Anda di halaman 1dari 3

A.

Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatann yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat (Depkes RI, 2009). Sebagaimana
tercantum pada pasal 7 Permenkes No.58 tahun
2014 bahwa setiap tenaga kefarmasian rumah
sakit yang menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian wajib mengikuti standar pelayanan
kefarmasian. Obat adalah salah satu faktor
penting dalam pelayanan kesehatan. Akan tetapi,
World Health Organization (WHO)
memperkirakan terdapat sekitar 50% dari seluruh
penggunaan obat yang tidak tepat dalam
peresepan, penyiapan, dan penjualannya. Sekitar
50% lainnya tidak digunakan secara tepat oleh
pasien (WHO, 2002).
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit karena
merupakan pelayanan langsung yang
bertanggung jawab penuh terhadap pasien terkait
dengan sediaan farmasi dan orientasi
kesembuhan pasien melalui ketepatan pemberian
obat (Kemenkes Ri,2014).
Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian
merupakan kegiatan yang dapat dilakukan
terhadap segala kegiatan yang sedang berjalan
maupun yang sudah terlaksana dilakukan melalui
monitoring dan evaluasi dengan tujuan untuk
menjamin pelayanan kefarmasian yang sudah
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
menghasilkan upaya perbaikan kegiatan yang
akan datang. Tingkat mutu pelayanan
kefarmasian ini diukur berdasarkan penerapan
standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar
menjadi lebih efektif dan efisien karena obat
harus ada saat dibutuhkan, dalam jumlah cukup,
mutu terjamin dan harga terjangkau.
Ketersediaan obat ditempat pelayanan sangat
berpengaruh, karena berdampak pada terlayani
atau tdak terlayaninya resep.

Anda mungkin juga menyukai