PROPOSAL
Ketua Peneliti :
Dr. Eng. Kusumaningdyah N.H. ST, MT
NIDN: 0003127909
Anggota Peneliti:
Ir. Ana Hardiana
NIDN: 0019096905
Fillipus Kristyanto A.
NIM: I0216031
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
MARET 2017
RINGKASAN
Kota Surakarta menjadi salah satu kota yang rentan akan bencana banjir tahunan. Setidaknya
tercatat di Kota Surakarta pada tahun 2007 terjadi banjir terbesar. Banjir terjadi di lima kecamatan
Kota Surakarta. Bencana itu membuat pemerintah Kota Solo memulai melakukan pembenahan
infrastruktur drainase kota secara masif. Ketika curah hujan tinggi maka tak bisa dihindari dampak
bencana banjir. Akan tetapi potensi bahaya banjir masih terjadi setiap tahunnya di Kota Surakarta.
Terdapat tiga kecamatan dimana bahaya banjir tahunan masih sering terjadi. Diantaranya adalah
Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, Kecamatan Laweyan, dan Kecamatan Banjarsari.
Sejauh ini upaya mengatasi banjir di kawasan perkotaan hanya melalui pendekatan mitigasi
struktural saja. Mitigasi struktural adalah rekayasa fisik infrastruktur seperti rehabilitasi drainase
dan pembangunan pintu air yang diadakan oleh pemerintah. Proses mitigasi non-struktural dimana
upaya mewujudkan masyarakat tanggap bencana alam kurang dilakukan. Oleh karenanya
pembenahan tidak hanya perlu dilakukan secara fisik semata maka program pengabdian ini
mempunyai tujuan untuk mengajak proses keterlibatan pemuda dalam hal ini karang taruna di
kampung Gajah Putih, Kecamatan Laweyan dalam pengelolaan kampung mitigasi tanggap
bencana di Kota Surakarta. Upaya pendekatan mitigasi bahaya banjir di perkotaan dilakukan
dengan mengajak partisipasi keterlibatan warga Kampung Gajah Putih, khususnya para pemuda
dalam mengupayakan mitigasi non struktural serta pendekatan mitigasi penetaan partisipatif tata
ruang. Transformasi keruangan dan ekosistem daya dukung lingkungan dapat digunakan sebagai
pendekatan dalam pengelolaan manajemen risiko bencana.
Pendampingan masyarakat akan dilakukan di Kampung Gajah Putih, Kelurahan Karangasem,
Kecamatan Laweyan. Metode pengabdian yang akan dilakukan di Kampung Gajah Putih akan
mencoba menggunakan program vertiminakultur. Vertiminakultur adalah produk modifikasi
pertanian aquaponik yang sesuai di perkotaan. Dimana lahan permukiman terbatas. Hasil
aquaponik dapat dijadikan sumber pendapatan alternatif warga.
Dalam konteks ketahanan terhadap bencana, pengembangan vertiminakultur dalam kampung-
kampung terdampak bencana dapat menjadi strategi penguatan perekonomian masyarakat. Selain
nilai ekonomi, vertiminakultur juga memiliki manfaat lain salah satunya untuk meningkatkan
kualitas lingkungan dan ketahanan pangan. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk mengembangkan
vertiminakultur yang meliputi (1) pendampingan teknis, dan (2) pendampingan pengelolaan yang
berkelanjutan berbasis masyarakat. Luaran kegiatan ini adalah pengimplementasian
vertiminakultur di Kampung Gajah Putih, terbentuknya organisasi masyarakat pengelola
vertiminakultur, serta pembentukan jaringan produksi-distribusi yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, pengembangan kampung iklim juga dapat menggunakan biopori yang berguna
sebagai resapan air dan mencegah terjadinya banjir. Ecobrick juga dapat menjadi alternatif untuk
memanfaatkan sampah plastik sebagai material bangunan yang ramah lingkungan. Ecobrick dibuat
dari botol bekas air mineral yang diisi menggunakan sampah plastik berupa kantong plastik,
kemasan plastik, sedotan, styrofoam, dan sampah lainnya yang sulit terurai. Satu botol air mineral
berukuran dua liter diisi sampah plastik hingga memiliki berat kurang lebih 500 gram. Botol-botol
ecobrick kemudian dapat disusun menjadi furniture seperti meja dan kursi atau dapat digunakan
sebagai material pengisi dinding bangunan.
TARGET LUARAN
Anggaran Biaya Hibah Pengabdian Unggulan UNS yang diajukan setiap tahun ini meliputi
rangkaian komponen, yang terinci dalam :
1. Belanja Barang
Item Justifikasi Kuantitas Harga Harga Peralatan Penunjang (Rp)
Pemakaian Satuan (Rp)
Belanja Pembelian bahan habis 1 Paket 10.890.000 10.890.000
Bahan ATK pakai untuk ATK,
fotocopy, surat
menyurat, penyusunan
laporan, cetak peta-
quistioner, penjilidan
laporan, publikasi,
pulsa, internet,
cartridge, paket FGD
Pengadaan Vertiminakultur 3x 1.000.000 3.000.000
Alat
Proses pemasangan dan 5x 250.000 1.250.000
monitoring
2. Pelaksanaan Biaya Lapangan
Prodi Perencanaan
Wilayah dan Kota
3,00
(PWK): Kebencanaan
A. Latar Belakang
Perubahan iklim berdampak pada resiko bencana seperti banjir, kekeringan, badai dan
sebagainya. Bencana banjir merupakan bencana yang sangat signifikan terjadi di belahan dunia
manapun selama satu dekade terakhir (Wisner et al, 2003). Lebih dari 50 % dari kejadian banjir
secara global terjadi di Asia (Hong et al, 2013). Oleh karenanya isu perubahan iklim yang saat ini
dihadapi oleh masyarakat dunia menjadi concern dari mengapa tema pengabdian terhadap mitigasi
bencana perlu dilakukan di level masyarakat.
Kota Surakarta menjadi salah satu kota yang rentan akan bencana banjir tahunan yang juga
dikarenakan adanya perubahan iklim. Dampak dari perubahan iklim tersebut, setidaknya
tercatat di Kota Surakarta pada tahun 2007 terjadi banjir terbesar. Banjir terjadi di lima kecamatan
Kota Surakarta. Bencana itu membuat pemerintah Kota Solo memulai melakukan pembenahan
infrastruktur drainase kota secara masif. Ketika curah hujan tinggi maka tak bisa dihindari dampak
bencana banjir. Akan tetapi potensi bahaya bencana banjir masih terjadi setiap tahunnya di Kota
Surakarta. Kota Surakarta dipilih sebagai obyek Pengabdian ini. Hal ini dasarkan bahwa kota
tersebut memiliki risiko banjir dengan intensitas tinggi. Kondisi geografis Surakarta yang
berbatasan dengan Bengawan Solo, dan juga memiliki beberapa sungai yang mengalir di dalam
kota tersebut menyebabkan kota ini memiliki risiko tinggi dari bencana banjir. Fakta kejadian
banjir dengan intensitas tinggi tercatat seperti pada Tahun 1966, 2007, dan 2016. Tercatat terdapat
tiga kecamatan dimana bahaya banjir tahunan masih sering terjadi. Diantaranya adalah Kecamatan
Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari.
Untuk mengekplorasi permasalahan ini maka program pemberdayaan masyarakat akan
difokuskan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo yang membentang di bagian timur
Kota Surakarta. Ditinjau dari aspek penggunaan lahan, DAS ini melewati kawasan-kawasan pusat
perkotaan Surakarta yang memiliki intensitas tinggi dari penduduk dan bangunan, sehingga daerah
memiliki kerentanan tinggi. Perubahan Iklim berdampak pada beberapa lokasi, diantaranya
adalah Kampung Gajah Putih, Kelurahan Karangasem, Kecamatan Laweyan. Kampung ini
berlokasi pada wilayah yang memiliki kerentanan terhadap bencana banjir, dan merupakan
wilayah yang rutin terkena banjir.
Bencana banjir yang melanda wilayah pinggiran Sungai Bengawan Solo tidak hanya
menimbulkan dampak yang bersifat fisik seperti rusaknya infrastruktur dan rumah penduduk,
tetapi juga berdampak multidimensional. Dampak ekonomi adalah salah satu yang mengancam
warga yang tinggal di wilayah rawan banjir. Bencana yang melanda pada umumnya mematikan
sementara aktivitas perekonomian warga dan juga mengancam stok pangan masyarakat. Oleh
karenanya, tindakan preventif yang berbasis masyarakat dalam menangani permasalahan ini
diperlukan untuk menciptakan ketahanan ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah rawan
bencana. Sejauh ini upaya mengatasi banjir di kawasan perkotaan hanya melalui pendekatan
mitigasi struktural saja. Mitigasi struktural adalah rekayasa fisik infrastruktur seperti rehabilitasi
drainase dan pembangunan pintu air yang diadakan oleh pemerintah. Proses mitigasi non-
struktural dimana upaya mewujudkan masyarakat tanggap bencana alam kurang dilakukan.
Vertiminakultur merupakan salah satu metode pengembangan perekonomian masyarakat
yang memiliki manfaat bagi kelestarian lingkungan. Metode inovasi pertanian ini merupakan
modifikasi model auaponik yang lebih sesuai dengan setting wilayah perkotaan yang padat.
Melalui pengaplikasian inovasi pertanian ini, diharapkan dapat terjadi ketahanan ekonomi
masyarakat yang terdampak bencana banjir; sebagai alternatif sumber penghasilan baru dan
penopang ketahanan pangan masyarakat saat terjadinya bencana. Keterlibatan warga merupakan
hal yang menentukan kesuksesan dalam proses pemberdayaan masyarakat dan pengembangan
ekonomi yang tahan terhadap bencana. Pengabdian masyarakat ini diharapkan mampu
memberikan alternatif strategi baru dalam menciptakan ketahanan ekonomi (economic resilience)
masyarakat yang terdampak banjir sebagai salah satu strategi disaster risk reduction. Kedepannya,
diharapkan hasil dari pengabdian masyarakat ini mampu untuk direplikasikan pada wilayah lain
yang rutin terdampak oleh bencana banjir.
A. Permasalahan Mitra
Pembangunan Kota Surakarta dalam satu dekade terakhir mengalami proses dan
perkembangan yang luar biasa cepat. Ada banyak agenda pembangunan selepas otonomi daerah
yang memberi ruang bagi skema program yang didasarkan atas kebutuhan dasar daerah. Kondisi
tersebut setidaknya meninggalkan beberapa persoalan termasuk di dalamnya dalam pengelolaan
kebencanaan terutama bencana banjir, antara lain :
1. Problem pembangunan kota yang mengadopsi pola-pola kota modern dengan cara
mengadopsinya secara mentah dari skema pembangunan kota-kota internasional.
Menempatkan karakter pembangunan terutama di bantaran sungai tidak terkontrol dengan
baik. Bila dikaitkan dengan Kota Surakarta yang penuh dengan sejarah panjang maka transisi
atas perubahan tersebut memunculkan konflik pembangunan, salah satunya adalah masalah
lingkungan atau ekosistem yang semakin hari kualitasnya semakin menurun.
2. Bergesernya pemahaman permukiman yang awalnya menghadap ke sungai menjadi
membelakangi sungai merupakan nilai tradisi yang telah memudar harus berhadap-hadapan
dengan tantangan perubahan yang terjadi secara instan.
3. Terhentinya aktivitas perekonomian masyarakat terdampak banjir. Akibat banjir yang terjadi,
masyarakat tidak dapat pergi bekerja dan harus memperbaiki rumah dan lingkungan yang
terdampak banjir. Banjir yang terjadi juga menimbulkan kerugian materi, sehingga masyarakat
harus
4. Adanya ancaman terhadap ketersediaan pangan (food security). Ketika banjir melanda,
masyarakat terisolasi dari wilayah lain selama beberapa hari. Ketersediaan pangan pada
masing-masing keluarga adalah salah satu masalah yang sering muncul pada bencana banjir
yang terjadi.
B. Tujuan dan Sasaran Pengabdian
Pengabdian ini memiliki tujuan utama mengembangkan vertiminakultur berbasis masyarakat
untuk menciptakan ketahanan ekonomi (economic resilience) masyarakat terdampak banjir.
Adapun Kawasan yang dimaksud dalam pengabdian ini adalah adalah Kampung Gajah Putih di
bagian wilayah utara Kota Surakarta yang terdampak bencana banjir dari aliran Sungai Bengawan
Solo. Hasil dari pengabdian ini diharapkan dapat menciptakan ketahanan (resilience) ekonomi dan
pangan masyarakat terdampak banjir kesadaran serta memberdayakan warga masyarakat melalui
alternatif metode pertanian yang berbasis masyarakat. Adapun sasaran dari kegiatan pengabdian
ini adalah:
1. Pemetaan (community mapping) yang dilakukan bersama warga kampung kota di Kampung
Gajah Putih untuk memetakan permasalahan yang dihadapi dan menysun strategi terkait
penanggulangan bencana banjir.
2. Sosialisasi dan pelatihan warga Kampung Gajah Putih dalam implementasi vertiminakultur
di wilayah pengabdian.
3. Focus group discussions, bersama warga Kampung Gajah Putih menyusun strategi
berkelanjutan untuk program vertiminakultur di wilayah pengabdian, meliputi; pembentukan
organisasi kepengurusan vertiminakultur dan membangun jaringan (networking) distribusi
hasil vertiminakultur.
BAB II
PETA JALAN RISET (ROAD MAP) DAN PENCAPAIAN INOVASI
Oleh karena sudah banyak dilakukan proses Pengabdian di beberapa skup tema URDC
maka untuk melengkapi urgensi di skup environmental disaster management road map URDC
sangat penting dimulai untuk melakukan pengabdian masyarakat.
C. Pendekatan Pengabdian
Dalam pendekatan pengabdian metode partisipatif bersama masyarakat menjadi titik tumpu
utama pengimplementasian program pengadaan vertiminakultur di wilayah pengabdian. Semua
proses tersebut, menempatkan partisipasi dalam upayanya untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat karena mereka akan ikut serta dalam keseluruhan proses pembangunan mulai dari
pengambilan keputusan dalam identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan program,
pelaksanaan serta dalam evaluasi dan pemanfaatan.
Pendekatan ini akan (1) menjamin keberlanjutan (sustainability) dari program atau model
yang diimplementasikan pada wilayah pengabdian. Melalui pendekatan ini juga akan terjadi (2)
integrasi antar masyarakat dalam membangun rasa kepemilikan terhadap usaha vertiminakultur
yang akan diimplementasikan. Partisipatif juga akan menguntungkan masyarakat dalam (3)
membangun jaringan distribusi penjualan hasil vertiminakultur yang dapat menjadi pendapatan
alternatif masyarakat Kampung Gajah Putih yang terdampak banjir. Jaringan ini nantinya juga
akan mempermudah replikasi program vertiminakultur di wilayah yang lebih luas.
D. Indikator Keberhasilan
Adapun indikator yang bisa dirangkai dalam dokumen pengajuan pengabdian kali ini, setidaknya
meliputi :
a. Teridentifikasinya pengetahuan, aspirasi, dan strategi lokal ketahanan masyarakat
(community resilience) masyarakat Kampung Gajah Putih terhadap bencana banjir.
b. Terimplementasikannya sistem vertiminakultur di wilayah pengabdian dengan masyarakat
sebagai aktor utama implementasi.
c. Terciptanya pengetahuan masyarakat mengenai vertiminakultur di wilayah pengabdian
(Kampung Gajah Putih) meliputi; pengetahuan teknis dan pemanfaatan.
d. Tersusunnya organisasi / komunitas masyarakat untuk pengelolaan sistem vertiminakultur
yang berkelanjutan di Kampung Gajah Putih.
Berdasarkan indikator tersebut, maka pengabdian ini ditargetkan untuk menghasilkan luaran yang
terdiri dari :
a. Peta partisipatif keruangan rentan bencana skala mikro (berbasis pengetahuan masyarakat
kampung).
b. Peta partisipatif dampak bencana skala kampung yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.
c. Sistem vertiminakultur pada wilayah pengabdian.
d. Luaran akademis berupa jurnal pada taraf nasional yang menjabarkan dan menilai program
pengabdian dari segi akademik.
Adapun capaian target luarannya adalah meletakan pada suatu kerangka berpikir untuk
melihat bagaimana pengelolaan kebencanaan di Kelurahan Karangasem. Adapun indikator
capaian target Pengabdian dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini.
BAB III
METODE PENGABDIAN
Keterlibatan aktif warga masyarakat, baik secara perorangan, kelompok atau kesatuan
masyarakat dalam proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program
pembangunan masyarakat yang dilaksanakan di dalam atau di luar lingkungan masyarakat atas
dasar kesadaran dan tanggung jawab dapat dikatakan sebagai kunci penggerak dan pengarah
proses perubahan sosial. Prinsip dari konsep pembangunan keberlanjutan adalah masyarakat
sebagai subjek yang terlibat aktif dalam pembangunan dan kelompok sasaran yang menerima
manfaat dalam pelaksanaan pembangunan. Oleh karena itu peran kegiatan partisipatif yang
melibatkan masyarakat secara aktif dan langsung sangat diperlukan. Salah satunya dengan
mengadakan kegiatan pemetaan partisipatif dalam mengumpulan informasi tentang potensi dan
permasalahan kebencanaan.
Saat ini telah banyak dilakukan teknik pemetaan partisipatif untuk proses pengumpulan
data/informasi. Data yang dikumpulkan antara lain meliputi informasi demografik, kepadatan
penduduk/ perumahan, pelayanan publik, indikator kesehatan dan pendidikan. Selain dianggap
dapat mengumpulkan data secara akurat, teknik ini juga dianggap dapat memberikan support
kapasitas kepada pemerintah lokal dan kelompok masyarakat dalam hal mengelola, menganalisis
dan menggunakan informasi tersebut. Untuk itu, pengajuan agenda pengabdian tentang bagaimana
pengelolaan kebencanaan kampong kota akan berkontribusi bagi implementasi skema Pengabdian
maupun pengabdian tentang praktik otonomi daerah. Berbasis skema road map pengembangan
otonomi daerah yang sedianya menjadi unggulan dan bagian dari road map RG Urban-Rural
Design & Conservation yang di Universitas Sebelas Maret, pengabdian ini menempatkan
memberikan konstribusi bagi skema pengembangan masyarakat.
Skema transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengabdian ini ditekankan pada (1)
pemahaman mengenai pentingnya memiliki strategi alternatif dalam penanggulangan bencana
banjir yang terjadi, serta (2) pemahaman mengenai diperlukannya suatu organisasi atau komunitas,
sebagai hasil integrasi kesadaran (awareness) masyarakat mengenai kebencanaan, untuk
mengelola strategi atau program alternatif vertiminakultur di wilayah penelitian. Dalam
pengabdian ini, terdapat tiga tahap implementasi yang didalamnya terdapat kegiatan transfer ilmu
pengetahuan.
Tahapan Lanjutan dari skema pengabdian yang disusun dalam tahapan kegiatan adalah
implementasi sistem vertiminakultur di wilayah pengabdian. Pada tahap ini, transfer knowledge
terhadap masyarakat Kampung Mipitan akan meliputi;
1) Pengetahuan teknis mengenai sistem vertiminakultur; persiapan pembuatan, alat dan bahan,
metode pemasangan, dan perawatan (maintenance).
2) Pengetahuan mengenai pemanfaatan produk hasil vertiminakultur; (1) pemanfaatan untuk
keperluan ketahanan pangan (food security) komunitas, dan (2) pemanfaatan untuk sumber
penghasilan ekonomi alternatif masyarakat yang berkontribusi terhadap ketahanan ekonomi
(economic resilience).
Tahapan Akhir dari skema pengabdian masyarakat untuk penguatan ekonomi masyarakat
serta berkontribusi terhadap ketahanan pangan, menekankan transfer knowledge untuk
membentuk jaringan (networking) internal masyarakat, dan eksternal masyarakat Kampung
Mipitan sebagai implementer vertiminakultur. Transfer knowledge untuk jaringan internal
masyarakat digunakan untuk membentuk organisasi atau komunitas pengelola sistem
vertiminakultur di Kampung Mipitan. Sedangkan jaringan eksternal masyarakat digunakan untuk
membentuk jaringan pemasaran (distribusi) produk vertiminakultur sebagai pemasukan tambahan
bagi masyarakat.
Anggaran Biaya Hibah pengabdian IbM yang diajukan setiap tahun ini meliputi rangkaian
komponen, yang terinci dalam :
1. Belanja Barang
Item Justifikasi Kuantitas Harga Harga Peralatan Penunjang (Rp)
Pemakaian Satuan (Rp)
Belanja Pembelian bahan habis 1 Paket 10.890.000 10.890.000
Bahan ATK pakai untuk ATK,
fotocopy, surat
menyurat, penyusunan
laporan, cetak peta-
quistioner, penjilidan
laporan, publikasi,
pulsa, internet,
cartridge, paket FGD
Pengadaan Vertiminakultur 3x 1.000.000 3.000.000
Alat
Proses pemasangan dan 5x 250.000 1.250.000
monitoring
2. Pelaksanaan Biaya Lapangan
DAFTAR PUSTAKA
1) Wisner, B., Blaikie, P. Cannon, T, Davis, I., 2003, At risk: natural hazards, people’s
vulnerability and disasters, London/ New York: Routledge.
2) Hong, Y, Adhikari, P., Gourley, J.J., 2013, “Flood Hazard and Disaster”, in: Bobrowsky,
P.T., Encyclopedia of Natural Hazards, Dordrecht: Springer Science+Business Media.
3) World Bank. a.2003. Kota-Kota Dalam Transisi : Tinjauan Sektor Perkotaan Pada Era
Desentralisasi di Indonesia. EastAsia Urban Paper Series.
4) United Nation Office for Disaster Risk Reduction, “Structural and non-structural
measures”, Terminology [Web], diakses 15 Februari 2017.
5) Kusumaningdyah N. H. 2012, et all. Vitality of Urban Industrial Clusters in Surakarta City
and Its Implication on Tourism Industry. Journal of Architecture and Urban Design,
Kyushu University, Vol. 22.