Anda di halaman 1dari 15

Peranan Data dan Informasi Geospasial

dalam Bidang Penataan Ruang sebagai


Pendukung Kebijakan Satu Peta

Pangkep, Mei 2019


Perkembangan Data dan Informasi Geospasial
Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi
(TIK) telah mendekatkan
masyarakat dengan data
dan informasi geospasial.
Berbagai aplikasi di gawai
(gadget) telah
memanfaatkan informasi
geospasial
berupa peta digital untuk
memudahkan pengguna
melakukan berbagai
aktivitas seperti
transportasi online,
navigasi, pencarian lokasi,
dan lain-lain
Perkembangan Data dan Informasi Geospasial
Salah satu wujud IG adalah peta yang memiliki banyak manfaat bagi
kehidupan. Peta tak hanya untuk navigasi, namun juga bermanfaat untuk
pembangunan. Tanpa dukungan peta yang memuat informasi geospasial,
program pembangunan sulit direncanakan, dipantau, dan dievaluasi. Jadi
IG bukan sekedar gaya hidup tapi juga menyangkut hajat hidup, bahkan
kedaulatan bangsa karena menyangkut batas wilayah.
Data dan Informasi Geospasial

Undang-Undang Nomor 4
tahun 2011 Tentang
Informasi Geospasial (IG) :
“Definisi geospasial atau
ruang kebumian adalah
aspek keruangan yang
menunjukkan lokasi, letak,
dan posisi suatu objek
atau kejadian yang berada
di bawah, pada, atau di
atas permukaan bumi
yang dinyatakan dalam
sistem koordinat tertentu”
Data dan Informasi Geospasial

Data Geospasial yang selanjutnya disingkat DG adalah data


tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran,dan/atau
karakteristik objek alam dan/atau buatan manusia yang
berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi.
Informasi Geospasial yang selanjutnya disingkat IG adalah
DG yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,
dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan
ruang kebumian.
Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang
Peran Data dan Informasi Spasial dalam
Pemerintahan
 Aktivitas pemerintahan sangat berkaitan dengan aspek spasial
(Ekopoleksosbud, penggunaan lahan, rencana tata ruang dll)
 Hampir semua aktivitas pemerintahan (secara legal)
menggunakan elemen spasial sebagai unsur utama
 Pengambilan keputusan yang efektif seringkali memerlukan
berbagai informasi spasial yang akurat, up-to-date, dan cepat,
seperti pada penanggulangan Bencana Alam.
 Masalah mendasar saat ini adalah dalam hal informasi
ketersediaan data, kelengkapan dan akurasi serta akses
terhadap data yang akan berdampak negatif terhadap kualitas
pengambilan keputusan.
 Tidak ada satu organisasi/institusi manapun yang memiliki data
lengkap untuk keperluan pengambilan keputusan dan aktivitas
pemerintahan
 Data sharing merupakan sebuah keharusan.
Persoalan Pengelolaan Data dan Informasi
Geospasial

• Keraguan atas Keputusan yang membutuhkan data dan


informasi geospasial (terkait jumlah data dan informasi
IG)
• SIG sering “hanya” diartikan sebagai pembuatan peta
digital semata tidak dikaitkan dengan kemampuan
dalam Spatial Analysis dan Sharing Data.
• Data dan informasi geospasial yang tersedia seharusnya
juga mengikuti skala dan informasi yang dibutuhkan
untuk berbagai tingkatan rencana
Permasalahan Dalam DI dan IG dalam
Penataan ruang
• IGD Berbeda • IGD Sama
• Data atribut belum baku • Data atribut sudah baku
• Metadata tidak ada • Metadata ada
• Format Folder dan File • Format Folder dan File
tidak seragam seragam
• Format data berbeda • Format data sama
• Data susah di akses • Data mudah di akses
• Tidak up to date • Up to date

Peranan KSP
Metadata dan Format sama
Kebijakan Satu Peta / KSP (One Map Policy)
Kebijakan Satu Peta didasari pengembangan kawasan atau
infrastruktur yang seringkali terbentur sejumlah masalah
terkait pemanfaatan ruang dan penggunaan lahan.
• Ijin Perkebunan beririsan dengan ijin Pertambangan
Konflik
• Pola ruang yang berbeda pada perbatasan antar wilayah
(kota, Kab, Prov)

Informasi Geospasial Tematik (IGT) saling tumpang tindih

Kebijakan Satu Peta akan mempermudah dan


mempercepat penyelesaian konflik tumpang tindih
pemanfaatan ruang dan penggunaan lahan serta batas
daerah di seluruh Indonesia
Kebijakan Satu Peta / KSP (One Map Policy)
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta. Melalui Perpres ini,
kementerian/lembaga akan menyiapkan peta tematik skala
1:50.000 sesuai rencana aksi masing-masing dengan batas akhir
tahun 2019. Koordinator utama KSP adalah Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian dan Badan Informasi Geospasial
(BIG) sebagai Ketua Pelaksana

Perpres tersebut menegaskan, bahwa Percepatan


Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta bertujuan untuk
terpenuhinya satu peta yang mengacu pada satu referensi
geospasial, satu standar, satu basis data, dan satu
geoportal guna percepatan pelaksanaan pembangunan
nasional.
Kebijakan Satu Peta / KSP (One Map Policy)
BARU 5% DARI 74.956 DESA YANG PETA BATAS WILAYAH ADMINNYA
(Sumber : Materi Pendamping Desa di Pemetaan batas Desa , Rapat Koordinasi PPIIG Bogor Feb 2019)

PERPRES 9/2016, dilaksanakan via PERMENDAGRI 45/2016, amanatkan


penyelesaian seluruh peta batas wilayah administrasi desa

PETA BATAS DESA


DIPERLUKAN UNTUK:

1. Mempertegas wilayah
kewenangan pemerintah
desa;
2. Perhitungan potensi sosial BIG telah menyusun > 40.000
dan ekonomi desa, a.l peta Batas Desa :
jumlah penduduk, dan luas
wilayah, lahan pertanian, • Peta Indikatif
perkebunan & hutan • Peta Penetapan
3. Penentuan besaran alokasi • Peta Penegasan
Dana Desa;
• Peta Definitif
4. Kejelasan administrasi
penduduk, dan Daftar (5% dari 74.956 desa)
Pemilih a.l. Kades.
TERIMA KASIH
• Dunia Pendidikan : memberikan kejelasan
tentang penggunaan data spasial terutama
sumber atau walidata, skala dan format data
• Pangkep yang berdimensi daratan, pegunungan
dan kepulauan sangat berkepentingan dengan
KSP
• Adanya kepastian Batas wilayah administrasi, di
lautan dan daratan, sehingga mempunyai aspek
hukum dalam pengelolaan kekayaan alam

Anda mungkin juga menyukai