TUGAS AKHIR
OLEH:
PAUL YOB ASA K. HUTAPEA
NIM 112410012
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
PAUL YOB ASA K. HUTAPEA
NIM 112410012
Disahkan Oleh:
Dekan,
Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah
Pengeringan Atau Metode Oven) dan Kadar Asam Lemak Bebas Minyak Kelapa
Sawit Mentah (Crude Palm Oil) “. Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar ahlimadya analis farmasi dan makanan pada
Salah satu parameter mutu minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm
Oil (CPO) adalah kadar air dan asam lemak bebas. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menentukan kadar air dan asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak
kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dengan metode dan prosedur
dilakukan penelitian, minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO)
Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran,
tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan tugas akhir ini berlangsung.
Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah
Kakak dan Abang terkasih, orang-orang terdekat dengan penulis dan teman-teman
yang selalu setia mendukung dan memberikan doa yang tulus, sehingga penulis
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan apabila ada kesalahan
Penulis,
NIM 112410012
ABSTRAK
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari tanaman kelapa sawit (Elaeis
guinneesis Jacq.) dengan proses ekstraksi dari kulit kelapa sawit yang dinamakan
crude palm oil dan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit
(palm kernel oil).
Penetapan kadar air minyak kelapa sawit mentah dilakukan dengan metode
pengeringan atau metode oven selama 3 jam pada suhu 130 . Sedangkan
penetapan kadar asam lemak bebas CPO dilakukan dengan metode titrimetri
dengan menggunakan NaOH sebagai pentiter dan indikator fenolftalein.
Minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) memiliki
kandungan air dengan kadar sebesar 0,01033% (untuk sampel I) dan 0,01133%
(untuk sampel II), dan memiliki kadar asam lemak bebas (sebagai asam palmitat)
sebesar 3,9510%. Hasil ini belum melewati batas yang diperbolehkan SNI 01-
2901-2006 dengan kadar air tidak boleh melebihi 0,5 % dan kadar asam lemak
bebas (sebagai asam palmitat) tidak lebih dari 0,5%.
Kata kunci: crude palm oil, kadar air, metode pengeringan, metode oven,
titrimetri, asam lemak bebas
ABSTRACT
Palm oil can be produced from palm tree (Elaeis guinneesis Jacq.) by
using extraction process of the mesocarp of palm called crude palm oil and from
kernel of palm called kernel palm oil.
Determination of the moisture content of crude palm oil was conducted
using the drying or oven method for three hours at temperature of 130 .
While the determination of free fatty acid levels CPO conducted by titrimetric
method using NaOH as pentiter and phenolphthalein indicator.
Crude palm oil contains moisture with a concentration of 0,01033% (for
sample I) and 0,01133% (for sample II), and had higher levels of free fatty acid
(as palmitic acid) by 3,9510%. These results have not passed the SNI 01-2901-
2006 exposure limit water content should not exceed 0,5% and free fatty acid (as
palmitic acid) levels not more than 0,5%.
Key words: crude palm oil, moisture content, drying method, oven method,
titrimetric, free fatty acid
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL……………………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….. ii
KATAPENGANTAR………………………………………………………... iii
ABSTRAK…………………………………………………………………… v
ABSTRACT………………………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... x
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan Penelitian……………………………………………….......... 3
1.3 Manfaat Penelitian………………………………………………. ...... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………....... 4
2.1 Kelapa Sawit………………………………………………………… 4
2.1.1 Klasifikasi Kelapa Sawit……………………………................ 4
2.1.2 Morfologi……………………………………………................ 4
2.1.2.1 Bagian Vegetatif……………………………………….. 5
2.1.2.2 Bagian Generatif……………………………………….. 7
2.1.3 Varietas………………………………………………………... 9
2.2 Minyak dan Lemak………………………………………………….. 12
2.3 Minyak Kelapa Sawit……………………………………………….. 15
2.3.1 Kandungan dan Manfaat Minyak Kelapa Sawit…………... …. 17
2.4 Parameter Pengujian Minyak Kelapa Sawit……………………........ 18
2.4.1 Asam Lemak Bebas………………………………………........ 19
2.4.2 Kadar Air……………………………………………………… 21
2.4.2.1 Penetapan Kadar Air………………………………........ 22
BAB III METODE PENGUJIAN………………………….......................... 27
3.1 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Crude Palm Oil (CPO)
SNI 01-2901-2006…………………………….................................... 27
3.1.1 Alat……………………………….............................................. 27
3.1.2 Bahan………………................................................................... 27
3.1.3 Prosedur…………………........................................................... 30
3.1.4 Perhitungan…………….............................................................. 30
3.2 Penentuan Kadar Air Crude Palm Oil (CPO) (Metode Oven)............ 31
3.2.1 Alat………………...................................................................... 31
3.2.2 Cara Kerja……............................................................................ 31
3.2.3 Perhitungan………...................................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN….................................................... 33
4.1 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Kadar Air
Minyak Kelapa Sawit Mentah atau Crude Palm Oil (CPO)…………. 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………… 37
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………... 37
5.2 Saran…………………………………………………………………. 37
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
tergolong dalam family palmae dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun
sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia, kelapa
sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi
masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara. Sampai saat ini
Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (CPO) dunia selain
Malaysia dan Nigeria (Fauzi, dkk., 2012), dengan luas areal penanaman kelapa
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang
dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping
ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet) (Ketaren, 1986).
yang hanya 15,5 - 16 juta ton per tahun lebih dibanding Malaysia yang mencapai
17 juta ton (Qomariyah, 2009). Hal ini disebabkan mutu CPO di Indonesia lebih
ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat
induk pohonnya, penanganan pasca panen, atau kesalahan selama proses dan
dikandungnya, yakni asam lemak jenuh palmitat (C:16), sedangkan minyak inti
sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) kaya akan asam laurat (C:12) seperti minyak
kelapa. Minyak inti sawit berperan penting dalam perdagangan dunia. Berbagai
bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak inti sawit tersebut, maka
mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan nilai
komoditasnya.
produsen mampu menghasilkan produk minyak kelapa sawit yang unggul dan
lemak bebas, bilangan peroksida dan daya pemucatan. Faktor-faktor lain adalah
titik cair, kandungan gliserida padat, refining loss, plasticity dan spreadability,
sifat transparan, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua factor
ini perlu dianalisis untuk mengetahui mutu minyak kelapa sawit dan minyak inti
Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar air dan
kadar asam lemak bebas minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil
(CPO) apakah memenuhi persyaratan mutu yang terdapat dalam SNI 01-
2901-2006.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat mengetahui kadar air
dan asam lemak bebas minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil
kelapa sawit mentah dapat dikonsumsi setelah diolah dan bersaing di pasar
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif meliputi akar, batang, dan daun,
tahun. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan
tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan
akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak
mengandung zat hara. Di samping itu, tumbuh pula akar nafas yang
B. Batang
dan iklim setempat. Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua,
bagian tengah batang yang kemudian meluas ke atas dan ke bawah (Fauzi,
dkk., 2012).
C. Daun
Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar 250 - 400 helai. Daun muda
yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun
sekitar 6 - 7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau
a. Bunga
Tanaman ini merupakan tanaman berumah satu, artinya pada satu tanaman
bunga betina. Setiap rangkaian bunga akan muncul dari pangkal pelepah
dibedakan antara bunga jantan dan bunga bunga betina, yaitu dengan cara
kelopak bunga agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil
bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak bunga agak rata dan garis
tengah bunga lebih besar. Hal ini penting diketahui, terutama bila akan
b. Buah
Warna buah kelapa sawit tergantung pada varietas dan umurnya. Buah
yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian berubah menjadi hijau
hitam. Semakin tua warna buah menjadi kuning muda dan pada waktu
(Satyawibawa, 1992).
Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah.
lemak bebas (ALB) akan meningkat dan buah rontok dengan sendirinya
kecambah muda
c) Lembaga/embryo, merupakan bakal tanaman baru yang ketika
2.1.3 Varietas
Berikut ini beberapa jenis varietas yang banyak digunakan oleh para petani
sawit di antaranya Dura, Pisifera, Tenera, Macro carya, dan Dwikka-wakka, yang
Daging Buah
Varietas Deskripsi
kecil
paling tinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu mencapai 22 - 24%, sedangkan
a. Nigrescens
Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi
jingga
perkebunan.
b. Virescens
Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah
berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini
c. Albescens
3. Varietas unggul
digunakan dalam proses persilangan adalah Dura dan Psifera. Varietas Dura
sebagai induk betina dan Psifera sebagai induk jantan. Hasil persilangan tersebut
telah terbukti memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan
varietas unggul kelapa sawit adalah Pusat Penelitian Marihat, Balai Pengujian
Utara). Beberapa varietas unggul yang dihasilkan oleh PPKS dan telah diresmikan
oleh Menteri Pertanian melalui beberapa Surat Keputusan (SK) adalah sebagai
berikut.
D x P Sungai Pancur 1, SK No. 384/Kpts/TP. 20/8/1984
Minyak dan lemak merupakan bagian dari lipid yang berbeda satu dengan
yang lainnya dalam apakah berada dalam bentuk cairan (minyak) atau padatan
(lemak) dalam suhu kamar. Sifat fisika ini terutama tergantung pada asam lemak
minyak nabati adalah cair, meskipun demikian ada minyak nabati yang bersifat
golongan lipida. Satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida (termasuk
minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya eter,
dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida (lebih dari 80 – 85% lipid)
merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul
asam lemak (Sudarmadji, 1989;Rohman, 2013). Menurut (Gaman dan
O O
O O
O O
Sumber-sumber lemak dan minyak dapat dibagi menjadi dua bagian besar
kedelai, biji kapas, kacang tanah, rape seed, bunga matahari, pohon-pohon yang
menghasilkan minyak seperti pohon palem sebagai penghasil minyak kelapa dan
zaitun (olive) sedangkan sumber-sumber hewani seperti babi, sapi, domba, ikan
paus, sardine herring. Istilah lemak (fat) bisanya digunakan untuk campuran
trigliserida yang berbentuk padat pada suhu ruangan, sedangkan minyak (oil)
berarti campuran trigliserida cair pada suhu ruangan. (Buckle dkk, 1987).
Trigliserida alami adalah triester dari asam lemak berantai panjang dan
asam lemak berbeda. Lemak hewan dan minyak nabati adalah campuran beberapa
berdasarkan jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom karbon maka asam
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak dimana dua atom hidrogen
terikat pada satu atom karbon. Dikatakan jenuh karena atom telah
lemak jenuh terbagi atas asam lemak rantai pendek (short chain fatty
kaproat (C:6), asam lemak jenuh rantai medium (medium chain fatty
Asam lemak tidak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan
rangkap. Jenis asam lemak yang banyak terdapat di alam adalah asam
lemak beratom C:18 yaitu asam oleat, asam linoleat, dan asam
karena minyak dan lemak memiliki titik didih yang tinggi (sekitar 200ºC) maka
(Sudarmadji, 1989).
Minyak kelapa sawit mentah adalah atau crude palm oil adalah minyak
Kandungan gliserida yang lain dalam CPO adalah digliserida 4,5% dan
monogliserida 0,9%. Selain itu, CPO juga mengandung pengotor seperti: asam
lemak bebas, dan gum dimana di dalamnya terdapat phospolipid dan glikolipid.
Komponen asam lemak bebas utama penyusun CPO adalah palmitat (40 – 45%)
ekstraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus yang warna kuning sampai
merah dan berbentuk semisolid pada suhu ruang yang disebabkan oleh kandungan
asam lemak jenuh yang tinggi. Dengan adanya air dan serat halus tersebut
Minyak sawit dihasilkan dari proses ekstraksi bagian kulit atau sabut buah
tersebut disebut minyak mentah atau dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) dan
dari bagian biji buah disebut Palm Kernel Oil (PKO). Kedua jenis minyak mentah
tersebut masih mengandung bahan ikutan seperti asam lemak bebas, pospat,
pigmen, bau, air dan sebagainya. Biasanya proses ekstraksi minyak kelapa sawit
bau) agar minyak tersebut menjadi jernih, bening dan tak berbau atau biasa
disebut refined, bleached and deodorized (RBD) stearin dan olein (Amang, 1996).
dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi,
dan hidrogenasi. Dewasa ini, produksi CPO Indonesia sebagian besar difraksinasi
sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Fraksi olein itulah
minyak goreng dari minyak kelapa. Sebagai bahan baku untuk minyak makan,
minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin,
(Fauzi, 1997).
2.3.1 Kandungan dan Manfaat Minyak Kelapa Sawit
Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh
dibentuk menjadi produk untuk berbagai keperluan, seperti untuk pelumas mesin
dalam berbagai proses industri. Dengan kandungan kadar karotein yang tinggi,
bahan baku lainnya. Minyak sawit paling banyak digunakan sebagai bahan baku
industri pangan yang meliputi sekitar 12 macam bahan dari kelapa sawit, seperti
karotein, tokoferol, asam lemak, olein, mentega, sabun, dan sebagainya (Amang,
1996).
bahan pangan dan industry non pangan (Fauzi,2002). Minyak sawit dapat
yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai
bahan baku adalah industry pangan serta industry non pangan seperti kosmetik
dan obat-obatan, bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu
Adapun parameter persyaratan mutu crude palm oil dapat dilihat dari
SNI 01-2901-2006
No Jenis uji Satuan Persyaratan
Asam lemak jarang terdapat bebas dalam alam, akan tetapi banyak
terdapat dalam bentuk ikatan ester atau amida dalam berbagai lipida.
Karakteristik
Asam lemak merupakan asam organic yang terdiri atas rantai hidrokarbon lurus
yang pada satu ujung mempunyai gugus karboksil (COOH) dan pada ujung lain
gugus metil (CH3). Asam lemak alami biasanya mempunyai rantai dengan jumlah
atom karbon genap, yang berkisar antara empat hingga dua puluh dua karbon.
Panjang Rantai
Asam lemak dapat dibedakan menurut jumlah karbon yang dikandungnya yaitu
asam lemak rantai pendek (6 atom karbon atau kurang), rantai sedang (8 hingga
12 karbon), rantai panjang (14 hingga 18 karbon) dan rantai sangat panjang (20
atom karbon atau lebih). Semua lemak bahan makanan hewani dan sebagian besar
minyak nabati mengandung asam lemak rantai panjang; asam lemak rantai sangat
panjang terdapat dalam minyak ikan. Titik cair asam lemak meningkat dengan
Kebanyakan minyak dan lemak tersusun atas asam lemak dengan panjang
rantainya lebih dari 12 atom karbon. Karena kebanyakan lipid tersusun dari asam
lemak penyusun trigliserida (kurang lebih 95%), maka analisis lipid biasanya
dilakukan dengan melihat sifat fisika-kimia sebagai hasil dari berbagai asam
Asam lemak bebas diperoleh dari proses hidrolisa, yaitu penguraian lemak
atau trigliserida oleh molekul air yang menghasilkan asam lemak bebas dan
gliserol. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa enzim
selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan
kadar lebih besar dari 0,2% dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak
Asam lemak bebas diperoleh dari proses hidrolisa, yaitu penguraian lemak
atau trigliserida oleh molekul air yang menghasilkan asam-asam lemak bebas dan
gliserol. Kerusakan lemak dan minyak yang utama adalah karena peristiwa
oksidasi dan hidrolitik, baik enzimatis maupun non enzimatis (Sudarmadji, 1989).
Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral dan pada konsentrasi sampai 15%,
belum menghasilkan rasa yang tidak disenangi. Asam lemak bebas, walaupun
berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada
lemak yang mengandung asam lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom
C lebih besar dari 14. Asam lemak bebas yang dapat menguap, dengan jumlah
atom karbon C4, C6, C8, dan C10, menghasilkan bau tengik dan rasa tidak enak
Kadar air adalah jumlah (dalam %) bahan yang menguap pada pemanasan
dengan suhu dan waktu tertentu. Jika dalam minyak terdapat air maka akan
yang menyebabkan rasa dan bau tengik pada minyak (Edahwati, 2011).
Air yang ada dalam minyak dapat juga dijadikan sebagai media pertumbuhan
berbagai cara antara lain, metode pengeringan, metode destilasi dan metode
Metode Pengeringan
air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan
sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan (Sudarmadji, dkk.,
1989).
bahan dalam oven pada suhu 105 - 110°C selama 3 jam atau sampai didapat berat
yang konstan (bobot tetap). Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah
hingga pada perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,50
mg untuk tiap gram zat yang digunakan, penimbangan kedua dilakukan setelah
Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahan cara ini adalah bahan lain
disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya
alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain. Selain itu, dapat terjadi reaksi
selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain serta
bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit
menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan maka
dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum (Sudarmadji,
dkk., 1989).
Pengeringan pada kondisi vakum dilakukan pada suhu yang lebih rendah
suhu yang lebih rendah. Air menguap tersebut ditampung dalam suatu bagian alat
panas dapat diminimalisir. Selain itu, proses oksidasi terhadap bahan selama
komponen yaitu, wadah vakum (vacuum chamber), sumber panas, pompa vakum
dan alat untuk menampung uap air (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
pangan yang peka terhadap panas dan proses oksidasi. Karena suhu yang
digunakan rendah dan dalam kondisi vakum, maka perubahan produk akibat
cairan, pasta, partikel diskret seperti tepung, maupun produk dalam bentuk
Metode Destilasi
Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air dengan
cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat
bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air. Zat
kimia yang dapat digunakan antara lain: toluen, xylen, benzen, tetrakhlorethilen
Metode Kimiawi
Cara ini adalah dengan mentitrasi sampel dengan larutan iodin dalam
metanol. Reagen lain yang digunakan dalam titrasi ini adalah sulfur dioksida
dilakukan dalam ruang tertutup. Cara titrasi Karl Fischer ini telah berhasil
dipakai untuk penentuan kadar air dalam alkohol, ester-ester, senyawa lipida,
lilin, pati, tepung gula, madu dan bahan makanan yang dikeringkan. Cara ini
banyak dipakai karena memberikan hasil yang tepat dan tingkat ketelitiannya
lebih kurang 0,5 mg dan dapat ditingkatkan lagi dengan sistem elektroda yaitu
Cara ini berdasarkan reaksi antara kalsium karbid dan air menghasilkan
gas asetilin. Cara ini sangat cepat dan tidak memerlukan alat yang rumit.
Penentuan kadar air dengan cara kalsium karbid telah berhasil untuk
menentukan kadar air dalam tepung, sabun, kulit, biji vanili, mentega dan air
Penentuan kadar air dengan cara ini berdasarkan reaksi asetil khlorida dan air
menghasilkan asam yang dapat dititrasi menggunakan basa. Cara ini telah berhasil
dengan baik untuk penentuan kadar air dalam bahan minyak, mentega, margarin,
dkk., 1989).
Metode Gravimetri
Analisis gravimetri adalah proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau
senyawaan tertentu dari unsur tersebut, dalam bentuk yang semurni mungkin.
Unsur atau senyawaan itu dipisahkan dari suatu porsi zat yang sedang diselidiki,
Pekerjaan analisis secara gravimetri dapat dibagi dalam beberapa langkah sebagai
2007).
kation anorganik serta zat-zat netral seperti air, belerang dioksida, karbon dioksida
dan iodium. Selain itu, berbagai jenis senyawa organik dapat pula ditentukan
laktosa dalam susu, salisilat dalam sediaan obat, fenolftalein dalam obat pencahar,
nikotina dalam pestisida, kolesterol dalam biji-bijian dan benzaldehida dalam
buah-buahan tertentu. Jadi, sebenarnya cara gravimetri merupakan salah satu cara
Pengeringan adalah penghilangan cairan dari sistem padat, gas atau sistem
cair. Ini diartikan penghilangan sisa lembab yang terdiri dari air atau pelarut
organik. Dalam gravimetri endapan dikeringkan pada suhu kamar dalam eksikator
yang berisi zat pengering seperti asam sulfat pekat, silika gel, fosfor pentoksida,
yang konstan, yaitu jika hasil dua penimbangan berturut-turut tidak berbeda lebih
METODE PENGUJIAN
3.1 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Crude Palm Oil (CPO) SNI 01-
2901-2006
3.1.1 Alat
Erlenmeyer 250 ml
3.1.2 Bahan
anhidrat)
suhu 105 selama 1 jam. Larutkan dalam 1 liter air suling, standarisasi
Perhitungan pembakuan:
Keterangan:
Adapun hasil dari standarisasi larutan NaOH dapat dilihat dari Tabel di
bawah ini.
Keterangan:
V = Volume Titrasi
Perhitungan
= 0,1009 N
= 0,0988 N
= 0,1002 N
= 0,0999 N
3.1.3 Prosedur
homogen.
Timbang contoh uji sesuai Tabel di bawah ini ke dalam Erlenmeyer 250
ml.
Panaskan di atas penangas air atau pemanas dan atur suhunya pada 40
titik akhir yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah muda
3.1.4 Perhitungan
Keterangan:
3.2 Penetuan Kadar Air Crude Palm Oil (CPO) (Metode Oven)
3.2.1 Alat
Oven
Timbangan analitik
Desikator
Botol timbang
Keringkan wadah yang akan dipakai dalam oven pada suhu 103
3.2.3 Perhitungan
W1 W 2
Kadar Air x100 %
W
Keterangan
4.1 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Kadar Air Minyak Kelapa
Hasil dari penentuan kadar asam lemak bebas dan kadar air dengan metode
oven pada minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dapat di lihat pada
Tabel 5. Data Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Crude Palm Oil (CPO)
golongan lipida. Suatu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida (termasuk
minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya eter,
Sedangkan untuk golongan lipida yang lebih polar digunakan pelarut yang lebih
polar juga misalnya kloroform, etanol, methanol, atau campuran beberapa bahan
pelarut. Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan
senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak
(Sudarmadji, 1989).
minyak ditentukan oleh proses ekstraksi dan lamanya waktu penyimpanan CPO.
Jika proses ekstraksi dilakukan secara tradisional dan semi-mekanis maka akan
dihasilkan kadar air cukup tinggi (> 0,2%) dan kandungan asam lemak bebasnya
lebih dari 5%. Sedangkan lamanya waktu penyimpanan CPO berpengaruh besar
terhadap kadar air dan kadar asam lemak bebasnya. Jika CPO disimpan sampai 4
minggu, maka kadar air dan kadar asam lemak bebasnya semakin tinggi. Hasil ini
jauh dari kualitas CPO yang diproduksi oleh industri yang terkontrol dengan kadar
air lebih kecil dari 0,08% dan kadar asam lemak bebas lebih kecil dari 5% (Codex
Adeeb Hayyan juga meneliti CPO untuk mengurangi asam lemak bebas
( Adeeb, 2012).
kadar asam lemak bebas yang terdapat di dalam CPO dengan menggunakan
enzimatik remediasi. CPO yang digunakan mengandung kadar asam lemak bebas
mencoba mengurangi kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam CPO (Cowan,
2012).
parameter kualitas CPO (kadar air dan asam lemak bebas) yang beredar di pasar.
Peneliti memperoleh hasil kadar air lebih dari 0,2% dan kadar asam lemak bebas
lebih dari 5%. Hasil ini jauh dari Codex Alimentarius/FAO/WHO 2011 yang
menyatakan kadar asam lemak bebas tidak boleh lebih dari 5% dan kadar air tidak
Penulis memperoleh kadar air tidak lebih dari 0,02% dan kadar asam lemak
bebas yang tidak lebih dari 5%. Jika dibandingkan dengan mutu standar SNI 01-
2901-2006 dan hasil yang diperoleh dari peneliti-peneliti tentang kadar air dan
kadar asam lemak bebas CPO, hasil dari penelitian penulis memenuhi standar SNI
Peningkatan kadar asam lemak bebas dalam CPO dapat diakibatkan lama
penyimpanan CPO dan kandungan air yang terdapat di dalamnya. Semakin lama
CPO disimpan, maka semakin tinggi kadar asam lemak bebasnya. Awalnya asam
lemak bebas yang merupakan hasil enzimatik lipase (hidrolisis trigliserol) dari
kulit buah sawit (mesocarp) terbentuk setelah buah masak dan adanya luka pada
buah. Namun apabila semakin lama didiamkan tanpa langsung diolah, maka asam
lemak bebas akan menjadi katalis untuk membentuk asam lemak bebas lainnya.
Apalagi jika kandungan air dalam CPO lebih dari batas yang ditentukan, maka
bakteri akan menghasilkan enzim lipase sehingga trigliserida akan semakin cepat
Kadar air adalah jumlah (dalam %) bahan yang menguap pada pemanasan
dengan suhu dan waktu tertentu. Jika dalam minyak terdapat air maka akan
yang menyebabkan rasa dan bau tengik pada minyak (Edahwati, 2011)
yang ada dalam minyak dapat juga dijadikan sebagai media pertumbuhan
pada makanan, karena semua kerusakan pada makanan memerlukan air dalam
prosesnya. Semakin tinggi kadar air dalam makanan, maka akan semakin cepat
terjadi kerusakan pada makanan tersebut. Oleh karena itu, kadar air dalam
5.1 Kesimpulan
Kadar air minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) adalah
0,01033% (untuk sampel I) dan 0,01133% (untuk sampel II) sedangkan kadar
asam lemak bebas minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO)
5.2 Saran
supaya diperoleh titik akhir titrasi yang lebih akurat dan mudah
diamati
minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) lainnya,
mutu minyak kelapa sawit mentah lebih layak dikonsumsi dan dapat
Adeeb Hayyan, et. al. (2012). Utilizing ultrasonic energy for reduction of free
fatty acids in crude palm oil. African Journal of Biotechnology Vol. 11.
July: 61 (pp) 12510 - 12517
Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Halaman 52
Amang, B., Pantjar, S., dan Anas, R. (1996). Ekonomi Minyak Goreng di
Indonesia. Jakarta: IPB Press. Halaman 152 - 153
Andoko, Agus dan Widodoro. (2013). Berkebun Kelapa Sawit si Emas Cair.
Jakarta: Agro Medika Pustaka. Halaman 10
Badan Standardisasi Nasional. (2006). SNI 01-2901-2006 Minyak Kelapa Sawit
Mentah (Crude Palm Oil). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional
Basset, J., Denny, R.C., Jeffrey, G.H., dan Mendham, J. (1994). Vogel’s Textbook
of Quantitative Inorganic Analysis Incluiding Elementary Instrumental
Analysis. Jakarta: EGC. Halaman 472
Basyar, H.A. (1999). Perkebunan Besar Kelapa Sawit. Cetakan I. Jakarta :
Pustaka Pelajar. Halaman 4,7,12 - 16
Burhanuddin, A. (2012). Penentuan Bilangan Asam Minyak Sawit dan Minyak
Kelapa. Bandung: Institut Teknologi dan Sains Bandung. Halaman 2, 3
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., dan Wootton, M. (1987). Ilmu Pangan.
Jakarta: UI-Press. Halaman 132, 327 - 328
Cowan, D., et. al. (2012). Reduction in free fatty acids in crude palm oil by
enzymatic remediation. Journal of Oil Palm Research Vol. 24.
December: (p) 1492 - 1496
Deperindag, (2007). Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit.
Departemen Perindustrian. Jakarta Selatan. Halaman 5 - 21
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman xlviii-xlix
Edahwati, L. (2011). Aplikasi Penggunaan Enzim Papain dan Bromelin
Terhadap Perolehan VCO. Jakarta: UPN Press. Halaman 11, 15
Estiasih, T. (2009). Minyak Ikan Teknologi dan Penerapannya untuk Pangan dan
Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Estiasih, T., dan Ahmadi, K. (2009). Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta: PT.
Bumi Aksara. Halaman 97
Fauzi, Y., dkk. (2012). Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 3, 38 –
39, 178
Gaman dan Sherrington. (1992). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi
dan Mikrobiologi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Herman, S., dan Khairat. (2004). Kinetika Reaksi Hidrolisis Minyak Sawit dengan
Katalisator Asam Klorida, Jurnal Natur Indonesia, 6 (2): 118 - 121
Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
UI-Press. Halaman 32, 232
Kisman, S., dan Ibrahim, S. (1998). Analisis Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Halaman 118 - 119
Ngando Ebonge, et. al. (2011). Assessment of quality of crude palm oil from
smallholders in Cameroon. Journal of Stored Products and Postharvest
Research Vol. 2. March: 3 (pp) 52 - 58
Ngando Ebonge, et. al. (2013). Some quality parameters of crude palm oil from
major markets of Douala, Cameroon. African Journal of Food
Science. Vo. 7. December: 12 (pp) 473 - 478
Nurhidayah, N. (2007). Kepustakaan Teknologi Pengolahan dan Mutu Kelapa
Sawit di Pabrik Kelapa Sawit. Medan. PPKS. Halaman 51 - 54
Pahan, I. (2008). Kelapa Sawit Manajemen Agribisninis dari Hulu Hingga Hilir.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 221 - 225
Qomariyah, N. (2009). RI Diprediksi Menang Lawan Malaysia Soal Produksi
CPO..http://.detikFinance.com
Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press. Halaman 309
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Halaman 91, 97
Rohman, Abdul. M.Si., Apt., Dr. (2013). Analisis Komponen Makanan.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 87
Satyawibawa, Iman. (1992). Kelapa Sawit Usaha, Budidaya, Pemanfaatan Hasil
dan Aspek Pemasaran. Jakarta: Penerbit Swadaya. Halaman 38 - 39
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Halaman 57 - 60, 63 - 68
Tambun, R. (2006). Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan: Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. Halaman 1 - 2
Winarno, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. Halaman 13
LAMPIRAN
DATA PERHITUNGAN KADAR
A. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Kadar Air Crude Palm Oil
(CPO)
Perlakuan I
2 6 N V
Kadar Asam Lemak Bebas sebagai Palmitat
Perlakuan II
Sampel I
Penimbangan I
Kadar Air I
= 0,004%
Kadar Air I
Kadar Air I
0,014%
Sampel II
Penimbangan I
kamar (W1)
Kadar Air I
Kadar Air I
Penimbangan III (setelah 30 menit dipanaskan)
Kadar Air I