Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Teknik elektro pada dasarnya berhubungan dengan gejala yang meliputi


muatan listrik, khususnya gaya antarmuatan dan pertukaran antara muatan. Tenaga
merupakan besaran yang penting dan dalam beberapa yang lain tenaga hanyalah
merupakan sarana untuk menyalurkan informasi.

Ilmu Teknik Elektro berdasarkan pada beberapa hukum dasar fisika yang
diperoleh dari percobaan. Prinsip dari konsep yang mendasari cara kerja serta perilaku
berbagai alat listrik sering sama meskipun bentuk dan susunan alatnya berbeda.
BAB II

ISI BUKU

1.1 IDENTITAS BUKU


BUKU UTAMA (buku satu)
1. Judul buku : Komunikasi Elektronik
2. Pengarang : John Coolen
3. Penerbit : PT Prenhallindo
4. Tahun Terbit : 1995
5. Kota Terbit : Jakarta
6. Cetakan : edisi 4
7. No ISBN : 979-683-024-8

Ringkasan Isi Buku Pertama

BAB I

RANGKAIAN PASIF

1.1 Pendahuluan
Suatu rangkaian listrik pasif didefinisikan di dalam IEEE Standard Dictionary
of Electrical and Electronic Terms sebagai rangkian listrik yang tidak berisi sumber
energi. Rangkaian pasif dari atas tahanan, induktor, dan kapasitor yang terhubungkan
dengan berbagai cara.
Tujuan dari bab ini adalah untuk menjelaskan fungsi rangkaian pasif, oleh
sebab itu dihindari analisis rangkaian yang menggunakan bantuan paket program
komputer.
1.2 Attenuator Pad
Attenuator Pad adalah suatu rangkaian resistef yang digunakan untuk
menetapkan suatu besaran attenuasi antara sumber dan beban. Rangkaian yang lazim
dipakai adalah T-attenuator dan pi-attenuator, yang akan dianalisis pada bagian
berikut.
T-Attenuator
Nama T-attenuator ini timbul karena bentuk rangkaiannya seperti huruf T.
Penerapan hukum tegangan Kirchoff pada loop yang terdiri atas sumber dan 𝑅1 , 𝑅2 ,
menghasilkan
E = 𝐼1 . (𝑅𝑠 + 𝑅1 + 𝑅1 ) − 𝐼𝐿 . 𝑅3
Penerapan hukum tegangan Kirchoff pada loop yang terdiri atas 𝑅2 , 𝑅𝐿 , dan 𝑅3
menghasilkan
0 = −𝐼1 . 𝑅3 + 𝐼𝐿 . (𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅1 )
Persamaan (1.2.2) dan (1.2.3) dapat diselesaikan untuk 𝐼𝐿 sehingga

𝐸 .𝑅3
𝐼𝐿 = (𝑅 ) (𝑅2 +𝑅3 +𝑅𝐿 )−𝑅32
𝑠 +𝑅1 +𝑅3 .

Penggabungan Persamaan (1.2.1) dan (1.2.4) menghasilkan insertion loss

𝐼𝐿
𝐼𝐿 = 𝐼𝐿𝑂

𝑅3 . (𝑅𝑠 +𝑅1 )
= (𝑅 (𝑅2 +𝑅3 +𝑅1 )−𝑅32
𝑠 +𝑅1 +𝑅3 ) .

Pi – Attenuator

Rangkaian tahanan yang membentuk pi-attenuator ditunjukkan 𝑅𝐴 , 𝑅𝐵 , dan


𝑅𝑐 . Nama pi-attenuator ini timbul karena rangkaiannya seperti huruf Yunani 𝜋.
Analisis langsung terhadap sirkuit itu dapat dilakukan untuk menentukan resistansi
masukan, resistansi keluaran, dan insertion loss yang dinyatakan dalam rangkaian
resistor.

L – Attenuator

T – dan pi-attenuator sampai sejauh ini terbentuk dari tiga tahanan. Nilai
masing-masing tahanan dapat dipilih secara sendiri-sendiri tanpa tergantung pada
yang lain, dengan demikian memungkinkan tiga kriteria rancangan masukan,
resistansi keluaran, dan insertion loss itu dapat dipenuhi. Dalam berbagai situasi satu-
satunya fungsi pad itu adalah membuat sumber dan beban yang seimbang, dan
walaupun attenuasi akan dimasukkan dalam rangkaian, maka hal ini mungkin bukan
merupakan parameter rancangan yang kritis.
1.3 Rangkaian Ditala Seri

Impedansi Rangkaian Ditala Seri

Rangkaian ditala seri terdiri atas kumparan yang dihubungkan seri dengan
sebuah kapasitor. Resistansi r harus dimasukkan karena dalam rangkaian praktis akan
selalu ada resistansi, biasanya akibat dari kumparannya.

Frekuensi Resonan Seri

Resonan seri terjadi apabila bagian reaktif dari impedansi adalah nol atau
sebaliknya, sudut fasenya sama dengan nol. Menunjukkan bahwa dengan
menyesuaikan L atau C maka rangkaian dapat dijadikan resonansi dengan frekuensi
yang diterapkan, suatu proses yang dikenal sebagai penalaan, dan rangkaiannya juga
disebut rangkaian ditala seri.

Faktor Q Seri

Faktor Q dapat didefinisikan sebagai perbandingan reaktansi induktif pada


resonansi terhadap resistansi pada rangkaian yang ditala. Huruf kecil s menandakan
faktor Q seri. Faktor Q adalah suatu parameter penting yang dipergunakan dalam
menentukan perilaku rangkaian yang ditala, sehingga suatu instrumen yang dikenal
sebagai Q-meter dipergunakan secara rutin untuk mengukur Q. Q-meter
memungkinkan untuk mengukur faktor Q pada sebuah kumparan pada frekuensi dan
kapasitansi penala yang spesifik.

Respons Relatif

Respons relatif dari rangkaian adalah perbandingan arus pada frekuensi


tertentu terhadap arus pada resonansi.

Respons Relatif dalam Decibels

Respons relatif dalam decibels adalah besarnya A, yang dinyatakan sebagai


decibel voltage ratio:

1
𝐴𝑟 𝑑𝐵 = 20𝑙𝑜𝑔
√1 + (𝑦𝑄)2

= -10 . log (1 + (𝑦𝑄)2 )


1.4 Rangkaian Ditala Paralel
Induktornya mempunyai induktansi L dan resistansi r. Kapasitornya
mempunyai kapasitansi C dan dianggap memiliki resistansi yang dapat diabaikan.
1.5 Kapasitansi Diri Suatu Kumparan
Induktor memiliki kapasitansi yang terdistribusi antara lekuk-lekuk lilitan.
Representasi rangkaian yang cukup cermat dengan menggunakan komponen yang
terkumpul.
1.6 Skin Effect
Emf induksi diri di dalam konduktor yang diakibatkan dari kecepatan
perubahan flux linkage berbanding terbalik dengan aliran arus yang menimbulkan
kenaikan flux (hukum Len’z). Emf induksi diri paling besar ada di pusat konduktor,
yang mengalami flux linkage terbesar, dan menjadi semakin berkurang ke arah garis
lingkar terluar.
1.7 Induktansi Timbal Balik
Reaksi antara rangkaian induktif yang secara fisik diisolasi dapat terjadi
sebagai akibat flux linkage magnetik. Untuk arus variasi harmonis 𝐼1 dalam
induktansi 𝐿1 yang digandengkan secara magnetik dengan induktansi 𝐿2 , emf induksi
dalam 𝐿2 diberikan oleh
𝐸2 = ± 𝑗𝑤 𝑀𝐼1
1.8 Transformator Frekuensi Tinggi
Penggandengan induktif timbal balik merupakan dasar dari kebanyakan
transformator frekuensi tinggi. 𝐶𝑝 adalah kapasitansi tala yang primer, dan 𝐶𝑠
kapasitansi tala yang sekunder
1.9 Induktor Ditap
Rangkaian induktor ditap, di mana akan terlihat bahwa bebannya
terhubungkan dengan titik tap pada induktor. Tapped induktor adalah metode
penggandengan yang umum dipergunakan untuk mengurangi efek redaman suatu
beban atau sumber pada faktor Q pada suatu rangkaian ditala.
1.10 Tap Kapasitif (capasitive tap)
Sebagai alternatif penggunaan tap induktif, tap kapasitif. Tujuannya ialah
untuk mengurangi efek beban 𝑅𝐿 pada rangkaian ditala agar selektivitas yang layak
dapat dipertahankan.
1.11 Transfer Daya Maksimun dan Matching Impedansi
Apabila suatu sumber sinyal dibutuhkan untuk menyalurkan daya pada beban,
transfer daya harus maksimum. Daya rata-rata yang disalurkan ke beban 𝑍𝐿 adalah
𝑃𝐿 = 𝑉𝑅 𝐼

𝐸𝑅𝐿 𝐸
=
√(𝑅𝑠 +𝑅𝐿 )2 +(𝑋𝑠 +𝑋𝐿 )2 √(𝑅𝑠 +𝑅𝐿 )2 +(𝑋𝑠 +𝑋𝐿 )2

1.12 Transformator Frekuensi Rendah


Pada transformator frekuensi rendah yang ideal, semua fluks magnetik yang
terbentuk oleh lilitan kumparan amper primer berkaitan dengan lilitan sekunder.
1.13 Filter Pasif
Fungsi Transfer Filter
Penyaringan sinyal dalam telekomunikasi diperlukan untuk menyeleksi sinyal
yang dikehendaki dari deretan sinyal yang dipancarkan dan juga untuk memperkecil
efek-efek desah dan gangguan pada sinyal yang dikehendaki. Filter listrik dapat
dibentuk dengan menggunakan tahanan dan kapasitor, tahanan dan induktor, atau
ketiga tipe komponen itu, tetapi perhatikan bahwa sedikitnya satu tipe komponen
reaktif harus ada.
Filter LC
Suatu filter LC low-pass. Rangkaian ini dapat dapat dianggap sebagai terbentuk
dari dua bagian ujung dan satu bagian tengah. Fiter ini dapat diperluas dengan
menambah jumlah bagian tengah, dan bagian ujungnya tidak diubah.
Filter ini dapat pula dibangun dari bagian 𝜋, yang sama dengan ekuivalen T dan 𝜋
yang dipergunakan dengan attenuator.
Filter Kristal Piezoelektrik
Kristal piezoelektrik mempunyai sifat bahwa, apabila suatu potensial listrik
melintasi permukaan kristal, ia secara fisik akan melengkung atau berubah bentuk.
Apabila kristal yang sama secara mekanik dideformasi karena tekanan, suatu
potensial listrik dihasilkan pada permukaan kristal.
Filter Gelombang Akustik Permukaan
Kristal piezoelektrik yang diuraikan dalam bagian terdahulu itu tergantung
pengoperasiannya pada gelombang akustik bulk, yaitu getaran mekanis yang berjalan
melalui bulk benda padat.
BAB II

SPEKTRA BENTUK GELOMBANG

2.1 Pendahuluan

Gerak gelombang adalah gelaja yang dikenal sehari-hari, sebagaimana yang


dapat diamati di dalam gelombang air, gelombang udara, gelombang panas, dll.
Gagasan tentang gelombang mengandung arti suatu kuantitas yang bervariasi dengan
jarak dan dengan waktu, dan bentuk gelombang pada umumnya diartikan grafik
kuantitas yang diplot sebagai fungsi salah satu dari kedua variabel ini.

2.2 Bentuk Gelombang Sinusoidal

Bentuk gelombang tegangan yang merupakan fungsi sinusoidal terhadap


waktu boleh dituliskan sebagai

v (t) = 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 sin 2𝜋𝑓0 𝑡

Konstanta-konstanta adalah 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 , nilai puncak tegangannya, dan 𝑓0 ,


frekuensi gelombangnya. Waktu periodiknya ialah 𝑇0 = 1/𝑓0 .

Gelombang cosinusnya diuraikan sebagai

v (t) = 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 cos 2𝜋𝑓0 𝑡

2.3 Bentuk Gelombang Periodik Umum

Fungsi periodik adalah fungsi yang berulang dengan selang waktu yang tetap
selama time domain penuh, -∞ ≤ 𝑡 ≥ +∞. Waktu periodik adalah waktu yang
direntang oleh satu pengulangan, dan, misalnya untuk fungsi-fungsi trigonometris
yang diuraikan dalam bagian terdahulu waktu periodik itu dinyatakan dengan 𝑇0
antara dua puncak berturut-turut.

2.4 Deret Fourier Trigonometris untuk Bentuk Gelombang Periodik

2.5 Koefisien Fourier

Fourier menunjukkan bahwa koefisien-koefisiennya dapat ditemukan sebagai


berikut:
1
𝑎0 = ∫ 𝑣(𝑡)𝑑𝑡
𝑇0

2
𝑎𝑛 = ∫ 𝑣(𝑡) cos(2𝜋𝑛𝑓0 𝑡) 𝑑𝑡
𝑇0

2
𝑏𝑛 = ∫ 𝑣(𝑡) sin(2𝜋𝑛𝑓0 𝑡) 𝑑𝑡
𝑇0

2.6 Spektrum untuk Deret Fourier Trigonometris

Sisi kanan deret trigonometris Fourier, dapat ditafsirkan sebagai deret


gelombang harmonik yang masing-masing mempunyai amplitudo A, dan sudut fase
𝛷𝑛 yang tetap serta komponen dc 𝑎0 .

2.7 Gelombang Kotak

Ini adalah gelombang periodik dan dianggap ada tiap saat, jadi jangkauannya
untuk t adalah -∞ ≤ 𝑡 ≥ +∞, begitu juga untuk gelombang sinus dan cosinus.

2.8 Bentuk Gelombang Gigi Gergaji

Bentuk gelombang lain yang seringkali ditemui dalam praktek adalah bentuk
gelombang gigi gergaji.

2.9 Rentet Pulsa (Pulse Train)

Rentet pulsa periodik dimana lebar pulsanya adalah 𝜏. Dengan memilih asal
mula waktu nol untuk membuat gelombang menjadi fungsi genap, hanya suku-suku
cosinus sajalah yang ada.

2.10 Beberapa Sifat Umum Gelombang Periodik

Pada waktu menentukan spektra untuk bentuk gelombang sebelumnya, sifat-


sifat tertentu dapat disimpulkan dari simetri gelombangnya. Beberapa dari sifat ini
serta lain-lainnya diikhtisarkan sebagai berikut:

1. Jika satu siklus bentuk gelombang mempunyai luas daerah yang sama di atas dan
dibawah sumbu waktu, maka tidak akan ada suku dc
2. Jika bentuk gelombang itu simetris di sekitar sumbu vertikel. Maka ekspansi
trigonometrisnya akan mengandung hanya suku cosinus saja. Simetri ini
mengharuskan bentuk gelombangnya merupakan fungsi genap, atau v(-t) = v (t)
3. Jika komponen ac dari bentuk gelombang itu miring simetris di sekitar sumbu
vertikal.
4. Jika bentuk gelombang itu merupakan diskontinu terbatas, maka spektrumnya
akan mengandung harmonik dalam jumlah yang tak terhingga. Amplitudonya
berkurang paling sedikit secepat 1/n.

2.11 Deret Fourier Exponensial

Cosinus sebuah sudut dapat ditulis dalam bentuk eksponensial sebagai berikut

𝑒 𝑗𝜃 +𝑒 −𝑗𝜃
cos 𝜃 =
2

2.12 Formula Pendekatan Koefisien Fourier

Fungsi itu disampel secara seragam, yang perenggangannya antar sampel itu
adalah 𝑇𝑠 . Sampel yang pertama adalah nilai pada t=0, atau f (0). Sampel kedua ialah
f(𝑇𝑠 ), sampel ketiga f(2𝑇𝑠 ), dan selanjutnya.

2.13 Sinyal Energi and Transformasi Fourier

Tipe sinyal lainnya yang dijumpai dalam ilmu komunikasi ialah yang
berlangsung selama waktu yang terbatas, seperti pulsa tunggal. Definisinya sinyal
semacam itu bersifat non perodik tetapi deterministik, dan daya dalam sinyal
semacam itu, dirata-ratakan sepanjang waktu, pasti nol.

Transformasi Fourier adalah suatu operasi integral yang sangat mirip untuk
koefisien harmoni 𝐶𝑛 , dan lengkap diberikan ditulis sebagai berikut.


V (f) = ∫−∞ 𝑣(𝑡)𝑒 −𝑗2𝜋𝑓𝑡 𝑑𝑡

Transformasi Fourier untuk berbagai bentuk pulsa dapat ditemukan dalam


banyak buku tuntunan, dan daripada menyelesaikan integralnya, banyak yang lebih
memilih menggunakan data yang dipubikasikan ini untuk mengilustrasikan
kepentingan fisik dari kerapatan spektrum itu.
2.14 Transformasi Fourier Cepat (Fast Fourier Transform)

Evaluasi koefisien Fourier untuk suatu fungsi periodik dan untuk fungsi tipe
pulsa memerlukan evaluasi tentang integral. Definite integral itu sebagai areal suatu
kurva, maka kaidah persegi panjang dapat dipergunakan untuk pendekatan integralnya
dengan penjumlahan.

2.15 Transformasi Fourier Cepat Terbalik

Gunakan cara pendekatan yang sama dalam mengevaluasi transformasi


Fourier terbalik, bentuk aproksimasinya

𝑗2𝜋𝑛𝑘
v (k) = 𝐹0 ∑𝑛=𝑁−1
𝑛=0 𝑊(𝑛𝐹0 )𝑒 𝑁

di mana 𝐹0 = 1/𝑇0 merupakan interval sampling dalam domain frekuensi, dan


W(n𝐹0 ) adalah sperktrum sisi ganda.

2.16 Penapisan Sinyal (Filtering of Signal)

Satu alasan untuk ingin mengetahui spektrum sinyal itu ialah bahwa penapisan
sinyal itu ditentukan oleh perkalian spektrum dengan respons frekuensi filter.
Spektrum frekuensi masukan 𝑉𝑖 (𝑓) dapat ditentukan dengan metode Fourier, dan
karenanya spektrum sinyal keluarannya adalah

\ 𝑉0 (𝑓) = 𝐻(𝑓)𝑉𝑖 (𝑓)

2.17 Sinyal Daya

Tegangan periodik dan gelombang arus membawa daya rata-rata yang terbatas
dan sedemikian rupa sehingga keduanya menggambarkan sinyal yang masuk ke
dalam suatu dalam suatu kelas yang dikenal sebagai power signals.

Bentuk gelombang periodik juga dikenal sebagai bentuk gelombang


deterministic karena nilainya diketahui setiap waktu tipe lain bentuk gelombang daya
yang ditemui dalam ilmu komunikasi adalah bentuk gelombang acak, yang nilainya
tidak dapat ditentukan.
2.18 Persyaratan Bandwidth untuk Sinyal Informasi Analog

Bandwidth yang diperuntukkan bagi sinyal itu sering kali merupakan kompromi
antara pengecilan bandwidth dan tingkat distorsi yang dapat diterima.

BAB 3

BENTUK GELOMBANG DIGITAL

3.1 Pendahuluan

Sistem komunikasi dapat secara luas dibagi menjadi sistem analog dan digital.
Bentuk gelombang listik mengikuti variasi tekanan bunyi pada mikropon dan
karenanya dapat disebut analog gelombang tekanan bunyi.

3.2 Simbol, Binit, Bit dan Baud

Kata simbol pada umumnya mengacu kepada suatu marka atau tanda yang
mewakili sesuatu yang lain. Huruf alfabet adalah simbol yang menyatakan bunyi yang
diucapkan, dan angka merupakan simbol yang menyatakan kuantitas.

3.3 Notasi Fungsional untuk Pulsa

Bentuk pulsa yang mewakilkan sebuah simbol adalah fungsi waktu dan boleh
ditulis sebagai p(t). Ini adalah fungsi tanpa dimensi, dan misalnya jika suatu pulsa
tegangan amplitudo A dipergunakan maka dapat ditulis sebagai Ap (t).

3.4 Sandi Garis dan Bentuk Gelombang

Sandi garis mengacu kepada cara simbol disandikan dengan pulsa. Cara
panyandian yang paling sederhana adalah membuat masing-masing simbol dinyatakan
dengan pulsa persegi panjang NRZ.

Sandi Baris NRZ – L Unipolar

Bentuk gelombang NRZ – L unipolar untuk urutan biner. Unipolar berarti bahwa
pulsa dari satu polaritas sajalah yang dipakai.

Bentuk gelombang NRZ-L unipolar dapat dianggap sebagai gelombang ac yang


ditempatkan diatas aras dc, dan spektrum daya untuk gelombang ac sendiri saja dapat
ditemukan dengan menggunakan metode.
Sandi Garis NRZ-L Polar

Bentuk gelombang polar mempunyai pulsa positif dan pulsa negatif.

DC Wander

Penggandengan ac memerlukan bentuk gelombang keluarannya harus beraras


purata nol.

Sandi Garis Manchester

Sandi Manchester adalah sandi NRZ-L, yang binitnya disandikan sebagai


transisi antar aras. Yang merugikan pada Manchester Code itu ialah bahwa diperlukan
dua kali band-width sandi NRZ-L polar.

Sandi Garis AMI (Alternate Mark Inversion)

Dalam sandi AMI, biner 0 disandikan sebagai tegangan nol, dan biner 1
disandikan secara bergantung ⁺𝐴 dan ⁻A, yang menyebabkan muncul nama sandi
alternate mark inversion-AMI.

Sandi Garis Bipolar Densitas Tinggi

Sandi bipolar densitas tinggi disebut demiikian karena sandi itu mengandung
densitas marka yang lebih tinggi dibanding sandi bipolar yang normal.

3.5 Penyandian M-ary (M-ary Encoding)

Pada penyandian M-ary, kecepatan simbolnya kurang dari kecepatan bit, seperti
yang ditunjukkan oleh Pes. (3.2.8), yang dulangi disini sebagai acuan:

𝑅𝑏
𝑅𝑠𝑦𝑚 =
𝑚

m adalah jumlah bit yang terkandung didalam sebuah simbol dan M = 2𝑚 . Seperti
halnya dengan transmisi biner, transmisi polar untuk bentuk gelombang M-ary lebih
efisien dalam hubungannya dengan daya apabila arasnya berpusat pada nol.

3.6 Gangguan Antar Simbol (Intersymbol Interference)

Distorsi Linier berarti bahwa bentuk gelombang itu mengalami perubahan, tetapi
tidak ada komponen frekuensi baru yang dibangkitkan didalam spektrum.
3.7 Pembentukan Rupa Pulsa (Pulse Shaping)

Rupa pulsa pada keluaran atau akhir penerima saluran transmisi ditentukan oleh
spektrum pulsa masukan, respons frekuensi pemancar, respon frekuensi saluran, dan
respons frekuensi penerima.

BAB IV

NOISE

4.1 Pendahuluan

Noise, dalam pengertian umum, adalah suatu gangguan yang “didengar” orang,
tetapi dalam telekomunikasi kata noise juga dipakai juga sebagai suatu istilah untuk
gangguan listrik yang menimbulkan kebisingan yang dapat didengar dalam suatu
sistem.

4.2 Thermal Noise

Energi kinetik bahwa elektron berada dalam keadaan bergerak, dan gerakan ini
pada gilirannya teracak melalui tabrakan dengan ketidak sempurnaan yang ada dalam
struktur konduktor.

Tegangan noise rata-rata yang melintasi konduktor itu adalah nol, tetapi nilai
root-mean-square tegangan tersebut (finite) dan dapat diukur.

Resistor seri

Kalau 𝑅𝑠𝑒𝑟 melambangkan resistansi total rantai seri, di mana 𝑅𝑠𝑒𝑟 =


𝑅1 +𝑅2 +𝑅3 +.....; maka tegangan kebisingan resistansi deret ekivalennya adalah

𝐸𝑛2 = 4𝑅𝑠𝑒𝑟 𝑘𝑇𝐵𝑛

= 4(𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + ⋯ )𝑘𝑇𝐵𝑛

2 2 2
= 𝐸𝑛1 + 𝐸𝑛2 + 𝐸𝑛3 +⋯

Reaktansi

Reaktansi tidak membangkitkan kebisingan thermal. Ini disebabkan oleh


kenyataan bahwa reaktansi tidak dapat mengurangi daya.
Densitas spektral

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bandwidth 𝐵𝑛 adalah sifat sistem


pengukuran eksternal atau sistem penerimaan dan dianggap rata sehingga, daya
densitas spektral tersedia, dalam watts per hertz, atau joules, adalah

𝑃𝑛
𝐺𝑎 (𝑓) =
𝐵𝑛

= kT

Bandwidth Kebisingan Ekivalen

4.3 Shot noise

Shot noise adalah fluktuasi acak yang mengiringi setiap arus langsung yang
melintasi halangan yang potensial.

4.4 Noise Partisi

Noise partisi terjadi bila arus harus terbagi diantara dua atau lebih elektrode dan
terjadi sebagai akibat fluktuasi acak dalam pembagian itu.

4.5 Flicker Noise Frekuensi Rendah

Flicker noise itu merupakan suatu efek frekuensi rendah, namun ia memainkan
peranan penting dalam membatasi kepekaan pencampur dioxida microwave, yang
dipergunakan untuk sistem radar Doppler.

4.6 Burst Nouise

Tipe lain dari low-frequency noise yang terlihat di dalam bipolar transistors
dikenal sebagai burst noise, nama ini timbul karena noise itu tampak sebagai
sederetan ledakan pada dua aras atau lebih.

4.7 Avalanche Noise

Ini dikenal sebagai avalanche region dan terjadi karena lubang dan elektron di
dalam daerah diplesi diode memperoleh energi yang cukup dari medan bias terbalik
untuk mengionisasi atom dengan tabrakan.
4.8 Noise Transistor Bipolar

Transistor bipolar memperlihatkan semua sumber utama kebisingan yang telah


dibahas terdahulu, yaitu kebisingan thermal, shot, partition, dan burst.

4.9 Noise Transistor Efek Medan

Dalam transistor efek medan, sumber utama kebisingan adalah termal noise yang
dibangkit oleh resistans fisik dari saluran drain-source. Flicker noise juga berasal dari
saluran ini.

4.10 Pembangkit Noise Masukan yang Ekivalen dan Pembandingan BJT dan FET

Suatu perbandingan mendetail daripada kinerja amplifier BJT dan FET adalah
terlalu mendetail untuk dimasukkan di sini, tetapi pendapat umum berikut ini boleh
dinyatakan. 𝑅𝑛 pada umumnya lebih kecil dan 𝐼𝐸𝑄 lebih besar untuk BJT jika
dibandingkan dengan FET. Untuk sinyal masukan dengan resistans rendah, dimana
noise voltage-nya 𝐼𝑛𝑎 𝑅𝑠 cukup kecil untuk diabaikan, maka BJT akan memproduksi
kebisingan yang lebih rendah yng disebabkan oleh nilai 𝑅𝑛 - nya yang lebih kecil.
Akan tetapi, apabila 𝑅𝑠 besar sehingga tegangan 𝐼𝑛𝑎 𝑅𝑠 menjadi penting artinya, maka
FET akan memproduksi kebisingan yang lebih rendah daripada BJT yang disebabkan
oleh lebih rendahnya 𝐼𝐸𝑄 .

4.11 Signal-to-noise-ratio (perbandingan sinyal dengan noise)

Dalam suatu matarantai komunikasi yang lebih penting adalah signal-to-noise


ratio daripada nilai kebisingan mutlak. Signal-to-noise didefinisikan sebagai
perbandingan daya, dan karena pada suatu titik dalam rangkaian daya akan
berbanding dengan kuadrat tegangan, maka

𝑆 𝑃𝑠
=
𝑁 𝑃𝑛

𝑉𝑠2
=
𝑉𝑛2
4.12 Perbandingan S/N untuk koneksi tambahan

Jika S/N ratio dari satu matarantai jauh lebih buruk daripada yang lainnya, maka
matarantai itu akan menentukan seluruh S/N ratio.

4.13 Faktor Kebisingan

Noise factor adalah parameter terukur dan biasanya akan ditentukan untuk suatu
amplifier atau jaringan

4.14 Input Noise Amplifier dalam Term F

Noise amplifier ditimbulkan oleh banyak komponen di dalam amplifier, tetapi


terbukti mudah untuk membayangkan bahwa berasal dari suatu sumber daya ekivalen
pada input amplifier itu.

4.15 Faktor kebisingan amplifier dalam Cascade

Ada dua keadaan khusus di mana amplifier yang low-noise dan ujung depan
dipergunakan untuk mengurangi kebisingan. Yang lainnya ada di dalam pesawat
penerima radio yang dipergunakan untuk menangkap sinyal lemah, seperti pesawat
penerima gelombang pendek.

Yang lainnya ada di dalam pesawat penerima radio yang dipergunakan untuk
menangkap sinyal lemah, seperti pesawat penerima gelombang pendek.

4.16 Faktor Kebisingan dan Generator Kebisingan Masukan Ekivalen

Noise faktor adalah suatu fungsi resistans sumber maupun noise input amplifier.
Sehubungan dengan kuantitas ini, noise factornya adalah

𝑉𝑛2
𝐹= 2
𝑉𝑛𝑠

4.17 Faktor Kebisingan suatu Jaringan Lossy

Lambangkan loss ratio insertion daya itu sebagai L, maka output S/N ratio-nya
akan menjadi 1/L kali ratio input S/N, dan dari definisi faktor noise
𝑆
𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑁 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
𝐹=
𝑆
𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑁 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡

= L

4.18 Temperature Kebisingan

Konsep temperature noise didasarkan pada persamaan noise power tersedia,


yang diulangi di sini untuk memudahkan:

𝑃𝑛 = 𝑘𝑇𝑎 𝐵𝑛

Subscript a dimasukan untuk menunjukkan bahwa noise temperature noise itu


diasosiasikan hanya dengan power noise. Pada umumnya tersedia 𝑇𝑎 tidak akan sama
seperti suhu fisik dari sumcosmic noise.

4.19 Pengukuran Suhu Kebisingan dan Faktor Kebisingan

Temperatur noise dapat diukur dengan beberapa cara, metode yang terpilih
banyak bergantung pada jangkauan nilai yang diharapkan. Untu sistem penerima
normal, avalanche sumber noise diode lazim pergunakan, dan metode ini akan akan
diuraikan.

4.20 Noise Band-pass pita-sempit

Filter mempunyai bandwidth noise ekivalen BN dan frekuensi pusat 𝑓𝑐 . Sistem


pita sempit adalah sistem yang di mana frequency pusat-nya jauh lebih besar daripada
bandwidth-nya, yang akan dibahas di sini.

BAB V

AMPLIFIER SINYAL LEMAH

TERTALA, MIXER, DAN FILTER AKTIF

5.1 Pendahuluan

Transistor dimodel-kan dengan menggunakan rangkaian ekivalen sinyal lemah


hybrid-𝜋. Keuntungannya adalah bahwa model yang sama, dan karenanya metode
analisis yang sama pula, dapat digunakan untuk BJT dan FET. Yang penting ialah
kemampuan untuk bisa membentuk persamaan rangkaian dari rangkaian ekivalen, dan
sejumlah contoh dipergunakan untuk mengilustrasikan cara melakukannya.

5.2 Rangkaian ekivalen hybrid-𝜋 untuk BJT

Rangkaian ekivalen hybrid- 𝜋 mendapatkan namanya dari kenyataan bahwa


konfigurasi rangkaian itu berbentuk 𝜋, dan unit-unitnya merupakan campuran, atau
hybrida, yang mengandung pembnagkit arus yang tergantung tegangan.

𝛽𝑜 adalah frekuensi rendah, penguatan arus hubungan pendek; suatu parameter


khusus transistor.

Kapasitans output kolektor 𝐶𝑐 : Dalam rangkaian terpadu ini adalah kapasitansi


deplesi junction isolasi collector-to-substrate yang bias terbalik. Nilai ialah fungsi
teganggan terbalik.

Kapasitans kolektor ke-base 𝐶𝑐𝑏 : ini adalah kapasitas deplesi sambungan kolektor ke
base yang bias terbalik. Ini adalah suatu fungsi tegangan terbalik dan biasanya
dispesifikasikan untuk kondisi pengoperasian tertentu.

Kapasitans base-to-base 𝐶𝑏′𝑒 : ini adalah kapasitans dari sambunga base-emitter bias
ke depan. Ini terdiri atas dua komponen, 𝐶𝑑𝑒𝑝𝑙 + 𝐶𝑑𝑖𝑓𝑓 . Kapasitans deplesi 𝐶𝑑𝑒𝑝𝑙
adalah suatu fungsi bias ke depan pada sambungan dan dapat dispesifikasikan atau
diestimasi untuk kondisi pengoperasian tertentu.

5.3 Penguatan arus rangkaian terhubung pendek untuk BJT

Penguatan arus rangkaian terhubung pendek merupakan ukuran yang berguna


tentang bagaimana sebuah transistor berperilaku terhadap frekuensi.

5.4 Amplifier Common-Emitter (CE)

𝐶3 dan 𝐶4 adalah kapasitor pemblokir dc dengan reaktans yang dapat diabaikan


pada frekuensi tinggi.

5.5 Stabilitas dan Netralisasi


Amplifier yang dapat memulai sendiri kedalam osilasi diistilahkan tidak stabil,
dan tentu saja ketidakstabilan itu tidak diinginkan. Satu cara untuk mencegah
ketidakstabilan adalah memberikan peredaman melalui resistor 𝑅𝐵 dan 𝑅𝐶 .

5.6 Amplifier Common-base

Efek kapasitor umpan balik 𝐶𝑐𝑏 , dapat dinul-kan sama sekali dengan
menghubungkan transistor dalam konfigurasi common-base, rangkaian ekivalen
sinyal kecil.

5.7 Penguatan daya yang tersedia

Perkiraan mengenai penguatan daya amplifier CB dan CE tersedia itu dapat


disebut sbb.

Daya tersedia dari sumber adalah

𝑉𝑠2
𝑃𝑠 =
4𝑅𝑠

Daya tersedia pada keluaran

𝐼𝑜2 𝐼𝑜2 𝑅𝑜
𝑃𝑜 = =
4𝐺𝑜 4

Penguatan daya tersedia

𝑃𝑠
𝐺𝐴𝑉 =
𝑃𝑜

𝐼𝑜2 𝑅𝑠 𝑅𝑜
=
𝑉𝑜2

5.8 Amplifier Cascode

Amplifier common-emitter dan common-base dapat dikombinasikan untuk


membentuk sebuah unit amplifier yang mempunyai penguatan daya tinggi dan stabil.

5.9 Rangkaian Ekivalen Hybrida-𝜋 untuk FET


Dalam banyak hal field effect transistor (FET) lebih sederhana dari bipolar
junction transistor (BJT) karena sangat tinggi-nya impedans input yang diberikan oleh
gerbang kontrol.

5.10 Rangkaian pencampur (Mixer)

Mixer digunakan untuk mengubah sinyal dari satu frekuensi ke frekuensi lain.
Istilah mixer pada umumnya dicadangkan untuk rangkaian yang mengubah sinyal
frekuensi radio ke suatu nilai madya dan yang memerlukan masukan dari sebuah
asilator lokal untuk melakukannya.

5.11 Filter aktif

Filter aktif mempergunakan amplifier bersama-sama dengan resistor dan


kapasitor untuk mencapai ciri-ciri khas frekuensi selektrif. Filter aktif menawarkan
sejumlah keuntungan dibanding filter pasif (RLC) yang diuraikan dalam Bab 1. Filter
aktif tidak memerlukan induktor, yang secara fisik besar pada frekuensi rendah dan
karenanya tidak cocok dipakai dalam desain kompak yang menggunakan rangkaian
terpadu.

1.2 BUKU PEMBANDING (buku kedua)

1. Judul buku : Rangkaian Listrik


2. Pengarang : Budiono Mismail
3. Penerbit : ITB
4. Tahun Terbit : 1995
5. Kota terbit : Bandung
6. Cetakan :1
7. No ISBN : 979-8591-42-9

Ringkasan isi buku pembanding

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gaya dan Medan


Muatan listrik didefinisikan oleh gaya yang bekerja pada muatan tersebut;
menurut percobaan gaya itu bergantung pada besar muatan, kedudukan relatifnya, dan
kecepatan. Gaya yang timbul karena kedudukan muatan disebut gaya listik, dan yang
disebabka oleh kecepatan muatan disebut gaya magnet.
1.2 Rangkaian listrik
Berbeda dengan medan, sifat suatu rangkaian dapat secara lengkap diuraikan
dalam satu dimensi. Dalam suatu rangkaian listrik variabel yang menjadi pusat
perhatian adalah tegangan dan arus di berbagai titik sepanjang rangkaian itu.
1.3 Model
Rangkaian listik merupakan suatu hal yang penting karena sering amat
memudahkan untuk mewakili suatu alat atau sistem secara keseluruhan dengan suatu
model rangkaian.
1.4 Proses pembentukan model
Model atom yang diusulkan pada tahun 1913 oleh fisikawan Denmark, Niels
Bohr, sangat berguna untuk menjelaskan berbagai gejala listrik bahan. Bohr
mengemukakan bahwa elektron negatif dalam lintasannya di sekeliling inti positif
memiliki tenaga yang bersesuaian dengan tingkat tenaga tertentu yang berhubungan
dengan jari-jari lintasannya.
Proses pembentukan model merupakan suatu bagian yang penting dalam
kemajuan ilmu dan pengembangan teknologi. Seorang ilmuwan mula-mula
mengamati gejala alam dan melakukan sejumlah percobaan yang direncanakan
olehnya secara cermat.
1.5 Analisis rangkaian
Pada umumnya jika suatu rangkaian listrik menerima masukan atau
rangsangan dalam bentuk tegangan atau arus yang diberikan oleh suatu sumber bebas,
maka akan dihasilkan suatu keluaran atau tanggapan.

BAB II

BESARAN DAN UNSUR RANGKAIAN

2.1 Satuan sistem Internasional

Sistem satuan yang digunakan dalam hal ini adalah Sistem Internasional yang
lazim disingkat sebagai SI. Konferensi Internasional Mengenai Berat dan Ukuran
yang kesepuluh pada tahun 1954 telah menetapkan enam satuan dasar:
a. Satuan panjang dalam meter (m)
b. Satuan massa dalam kilogram (kg)
c. Satuan waktu dalam detik (second-s)
d. Satuan arus listrik dalam ampere (A)
e. Satuan suhu dalam Kelvin (K)
f. Satuan kuat cahaya dalam kandela (candela-cd)

dan sejumlah satuan lain yang merupakan satuan-satuan yang diturunkan.

2.2 Besaran listrik

Seluruh teori rangkaian listrik dapat diungkapkan dalam besaran dasar saja-
massa dan arus serta kedudukannya dalam ruang dan waktu, tetapi hal itu akan
mengundang kesulitan.

Untuk menjelaskan pengertian tersebut perlu diberikan rumusan


kuantitatifnya, definisinya adalah

𝑑𝑚𝑢
f= 𝑑𝑡

dengan m adalah massa benda dan u kecepatannya. Bila massanya konstan, maka
definisi gaya di atas menjadi

𝑑𝑢
f = m 𝑑𝑡 = 𝑚. 𝑎

2.3 Sumber dan unsur rangkaian

Suatu rangkaian listrik umumnya dicirikan oleh adanya satu atau lebih sumber
yang dihubungkan dengan satu atau lebih beban sebagai penerima tenaga listrik.
Suatu sumber sempurna akan memberikan tegangan tetap atau arus tetap. Suatu
sumber tegangan sempurna adalah sumber yang tegangannya tidak bergantung kepada
beban yang dipasangkan pada kutub-kutubnya.

2.4 Resistansi: Hukum Ohm

Untuk rangkaian jenis pertama seperti yang telah disebutkan dalam bagian
sebelum ini memerlukan tegangan antara kutub-kutubnya yang berbanding lurus
dengan arus yang melaluinya. Secara kuantitatif, tegangan diberikan oleh
v = R i volt

dengan i adalah arus dalam ampere. Konstanta pembandingnya adalah R, resistansi


unsur tersebut, dan dalam SI dinyatakan dalam ohm (Ω) dengna dimensi 𝑀𝐿2 𝑇 −1 𝑄 −2.

2.5 Induktansi

Jenis unsur rangkaian kedua memerlukan tegangan antara kutub-kutubnya


yang adalah sebanding dengan kecepatan perubahan arus yang melaluinya. Secara
kuantitatif, tegangan tersebut adalah

𝑑𝑖
v = L 𝑑𝑡 volt

Konstanta pembanding L adalah induktansi diri atau cukup disebut sebagai


induktansi.

2.6 Kapasitansi

Jenis unsur rangkaian ketiga memerlukan arus yang melaluinya sebanding


dengan turunan waktu tegangan antara kutub-kutubnya. Secara kuantitatif, arus
tersebut adalah

𝑑𝑣
i = C 𝑑𝑡 A

Konstanta pembanding C menyatakan sifat penyimpanan muatan dalam unsur


itu yang disebut kapasitansi. Menurut SI, satuan untuk kapasitansi adalah farad (F)
dan mempunyai dimensi 𝑀−1 𝐿−2 𝑇 2 𝑄 2. Karena farad merupakan suatu besaran fisis
yang sangat besar, C sering dinyatakan dalam mikrofarad atau dalam pikofarad.

BAB III

HUKUM DASAR RANGKAIAN

3.1 Hukum Kirchoff

Hukum dasar rangkaian secara rasional mengikuti sifat besaran listrik yang
telah dibahas dalam bab dua. Hukum ini secara langsung memberikan tuntunan
menuju cara yang sistematik dalam pembahasan masalah rangkaian listrik.

Hukum tersebut dikenal sebagai hukum Kirchoff


Hukum pertama: Hukum Arus. Jumlah aljabar semua arus yang menuju ke
suatu titik-hubung sama dengan nol

Hukum Kedua: Hukum Tegangan. Jumlah aljabar semua tegangan yang


diambil menurut arah tertentu sepanjang jalur yang tertutup adalah sama dengan nol.

3.2 Penggunaan hukum dasar secara langsung

Suatu rangkaian listrik terdiri dari banyak rangkaian tertutup yang mempunyai
banyak simpul dengan satu atau lebih sumber. Besaran yang diketahui pada umumnya
berupa tegangan pada sumber tegangan atau arus dari sumber arusnya.

Persamaan yang digunakan untuk menentukan besaran yang tidak diketahui


itu terdiri dari tiga kategori: hukum Kirchoff untuk arus, hukum Kirchoff untuk
tegangan, dan hubungan volt-ampere dalam unsur rangkaian itu. Persamaan bebas
yang tersedia itu adalah sebagai berikut:

1. Jumlah persamaan bebas untuk hubungan volt-ampere unsur sama dengan


jumlah unsur dalam rangkaian
2. Jumlah persamaan bebas menurut hukum arus Kirchoff sama dengan
jumlah simpul dalam rangkaian dikurang satu.
3. Jumlah persamaan bebas menurut hukum tegangan Kirchoff sama dengan
jumlah rangkaian tertutup bebas.

Rangkaian tertutup bebas adalah rangkaian yang persamaannya menurut


hukum tegangan Kirchoff mengandung paling sedikit salah satu tegangannya yang
tidak termasuk dalam persamaan yang lain.

3.3 Transformasi Y-Δ

Ada bentuk rangkaian tertentu yang tidak dapat disederhanakan dengan hanya
menggunakan kombinasi seri-paralel. Konfigurasi semacam itu sering dapat ditangani
dengan menggunakan transformasi Y-Δ Transformasi ini memungkinkan tiga resistor
yang dihubungkan dalam bentuk Y digantikan oleh tiga resistor lain dalam bentuk Δ,
dan sebaliknya.
3.4 Sumber dengan rangkaian setaranya

Sumber nyata mungkin dapat mendekati keadaan sempurna itu, tetapi tidak
akan pernah mencapainya. Karakteristik ini menyatakan bahwa suatu sumber dengan
tegangan 𝑉𝑟𝑡 pada saat rangkaian terbuka (I = 0) dengan nilai tegangan V menurun
secara linear jika arus yang diambil dari sumber meningkat; karakteristik semacam itu
dapat dituliskan secara

V = 𝑉𝑟𝑡 − 𝑅𝑡 I

dengan 𝑅𝑡 adalah perbandingan antara tegangan rangkaian terbuka dengan arus


hubung-singkatnya.

3.5 Penguat kerja

Di sini akan dibahas suatu peralatan elektronika yang sangat berguna dalam
pembentukan suatu sumber takbebas dan mempunyai model matematika yang
sederhana dan anggun.

3.6 Rangkaian penguat

Tegangan 𝑣2 adalah tegangan keluaran penguat kerja dan, akan tampak nanti,
hanya merupakan fungsi tegangan masukan 𝑣1 dan kedua resistansinya.

3.7 Integrator

Keluaran suatu rangkaian integrator sebanding dengan integral masukannya.


Analisisnya berupa dengan analisis rangkaian pembalik dengan sebuah pengecualian;
persamaan volt-ampere untuk kapasitansi dipakai sebagai pengganti hukum Ohm
yang meghubungkan 𝑣0 dengan 𝑖𝑜 . Persamaannya adalah

1 𝑖
𝑣𝑜 = ∫ 𝑖 (x) dx
𝐶 −∞ 𝑜
BAB IV

METODE ANALISIS RANGKAIAN

4.1 Metode tegangan simpul

Metode tegangan simpul dalam analisis rangkaian adalah cara dengan


persamaan hukum tegangan Kirchoff terlukis secara implisit pada diagram
rangkaiannya, sehingga hanya persamaan hukum arus Kirchoff saja yang perlu
diselesaikan untuk tegangan yang tidak diketahui.

4.2 Metode arus matajala

Metode arus matajala merupakan cara lain untuk menyelesaikan persoalan


rangkaian dengan persamaan hukum arus Kirchoff terlukis secara implisit pada
diagram rangkaiannya dan persamaan untuk tegangan ditulis secara eksplisit serta
harus diselesaikan untuk arus yang tidak diketahui.

Suatu matajal adalah suatu kasus khusus rangkaian tertutup, yaitu rangkaian
tertutup yang tidak megandung unsur rangkaian di tengahnya.

4.3 Persamaan simpul dan matajal dengan sumber tergantung

Dua sifat dasar sumber takbebas memungkinkan perluasan penggunaan


metode tegangan simpul dan metode arus matajala. Sifat pertama adalah bahwa kutub
suatu sumber takbebas mempunyai perilaku yang sama seperti sumber biasa dan
penggunaan hukum arus dan tegangan Kirchoff berlaku identik untuk kedua jenis
sumber tersebut.sifat kedua adalah bahwa besarnya sumber takbebas bergantung pada
nilai tegangan atau arus di bagian lain pada rangkaian tersebut.

4.4 Prinsip superposisi

Prinsip superposisi, jika diterapkan pada suatu rangkaian dengan resistansi


konstan, menyatakan bahwa arus atau tegangan di setiap cabang rangkaian yang
dihasilkan oleh beberapa sumber yang dikenakan secara serentak adalah jumlah
aljabar arus atau tegangan yang dihasilkan pada cabang itu oleh masing-masing
sumber tersebut secara tersendiri. Prinsip ini berdasarkan pada kenyataan bahwa arus
dalam resistansi berbanding lurus dengan tegangannya.
4.5 Teorema Thevenin dan Norton

Dalam bagian ini akan dibahas teorema Thevenin dan teorema Norton yang
dalam banyak hal dapat diterapkan dan sangat menyederhanakan rangkaian untu
dianalisis.

Teorema Thevenin menyatakan bahwa setiap rangkaian kutub-dua linear yang


terdiri dari resistor dan sumber, dapat dinyatakan sebagai suatu rangkaian setara
berupa sebuah sumber tegangan dengan resistor serinya, yang disebut rangkaian
setara Thevenin.

BAB V

FUNGSI PERANGSANG EKSPONENSIAL

5.1 Impedansi dan tegangan unsur rangkaian

Tegangan dan arus yang berubah secara eksponensial menurut waktu dapat
ditulis sebagai

v = 𝑉0 𝑒 𝑠𝑡

dan

i = 𝐼0 𝑒 𝑠𝑡

dengan 𝑉0dan 𝐼0 adalah nilai tegangan dan arus pada saat t =0.

5.2 Hubungan antara rangsangan eksponensi dengan rangsangan saat tertentu

Metode analisis rangkaian eksponensial meliputi tanggapan rangkaian RLC


terhadap konstan sebagai salah satu kasus khususnya.

5.3 Sifat alamiah

Keadaan ini analog dengan sebuah perahu motor yang kecepatannya


meningkat secara eksponensial, karena gaya yang meningkat secara eksponensial
diberikan oleh motor perahu tersebut.
BAB III

PEMBAHASAN

1.1 PERBEDAAN BUKU


1. Pada buku pertama kita mempelajari tentang rangkaian pasif, spektra bentuk
gelombang, bentuk gelombang jalur digital, noise dan amplifier sinyal lemah
tertala, mixer, dan filter aktif
2. Pada buku kedua kita mempelajari tentang besaran dan unsur rangkaian, hukum
dasar rangkaian, metode analasis rangkaian, fungsi perangsang eksponensial
1.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
1.2.1 Buku Utama (buku satu)
a. Kelebihan buku
1. Buku pertama mudah di mengerti isinya.
2. Rumusnya jelas di mengerti
b. Kelemahan buku
Buku ini terlalu banyak menggunakan bahasa yang rancu atau sulit dimengerti
oleh pembaca.
1.2.2 Buku Pembanding (buku kedua)
a. Kelebihan buku
1. Buku pertama mudah di mengerti isinya.
2. Rumusnya jelas di mengerti
b. Kelemahan buku
Buku ini terlalu banyak menggunakan bahasa yang rancu atau sulit dimengerti
oleh pembaca.
BAB IV

PENUTUP

1.3 KESIMPULAN

Suatu rangkaian listrik pasif didefinisikan di dalam IEEE Standard Dictionary


of Electrical and Electronic Terms sebagai rangkaian listrik yang tidak berisi sumber
energi. Rangkaian pasif terdiri atas tahanan, induktor, dan kapasitor yang
terhubungkan dengan berbagai cara.

Gerak gelombang adalah gejala yang dikenal sehari-hari. Gagasan tentang


gelombang mengandung arti suatu kuantitas yang bervariasi dengan jarak dan dengan
waktu, dan bentuk gelombang pada umumnya diartikan grafik kuantitas yang diplot
sebagai fungsi salah satu dari kedua variabel ini.

Teknik elektro pada dasarnya berhubungan dengan gejala yang meliputi


muatan listrik, khususnya gaya antarmuatan dan pertukaran tenaga antara muatan.
Tenaga merupakan besaran yang penting dan dalam beberapa yang lain tenaga
hanyalah merupakan sarana untuk menyalurkan informasi.
DAFTAR PUSTAKA

John Coolen, 1995. komunikasi elektronik. PT Prenhallindo

Budiono Mismail 1995. rangkaian listrik. ITB

Anda mungkin juga menyukai