Anda di halaman 1dari 7

KHUTBAH IDUL FITRI

8 Pelajaran dari Ramadhan

‫أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا‬، ‫الحمد وهلل أكبر هللا هللا إال إله ال‬
َْ َّ َ َ َ َ َ َْ ْ ْ ْ َ َ ِّ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ً َّ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ََ ْ َ
‫هلل ال َح ْم رد‬
‫ي هر‬ ‫ب ال هذ ْر‬ ‫ل كت ر‬ ‫يع ر‬ ‫ام المؤ هم هن ر‬
‫ف الصي ر‬‫ان شهرر ه ِ ر‬ ‫رمض ر‬، ‫ل‬ ‫ن َو َب ِّيناتر هللناسر هدى القر ر‬
‫ان هفي هره وأنز ر‬ ‫ان الهدى هم ْر‬
‫والفرق ر‬، ‫ن وأشهدر‬ ‫أر‬
َ َ َّ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ َ ً َّ َ َ ُ ْ َ َ َّ َّ َ ِّ َّ َ َ َ َ ِّ َّ ْ َ ْ َّ َ ‫َ َ َ ه‬ َ
‫له ر‬
‫ال‬ ‫ال هإ ر‬‫ال وحـدهر هللا هإ ر‬ ‫ك ر‬ ‫ن وأشهدر لهر شـري ر‬ ْ
‫ورسـولهر عبدهر محمدا أ ر‬. ‫م‬ ‫ل الله ر‬ ‫ل وسلم ص ر‬ ‫ب هذا ُ ع ر‬ ‫م الن ه ِ ر‬
‫ل محمدر الكري ه ر‬‫َوأصـح هاب هره هال هره وع ر‬
َ ْ
َ َ ْ َ َّ ‫بعد أما‬: ‫اش َف َيا‬ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َّ ْ ْ َ َ َ َ
‫وم ْر‬
‫ن‬ َ ‫م‬ ‫ان ت هب َعه ْ ر‬
‫ل بإحس ر‬ ‫ان اخرر إ ر‬‫الز َم ر‬، ‫هللا َر هح َمكمر الم ْس هل هم ْ َْر‬، ‫م‬
‫ي َم َع ه َ ر‬ ‫وص ْيك ْر‬ ‫هللا هبتق َوا َوهإ َّي َر‬
‫اي أ ه‬ ‫از فق رد ر‬
‫نف ر‬‫الـمتقو ر‬. ‫ال وق رد‬ ‫قـ ر‬
َ َ َ ْ ‫ه ه ْ َه ْ ه ه ْ ْ َ ه‬
‫ل هللار‬‫ف تعا ر‬ ‫ن ه ِر‬
‫م الـقرا ه ر‬ ‫الكري ه ر‬:

Ma’asyiral‫ر‬Muslimin‫ر‬wal‫ر‬muslimat‫ر‬rahimakumullah..

Alhamdulillah, dengan izin Allah SWT. kita semua bergembira telah dipertemukan dengan bulan suci
Ramadhan. Dari awal hingga akhir. Dan kini setelah satu bulan penuh berpuasa di bulan yang penuh
berkah itu kita merayakannya dengan Idul Fitri.

Setidaknya ada delapan pelajaran penting yang telah kita dapatkan: Pertama, kita sadar bahwa Allah
selalu bersama kita. Di bulan Ramadhan, saat berpuasa, meski di tempat yang sangat sepi dan kita
sendirian tak mungkin kita diam-diam minum air meski hanya seteguk. Bahkan air setetes pun kita jaga
agar tidak sampai masuk ke dalam tenggorokan kita. Mengapa? Karena kita sadar bahwa Allah melihat
kita. Meski kita sendirian tetap dilihat Allah. Meski satu tetes juga tetap dilihat oleh Allah. Karena kita
merasa bahwa Allah selalu bersama dengan kita dan kita selalu dilihatnya, maka meski subuh kurang
satu menit kita pun sudah tak mau makan dan minum lagi, dan begitu juga meski maghrib kurang satu
menit kita juga tak mau berbuka. Sungguh luar biasa. Puasa telah menyadarkan kita akan pengawasan
Allah atas diri kita hingga pada tingkat yang sekecil-kecilnya. Inilah derajat keimanan yang paling tinggi
yaitu derajat ihsan.

ْ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ ْ َ ْ ُ َ َ َ َّ َ َ َ
‫هللا ت ْعب رد أنر‬
‫ك ر‬ ‫فإن تراهر كأن ر‬
‫م ر‬ ‫نلر‬
‫اك فإنهر تراهر تك ر‬
‫ير ر‬

“Kamu‫ر‬beribadah‫ر‬kepada‫ر‬Allah‫ر‬seakan-akan kamu melihat-Nya. Dan bila kamu tidak melihat-Nya, maka


kamu‫ر‬sadar‫ر‬bahwa‫ر‬Ia‫ر‬melihatmu.”‫(ر‬Hr.‫ر‬Muslim).

Ma’asyiral‫ر‬Muslimin‫ر‬rahimakumullah.‫ر‬Tentu‫ر‬kesadaran seperti ini bukan hanya dimaksudkan saat kita


puasa di bulan Ramadhan saja. Tapi hendaknya kita wujudkan dalam kehidupan kita secara keseluruhan.
Di mana pun kita berada. Di kantor atau di pasar. Di rumah sendiri, atau di hotel saat tak ada istri/suami.
Betapa indahnya apabila semua pejabat, pegawai negeri, para pengusaha, politisi, guru dll tak ada yang
korupsi, karena sadar berapa pun uang diambil adalah dilihat oleh Allah. Kita sadar dari lubuk hati
sendiri, bahwa kita tak bisa bersembunyi dan tak ada yang bisa kita sembunyikan sama sekali. Allah
berfirman:

“Dan‫ر‬rahasiakanlah‫ر‬perkataanmu‫ر‬atau‫ر‬lahirkanlah;‫ر‬sesungguhnya‫ر‬Dia‫ر‬Maha‫ر‬Mengetahui‫ر‬segala‫ر‬isi‫ر‬hati.”‫ر‬
(Al-Mulk: 13)

1
Kedua, kita sadar melakukan kewajiban baru setelah itu menerima hak. Banyak orang yang hanya pandai
menuntut hak tapi tak pandai menunaikan kewajiban. Maka jadilah akhirnya hak itu tak pernah ia
dapatkan. Karena tak logis seseorang mendapatkan hak padahal kewajiban tak ditunaikan. Orang yang
sukses adalah orang mau dengan baik melaksanakan kewajiban, baru setelah itu mendapatkan hak.

Puasa benar-benar menyadarkan kita semua akan adanya hukum hak dan kewajiban ini. Kita
menjalankan puasa, lalu kita dapatkan hak untuk berbuka. Kita lakukan perintah-perintah Allah dan kita
tinggalkan larangan-larangan-Nya selama kita berpuasa, dan kita diberikan hak untuk dikabulkannya
doa. Allah berfirman:

“Dan‫ر‬apabila‫ر‬hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku


adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka‫ر‬selalu‫ر‬berada‫ر‬dalam‫ر‬kebenaran.”‫(ر‬Al-Baqarah: 186).

Inilah jalan yang lurus, benar dan logis. Memenuhi panggilan Allah, beriman kepada-Nya lalu silakan
untuk minta dan berdoa kepada-Nya. Banyak orang yang tak malu; minta masuk surga tapi shalat tak
mau. Banyak minta dan berdoa kepada Allah, tapi saat dipanggil Allah tidak datang. Saat senang lupa
kepada Allah, tapi saat susah baru ingat dan berdoa kepada-Nya. Nabi bersabda:

َّ ‫ل َت‬
ْ ‫عر‬ َ َ َّ َ ْ َ ْ َّ ِّ
‫فر‬ ‫هللا هإ ر‬
‫ف هر‬ ‫اء ْ ِ ر‬
‫الرخ هر‬ ‫ف يعر ر‬
‫فك‬ ‫الشد هرة ِ ر‬

“Ingatlah‫ر‬kepada‫ر‬Allah‫ر‬saat‫ر‬senang‫ر‬niscaya‫ر‬Allah‫ر‬ingat‫ر‬kepadamu‫ر‬saat‫ر‬susah.”‫(ر‬Hr.‫ر‬Ahmad)

Ketiga, kita sadar bahwa kebersamaan adalah indah dan penuh berkah. Puasa Ramadhan membuktikan
bahwa kebersamaan (berjamaah) adalah penuh berkah dan menjadikan sesuatu yang berat menjadi
sangat ringan. Bukankah berpuasa itu sebenarnya berat? Bukankah sebenarnya Shalat Tarawih itu
berat? Namun karena kita lakukan berjamaah (bersama-sama) maka menjadi terasa sangat ringan dan
indah sekali.

Inilah ajaran berjamaah. Kita umat Islam ini adalah umat yang satu. Andaikan semangat dan spirit
kebersamaan ini benar-benar kita wujudkan maka kita pasti menjadi umat yang paling baik, kuat dan
hebat. Tak mungkin tertandingi. Apa yang tak bisa dilakukan umat Islam ini andaikan bersatu padu?!
Tapi sebaliknya, ketika kita tidak bersatu padu, bercerai berai, karena faktor beda suku, bahasa,
organisasi, partai, mazhab, maka inilah musibah. Kita umat Islam meskipun sangat besar tapi nyaris tak
memiliki kekuatan apa-apa. Apa yang bisa kita lakukan saat saudara-saudara kita di Palestina dibantai
oleh kaum Yahudi yang kecil itu? Kita hanya bisa kaget-kaget saja. Padahal kaum Yahudi sudah
bertahun-tahun berbuat biadab seperti itu dan menguasai Masjidil Aqsha.

Termasuk di negeri tercinta kita sendiri. Jumlah kita sangat besar. Mayoritas mutlak. Tapi nyaris tak
berdaya. Boleh dikatakan semua kekuatan lepas dari tangan kita. Bahkan untuk beraqidah dan
bersyari’ah‫ر‬secara‫ر‬kaffah‫ر‬kita‫ر‬berada‫ر‬dalam‫ر‬ketakutan‫ر‬dan‫ر‬tuduhan-tuduhan yang menyudutkan. Hingga

2
label-label radikal, fundamentalis, teroris dll selalu dialamatkan kepada kita kaum muslimin. Mengapa?
Karena kita tak bersatu padu.

Puasa Ramadhan hendaknya segera menyadarkan kita semua untuk berjamaah secara benar. Yaitu
berjamaah atas dasar Islam. Bukan berjamaah atas dasar organisasi, partai, suku atau bangsa. Kita boleh
saja memiliki suku, bangsa, bahasa, organisasi, mazhab, partai yang berbeda-beda, tapi kita semua
haruslah berjamaah dan bersatu padu di bawah ikatan Islam. Bukankah saat Ramadhan kita kompak
berpuasa dan beribadah, meskipun kita memiliki suku yang berbeda, bangsa yang berbeda, organisasi
yang berbeda, partai yang berbeda?

Marilah kita buang fanatisme sempit yang membuat umat Islam bercerai berai. Mari kita masuk dalam
ikatan Islam yang utuh dan satu. Nabi bersabda:
ُ َ َ ْ
‫اد َوكونوا‬
‫إخ َوانار هللا هعب ر‬

“Jadilah‫ر‬kalian‫ر‬hamba-hamba‫ر‬Allah‫ر‬yang‫ر‬bersaudara.”‫(ر‬Hr.‫ر‬Muslim).

Perlu diingatkan, kalau kita masih juga suka bercerai berai, maka kita bisa terlibas oleh badai PKI atau
komunis, kaum sekuler, liberal, LGBT dan penjajah serta antek-anteknya yang setiap saat bisa saja
datang.

“Dan‫ر‬taatlah‫ر‬kalian‫ر‬kepada‫ر‬Allah‫ر‬dan‫ر‬Rasul-Nya dan janganlah kalian saling berselisih, yang


menyebabkan kalian menjadi lemah dan hilang kekuatan kalian dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang‫ر‬yang‫ر‬sabar.”‫(ر‬Al-Anfal: 46)

Keempat, kita sadar bahwa kesulitan membawa kemudahan. Perjuangan membawa kemenangan. Puasa
mendatangkan kenikmatan berbuka dan menghadirkan hari raya. Inilah kaidah penting yang harus kita
camkan. Siapa saja yang ingin sukses, tidaklah mungkin tidak menghadapi kesulitan. Tak ada orang yang
sukses tanpa perjuangan. Siapa yang hanya berpangku tangan, maka cukuplah udara hampa yang
didapatkan. Puasa mengajarkan kita semua, tak mungkin bisa merasakan nikmatnya berbuka dan hari
raya kecuali yang telah berpuasa dengan baik.

Wahai anak-anak dan para pemuda. Yang yatim dan yang papa. Yang sedang sakit dan yang lemah.
Jangan anggap kesulitan itu rintangan. Sesungguhnya kesulitan adalah tangga manis untuk
mengantarkan kesuksesan. Allah berfirman:

“Maka‫ر‬sesungguhnya‫ر‬sesudah‫ر‬kesulitan‫ر‬itu‫ر‬ada‫ر‬kemudahan.‫ر‬Sesungguhnya‫ر‬sesudah‫ر‬kesulitan‫ر‬itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh‫(ر‬urusan)‫ر‬yang‫ر‬lain.‫ر‬Dan‫ر‬hanya‫ر‬kepada‫ر‬Tuhanmulah‫ر‬hendaknya‫ر‬kamu‫ر‬berharap.”‫(ر‬Al-Insyrah: 5-
8)

Kelima, kita sadar bahwa Allah sangat mencintai kita semua. Kepada hamba-hamba-Nya yang beriman
ini. Umat Nabi Muhammad Saw..

3
Allah menganugerahkan Ramadhan yang penuh berkah. Allah telah membuka pintu-pintu Surga. Allah
telah menutup semua pintu neraka. Syetan pun dibelenggu. Pahala dilipat gandakan dengan melimpah
ruah. Lailatul qadar yang lebih baik daripada seribu bulan telah dianugerahkan. Inilah kecintaan Allah
kepada kita umat Nabi Muhammad yang beriman.

Tinggal apakah kecintaan Allah ini kita balas dengan ketaatan atau kedurhakaan. Betapa buruknya bila
kecintaan ini kita balas dengan kemaksiatan. Betapa buruknya bila panggilan-Nya yang penuh dengan
kecintaan ini kita sambut dengan pura-pura tidak mendengar. Betapa buruknya, bila hari raya yang
penuh berkah (bergemuruh takbir, tahlil dan tahmid ini) lalu kita susul dengan pesta dosa. Betapa
buruknya, bila kita kumpul bersuka cita sekarang di sini shalat Idul fitri, tapi besok pagi tak lagi kita
mampu melangkahkan kaki ke masjid untuk shalat subuh dan shalat-shalat lainya. Betapa buruknya, bila
di bulan Ramadhan masjid ramai, tapi setelah itu kembali sepi dan sunyi. Ya Allah ampuni kami.. ya Allah
kami mohon cinta-Mu…‫ر‬bimbing‫ر‬kami..‫ر‬anak-anak kami.. semua saudara-saudara kami ini Ya Allah..

Allahu akbar 3x walillahilhamd..

Keenam, kita sadar bahwa dalam hidup ini hendaknya saling cinta mencintai. Puasa telah mengajarkan
kita empati dan berbagi terhadap sesama. Kita berpuasa tapi ada makanan untuk berbuka. Kita
berpuasa tapi hanya dalam hitungan beberapa jam saja. Ada di antara kita yang berpuasa tapi tak ada
makanan untuk berbuka dan tanpa batas waktu karena memang tak ada. Itulah maka di bulan
Ramadhan kita gemar memberi. Dan, semuanya kita di akhir Ramadhan diwajibkan menunaikan zakat
fitrah, untuk kaum fakir dan miskin.

Jadi puasa mengajarkan kita semua untuk saling berbagi dan cintai mencintai. Nabi bersabda:

َ ُ ْ َ َ َّ َ َ ْ َّّ َ ُّ َ َ
‫الجن رة تدخلوا الر‬ ‫ؤمنوا َح َّّ ر‬
‫ب‬ ‫ب تؤ همنوا َو ر‬
‫ ت ه‬، ‫ال‬ ‫ تحابوا ح ر‬،. (‫)مسلم رواه‬

“Tidaklah‫ر‬kamu‫ر‬masuk‫ر‬Surga‫ر‬sehingga‫ر‬kamu‫ر‬beriman‫ر‬kepada‫ر‬Allah,‫ر‬dan‫ر‬tidaklah‫ر‬kamu‫ر‬beriman‫ر‬sehingga‫ر‬
kamu‫ر‬saling‫ر‬cinta‫ر‬mencintai.”‫(ر‬Hr.‫ر‬Muslim)

Ketujuh, kita sadar bahwa semua kenikmatan dunia hanyalah sementara. Puasa menunjukkan bahwa
lapar dan kenyang di dunia ini tidaklah lama. Makanan dan minuman terasa nikmat bila masih di atas
tenggorokan. Tapi kalau sudah kita telan, maka tak terasa lagi. Oleh karena itu yang kaya di dunia ini
adalah sementara. Yang sehat juga sementara. Yang cantik, sementara. Yang muda, sementara. Pejabat,
sementara. Dan semua itu menjadi sia-sia, bahkan menjadi sumber malapetaka, bila tidak dilandasi
dengan Agama yang baik. Betapa banyaknya yang kaya akhirnya menderita karena tak memegang teguh
Agama. Betapa banyaknya pejabat tinggi yang akhirnya jatuh hina karena tidak istiqamah. Betapa
banyak rumah tangga menjadi berantakan setelah ekonomi meningkat sementara iman menurun.

Inilah puasa menyadarkan kepada kita bahwa peningkatan materi duniawi yang tak diiringi dengan
peningkatan keimanan dan ketaqwaan, hanyalah mempercepat penderitaan. Peningkatan ekonomi,
materi dan pembangunan fisik saja, tanpa dilandasi dan diiringi dengan ketaatan dalam beragama, maka
itu tidak akan membuahkan kemakmuran, tapi justru mempercepat kehancuran. Allah berfirman:

4
َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ً َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ّْ ََ َ َ َْ َ َ ََ َْ
‫ن أ َردنا َوهإذا‬ ‫ح َّر‬
‫ق هف َيها فف َسقوا مب هفيها أمرنا قري رة نه هل ر‬
‫كأ ر‬ ‫تد هم ًبا فد َّم ْرناها الق ْولر َعل ْي َها ف َ ر‬

“Dan‫ر‬jika‫ر‬Kami‫ر‬hendak‫ر‬membinasakan‫ر‬suatu‫ر‬negeri,‫ر‬maka‫ر‬Kami‫ر‬perintahkan‫ر‬kepada‫ر‬orang-orang yang
hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri
itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami
hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”‫(ر‬Al-Isra’:‫ر‬16)

Kedelapan, akhirnya dengan puasa kita benar-benar sadar bahwa hakikat diri kita adalah jiwa, bukan
tubuh. Puasa menyadarkan kita bahwa tubuh ini hanyalah rangka atau rumah belaka. Hakekat manusia
adalah jiwanya. Ruhnya. Bukan badannya ini. Cepat atau lambat tubuh ini pasti akan kita tinggalkan. Dan
kalau sudah kita tinggalkan maka tak berarti dan tak bernilai sama sekali.

Maka betapa merugi orang yang hanya sibuk mengurusi kesehatan jasmaninya saja, sementara ruh dan
jiwa tak pernah diberikan haknya. Betapa buruknya orang yang hanya sibuk makan dan minum hingga
tak peduli halal dan haram, padahal jasmani ini bakal dikubur dan dijadikan santapan cacing dan
binatang yang ada dalam tanah.

Puasa menyadarkan kita, bahwa jiwa inilah yang terpenting. Ruh inilah yang tetap ada dan bakal
mendapatkan balasan. Nabi bersabda:

َّ ُ ْ ُ ْ ، ‫كم إل وال‬ْ َ ََ ُ ْ ُ
‫أج َس هامك ْ ر‬
‫م هإل ينظرر ال هللا إنر‬ ‫وب ْ ر‬
‫ صور ر ه‬، ‫كم إل ينظرر ولكن‬ ‫وأعمالكم قل ه‬. (‫)مسلم رواه‬

“Sesungguhnya‫ر‬Allah‫ر‬tidak‫ر‬melihat‫ر‬tubuh-tubuh kamu dan juga tidak melihat kepada rupa-rupa kamu.


Tetapi‫ر‬Allah‫ر‬melihat‫ر‬kepada‫ر‬hati‫ر‬kamu‫ر‬dan‫ر‬amal‫ر‬perbuatan‫ر‬kamu.”‫(ر‬Hr.‫ر‬Muslim)

Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Saudara-saudara sekalian.. Kalau pada hari ini ada di antara kita yang sedang
sakit, itu tak mengapa.. kalau ada yang hartanya berkurang, tak mengapa.. Kalau ada yang matanya
mulai rabun, telinganya tuli, dan giginya mulai hilang, tak mengapa.. Tak perlu bersedih.. Karena pada
dasarnya memang badan ini semuanya takkan bergerak sama sekali.. Saat itu tak perlu khawatir. Di
mana pun kita meninggal dunia, maka tubuh ini pasti ada yang mengurusnya. Ada yang
memandikannya, ada yang mengafaninya, ada yang menshalatinya dan ada yang menguburnya. Itulah
urusan dan nasib tubuh kita. Yang cantik, yang kaya, yang sehat sama. Akhirnya bercampur dengan
tanah dan jadi makanan binatang-binatang di dalamnya.

Apakah urusan selesai? Tidak. Yang mati hanya tubuh kita. Tapi ruh kita, jiwa kita masih ada. Di situlah
babak kehidupan yang sejati dimulai. Tak ada sandiwara dan tak ada basa basi. Yang dipanggil bukan lagi
jasmani ini. Tapi jiwa yang berada di dalam tubuh ini. Yang baik mendapatkan kebaikannya dan yang
buruk mendapatkan keburukannya. Semoga kita semua ini nanti dipanggil oleh Allah dengan panggilan:

“Hai‫ر‬jiwa‫ر‬yang‫ر‬tenang.‫ر‬Kembalilah‫ر‬kepada‫ر‬Tuhanmu‫ر‬dengan‫ر‬hati‫ر‬yang‫ر‬ridha‫ر‬lagi‫ر‬diridhai-Nya. Maka
masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

Allahu‫ر‬akbar‫ر‬3x‫ر‬wa‫ر‬lillahil‫ر‬hamd.‫ر‬Ma’asyiral‫ر‬muslimin‫ر‬rahimakumullah..

5
Mari kita bershalawat buat Nabi Muhammad. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada
Rasulullah, keluarga beliau, sahabat beliau dan umat beliau yang setia hingga akhir zaman.
َّ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َْ ْ ْ َ َ َ ْ ْ َْ
‫نا اغ هف ْ رر الله َّمر‬
‫نا ل ر‬ ‫م األ ْحيا هرء َوالم ْس هل ه ر‬
‫مات الم ْس هل ر‬
‫مي و هلج هميعر و هلو هال هدي ر‬ ‫َواأل ْم َو ه ر‬
‫ات همنه ر‬

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, kedua orang tua, guru-guru kami, dan saudara-saudara kami, kaum
Muslimin semua, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami
mengabdi. Hanya kepada-Mu, kami shalat dan sujud. Hanya kepada-Mu, kami menuju dan tunduk. Kami
mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Mu. Kami takut azab-Mu, karena azab-Mu sangat pedih.

Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam keadaan berdiri. Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam
keadaan duduk dan jagalah kami dengan Islam dalam keadaan tidur. Jagalah kami dengan Islam saat
kami sehat maupun saat kami sakit. Jangan cabut nyawa kecuali kami dalam kondisi beragama Islam dan
husnul khatimah.

Ya Allah, Engkau yang menyelamatkan nabi Nuh dari taufan badai dan banjir yang menenggelamkan
dunia, Engkau yang menyelamatkan nabi Ibrahim dari kobaran api menyala, Engkau yang
menyelamatkan Isa dari salib kaum durjana, Engkau yang menyelamatkan Yunus dari gelapnya perut
ikan, Engkau yang menyelamatkan Nabi Muhammad dari makar kafir Quraisy, Yahudi pendusta, munafik
pengkhianat, pasukan Ahzab angkara murka. Ya Allah, hancurkanlah orang-orang yang tak suka dengan
Agama-Mu, yang menghina Kitab-Mu, Yang mempermainkan Syariat-Mu.

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami yang sedang berjuang di Palestina. Selamatkan mereka, kaum
wanita dan anak-anak mereka. Ya, Allah hancurkan pasukan Yahudi Zionis yang telah berbuat kerusakan
di sana dan bangsa-bangsa lainya yang telah menyokong dan membantu mereka. Ya, Allah amankan dan
selamatkan Masjidil Aqsha.

Ya Allah persatukanlah kami kaum Muslimin, untuk mengamalkan dan menegakkan Agama-Mu. Dan,
karuniakanlah kepada kami keberkahan dari langit dan bumi. Jangan biarkan kami bercerai-berai.

Laa‫ر‬ilaaha‫ر‬illa‫ر‬anta‫ر‬subhanaka‫ر‬innaa‫ر‬kunnaa‫ر‬minadhdhaalimiin…3X

Ya Allah, yang mendengar rintihan hamba lemah dan banyak dosa. Ya Allah, lindungi kami, masyarakat
kami, dan anak-anak kami dari berbuat dosa dan godaan Syetan. Jangan segera Engkau lenyapkan hari
yang suci ini. Berikanlah waktu kepada kami. Kami masih ingin bertemu dengan bulan Ramadhan lagi.
Kami‫ر‬masih‫ر‬ingin‫ر‬shalat‫‘ر‬Idul‫ر‬Fitri‫ر‬kembali.‫ر‬Ya‫ر‬Allah,‫ر‬jangan‫ر‬biarkan‫ر‬orang-orang yang sengaja merusak
kesucian‫‘ر‬Idul‫ر‬Fitri‫ر‬dengan‫ر‬pesta‫ر‬dosa‫ر‬dan‫ر‬kemaksiatan.‫ر‬Yang‫ر‬membuat‫ر‬masyarakat‫ر‬kami‫ر‬rusak‫ر‬dan‫ر‬
anak-anak kami hancur. Ya Allah, jauhkan mereka dari kami.

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami yang sedang dilanda kesedihan, dan musibah, para janda,
anak-anak yatim, kaum lemah, dan para fakir-miskin. Sembuhkan yang sakit. Tolong dan lindungi
mereka yang ditimpa musibah. Anugerahkan kebahagiaan kepada mereka. Siramilah mereka dengan
rizki yang melimpah dari sisi-Mu yang penuh berkah. Kami lemah tak begitu berdaya membantu dan
menyantuni mereka. Ampuni kami, ya Allah.

6
Ya Allah, kumpulkanlah hati-hati kami di atas dasar kecintaan kepada-Mu, pertemukanlah di jalan
ketaatan kepada-Mu, satukanlah di jalan dakwah-Mu, dan ikatlah di atas janji setia demi membela
syariat-Mu. Ya Allah, padukanlah jiwa-jiwa ini sebagai hamba-hamba-Mu yang beriman dan bertaqwa.

Ya Allah, lepaskanlah dan jauhkanlah dari kami penguasa-penguasa zhalim, fasik, dan kafir. Anugerahkan
kepada kami pemimpin-pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur dan amanah, yang menjadikan
Kitab-Mu sebagai landasan kepemimpinannya, menerapkan Syariat-Mu, dan membawa kami ke jalan
yang benar, jalan yang Engkau ridhai.

Ya Allah, selamatkanlah kami, anak-anak kami, keluarga kami, daerah kami, negeri kami, dan umat kami
dari badai krisis, fitnah, bencana, dan dosa yang membinasakan.

Ya Allah, jangan biarkan kaum PKI, Komunis, Leberalis, Sekularis, menyerbu negeri ini, Indonesia yang
kami cintai. Ya Allah, selamatkan kami dan negeri‫ر‬kami‫ر‬ini…

Ya Allah, janganlah Engkau goyangkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk dan tetapkan hati kami di
atas agama-Mu.

Ya Allah, jadikanlah hari terbaik kami sebagai hari pertemuan kami dengan-Mu, jadikanlah amal terbaik
kami sebagai pamungkasnya, dan jadikan usia terbaik kami sebagai akhir ajal kami. Ya Allah,
limpahkanlah rahmat, ampunan, dan hidayah-Mu kepada kami semuanya. Aamiin.. aamiin ya Rabbal
‘alamin..

َ َ َ ْ َ ْ ُّ ً َ َ َ ْ َ َ َ ْ ً َ َ َ َ َ َ َ َ َّ
‫ف آ هتنا َرَّبنا‬
‫ف حسن رة الدنيا ه ِ ر‬
‫اب و هقنا حسن رة اْل هخرهرة و ه ِ ر‬
‫النارر ع رذ ر‬,

‫ْر‬
‫أجمعي وصحبه اله وعل محمد نبينا عل هللا وصل‬,

َ َ ْ َ َ َ َْ َ ْ ْ
‫ك س ْب َحانر‬ ‫ون َع َّما ال هع َّزهرة َر ِّ ر‬
‫ب َ ِّرب ر‬ ‫ي َع ر‬
‫ل َو َسَلمر َي هصف ر‬ ‫المرس هل ر‬
ْ َّ ِّ َ َْ َ َ ْ
‫لِل َوال َح ْمدر‬
‫ب ه هر‬
‫ير ر‬
‫العال هم ر‬

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2018/06/11/92886/khutbah-idul-fitri-1439-h-8-pelajaran-dari-
ramadhan/#ixzz5UnS0YSTR

Anda mungkin juga menyukai