Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERNAFASAN

TBC

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pengampu: Filia Icha S, S.Kep Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 7

1. Anggra Safitri (17613076)

2. Evita Widyawati (17613044)

3. Elsa Rossyta (17613048)

4. Fajriah Dewi S (17613080)

5. Ronand Avigusta (17613039)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Kesehatan meruakan kebutuhan dasar setiap manusia. Hal ini sangat penting
dalam membantu kita untuk melakukan aktivitas kehiduapn serta rutinitas kita sehari-
hari. Melihat pentingnya hidup sehat tersebut, maka sudah semestinya kita menjaga
perilakukita dan sadar akan pentingnya hidup sehat agar terhindar dari serangan
penyakit. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum sadar
akan pentingnya hidup sehat tersebut. Mereka tidak sadar dengan penyakit tidak
menular dan penyakit menular seperti TBC. Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit
menahun, bahkan dapat seumur hidup. Setelah seseorang terinfeksi kuman
tuberkulosis, hampir 90% penderita secara klinis tidak sakit, hanya didapat test
tuberkulin positif, 10% akan sakit. Penderita yang sakit, bila tanpa pengobatan, setelah
5 tahun, 50% penderita TB paru akan mati, 25% sehat dengan pertahanan tubuh yang
baik dan 25% menjadi kronik dan infeksius (Helmia, 2010.h.9).

1.2 DEFINISI
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir organ tubuh lainnya. Bakteri ini
dapat masuk melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka
pada kulit. Tetapi banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi
bakteri tersebut.

1.3 ETIOLOGI
Penyebab tuberkolosis dan Mycobacterium Tubercolosis. Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan ultraviolet. Ada 2
macam Mycobacteria Tubercolosis yaitu tipe Human dan tipe Bovin. Basil tipe Bovin
berada pada susu sapi yang menderita mastitis tuberkolosis usus. Basil tipe human bisa
berada dibercak ludah (droplet) dan diudara yang berasal dari penderita TBC. Dan
orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. (Wim De Jong)
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan hidup dan
menyebar kenodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah ini dapat
menyebabkan TB pada orang lain dimana infeksi laten dapat bertahan sampai
bertahun-tahun. (Petrick Davey)
Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase: (Wim De Jong)
1. Fase 1 (Fase Tuberculosis Primer)
Masuk kedalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan
tubuh.
2. Fase 2
3. Fase 3 (Fase Laten) :
Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun/seumur hidup) dan reaktifitas jika
terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, dan bisa terdapat ditulang panjang,
vertebra, Tuba Fallopi, Otak, Kelenjar Limfhilus, Leher dan Ginjal.
4. Fase 4: Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar keorgan
yang lain dan yang kedua ke ginjal setelah paru.

1.4 PATOFISIOLOGI
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M.tuberculosis. Bakteri menyebar
melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk.
Perkembangan M.tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-
paru (Lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah kebagian
tubuh lain (Ginjal, tulang, dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas).
Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan reaksi
inflamasi. Neutrofil dan Macrofak melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri),
sementara limfosit spesifik-tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan
normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10
minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara M.tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi
membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri
atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh macrofak seperti dinding.
Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa bagian tengah
dari massa tersebut disebut tubercle. Materi yang terdiri atas macrofak dan bakteri
menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannnya seperti
keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk
jaringan colagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Setelah infeksi awal, jika respon sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan
menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau
bakteri yang sebelumnya tidak aktif menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle
mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa didalam bronkus.
Tubercle yang ulserasis selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.
Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tubercle, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Macrofak yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tubercle epiteloit yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan
granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon berbeda,
dan kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi tubercle.

1.5 KLASIFIKASI
Klasifikasi Tuberkolusis dari sistem lama:
1) Pembagian secara patologis
 Tuberkolusis Primer (childhood tuberkulosis)
 Tuberkulosis post-primer (Adult tuberkulosis)
2) Pembagian secara aktifitas radiologi tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif,
nonaktif dan quaescent (bentuk aktif yang menyembuh)
3) Pembagian secara radiologis (luas lesi)
 Tuberkulosis minimal
 Moderately advanced tuberkolusis
 Far advanced tuberkolusis
Klasifikasi menurut american toracic sosiety :
1) Kategori 0 : Tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negative, tes
tuberculin
2) Kategori 1 : terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Disini riwayat kontak
positif, tes tuberculin negatif.
3) Kategori 2 : Terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberculin positif, radiologis
dan sputum negatif.
4) Kategori 3 : Terinfeksi tuberkulosis dan sakit.

Klasifikasi di Indonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan


macrobiologis :

1) Tuberkolusis paru
2) Bekas tuberkolusis paru
3) Tuberkolusis paru tersangka, yang terbagi dalam :
 TB tersangka yang diobati : sputum BTA (-), tetapi tanda-tanda lain positif.
 TB tersangka yang tidak diobati : sputum BTA (-) dan tanda-tanda lain juga
meragukan.
Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu: (Sudoyo Aru)
1) Kategori 1, ditujukan terhadap :
 Kasus baru dengan sputum positif
 Kasus baru dengan bentuk TB berat
2) Kategori 2, ditujukan terhadap :
 Kasus kambuh
 Kasus gagal dengan sputum BTA (+)
3) Kategori 3, ditujukan terhadap :
 Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang luas
 Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut kategori
4) Kategori 4, ditujukan terhadap TB kronik

1.6 MANIFESTASI KLINIS


1. Demam 40-41ºC, serta ada batuk/batuk darah
2. Sesak napas dan nyeri dada
3. Malaise, keringat malam
4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6. Pada anak
- Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh.
- Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
- Batuk kronik ≥ 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
- Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Menurut Mansjoer, dkk (1999:hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
klien dengan tuberculosis paru, yaitu :

1. Laboratorium darah rutin LED normal/meningkat, limfositosis


2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat didiagnosis
berdasarkan pemeriksaan ini
3. Tes PAP (peroksidase Anti Peroksidase)
4. Tes Mantoux/Tuberkulin
5. Tehnik Polymerase Chain Reaction
6. Becton Dickinson diagnostic instrument sistem (BACTEC)
7. MYCODOT
8. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB yaitu:
a. Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah
b. Bayangan bewarna (patchy) atau bercak (nodular)
c. Adanya kavitas tunggal atau ganda
d. Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru
e. Adanya klasifikasi
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g. Bayangan milie

1.8 PENATALAKSANAAN
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan
4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
1. Obat anti Tuberkulosis (OAT)
a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah :
-Rifampisin
Dosis 10 mg/kg BB, maksimal 600 mg 2-3x/ minggu atau
BB>60kg : 600 mg
BB40-60kg : 450 mg
BB<40kg : 300 mg
Dosis intermiten 600mg/kali
- INH
dosis 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg, 10 mg/kg BB 3 kali seminggu, 15 mg/kg BB 2 kali
seminggu atau 300 mg/hari
Untuk dewasa. Intermiten : 600 mg/kali
-pirazinamid
Dosis fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 kali seminggu, 50 mg/kg BB 2 kali seminggu
atau
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
-streptomisin
Dosis 15 mg/kg BB atau
BB 40-60 : 750 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Dosis intermuten 40 mg/kgBB/kali
b. Kombinasi dosis tetap (fixed dose combination) , kombinasi dosis tetap ini terdiri dari :
- Empat obat antituberkulosis dalan satu tablet, yaitu rifamsipin 150 mg, isoniazid 75 mg,
pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
- tiga obat antituberkulosis dalan satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan
pirazanamid 400 mg
- kombinasi dosis tetap rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap, penderita
hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat
menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang selama ini telah
digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan.
C. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
- kanasimin
- kuinolon
- obat lain masih dalam penelitian : makrolid, amoksilin, +asam klavulanat.
- derivat rifampisin dan INH
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun
sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena itu pemantauan kemungkinan
terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang
terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat
simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.

2. Paduan Obat Anti Tuberkulotis


Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi :
a. TB paru ( kasus baru) , BTA positif atau lesi luas paduan obat yang diberikan : 2 RHZE / 4
RH
Alternatif : 2 RHZE / 4 R3H3 atau (program P2TB) 2 RHZE / 6HE
paduan ini dianjurkan untuk :
- TB paru BTA (+), kasus baru
- TB paru BTA (-), dengan ganbar radiologik lesi luas
- TB diluar paru kasus berat
Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 7 bulan, dengan paduan
2 RHZE/ 7 RH, dan alternatif 2 RHZE/7 R3H3, seperti pada keadaan :
- TB dengan lesi luas
- disertai penyakit komorbit ( diabetes melitus)
- pemakaian obat imuno supresi/ cortikos teroid
- TB kasus berat
Bila pada fasilitas biarkan dan uji resitensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil uji
resitnesi.
b. TB paru kasus (baru) , BTA negatif
Paduan obat yang diberikan : 2 RHZ/ 4 RH
Alternatif : 2 RHZ / 4 R3H3 atau 6 RHE
Paduan ini diajukan untuk :
- TB paru BTA negatif dengan gambar radiolik lesi minimal
- TB diluar paru kasus ringan
- TB paru kasus kambuh
Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan 4 macam OAT Pada fase intensif
selama 3 bulan ( bila ada hasil uji resitensi dapat diberikan obat sesuai hasil uji resitensi).
a. TB paru kasus pengobatan
Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resitensi, dengan minimal menggunakan 4-5
OAT dengan minimal 2 OAT yang masih sensitif.
b. TB paru kasus lalai berobat
Penderita TB paru kasus lalai berobat akan dimulai pengobatan kembali sesuai dengan
kriteria sebagai berikut :
- penderita yang menghentikan pengobatan kurang dari 2 minggu, pengobatam OAT
dilanjutkan sesuai jadwal.
- penderita menghentikan pengobatan > 2 minggu
- pengobatan. > 4 bulan, BTA negatif dan klinik, radiologik negatif, pengobatan OAT stop.
- pengobatan < 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat
yang sama.
- pengobatan < 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat sampai 4 minggu pengobatan
diteruskan kembali sesuai jadwal.
- TB paru kasus kronik
- pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resitensi, berikan RHZES.
- jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup.
- kasus TB paru kronik diPerlu dirujuk ke ahli Paru
1. Pengobatan suportif/ sintomatik
Pengobataj yang diberikan kepada penderita TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya
a. Penderita rawat jalan
- makan-makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan
- bila demam dapat diberikan obat penurun panas atau demam
- bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak nafas, atau keluhan
lain.
b. Penderita rawat inap
- TB paru disertai keadaan atau komplikasi sbb : batuk darah, keadaan umum buruk,
pneumotoraks, empiema, efusi pleura masif
- TB di luar paru yang mengancam jiwa : TB paru milier, meningitis TB.
2. Terapi pembedahan
a. Indikasi mutlak
- Semua oenderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif
- Penderita batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
- penderita dengan fistula brokopleura dengan epiema yang tidak dapat diatasi secara
konservatif
b. Indikasi relatif
- penderita dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
- kerusak satu paru atau lobus dengan permukaan
- sisa kaviti yang menetap
3. Tindakan invasif ( selain pembedahan )
a. Bronkoskopi
b. Punksi pleura
c. Pemasangan WSD ( water sealed drainage)
4. Kriteria sembuh
a. BTA mikroskopik negatif 2 kali ( pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah
mendapatkan pengobatan yang adekuat
b. Pada foto toraks, gambar radiologik serial tanpa sama atau perbaikan
c. Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif.
1.9 WOC

Microbacterium Droplet infection Masuk lewat jalan nafas


tuberkulosa

Menempel pada paru

Keluar dari Dibersihkan oleh Menetap dijaringan paru


tracheobionchial makrofag
bersama sekret
Terjadi proses peradangan

Sembuh tanpa
Pengeluaran zat pirogen Tumbuh dan berkembang di
pengobatan sitoplasma makrofag

Mempengaruhi
hipothalamus Sarang primer/afek primer
(fokus ghon)
Mempengaruhi sel point

Hipertermi

Komplek primer Umfangitis lokal Umfadinitis regional

Menyebar ke organ Sembuh sendiri tanpa Sembuh dengan bekas


lain (paru lain saluran
pencernaan, tulang) pengobatan fibrosis
melalui media
(bronchogen
percontinultum,
hematogen,
limfogen)

Radang tahunan Pertahanan primer tidak


dibronkus adekuat

Berkembang Pembentukan tuberkel Kerusakan memberan alveolar


menghancurkan
jaringan ikat sekitar
Pembentukan sputum Menurunnya permukaan efek
berlebihan paru
Bagian tengah
nekrosis
Ketidak efektif Alveolus
bersihan jalan nafas
Memebentuk jaringan Alveolus mengalami konsolidasi &
keju eksudasi
Sekret keluar saat Gangguan pertukaran gas
batuk

Batuk produktif
(batuk terus
menerus)

Droplet infection Batuk berat

Terhirup orang sehat Distensi abdomen

Resiko infeksi Mual muntah

Intake nutrisi kurang

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Data umum pasien


Meliputi nama, umur, jenis kelamin, no. registrer, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan,
tanggal MRS, dan diagnosis medis

2.2 Pengkajian
a. Keluhana utama
Pasien dengan TB paru sering mengeluh batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri
dada dan demam.
b. Riwayat penyakit sekarang
Agar memudahkan perawat mengkaji keluhan sesak napas maka dapat dibedakan
sesuai tingkat klasifikasi sesak. Pengkajian menggunakan PQRST dapat lebih
memudahkan perawat dalam melengkap pengkajian
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberculosis dari
orang lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB paru
seperti diabetes mellitus. Tanyakan obat-obat yang biasa diminum dan relevan, obat-
obat ini meliputi obat OAT dan antitusif. Catat adanya efek samping yang terjadi di
masa lalu. Kaji lebih dalam tentag seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam
enam bulan terakhir. Penuruan BB pada klien TB paru berhubungan erat dengan
proses penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering
disebabkan karena meminum OAT
d. Pola sehari-hari
Pola nutrisi pada klien TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan
menurun, pola eliminasi klien Tb paru tidak mengalami perubahan atau kesuliatan
dalam miksi maupun defekasi, pola aktivitas dengan adanya batuk, sesak nafas dan
nyeri dada akan mengganggu aktivitas, pola istirahat dengan adanya sesak nafas
dan nyeri dada pada penderita Tb paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan
tidur dan istirahat. (Marilyn. E. Doegoes, 1999)

2.3 Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakuakn secara selintas dengan
menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai ecara umum tentang
kesadaran klien yang terdiri dari compos metis, apatis, somnolen, sospor,
soporokoma, atau koma.

b. Tanda-tanda Vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien TB paru biasanya didapatkan
peningkatan suhu ubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkst, apabila
disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dnegan peningkatan
suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengaan
adanya penyakit penyulit seperti hipertensi

c. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
a). Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
b). Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas
yang tertinggal, suara napas melemah. (Purnawan Junadi DKK, th
1982, hal 213)
Palpasi : Fremitus suara meningkat. (Hood Alsogaff, 1995. Hal 80)
Perkusi : Suara ketok redup. (Soeparman, DR. Dr. 1998. Hal 718)
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang
nyaring. (Purnawan. J. dkk, 1982, DR. Dr. Soeparman, 1998. Hal
718)
c). Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
d). Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras. (DR.Dr.
Soeparman, 1998. Hal 718)
e). Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun. (DR.Dr.
Soeparman, 1998. Hal 718)
f). Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan
sehari – hari yang kurang meyenangkan. (Hood Al Sagaff, 1995. Hal 87)
g). Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
h). Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

2.4 Analisa Data


Data yang telah dikumpulkankemudian di analisa unuk menentukan masalah
penderita. Analisa merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan menyeleksii
data, menklarifikasikan, mengelompokkan data, mengaitkan dan menentukan
kesenjangan informasi, membandingkan dengan standart, menginterprestasikan serta
akhirnya membuat diagnose keperawatan. (lismidar 1990)

2.5 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefisiensi bersih jalan napas berhubungan dengan bronkospasme
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
3. Hipertermia berhubungan dengan reaksi inflamasi

2.6 Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Ketidakefektifan bersihan jalan NOC NIC

napas
Respiratory status : Airway suction

Definisi : ketidakmampuan untuk ventilation


Pastikan kebutuhan
membersihkan sekresi atau Respiratory status : airway
oral / tracheal
obstruksi dari saluran pernafasan patency
suctioning
kriteria Hasil :
untuk mempertahankan Auskultasi suara
Mendemonstrasikan batuk
kebersihan jalan napas. nafas sebelum dan
efektif dan suara napas
sesudah
Batasan karakteristik :
yang bersih, tidak ada
suctioning
Tidak ada batuk sionosis dan dyspneu
Informasikan pada
Suara napas tambahan (mampu mengeluarkan
klien atau keluarga
Perubahan frekuensi napas sputum, mampu bernafas
tentang suctioning
Perubahan irama napas dengan mudah, tidak ada
Minta klien napas
Sianosis pursed lips)
dalam sebelum
Kesulitan berbicara atau Menunjukan jalan napas
suctioning
mengeluarkan suara yang paten (klien tidak dilakukan

Penurunan bunyi napas merasa tercekik, irama Berika O2 dengan

Dipsneu napas, frekuensi menggunakan

Sputum dalam jumlah yang pernapasan dalam nasal untuk

berlebihan rentang normal, tidak ada memfasilitasi

Batuk yang tidak efektif suara napas abnormal) suksion

Ortopheu Mampu nasotrakeal

Gelisah mengidentifikasikan dan Gunakan alat yang

Mata terbuka besar mencegah factor yang steril setiap

Faktor-faktor yang berhubungan : dapat menghambat jalan melakukan

Lingkungan : napas tindakan

Perokok pasif Anjurkan pasien

Mengisap asap untuk istirahat dan

Merokok napas dalam

Obstruksi jalan napas setelah kateter

Spasme jalan napas dikeluarkan dari

Mokus dalam jumlah berlebihan nasotrakeal

Eksudet dalam jalan napas Monitor status

Materi lain dalam jalan napas oksigen pasien

Adanya jalan napas buatan Ajarkan keluarga

Sekresi bertahan / sisa sekresi pasien bagaimana

Sekresi dalam bronki cara melakukan

Fisiologis cara suksion

Jalan napas alergik Hentikan suksion

Asma dan berikan


Penyakit paru obstruktif kronik oksigen apabila

Hiperplasi dinding bronchial pasien

Infeksi menunjukan

Disfungsi neuromuskular bradikardi,

peningkatan

saturasi O2, dll.

Buka jalan napas,

gunakan teknik

chin lift atau jaw

thrust bila perlu

Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

Identifikasi pasien

perlunya

pemasangan alat

jalan napas

buatan

Pasang mayo bila

perlu

Lakukan fisioterapi

dada bila perlu

Keluarkan secret

dengan batuk
atau suction

Auskultasi suara

napas, catat

adanya suara

tambahan

Lakukan suction

pada mayo

Berikan

bronkodilator bila

perlu

Berikan pelembab

udara kassa basah

NaCl lembab

Atur intake untuk

cairan

mengoptimalkan

keseimbangan

Monitor respirasi

dan status O2

2. Gangguan Pertukaran Gas NOC NIC

Definisi : kelebihan atau deficit Respiratory status : gas Airway

pada oksigenasi dan atau exchange Management

eliminasi karbon dioksida pada Respiratory status : ventilation


Buka jalan napas,
membran alveolar-kapiler Vital sign status
gunakan teknik
Kriteria Hasil :
Batasan Karakteristik : Mendemonstrasikan chin lift atau jaw

peningkatan ventilasi dan thrust bila perlu


pH darah arteri abnormal
oksigenasi yang adekuat Posisikan pasien

pH arteri abnormal Memelihara kebersihan paru- untuk

paru dan bebas dari memaksimalkan


Pernapasan abnormal
tanda-tanda stress ventilasi
(mis,kecepatan,irama,kedalama
pernapasan Identifikasi pasien
n)
Mendemonstasikan batuk perlunya
Warna kulit abnormal
efektif dan suara napas pemasangan alat
(mis,pucat,kehitaman)
yang bersih, tidak ada jalan napas buatan
Konfusi
sianosis dan dyspneu Pasang mayo bila
Sianosis (pada neonates saja)
(mampu mengeluarkan perlu
Penurunan karbon dioksida
sputum, mampu bernapas Lakukan fisioterapi
Diaforesis
dengan mudah, tidak ada bila perlu
Dispnea
pursed lips) Keluarkan secret
Sakit kepala saat bangun
Tanda-tanda vital dalam dengan batuk atau
Hiperkapnia
rentang normal suction
Hipoksemia
Auskultasi suara
Hipoksia
napas, catat
Iritabilitas
adanya suara
Napas cuping hidung
tambahan
Gelisah
Lakukan suction
Samnolen
mayo
Takikardi
Berikan
Gangguan penglihatan
bronkodilator bila
Faktor-faktor yang berhubungan :
Perubahan membrane alveolar- perlu

kapiler Berikan pelembab

Ventilasi perfusi udara

Atur intake untuk

mengoptimalkan

keseimbangan

Monitor respirasi dan

status O2

Respiratory

Monitoring

- monitor rata-rata

kedalaman, irama

usaha respirasi

- catat pergerakan

dada, amati

kesimetrisan,

penggunaan otot

tambahan, retraksi

otot supraclavicular

dan intercostals

- monitar suara

napas, seperti

dengkur

- monitor suara

napas, seperti
dengkur

- monitor pola

napas : bradipena,

takipenia, kussmaul,

hiperventilasi,

cheyne stokes, biot

- catat lokasi trakea

Monitor kelelahan

diafragma (

gerakan

paradoksis)

Auskultasi suara

napas, catat suara

penurunan /tidak

adanya ventilasi

dan suara

tambahan

Tentukan kebutuhan

suction dengan

mengauskultasi

crakles dan ronkhi

pada jalan napas

utama

Auskultasi suara paru


setelah tindakan

untuk mengetahui

hasilmya

BAB II

KESIMPULAN

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium


tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir organ tubuh lainnya. Bakteri ini
dapat masuk melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka
pada kulit. Tetapi banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi
bakteri tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Huda Nurarif Amin, Kusuma Hardhi ,2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction.

Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta :
Salemba Medika.

http://indonesiannursing.com/asuhan-keperawatan-klien-tuberkulosistbc/

Anda mungkin juga menyukai