Anda di halaman 1dari 6

Obat High alert (obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi) adalah obat yang memiliki

risiko tinggi menyebabkan cedera bermakna pada pasien bila obat digunakan secara salah.
Walaupun kesalahan mungkin tidak sering untuk beberapa obat, tapi konsekuensi dari
kesalahan obat tersebut dapat menyebabkan risiko cedera bermakna bahkan menimbulkan
kematian. Untuk itu diperlukan beberapa strategi untuk mengurangi risiko obat high alert,
diantaranya adalah membatasi akses terhadap obat high alert, menstandarkan prosedur
peresepan, penyiapan/dispensing dan pemberian, membuat panduan penggunaan obat high
alert, serta dilakukan independent double checking pada fase penyiapan dan pemberian.
Pada buku panduan ini akan dijelaskan mengenai panduan penggunaan obat high alert
yang diperlukan oleh tenaga kesehatan yang meliputi nama obat, peresepan, penyimpanan,
penyiapan, pemberian, parameter monitoring, interaksi signifikan, gejala dan penanganan
overdosis, konseling/edukasi, pustaka.
Penjelasan umum informasi yang ada pada obat high alert adalah :
A. Nama Obat

Nama obat yang sama dengan kandungan zat aktifnya.


B. Peresepan

Tahap-tahap dalam meresepkan obat-obat high alert.


C. Penyimpanan

Informasi mengenai cara penyimpanan obat high alert yang benar dan tepat sehingga
stabilitas dan efektivitas obat tetap terjaga.
D. Penyiapan

Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam menyiapkan obat-obat high alert.


E. Pemberian

Informasi mengenai cara pemberian masing-masing obat.


F. Parameter monitoring

Pengukuran yang diperlukan untuk memastikan penggunaan obat yang aman seperti hasil
pemeriksaan.
G. Interaksi signifikan

Interaksi obat yang disarankan untuk menghindari kombinasi dan mempertimbangkan


modifikasi terapi. Interaksi yang tercantum tidak komprehensif sehingga diperlukan
pengecekan secara lebih lanjut pada sumber yang sesuai.
H. Gejala dan penanganan overdosis
Informasi mengenai gejala dan penanganan overdosis masing-masing obat.
I. Konseling/edukasi

Informasi penting yang dapat diberikan oleh tenaga kesehatan kepada pasien mengenai
terapi obat.
J. Pustaka

Sumber referensi yang digunakan untuk membuat informasi obat high alert.
Pedoman umum untuk masing-masing tahap penanganan obat high alert adalah :
A. Peresepan
1. Mengevaluasi pasien dan obat-obatnya.
2. Menanyakan riwayat penggunaan obat (alergi, ESO, kontraindikasi)
3. Mengenali dengan baik obat yang akan diresepkan.
4. Menulis resep secara jelas dan lengkap (nama obat, dosis, rute/cara pemberian)
5. Menggunakan istilah/singkatan yang lazim
6. Tidak memberikan instruksi verbal, kecuali dalam keadaan emergensi
7. Instruksi verbal, pastikan penerima instruksi melakukan TBAK (Tulis BAca Konfirmasi/
read back)
8. Menulis dengan lengkap formulir pelayanan pencampuran obat (khusus obat
antineoplastik/ sitostatik)
9. Ketika meresepkan obat yang masuk kategori obat LASA (Look alike Sound alike),
maka di sistem Electronic Health Record akan muncul nama obat dengan format
TALLman Lettering.

B. Penyimpanan
1. Stiker ditempelkan pada obat high alert dengan ketentuan :
Stiker warna merah, dilengkapi dengan tulisan putih High Alert untuk obat High Alert.
Stiker warna ungu, dilengkapi dengan gambar sel membelah dan tulisan putih “Obat
Kanker, Tangani dengan Hati-Hati! “ untuk obat Sitostatik.
2. Petugas gudang farmasi IAL menempelkan stiker High Alert sebelum didistribusikan ke
satelit/ unit kerja:

Untuk sediaan injeksi, stiker ditempelkan di kemasan primer dengan tidak menutupi
identitas obat.
Untuk sediaan tablet, stiker ditempelkan di bagian belakang kemasan primer/strip tablet
(1 stiker untuk 1 strip tablet).
Untuk obat sitostatika, stiker ungu ditempelkan di box kemasan terkecil.
3. Petugas satelit farmasi rawat inap menempelkan stiker high alert atau stiker ungu
sitostatika khusus untuk sediaan tablet di bagian belakang kemasan primer/strip setiap
tablet pada saat melakukan proses pengemasan.
4. Petugas satelit farmasi rawat jalan menempelkan stiker high alert khusus untuk
sediaan tablet di bagian belakang kemasan primer/strip tablet (1 stiker untuk 1 strip
tablet) pada saat melakukan proses pengemasan, apabila belum dikerjakan oleh petugas
gudang IAL.
5. Obat high alert disimpan pada tempat yang telah diberi selotip merah kecuali obat high
alert di ruang rawat yang sudah ditempel etiket identitas pasien disimpan di lemari obat
pasien tanpa selotip merah dengan akses terbatas.
6. Obat sitostatika disimpan secara terpisah dari obat high alert lainnya.
7. Ruang perawatan tidak menyimpan elektrolit pekat (Kalium dihidrogen fosfat, Kalium
Klorida 7,46%, Natrium Gliserofosfat pentahidrat, dan Natrium Klorida 3%) sebagai
persediaan ruangan, kecuali ruang operasi jantung dan ruang perawatan intensif.
8. Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus memastikan bahwa
elektrolit pekat disimpan di lemari obat pasien oleh petugas yang diberi wewenang
dengan akses terbatas.
9. Penandaan/labeling dibuat untuk tiap obat (nama obat, tanggal kadaluarsa, penandaan
khusus).
10. Membatasi variasi konsentrasi stok yang digunakan

C. Penyiapan
1. Apoteker/ Tenaga Teknis Kefarmasian mengkaji resep secara seksama
2. Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian menyiapkan obat sesuai ketentuan.
3. Petugas kedua memeriksa:
- benar nama obat, dosis, rute, dan penandaan,

perhitungan dosis
- kesesuaian dengan instruksi pengobatan (nama lengkap pasien, nomor rekam medik,
tanggal lahir)
4. Setiap petugas menuliskan inisial pada lembar resep setelah melakukan tahapan
dalam penyiapan.

D. Pemberian
Sebelum Pemberian kepada pasien
1. Perawat memeriksa kesesuaian identitas pasien (nama lengkap pasien, nomor rekam
medik, tanggal lahir/umur) pada rekam medik dan obat
2. Perawat memeriksa kebenaran nama obat, dosis, waktu, dan rute pemberian obat
serta, kecepatan infus
3. Mengkomunikasikan hal-hal yang meragukan/kurang jelas dengan tenaga kesehatan
lain (dokter, apoteker)
4. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan kepada
perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat high alert.

Pada Saat Pemberian


1. Perawat pemula mempunyai kewenangan untuk memberikan obat high alert oral
2. Perawat level I mempunyai kewenangan untuk memberikan obat high alert oral melalui
NGT, dan injeksi melalui iv, im, sc dan ic.
3. Perawat level II mempunyai kewenangan untuk memberikan obat high alert kemoterapi
dan elektrolit pekat premix
4. Perawat level III mempunyai kewenangan untuk memberikan obat high alert elektrolit
pekat di ruang intensif dan kamar operasi

PANDUAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT

Elektrolit
1. KALSIUM GLUKONAS
Nama Dagang : Callcii Gluconas
Kekuatan : Injeksi 100 mg/ ml, anhidrat 94 mg/0,23 mmol/ml
Kelas Terapi : Elektrolit
Peresepan : Kalsium Glukonas injeksi diresepkan lengkap dengan
kekuatan
Penyimpanan : Penyimpanan pada suhu kamar (15 - 30 0C)
Penyiapan : Lihat panduan umum penyiapan halaman 8
Pemberian : Infus IV : Harus diencerkan terlebih dahulu sebelum
digunakan secara intravena. Kalsium glukonas dapat
diencerkan menjadi 1 gram / 100 ml d5w atau NS hingga 2
gram / 100 ml d5w / NS.
Kalsium glukonas diberikan perlahan (~1.5 mL kalsium
glukonas 10 % per menit; tidak melebihi 200 mg / menit
kecuali dalam keadaan darurat). Kalsium glukonas
diberikan melalui pembuluh darah besar untuk menghindari
peningkatan serum kalsium dan ekstravasasi yang terlalu
cepat. Kalsium glukonas dapat diberikan infus lambat
selama 30-60 menit.
Jika terjadi ekstravasasi, segera hentikan infus kalsium
glukonas dan lepaskan jarum infus tersebut.

Parameter : Pantau kadar serum kalsium dan ion kalsium, albumin,


Monitoring serum fosfat, magnesium, EKG serta lokasi tempat
penyuntikan apakah terjadi ekstravasasi. Monitoring kadar
ion kalsium 30 menit setelah pemberian dan setiap 2 jam
setelah pemberian. Hindari hiperkasemia berat.
Interaksi :
Signifikan Jika digunakan bersama dengan kalsium asetat dapat
meningkatkan efek toksik dari kalsium asetat.

Gejala dan : Overdosis Kalsium glukonas menyebabkan


Penanganan hiperkalsemia jika diberikan dalam jumlah besar
Overdosis terutama apabila dosis tersebut diberikan pada pasien
gagal ginjal kronis. Gejala hiperkalsemia meliputi
anoreksia, mual, muntah, konstipasi, nyeri abdomen,
otot lemah, gangguan mental, poliuria, nyeri tulang,
nefrokalsinosis, renal calculi dan pada kasus berat
aritmia jantung, coma dan henti jantung.
Pertolongan pada overdosis:
Konsentrasi serum kalsium melebihi 10,5 mg / 100 ml
(2,6 mmol/L) dianggap sebagai kondisi hiperkalsemia.
Jika terjadi hiperkalsemia maka hentikan pemberian
kalsium dan obat lain yang dapat menyebabkan
hiperkalsemia.
Ketika konsentrasi serum kalsium lebih besar dari 12
mg / 100 ml, langkah yang segera dilakukan adalah
dengan pemberian :
- Hidrasi dengan injeksi intravena NaCl 0,9 % dan
diuresis dengan furosemide dapat meningkatkan
ekskresi kalsium secara cepat.
- Monitoring kadar kalium dan magnesium plasma
untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi
- Monitoring EKG dan kemungkinan penggunaan agen
penghambat beta adrenergik untuk melindungi jantung
dan aritmia berat.
- Pengobatan dengan calcitonin, dmp diphosphate
- Pengukuran konsentrasi serum kalsium pada interval
pendek sebagai acuan dalam penyesuaian terapi.

Konseling/ : Pemberian infus kalsium glukonas diindikasikan untuk


Edukasi mengobati/mencegah hipokalsemia pada pasien.
Kalsium glukonas harus diberikan secara perlahan
untuk menghindari peningkatan serum kalsium dan
ekstravasasi pada jaringan sekitar. Pemberian kalsium
glukonas secara perlahan juga dapat mencegah
tingginya konsentrasi kalsium mencapai jantung yang
dapat menyebabkan syncope.
Catatan : Jika kalsium glukonas dicampurkan dengan lipid maka
direkomendasikan untuk menggunakan filter inline 0,22
mikron untuk pemberian IV.
Pustaka :
Lacy CF, Armstrong LL, Goldman MP, Lance LL.
2014. Drug Information Handbook, 22nd Edition. USA:
Lexi Comp.
Sweetman SC. 2009. Martindale: The Complete
Drug Reference, 36th Edition. London: Pharmaceutical
Press

MAGNESIUM SULFAT
Nama Dagang : OTSU MgSO4 20 % dan OTSU MgSO4 40 %.
Kekuatan : Injeksi MgSO4 20 % dan 40 % 25 ml
Kelas Terapi : Elektrolit
Peresepan : Magnesium sulfat 20 % dan 40 % injeksi diresepkan
lengkap dengan kekuatan
Penyimpanan : Penyimpanan pada suhu 20 - 25 0C
Penyiapan : Lihat panduan umum penyiapan halaman 8
Pemberian : IM : pemakaian pada anak-anak harus dilarutkan terlebih
dahulu hingga konsentrasi kurang dari 20 %. Untuk dewasa
bisa digunakan dengan konsentrasi 25-50 %.
Infus IV : Pemakaian IV magnesium sulfat harus
diencerkan terlebih dahulu hingga kosentrasi dibawah 20%.
Dapat diberikan secara IV bolus maupun IV infus. Saat
memberikan magnesium sulfat secara IV bolus, maka harus
diencerkan terlebih dahulu dan diberikan tidak boleh lebih
cepat dari 150 mg/ menit ( 1-2 menit ).
Parameter : Diperlukan pemantauan EKG, tanda vital, refleks tendon.
Monitoring Pada pasien dengan disfungsi ginjal yang diberikan
magnesium dengan frekuensi sering dan jangka panjang
maka diperlukan pemantauan kadar kalsium dan kalium
darah, pemeriksaan fungsi ginjal.
Pada pasien kebidanan dipantau tanda vital, saturasi
oksigen, refleks tendon, tingkat kesadaran, denyut jantung
janin, dan aktivitas uterus.
Interaksi :
Signifikan Berinteraksi dengan Calcium Polystyrene Sulfonate:
Laksatif yang mengandung magnesium dapat
meningkatkan toksisitas Calcium Polystyrene Sulfonate.
Berinteraksi dengan Raltegravir yang dapat

menurunkan konsentrasi raltegravir.


Gejala dan : Magnesium sulfat dosis tinggi dapat menyebabkan
Penanganan terjadinya hypermagnesemia, terutama pada pasien gagal
Overdosis ginjal. Tanda-tanda hipermagnesemia meliputi mual,
muntah, hipotensi, kelemahan otot, kelumpuhan otot,
penghilatan kabur atau ganda, depresi sistem saraf pusat
dan hilangnya refleks. Hipermagnesemia yang lebih parah
dapat menyebabkan depresi pernafasan, paralisis
pernapasan, gagal ginjal, koma, aritmia jantung dan
serangan jantung.
Tindakan untuk mengatasi overdosis magnesium sulfat
adalah sebagai berikut :
1. Mengukur tekanan darah dan pernafasan
2. Pemberian IV sediaan garam kalsium 2,5 sampai 10
mmol ( yaitu Kalsium glukonas ) untuk mengurangi
toksisitas magnesium.
3. Bila mungkin diperlukan dialisis, terutama jika fungsi
ginjal terganggu.
4. Jika fungsi ginjal normal, cairan yang cukup harus
diberikan sehingga pengeluaran urin paling sedikit 60 ml/
jam untuk membantu pengeluaran magnesium dari tubuh.

Konseling/ : Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan dan


Edukasi menghindari kejang pada pasien pre-eklampsia dan
eklampsia. Selain itu, juga digunakan untuk pengkoreksi
kadar magnesium. Untuk pasien dengan gagal fungsi ginjal
(kliren kreatinin < 20 ml/ menit) beresiko terjadinya
hipermagnesemia.
Pustaka :
Lacy CF, Armstrong LL, Goldman MP, Lance LL. 2014. Drug Information
Handbook, 22nd Edition. USA: Lexi Comp.
Trissel, Lawrence A. (2009). Handbook on Injectable Drugs 15th Edition.
Maryland: American Society of Health-System Pharmacists.

Anda mungkin juga menyukai