kegiatan klien
Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Permainan
Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien.
 Klien dan terapis pakai papan nama
c. Evaluasi validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan
gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
d. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut :
1) Klien Bersedia mengikuti TAK
2) Berpakaian rapi dan bersih
3) Peserta tidak diperbolehkan makan, minum atau merokok selama
pelaksanaan TAK
4) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapi
5) Lama kegiatan 45 menit
6) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
e. Tahap kerja
Melakukan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja dengan
permainan sederhana yaitu diputarkan musik, kemudian klien memutar bola
yang di pegang, bila musik di hentikan dan ada peserta TAK yang masih
memegang bola berarti dia adalah peserta yang terpilih untuk dilakukan tahap
kerja selanjutnya.
1) Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.
a) Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa
silakukan oleh klien.
b) Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard
2) Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul
kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main bola,senam, memukul gendang.
3) Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
4) Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.
5) Terapis mempratekkan.
6) Klien melakukan redemontrasi.
7) Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekan cara penyaluran
kemarahan.
8) Upayakan semua klien berperan aktif.

f. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan.
c) Memberitahukan kemajuan masing – masing klien dalam mencapai
hasil tiap sesi.
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan.
b) Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
c) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
3) Kontak yang akan datang
a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial
yang asertif.
b) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
g. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2,
kemampuan yang di harapakan adalah dua kemampuan mencegah perilaku
kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 2:
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
Mempraktekkan
Mempraktekkan cara fisik yang
No Nama klien cara fisik yang
pertama
kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (+) jika klien
mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam,
tetapi belum mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu
klien mempraktekkan di ruang rawat (buat jadwal).
Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan Sosial
Tujuan :
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan
Seting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat :
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi /Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari
orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan yaitu,”
Saya perlu/ingin/minta...., yang akan saya gunakan untuk....”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin c.
e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit
hati pada orang lain, yaitu,”Saya tidak dapt melakukan...”atau”Saya tidak
menerima dikatakan .....”atau” Saya kesal dikatakan seperti...”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif, jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif secara teratur.
3) Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian
pasien.

c. Kontrak yang akan datang


1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang
diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi
sebagai berikut:
Sesi 3: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan social
Memperagakan Memperagakan Mamperagakan cara
No Nama Klien cara meminta cara menolak mengungkapkan
tanpa paksa yang baik kekerasan yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda
(√) jika klien mampu dan tanda (х) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa
paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien
mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan spiritual
Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku
kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang
asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.
3. Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
d. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
2. Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang
diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan.
Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual
No Nama klien Mempraktikkan kegiatan ibadah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara sosial : meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda
(√) jika klien mampu dan tanda (х) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 4, TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah.
Anjurkan klien melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).

Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi


Obat

Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien : nama dan warna (upayakan
tiap klien menyampaikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis
obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat di whiteboard).
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan/ kambuh.
j. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
perilaku kekerasan/ kambuh.
k. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif
kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2. Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati jika klien
perlu TAK yang lain.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang
diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum
obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan
dengan patuh minum obat

Menyebutkan Menyabutkan Menyebutkan


No Nama klien lima benar keuntungan akibat tidak
minum obat minum obat patuh minum
obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda
(√) jika klien mampu dan tanda (х) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu menyebutkan keuntungan minum obat, belum dapat
menyebutkan keuntungan minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan
klien mempraktikkan lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan
keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.

Anda mungkin juga menyukai