Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

INFEKI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

Dosen pengampu :

Filia Icha

Disusun Oleh :

1. Muamar Rosit (17613053)


2. Salma Ghina Tuadha (17613075)
3. Silvia Anggrita Sari (17613088)
4. Oktavia Husna Nurainina (17613084)
5. Camelia Marta Restu Gusti (17613060)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI D3 KEPERAWATAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan.(Nelson,edisi 15). ISPA adalah
infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.Penyebab ISPA lebih dari
300 jenis bakteri, virus, dan jamur.

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA
ini termasuk golongan Air Borne Disease.

1.2 Definisi

ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan.(Nelson,edisi 15).

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput
paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibat kematian
1.3 Etiologi

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,
hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan
mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus. Bakteri
dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus
dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan
menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim
hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan
berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan
antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

1.4 Patofisiologi

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA
ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah
cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui
kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah
karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme
penyebab.

Walaupun saluran pernapasan atas (akut) secara langsung terpajan lingkungan, namun
infeksi relatif jarang terjadi berkembang menjadi infeksi saluran pernapasan bawah yang
mengenai bronchus dan alveoli.

Terdapat beberapa mekanisme protektif di sepanjang saluran pernapasan untuk


mencegah infeksi, refleksi batuk mengeluarkan benda asing dan mikroorganisme, dan
membuang mucus yang tertimbun, terdapat lapisan mukosilialis yang terdiri dari sel-sel
dan berlokasi dari bronchus ke atas yang menghasilkan mucus dan sel-sel silia yang
melapisi sel-sel penghasil mucus.

Silia bergerak dengan ritmis untuk mendorong mucus, dan semua mikroorganisme
yang terperangkap di dalam mucus, ke atas nasofaring tempat mucus tersebut dapat
dikeluarkan melalui hidung, atau ditelan. Proses kompleks ini kadang-kadang disebut
sebagai system Eksalator mukolisiaris.

Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut dan mengkoloni saluran
napas atas, maka mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan yang ketiga
yang penting (system imum) untuk mencegah mikroorganisme tersebut sampai di saluran
napas bawah.

Respons ini diperantarai oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel darah putih
lainnya misalnya makrofag, neutrofil, dan sel mast yang tertarik ke daerah tempat proses
peradangan berlangsung. Apabila terjadi gangguan mekanisme pertahanan di bidang
pernapasan, atau mikroorganismenya sangat virulen, maka dapat timbul infeksi saluran
pernapasan bawah.

1.5 Klasifikasi

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.


Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan
umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :


1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu
60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

1.6 Manisfestasi klinis

Tanda-tanda ISPA

Pada umumnya penyait saluran pernafasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan


gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih
berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan
mungkin meninggal. Billa sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka
perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-
cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagaan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda


laboratoris.

Tanda-tanda klinis:
 Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tidak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
 Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
 Pada siste cerebral adalah: gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bending, kejang dan koma.
 Pada hal umum adalah: letih dan berkeringat banyak

Tanda-tanda laboratoris:
 Hypoxemia
 Hypercapnia dan
 Acidosis (metabolic dan atau respiratorik)

Tanda-tanda dan bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk. Sedangkan tanda
bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum
(keampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam dan dingin.

Menurut Pincus Catzel & Ian Roberts (1990; 45), penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Atas biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hisung
dengan secret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi
gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum.

Gejala ISPA

Sebagian besar anak dengan infeksi saluran nafas bagian atas memberikan gejala yang
sangat penting yaitu batuh. Infeksi saluran nafas bagian bawah memberikan tanda
beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retraksi dada. Semua ibu dapat
mengenali batuk tetapi mungkin tidak mengenal tanda-tanda lainnya dengan mudah
(Harson dkk, 1994). Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali yaitu flu,
demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5°C dan disertai sesak nafas (PD
PERSI, 2002).
Menurut derajar keparahannya, ISPA dibagi menjadi 3 golongan yaitu (Suyudi,
2002):

a. ISPA ringan bukan pneumonia


b. ISPA sedang, pneumonia
c. ISPA berat, pneumonia berat

Khusus untuk bayi dibawah 2 tahun, hanya dikenal ISPA ringan (tidak ada ISPA
sedang). Batasab ISPA berat untuk bayi kurang dari 2 bulan adalah bila frekuensi
nafasnya cepat (60x/menit) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat. Pada dasarnya
ISPA ringan dapat berkemabng menjadi ISPA sedangatau ISPA berat jika keadaaan
memungkinkan misalnya psien kurang mendapat perawatan atau daya tahan tubuh pasien
sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam sedangkan
ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan sederhana.

a. Gejala ISPA ringan


Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala berikut:
 Batuk,
 Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada
waktu berbicara atau menangis)
 Pilek atau mengeluarkan lender atau ingus dari hidung
 Panas atau demam, suhu tubuh badanlebih dari 37°C atau jika dahi anak diraba
dengan punggung tangan terasa panas.
b. Gejala ISPA sedang
 Pernafasan lebih dari 50x/menit pada anak umur kurang dari 1 tahun atau lebih
dari 40 x/menit pada anak 1 tahun atau lebih
 Suhu lebih dari 39°C
 Tenggorokan berwarna merah
 Timul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
 Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
 Pernafasan berbunyi seperti mendengkur
 Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit
c. Gejala ISPA berat
 Bibir atau kulit membiru
 Lubang hidung kembang kempis (dengan cuku lebar) pada waktu bernafas
 Kesadaran menurun
 Pernafasan berbunyi mengorok
 Pernafsan berbunyi menciut
 Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
 Nadi cepat lebih dari 60x/menit
 Tenggorokan berwarna merah.

1.7 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny, 2010).

1.8 Penatalaksanaan

1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian


multivitamin dll.
2. Antibiotik :
 Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
 Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
 Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol,
kloksasilin, gentamisin.
 Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.
1.9 WOC

Bakteri Virus Jamur

(streptococcus) (mikrovirus, adnovirus)

ISPA

Reaksi Antigen Antibody Silia yang terdapat pada permukaan


saluran pernapasan bergerak ke atas

Radang pada saluran napas atas


Virus masuk ke faring

Infeksi
Merusak lapisan epitel dan
mukosa saluran pernapasan

Iritasi
Peningkatan suhu
tubuh
Peradangan
Kesilatan/sakit saat
mengunyah Batuk kering

anoreksia Nyeri akut

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
BAB II

Asuhan Keperawatan ISPA

2.1 Data umum pasien

Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu anatara lain : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, status, mental, suku, keluarga, alamat, no registrasi,
diagnose medis, tanggal MRS.

2.2 Pengkajian

a) Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)


b) Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot
dan sendi, nafsu makan menurun, batuk pilek dan sakit tenggorokan.
c) Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang
dialaminya sekarang)
d) Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami
sakit seperti penyakit klien)
e) Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)

2.3 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum :
a. Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat
b. Mengkaji tanda-tanda vital
2. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala apakah ada kelainan,
lesi pada kepala.
3. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat atau tidak.
4. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik atau
tidak, keadaan pupil, dan apakah da gangguan penglihatan.
5. Telinga
Bagaimana bentuk telinga simetris atau tidak, apakah ada cairan yang keluar, apakah
ada gangguan pendengaran.
6. Hidung
Bentuk hidung, kedaaannya besih atau tidak, apakah ada secret atau tidak, serta cairan
yang keluar, ada sinus atau tidak, dan apakah ada gangguan penciuman atau tidak.
7. Mulut
Bentuk mulut, lidah kotor atau tidak, apakah ada kemerahan atau tidak pada lidah,
adakah gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam bicara
8. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena
jugularis.
9. Thorak
Bagaimana bentuk dada simetris atau tidak, kaji pola pernapasan apakawah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernapasan

a. Inspeksi

 Melihat bentuk dada Normal, Pigeont Chest / dada burung, Barrel Chest / dada tong,
Funnel Chest
 Melihat naik turunnya rongga dada
 Melihat adanya lesi atau tidak
 Melihat adanya edema atau tidak

b. Palpasi

 Melihat adanya edema atau tidak


 Adanya demam
 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
 Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

c. Perkusi
 Suara paru normal (resonance)

d. Auskultasi

 Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru


10. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering atau tidak, apakah teradapat abdomen
atau tidak.

2.4 Analisa data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah


penderita. Analisa merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mnyeleksi data,
mengklarifikasikan, mengelompokkan data, mengaitkan dan menentukan kesengajaan
informasi, membandingkan dengan standart, menginterprestasikan serta akhirnya membuat
diagnose keperawatan. (Lismidar 1990).

2.5 Diagnosa keperawatan

1) Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi

2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil

2.6 Intervensi

DIAGNOSA NOC: NIC:


Peningkatan suhu tubuh Thermoregulation Fever treatment:
Kriteria Hasil: - Monitor suhu
Definisi : peningkatan suhu  Suhu tubuh dalam sesering munkin
tubuh diatas kisaran normal. rentang normal - Monitor IWL
 Nadi dan RR dalam - Monitor warna dan
Batasan Karakteristik : rentang normal suhu kulit
 Konvulsi  Tidak ada perubahan - Monitor tekanan
 Kulit kemerahan warna kulit dan tidak darah, nadi, RR
 Peningkatan suhu ada pusing - Monitor penurunan
tubuh diatas kisaran tingkat kesadaran
normal - Monitor WBC, Hb,

 Kejang dan Hct

 Takikardi - Monitor intake dan

 Takipnea output
- Berikan antipiretik
 Kulit terasa hangat
- Berikan pengobatan
untuk mengatasi
Faktor yang berhubungan:
penyebab demam
 Anastesia
- Selimuti pasien
 Penurunan respirasi
- Lakukan tapid sponge
 Dehidrasi
- Kolaborasi pemberian
 Pemajanan
cairan intravena
lingkungan yang
- Kompres pasien pada
panas
lipat paha dan aksila
 Penyakit
- Tingkatkan sirkulasi
 Pemakaian pakaian
udara
yang tidak sesuai
- Berikan pengobatan
dengan suhu
untuk mencegah
lingkungan
terjadinya mengigil
 Peningkatan laju
metabolisme
Temperature
 Medikasi
regulation
 Trauma
- Monitor suhu
 Aktiuvitas berlebihan
minimal tiap 2 jam
- Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
- Monitor TD, nadi,
dan RR
- Monitor warna dan
suhu kulit
- Monitor tanda-tanda
hipertermia dan
hipotermi
- Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan kepada
pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
- Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek
negatif dari
kedinginan
- Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang di
perlukan
- Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang di
perlukan
- Berikan anti piretik
jika di perlukan
Vital sign
Monitoring
- Monitor TD, Nadi ,
suhu dan RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD, pada
kedua lengan
bandingkan
- Monitor TD, nadi ,
RR, sebelum ,
selama, dan setelah
aktivitas
- Monitor kualitas dari
nadi
- Monitor frekuensi
dan irama pernafasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
pernafasan abnormal
- Monitor suhu , warna,
dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad(tekanan
nadi yang melebar,
brakikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC:


kurang dari kebutuhan  Nutritional Status: Nutrition Management
tubuh  Nutritional Status: 1. Kaji adanya alergi
food and fluid intake makanan
Definisi: Asupan nutrisi  Nutritional 2. Kolaborasi dengan
tidak cukup untuk memenuhi Status:nutrient intake ahli gizi untuk
kebutuhan metabolik  Weight control menentukan jumlah
kalori dan nutrisiyang
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil: dibutuhkan pasien
 Kram abdomen  Adanya peningkatan 3. Anjurkan pasien
 Nyeri abdomen berat badan sesuai untuk meningkatkan
 Menghindari dengan tujuan intake Fe
makanan  Berat badan ideal 4. Anjurkan pasien

 Berat badan 20% atau sesuai dengan tinggi untuk meningkatkan

lebih dibawah berat badan protein dan vitamin C

badan ideal  Mampumengidentifik 5. Berikan substansi

 Kerapuhan kapiler asi kebutuhan nutrisi gula

 Diare  Tidak ada tanda-tanda 6. Yakinkan diet yang


malnutrisi dimakan mengandung
 Kehilangan rambut
 Menunjukkan tinggi serat untuk
berlebihan
peningkatan fungsi mencegah konstipasi
 Bising usus hiperaktif
pengecapan dan 7. Berikan makanan
 Kurang makanan
menelan yang terpilih(sudah
 Kurang informasi
 Tidak terjadi dikonsultasikan
 Kurang minat pada
penurunan berat dengan ahli gizi)
makanan
badan yang berarti 8. Ajarkan pasien
 Penurunan berat
bagaimana membuat
badan dengan asupan
catatan makanan
makanan adekuat
harian
 Kesalahan konsepsi
 Kesalahan informasi 9. Monitor jumlah
 Mambran mukosa nutrisi dan kandungan
pucat kalori
 Ketidakmampuan 10. Kaji kemampuan
makan makanan pasien untuk

 Tonus otot menurun mendapatkan nutrisi

 Mengeluh gagasan yang dibutuhkan

sensasi rasa
 Mengeluh asupan Nutrition Monitoring

makanan kurang dari 1. BB pasien dalam

RDA(Recommended batas normal

Daily Allowance_) 2. Monitor adanya


penurunan berat
 Cepat kenyang
badan
setelah makan
3. Monitor tipe dan
 Sariawan rongga
jumlah aktifitas yang
mulut
biasa dilakukan
 Steatorea
4. Monitor interaksi
 Kelemahan otot
anak atau orang tua
pengunyah
selama makan
 Kelemahan otot untuk
5. Monitor lingkungan
menelan
selama makan
6. Jadwalkan
Faktor yang berhubungan:
pengobatan dan
 Faktor biologis
tindakan tidak selama
 Faktor ekonomi
jam makan
 Ketidakmampuan
7. Monitor kulit kering
untuk mengabsorbsi
dan perubahan
nutrien
pigmentasi
 Ketidakmampuan
8. Monitor turgor kulit
untuk mencerna
9. Monitor kekeringan ,
makanan
rambut kusam, dan
 Ketidak ammpuan
mudah patah
menelan makanan
 Faktor psikologis 10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjumgtiva
14. Monitor kalori dan
intake nutrisi
15. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavital oral
16. Catat jika lidah
berwarna
magenta,scarlet
Nyeri Akut: NOC: NIC:
 Pain level Pain Management
Definisi: pengalaman  Pain control 1. Lakukan pengkajian
sensorik dan emosional yang  Comfort level nyeri secara
tidak menyenangkan yang komprehensif
muncul akibat kerusakan Kriteria hasil: termasuk lokasi,
jaringan yang aktual atau  Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
potensial atau digambarkan nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas
dalam hal kerusakan nyeri, mampu dan faktor presipitasi
sedemikian rupa mengunakan teknik 2. Observasi reaksi
(International Association for nonfarmakologi nonverbal dari
the study of Pain):awitan untuk mengurangi ketidaknyamanan
yang tiba-tiba atau lambat nyeri ,mencari 3. Gunakan teknik
dari intensitas ringan hinga bantuan) komunikasi terapeutik
berat dengan akhir yang  Melaporkan bahwa untuk mengetahui
dapat di antisipasi atau di nyeri berkurang pengalaman nyeri
prediksi dan berlangsung < 6 dengan menggunakan pasien
bulan. manajemen nyeri 4. Kaji kultur yang
 Mampu mengenali mempengaruhi respon
Batasan karakteristik: nyeri(skala, nyeri
 Perubahan selera intensitas, frekuensi, 5. Evaluasi pengalaman
makan dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
 Perubahan tekanan  Menyatakan rasa 6. Evaluasi bersama
darah nyaman setelah nyeri pasien dan tim
 Perubahan frekuwensi berkurang kesehatan lain tentang
jantung ketidakefektifan

 Perubahan frekuwensi kontrol nyeri masa

pernafasan lampau

 Laporan isyarat 7. Bantu pasien dan

 Diaforesis keluarga untuk


mencari dan
 Perilaku distraksi
menemukan
(misal, berjalan
dukungan
mondar mandir
8. Kontrol lingkungan
mencari orang lain
yang dapat
dan atau aktifitas lain
mempengaruhi nyeri
, aktfitas yang
seperti suhu ruangan ,
berulang)
pencahayaan, dan
 Mengekspresikan
kebisingan
perilaku (misal,
9. Kurangi faktor
gelisah, merengek,
presipitasi nyeri
menangis)
10. Pilih dan lakukan
 Masker wajah (misal,
penanganan nyeri
mata kurang
(farmakologi, non
bercahaya, tampak
farmakologi dan
kacau, gerakan mata
interpersonal)
berpencar atau tetap
pada satu fokus 11. Kaji tipe dan sumber
meringis) nyeri untuk
 Sikap melindungi menentukan
area nyeri intervensi
 Fokus menyempit 12. Ajarkan tentang
(misal, gangguan teknik non
persepsi nyeri, farmakologi
hambatan proses 13. Berikan analgetik
berfikir, penurunan untuk mengurangi
interaksi dengan nyeri
orang dan 14. Evaluasi keefektifan
lingkungan) kontrol nyeri
 Indikasi nyeri yang 15. Tingkatkan istirahat
dapat diamati 16. Kolaborasikan

 Perubahan posisi dengan dokter jika

untuk menghindari ada keluhan dan

nyeri tindakan nyeri tidak

 Sikap tubuh berhasil

melindungi 17. Monitor penerimaan

 Dilatasi pupil pasien tentang


manajemen nyeri
 Melaporkan nyeri
secar verbal Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
 Gangguan tidur
karakteriktik,
kualitas dan derajat
Faktor yang berhubungan:
nyeri sebelum
 Agen cidera (misal,
pemberian obat
biologis, zat kimia,
2. Cek intruksi dokter
fisik, psikologis)
tentang jenis
obat,dosis dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik
pihihan, rute
pemberian dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian
secar IV,IM, untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Pemberian analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
10. Evaluasi aktifitas
analgesik, tanda dan
gejala
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-
macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya.
Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA
bakterial adalah pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila
pasien mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan kuma penyebab. Untuk dapat
melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil
material pemeriksaan yang tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru
setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai.

Kesulitan menentukan pengobatan secara rasional antara lain kesulitan memperoleh


material pemeriksaan yang tepat, sering kali mikroorganisme itu baru diketahui dalam
waktu yang lama., kuman yang ditemukan adalah kuman komensal, tidak ditemukan
kuman penyebab.

Melihat berbagai alasan yang telah diuraikan diatas maka sebaiknya pendekatan yang
digunakan adalah pengobatan secara empirik lebih dahulu, setelah diketahui kuman
penyebab beserta antimikroba yang sesuai, terapi selanjutnya disesuaikan.

B. SARAN

1. Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca

2. makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam
membuat asuhan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai