Dosen pengampu :
Filia Icha
Disusun Oleh :
PRODI D3 KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan.(Nelson,edisi 15). ISPA adalah
infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.Penyebab ISPA lebih dari
300 jenis bakteri, virus, dan jamur.
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA
ini termasuk golongan Air Borne Disease.
1.2 Definisi
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan.(Nelson,edisi 15).
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput
paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibat kematian
1.3 Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,
hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan
mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus. Bakteri
dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus
dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan
menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim
hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan
berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan
antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
1.4 Patofisiologi
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA
ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah
cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui
kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah
karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme
penyebab.
Walaupun saluran pernapasan atas (akut) secara langsung terpajan lingkungan, namun
infeksi relatif jarang terjadi berkembang menjadi infeksi saluran pernapasan bawah yang
mengenai bronchus dan alveoli.
Silia bergerak dengan ritmis untuk mendorong mucus, dan semua mikroorganisme
yang terperangkap di dalam mucus, ke atas nasofaring tempat mucus tersebut dapat
dikeluarkan melalui hidung, atau ditelan. Proses kompleks ini kadang-kadang disebut
sebagai system Eksalator mukolisiaris.
Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut dan mengkoloni saluran
napas atas, maka mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan yang ketiga
yang penting (system imum) untuk mencegah mikroorganisme tersebut sampai di saluran
napas bawah.
Respons ini diperantarai oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel darah putih
lainnya misalnya makrofag, neutrofil, dan sel mast yang tertarik ke daerah tempat proses
peradangan berlangsung. Apabila terjadi gangguan mekanisme pertahanan di bidang
pernapasan, atau mikroorganismenya sangat virulen, maka dapat timbul infeksi saluran
pernapasan bawah.
1.5 Klasifikasi
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
Tanda-tanda ISPA
Tanda-tanda klinis:
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tidak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
Pada siste cerebral adalah: gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bending, kejang dan koma.
Pada hal umum adalah: letih dan berkeringat banyak
Tanda-tanda laboratoris:
Hypoxemia
Hypercapnia dan
Acidosis (metabolic dan atau respiratorik)
Tanda-tanda dan bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk. Sedangkan tanda
bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum
(keampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam dan dingin.
Menurut Pincus Catzel & Ian Roberts (1990; 45), penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Atas biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hisung
dengan secret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi
gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum.
Gejala ISPA
Sebagian besar anak dengan infeksi saluran nafas bagian atas memberikan gejala yang
sangat penting yaitu batuh. Infeksi saluran nafas bagian bawah memberikan tanda
beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retraksi dada. Semua ibu dapat
mengenali batuk tetapi mungkin tidak mengenal tanda-tanda lainnya dengan mudah
(Harson dkk, 1994). Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali yaitu flu,
demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5°C dan disertai sesak nafas (PD
PERSI, 2002).
Menurut derajar keparahannya, ISPA dibagi menjadi 3 golongan yaitu (Suyudi,
2002):
Khusus untuk bayi dibawah 2 tahun, hanya dikenal ISPA ringan (tidak ada ISPA
sedang). Batasab ISPA berat untuk bayi kurang dari 2 bulan adalah bila frekuensi
nafasnya cepat (60x/menit) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat. Pada dasarnya
ISPA ringan dapat berkemabng menjadi ISPA sedangatau ISPA berat jika keadaaan
memungkinkan misalnya psien kurang mendapat perawatan atau daya tahan tubuh pasien
sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam sedangkan
ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan sederhana.
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny, 2010).
1.8 Penatalaksanaan
ISPA
Infeksi
Merusak lapisan epitel dan
mukosa saluran pernapasan
Iritasi
Peningkatan suhu
tubuh
Peradangan
Kesilatan/sakit saat
mengunyah Batuk kering
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
BAB II
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu anatara lain : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, status, mental, suku, keluarga, alamat, no registrasi,
diagnose medis, tanggal MRS.
2.2 Pengkajian
1. Keadaan umum :
a. Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat
b. Mengkaji tanda-tanda vital
2. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala apakah ada kelainan,
lesi pada kepala.
3. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat atau tidak.
4. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik atau
tidak, keadaan pupil, dan apakah da gangguan penglihatan.
5. Telinga
Bagaimana bentuk telinga simetris atau tidak, apakah ada cairan yang keluar, apakah
ada gangguan pendengaran.
6. Hidung
Bentuk hidung, kedaaannya besih atau tidak, apakah ada secret atau tidak, serta cairan
yang keluar, ada sinus atau tidak, dan apakah ada gangguan penciuman atau tidak.
7. Mulut
Bentuk mulut, lidah kotor atau tidak, apakah ada kemerahan atau tidak pada lidah,
adakah gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam bicara
8. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena
jugularis.
9. Thorak
Bagaimana bentuk dada simetris atau tidak, kaji pola pernapasan apakawah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernapasan
a. Inspeksi
Melihat bentuk dada Normal, Pigeont Chest / dada burung, Barrel Chest / dada tong,
Funnel Chest
Melihat naik turunnya rongga dada
Melihat adanya lesi atau tidak
Melihat adanya edema atau tidak
b. Palpasi
c. Perkusi
Suara paru normal (resonance)
d. Auskultasi
3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
2.6 Intervensi
Takipnea output
- Berikan antipiretik
Kulit terasa hangat
- Berikan pengobatan
untuk mengatasi
Faktor yang berhubungan:
penyebab demam
Anastesia
- Selimuti pasien
Penurunan respirasi
- Lakukan tapid sponge
Dehidrasi
- Kolaborasi pemberian
Pemajanan
cairan intravena
lingkungan yang
- Kompres pasien pada
panas
lipat paha dan aksila
Penyakit
- Tingkatkan sirkulasi
Pemakaian pakaian
udara
yang tidak sesuai
- Berikan pengobatan
dengan suhu
untuk mencegah
lingkungan
terjadinya mengigil
Peningkatan laju
metabolisme
Temperature
Medikasi
regulation
Trauma
- Monitor suhu
Aktiuvitas berlebihan
minimal tiap 2 jam
- Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
- Monitor TD, nadi,
dan RR
- Monitor warna dan
suhu kulit
- Monitor tanda-tanda
hipertermia dan
hipotermi
- Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan kepada
pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
- Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek
negatif dari
kedinginan
- Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang di
perlukan
- Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang di
perlukan
- Berikan anti piretik
jika di perlukan
Vital sign
Monitoring
- Monitor TD, Nadi ,
suhu dan RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD, pada
kedua lengan
bandingkan
- Monitor TD, nadi ,
RR, sebelum ,
selama, dan setelah
aktivitas
- Monitor kualitas dari
nadi
- Monitor frekuensi
dan irama pernafasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
pernafasan abnormal
- Monitor suhu , warna,
dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad(tekanan
nadi yang melebar,
brakikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
sensasi rasa
Mengeluh asupan Nutrition Monitoring
pernafasan lampau
A. KESIMPULAN
Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-
macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya.
Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA
bakterial adalah pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila
pasien mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan kuma penyebab. Untuk dapat
melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil
material pemeriksaan yang tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru
setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai.
Melihat berbagai alasan yang telah diuraikan diatas maka sebaiknya pendekatan yang
digunakan adalah pengobatan secara empirik lebih dahulu, setelah diketahui kuman
penyebab beserta antimikroba yang sesuai, terapi selanjutnya disesuaikan.
B. SARAN
1. Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca
2. makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam
membuat asuhan keperawatan