Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera (imediately) untuk
IGD tersebut dapat beraneka macam, namun yang lazim ditemukan adalah yang
tergabung dalam rumah sakit (hospital based emergency unit). Hanya saja betapapun
telah majunya sistem rumah sakit yang di anut oleh suatu negara, bukan berarti tiap
rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri, untuk mengelola kegiatan
IGD memang tidak mudah penyebab utamanya adalah karena IGD adalah salah satu
dari unit kesehatan yang padat modal, padat karya dan padat teknologi (Margaretha,
2013).
menyelenggarakan IGD, bukan lalu berarti ketidak adaan IGD di suatu hidup dan
kehidupan, keberadaan suatu IGD di setiap komunitas telah merupakan salah satu
kebutuhan pokok. Dalam keadaan dimana tidak satupun rumah sakit mampu
10
salah satu rumah sakit menyediakan diri untuk mengelola IGD, untuk kemudian dapat
banyak macamnya, secara umum dapat dibedakan atas tiga macam (Djemari, 2011) :
dimanfatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama (first aid) dan
kesehatan yang dialaminya dapat saja di artikan sebagai keadaan darurat (emergency)
dan karena itu mendatangi Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk meminta
mengunjungi Instalasi Gawat Darurat (IGD) dari tahun ke tahun tampak semakin
meningkat.
Kegiatan kedua yang menjadi tangung jawab Instalasi Gawat Darurat (IGD)
pelayanan gawat darurat yakni dengan merujuk kasus-kasus gawat darurat yang di
nilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap yang intensif. Seperti misalnya
Unit Perawatan Intensif (intensive care unit), untuk kasus-kasus penyakit umum,
serta Unit Perawatan Jantung Intensif (intensive cardiac care unit) untuk kasus-kasus
2. Ada instalasi / unit gawat darurat yang tidak terpisah secara fungsional dari
tergolong akut gawat akan tetapi datang untuk berobat di instalasi / unit gawat
darurat.
Kriteria :
1. Ada dokter terlatih sebagai kepala instalasi gawat darurat yang bertanggung
darurat.
5. Semua staf / pegawai harus menyadari dan mengetahui kebijakan dan tujuan
dari unit.
medik.
7. Semua pasien yang masuk harus melalui Triase. Pengertian : Bila perlu triase
8. Triase harus dilakukan oleh dokter atau perawat senior yang berijazah /
berpengalaman.
dihadapi.
10. Petugas triase juga bertanggung jawab dalam organisasi dan pengawasan
11. Rumah Sakit yang hanya dapat memberi pelayanan terbatas pada pasien
gawat darurat harus dapat mengatur untuk rujukan ke rumah sakit lainnya.
Kriteria :
1. Ada ketentuan tertulis indikasi tentang pasien yang dirujuk ke rumah sakit
lainnya.
Pengertian :
rumah sakit atau rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lainnya dan
pasien harus di dampingi oleh tenaga yang terampil dan mampu memberikan
1. Tenaga cadangan untuk unit harus di atur dan disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Ada jadwal jaga harian bagi konsulen, dokter dan perawat serta petugas non
infus sesuai dengan stándar dalam Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
6. Pasien yang di pulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang jelas
1. Sistem yang optimum adalah bila rekam medik unit gawat darurat
menyatu dengan rekam medik rumah sakit. Rekam medik harus dapat
2. Bila hal ini tidak dapat diselenggarakan setiap pasien harus dibuatkan
mencantumkan :
c) Pengobatan dan tindakan yang jelas dan tepat serta waktu keluar dari
Instalasi Gawat Darurat harus dipimpin oleh dokter, dibantu oleh tenaga
Kriteria :
1. Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia di instalasi / unit gawat
antara staf medis, keperawatan, dan penunjang medis serta garis otoritas, dan
tanggung jawab.
3. Instalasi Gawat Darurat harus ada bukti tertulis tentang pertemuan staf yang
dilakukan secara tetap dan teratur membahas masalah pelayanan gawat dan
langkah pemecahannya.
4. Rincian tugas tertulis sejak penugasan harus selalu ada bagi tiap petugas.
5. Pada saat mulai diterima sebagai tenaga kerja harus selalu ada bagi tiap
petugas.
6. Harus ada program penilaian untuk kerja sebagai umpan balik untuk seluruh
efektivitas dan efisiensi bagi pelayanan gawat darurat dalam waktu 24 jam, 7 hari
Kriteria :
1. Di instalasi gawat darurat harus ada petunjuk dan informasi yang jelas bagi
2. Letak unit / instalasi harus diberi petunjuk jelas sehingga dapat dilihat dari
pasien dari dan ke instalasi gawat darurat (IGD) dari arah dalam rumah sakit.
penyakitnya.
5. Daerah yang tenang agar disediakan untuk keluarga yang berduka atau
gelisah.
a) Ruang penyimpanan alat steril, obat cairan infus, alat kedokteran serta
e) Kamar mandi.
7. Pelayanan ambulan.
Harus ada kebijakan dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu di
tinjau dan di sempurnakan (bila perlu) dan mudah di lihat oleh seluruh petugas.
Kriteria :
a. Kasus perkosaan
c. Asuransi kecelakaan
e. Kasus lima besar gawat darurat murni (true emergency) sesuai dengan
3. Ada prosedur tetap mengenai penggunaan obat dan alat untuk life saving
4. Ada kebijakan dan prosedur tertulis tentang ibu dalam proses persalinan
Kriteria :
1. Ada program orientasi / pelatihan bagi petugas baru yang bekerja di unit
gawat darurat.
2. Ada program tertulis tiap tahun tentang peningkatan keterampilan bagi tenaga
3. Ada latihan secara teratur bagi petugas instalasi gawat darurat dalam keadaan
Ada upaya secara terus menerus menilai kemampuan dan hasil pelayanan
Kriteria :
a. Jumlah kunjungan
d. Angka kematian
Darurat adalah :
7. Khusus untuk rumah sakit jiwa, pasien dapat ditenangkan dalam waktu ≤
9. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka standar 100%.
adalah :
7. Pasien tanpa pengantar dan dalam kondisi tidak sadar, dokter atau paramedis
2.2.1. Pengertian
pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam waktu kurang
dari 5 menit dari pertama kedatangan pasien di IGD. Waktu tanggap pada sistem
realtime, di defenisikan sebagai waktu dari saat kejadian (internal atau eksternal)
sampai instruksi pertama rutin pelayanan disebut dengan event response time. Sasaran
tanggap (response time) bahkan pada pasien selain penderita penyakit jantung.
Mekanisme waktu tanggap juga dapat mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan
ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang memerlukan standar sesuai
gawat darurat dengan waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini
dapat di capai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan
gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana.
Keberhasilan waktu tanggap sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta
Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit
keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang
dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang
memerlukan pelayanan segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah
Waktu tanggap di Instalasi Gawat Darurat (IGD) semua rumah sakit yang
telah terakreditasi harus memiliki kecepatan dan ketepatan yang baik. Waktu tanggap
adalah waktu yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai
pasien masuk ke pintu IGD pukul 12.00 dan menderita sesak napas, lalu oleh
perawat jaga langsung diberikan oksigen pukul 12.03 dan melapor ke dokter jaga
pukul 12.04, baru kemudian dokter IGD memeriksa si pasien pukul 12.10 dan
memberikan terapi pukul 12.15, obat dimasukkan pukul 12.20 (Siahaan, 2013).
sesuai dengan ke gawat daruratan penyakitnya sejak memasuki pintu IGD. Waktu
tanggap pada sistem realtime, di defenisikan sebagai waktu dari saat kejadian
(internal atau eksternal) sampai instruksi pertama rutin pelayanan disebut dengan
karakter pasien, penempatan staf, ketersediaan stretcher (alat yang digunakan untuk
pelaksanaan manajemen dan strategi pemeriksaan dan penanganan yang dipilih. Hal
ini bisa menjadi pertimbangan dalam menentukan konsep tentang waktu tanggap
rumah sakit yang dapat memberikan keyakinan kepada pelanggan agar selalu
Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke
Instalasi Gawat Darurat (IGD) memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan
waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat di capai dengan
Gawat Darurat (IGD) rumah sakit sesuai standar (Keputusan Menteri Kesehatan,
2009).
1. Kecepatan pelayanan
pintu Instalasi Gawat Darurat (IGD). Kecepatan pelayanan yaitu target waktu
pelayanan dalam hal ini adalah pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter
dan perawat dalam waktu kurang dari 5 menit dari pertama kedatangan pasien di
IGD.
Response Time I di Instalasi Gawat Darurat Bedah dan Non-Bedah RSUP dr.
kasus IGD Bedah yaitu 67,9% tepat waktu dan 32,1% tidak tepat sebagai kesimpulan
faktor yang berhubungan dengan waktu tanggap penanganan kasus di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu ketersediaan stretcher
serta petugas triase dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Non-Bedah yaitu ketersediaan
stretcher
2. Ketepatan pelayanan
pelayanan medis yang diberikan dari apa yang dibutuhkan dari waktu ke waktu.
Tjiptono (2005), mendefinisikan ketepatan waktu adalah "mencakup dua hal pokok,
(dependability). Hal ini berarti rumah sakit memberikan jasanya secara tepat
semenjak saat pertama (right the first time). Selain itu juga berarti bahwa rumah sakit
memasuki pintu IGD. Ketepatan pelayanan dalam hal ini adalah ketepatan
pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam waktu kurang
dari 5 menit dari pertama kedatangan pasien di IGD. Lingkup pelayanan ke gawat
daruratan tersebut di ukur dengan melakukan primary survey tanpa dukungan alat
hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder. Tahapan Survei primer
meliputi : A: Airway yaitu mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas
(Holder, 2002).
nyawa pasien. Survei primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas.
Pengkajian primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan
Circulation, Disability dan Exposure) dilakukan survei primer ini harus dilakukan
dalam waktu tidak lebih dari 2-5 menit. Primary survey harus dilakukan dalam waktu
tidak lebih dari 2-5 menit. Penanganan yang simultan terhadap trauma dapat terjadi
bila terdapat lebih dari satu keadaan yang mengancam jiwa (Wilkinson, dalam Iqbal,
2009).
sekunder. Survei sekunder adalah pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung
rambut sampai ujung kaki,dari depan sampai belakang. Survei sekunder hanya
dilakukan apabila penderita telah stabil. Keadaan stabil yang dimaksud adalah
keadaan penderita sudah tidak menurun, mungkin masih dalam keadaan syok tetapi
tidak bertambah berat. Survei sekunder harus melalui pemeriksaan yang teliti (
Widiastuti, 2011)
terjadi. Bila pada pengkajian primer dapat tertangani, maka berlanjut ke pengkajian
sekunder.
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang Pengaruh Waktu Tanggap
Sakit Semen Gresik dimana Strategi Respon Time adalah kecepatan dan ketepatan
pelayanan di suatu rumah sakit yang dapt memberikan keyakinan kepada pelanggan
agar selalu menggunakan jasa pelayanan kesehatan di rumh sakit tersebut. Hasil
menunjukkan hasil F ratio sebesar 1,713 lebih kecil dari F tabel yang besarnya
2,6994. Di antara ketiga variabel ternyata secara simultan punya pengaruh yang
Gawat Darurat RSUD dr. Moewardi diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan waktu tanggap tindakan keperawatan pada pasien cedera kepala kategori I
lebih cepat.
layanan dan nilai maksudnya kecepatan dalam proses kerja yang memiliki kualitas
yang terandalkan dan layanan yang baik dan memiliki nilai merupakan hal yang di
berikut: “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang di capai
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya”
darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di rumah sakit yang dilaksanakan
pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Sebagai
terjalin kerja sama yang harmonis dengan unit-unit dan instalasi-instalasi lain dalam
rumah sakit terdiri dokter ahli, dokter umum, atau perawat yang telah mendapat
pelatihan penanganan ke gawat daruratan yang dibantu oleh perwakilan unit-unit lain
kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera (imediately) untuk
pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan
waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat di capai dengan
Gawat Darurat (IGD) rumah sakit sesuai standar (Kepmenkes, 2009). Dengan
demikian waktu tanggap dalam meliputi semua tindakan yang dilakukan petugas
untuk memberi pelayanan kepada pasien, dapat dilihat dari aspek kecepatan dan
ruang instalasi gawat darurat maka semakin cepat waktu tanggap di ruang instalasi
instalasi gawat darurat maka semakin lambat waktu tanggap di ruang instalasi gawat
darurat.
Semakin baik aspek kuantitatif sebagai bagian dari aspek standar pekerjaan maka
semakin cepat waktu tanggap d ruang instalasi gawat darurat. Sebaliknya semakin
tidak baik aspek kuantitatif sebagai bagian dari aspek standar pekerjaan maka
Semakin baik aspek kualitatif sebagai bagian dari aspek standar pekerjaan maka
semakin tidak baik kualitatif sebagai bagian dari aspek standar pekerjaan, maka
rumah sakit yang dapt memberikan keyakinan kepada pelanggan agar selalu
Instalasi Gawat Darurat (IGD) memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan
pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam waktu kurang
daruratan tersebut di ukur dengan melakukan primary survey tanpa dukungan alat
Dari kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagian kerangka konsep sebagai
berikut:
Penatalaksanaan Penangangan
Instalasi Gawat Darurat (IGD) (X)