148 - 154
ABSTRAK
Distribusi usia dan jenis kelamin Tabel 5.2 Distribusi Usia dan Jenis
dengan tingkat kecemasan mahasiswa di Kelamin Dengan Tingkat Kecemasan
STIKES dr. Soebandi Jember Mahasiswa Di STIKES dr. Soebandi
Jember Periode April-Mei 2014
Data Tidak ada Kecemasan Kecemasan Kecemasa Kecemasan Total
umum kecemasan ringan sedang n berat berat sekali
f % f % f % f % f %
Laki-laki 0 0 4 25 8 50 0 0 0 0 75
Perempuan
0 0 1 6,25 3 18,75 0 0 0 0 25
8 mahasiswa (50%), dan sebagian kecil tahun memiliki jumlah responden yang
adalah mahasiswa yang tidak memiliki paling banyak mengalami kecemasan
kecemasan setelah diberikan terapi musik yaitu 14 mahasiswa. Hal ini sesuai
sebanyak 3 mahasiswa (18,75%). dengan teori bahwa umur yang lebih
Perbedaan Tingkat Kecemasan muda akan mengalami tingkat kecemasan
Mahasiswa Sebelum Dan Sesudah yang lebih tinggi daripada yang berusia
Diberikan Terapi Musik lebih tua (Soewardi, 2009). Kecemasan
pada usia remaja akhir terjadi karena
berbagai hal, misalnya dukungan
emosional yang kurang pada usia ini.
Tabel 5.5 Hasil Uji Wilcoxon Perbedaan Seperti yang kita ketahui bahwa pada fase
Tingkat Kecemasan Mahasiswa Sebelum dan kondisi ini, mahasiswa membutuhkan
dan Sesudah Diberikan Terapi Musik di dukungan emosional dan mekanisme
Stikes Dr. Soebandi Periode April-Mei koping yang tepat untuk mengurangi
2014 kecemasannya.
Sebelum - Hasil penelitian pada hubungan
Sesudah
jenis kelamin dengan tingkat kecemasan
Nilai Z -2,714ª
Sign (2-tailed) 0,007
mahasiswa didapatkan hasil bahwa jenis
kelamin laki-laki 50% memiliki tingkat
Sumber : Data Primer 2014 kecemasan sedang yaitu sebanyak 8
mahasiswa dan kecemasan ringan
Pada tabel 5.5 didapatkan nilai Z sebanyak 4 mahasiswa (12,5%). Dengan
uji= -2,714ª dan nilai Wilcoxon yaitu demikian dapat disimpulkan bahwa jenis
0,007. Karena p<0,05, maka Ho ditolak, kelamin laki-laki memiliki jumlah
artinya terdapat perbedaan yang responden yang paling banyak
signifikan antara tingkat kecemasan mengalami kecemasan. Menurut hasil
mahasiswa sebelum dan sesudah wawancara hal ini bisa terjadi karena
diberikan terapi musik. mahasiswa laki-laki lebih serius dalam
menanggapi mata kuliah di semester
PEMBAHASAN delapan ini dan menginginkannya cepat
Tingkat kecemasan yang dialami selesai sehingga tidak bisa bersikap santai
mahasiswa sebelum diberikan terapi hingga akhirnya lebih merasa terbeban.
musik pada penelitian ini menunjukkan Dari hasil penelitian pada tingkat
bahwa tingkat kecemasan sedang lebih kecemasan mahasiswa setelah diberikan
tinggi dibandingkan dengan tingkat terapi musik terdapat persentase yang
kecemasan ringan. Hal ini dikarenakan cukup besar pada kategori cemas ringan
mahasiswa belum siap dalam menyusun sebanyak 8 mahasiswa (50%), kecemasan
skripsi, dan masih ada beban pikiran sedang terdapat 5 mahasiswa (31,25%)
dalam melaksanakan semester pendek dan mahasiswa yang tidak mengalami
sehingga mereka mengalami kecemasan. kecemasan sebanyak 3 mahasiswa
Hasil penelitian pada hubungan usia (18,75%). Hal tersebut mengindikasikan
dengan tingkat kecemasan mahasiswa bahwa responden membutuhkan
didapatkan hasil bahwa usia 17-25 tahun dukungan dan mekanisme koping yang
mengalami kecemasan ringan sebanyak 5 tepat dalam menghadapi skripsi
mahasiswa (31,25%) dan kecemasan khususnya saat para mahasiswa
sedang sebanyak 9 mahasiswa (56,25%). mengalami kecemasan. Hal ini
Sedangkan pada usia 26-35 mengalami menunjukkan penurunan tingkat
kecemasan sedang yaitu sebanyak 2 kecemasan yang sebelum diberikan terapi
mahasiswa (12,5%). Dengan demikian musik paling banyak adalah cemas
dapat disimpulkan bahwa usia 17-25 tingkat sedang turun menjadi tingkat
sebagian besar adalah tingkat kecemasan Pieter, H. & Lubis, N. 2012. Pengantar
sedang. Psikologi Dalam Keperawatan.
1. Tingkat kecemasan mahasiswa Jakarta: Kencana Prenada Media
setelah diberikan terapi musik di Group.
sekolah tinggi ilmu kesehatan dr. Potter, A. P & Perry G. A. 2005. Buku
Soebandi Jember sebagian besar ajar Fundamental Keperawatan :
adalah tingkat kecemasan ringan. Konsep, Proses, dan praktik edisi 4.
2. Terdapat perbedaan antara tingkat Jakarta : EGC.
kecemasan mahasiswa sebelum dan Rasyid, F. 2010. Cerdaskan Anakmu
sesudah diberikan terapi musik di Dengan Musik. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dr. DIVApress.
Soebandi Jember. Setiawan, A dan Saryono. Metode
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Kebidanan. Yogyakarta:
Bandiyah, S dan Lukaningsih, Z. 2011. Muha Medika.
Psikologi Kesehatan. Yogyakarta: Stuart, G W. 2007. Buku Saku
Muha Medika. Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta:
Bassano, M. 2009. Terapi Musik dan EGC.
Warna. Yogyakarta: Rumpun. Sugiono. 2013. Statistika untuk
Bisepta, P. 2009. Perbedaan Tingkat Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Kecemasan Pada Pasien Preoperasi Wilkinson, J. 2007. Buku Saku Diagnosis
Sebelum Dan Sesudah Diberikan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Terapi Musik Di Bangsal Bedah Rsd. Yuanita, L. 2008. Terapi Musik untuk
Balung Jember. Skripsi. Jember: Anak Balita. Yogyakarta: Cemerlang
Program Studi Ilmu Keperawatan Publising.
Universitas Negeri Jember. Rohmah, F. Efektivitas Musik Klasik
Carpenito, L. 2006. Buku Saku Diagnosis Dalam Menurunkan kecemasan
Keperawatan. Jakarta: EGC. Matematika (Math Anxiety)Pada
Djohan. 2006. Terapi Musik Teori dan Siswa Kelas XI. Skripsi. Yogyakarta:
Aplikasi.Yogyakarta: Galangpress. Fakultas Psikologi Universitas
Ganong, WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Ahmad Dahlan. Bersumber dari:
Kedokteran. Jakarta: EGC. http://faridahainur.wordpress.com
Guyton, AC & Hall, JE. 2002. Buku Ajar (diakses 9 maret 2014).
Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hadidi, K. 2011. Pengaruh Terapi Musik
Terhadap Tingkat Perkembangan
Anak Usia Prasekolah Di Tk Aba
Kalisat Kabupaten Jember. Skripsi.
Jember: Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Negeri
Jember.
Hawari, D. 2013. Manajemen Stres
Cemas Dan Depresi. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
Maslim, R. 2003. Buku Saku Diagnosis
Gangguan Jiwa. Jakarta: Nuh Jaya
Muttaqin, M. 2008. Seni Musik Klasik.
Jakarta: DEPDIKNAS.
Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.