Anda di halaman 1dari 15

1. Bagaimana anatomi fisiologi dan histologi mengenai absorbsi intestinal ?

Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa adanya lipatan kecuali pada bagian distalnya (rektum). Vili usus tidak dijumpai pada usus
ini. Kelenjar usus berukuran panjang dan ditandai dengan banyaknya sel goblet dan sel absorptif dan sedikit sel enteroendokrin. Sel
absorptifnya berbentuk silindris dengan mikrovili pendek dan tidak teratur. Usus besar disesuaikan dengan fungsi utamanya yaitu; absorpsi
air, pembentukan massa tinja dan produksi mukus. Mukus adalah jel berhidrasi tinggi yang tidak hanya melumasi permukaan usus, namun
juga menutupi bakteri dan zat renik lain. Absorpsi air berlangsung pasif dan mengikuti transpor aktif natrium yang keluar dari permukaan
basal sel-sel epitel.
(sumber: Junqueira Luiz Carlos, Histologi dasar, EGC, Jakarta, 2007)

Gambar 1 Lapisan colon Gambar 2 Sel absorptif dan sel goblet pada colon
FAAL USUS BESAR
Propulsi pencampuran makanan dalam saluran pencernaan
GERAKAN KOLON
 Fungsi utama kolon :
1. Absorpsi air dan elektrolit dari kimus membentuk feses yang padat
2. Penimbunan feses sampai dapat dikeluarkan
3. Setengah bagian kolon berhubungan dengan absorpsi dan setengah bagian distal berhubungan dengan penyimpanan.
4. Pergerakan kolon secara normal sangat lambat yang terdiri dari :
a. gerakan mencampur “haustrasi”
b. gerakan mendorong “pergerakan massa”
a. Gerakan mencampur “haustrasi”
 Konstriksi-konstriksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar.
 2,5 cm otot sirkular akan berkontraksi → kadang menyempitkan lumen kolon sampai tersumbat.
 Pada saat yang sama, otot longitudinal kolon, yang terkumpul menjadi 3 pita longitudinal yang disebut taenia coli, akan
berkontraksi.
 Kontraksi gabungan dari kedua otot tsb → bagian usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar memberikan bentuk serupa
kantung yang disebut haustrasi.
 Setiap haustrasi mencapai intensitas puncak dalam waktu 30 s dan kemudian menghilang 60 s berikutnya.
Kontraksi bergerak lambat terutama pada sekum dan kolon asenden.

Timbul dorongan isi kolon ke depan

Beberapa menit kemudian, timbul kontraksi haustrae baru pada daerah lain yang brdekatan
Bahan feses secara lambat dalam usus besar diaduk dan diputar

sehingga bahan feses secara bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar

cairan& zat-zat terlarut secara progresif dabsorpsi

Hingga hanya terdapat 80-200 ml feses yang dikeluarkan setiap hari

1
 Kontraksi haustrae yang lambat berlangsung persisten yang membutuhkan waktu 8-15 jam untuk menggerakan kimus dari katup
ileosekal ke kolon.
 Sementara kimusnya sendiri menjadi feses dengan karakteristik lumpur setengah padat bukan lagi setengah cair.
b. Gerakan mendorong “pergerakan massa”
 Pergerakan massa adalah jenis peristaltik yang dimodifikasi yang ditandai oleh rangkaian peristiwa :
1. Timbul sebuah cincin konstriksi sebagai respons dari tempat teregang atau teriritasi di kolon, biasanya pada kolon transversum
2. Kemudian dengan cepat kolon sepanjang 20 cm atau lebih, pada bagian distal cincin konstriksi tadi akan kehilangan haustrasinya
dan justru berkontraksi sebagai 1 unit, mendorong maju materi feses pada segmen ini sekaligus menuruni kolon.
1 rangkaian pergerakan massa biasanya menetap selama 10 sampai 30 menit

Lalu mereda dan mungkin timbul kembali setengah hari kemudian

Bila pergerakan sudah mendorong massa feses ke dalam rektum

Keinginan untuk defekasi
 Timbulnya gerakan massa dipermudah oleh refleks gastrokolik dan duodenokolik, refleks-refleks tersebut disebabkan oleh
distensi lambung dan duodenum.
Defekasi
Sewaktu gerakan massa di kolon mendorong isi kolon ke dalam rektum

Terjadi peregangan rektum

Merangsang reseptor regang di dinding rektum memicu refleks defekasi

 Sfingter anus internus (terdiri dari otot polos) untuk melemas & rektum serta kolon sigmoid berkontraksi kuat
 Sfingter anus eksternus (terdiri dari otot rangka) juga melemas

Defekasi
(Defekasi biasanya dibantu oleh gerakan mengejan volunter yang melbatkan kontraksi simultan otot-otot abdomen & ekspirasi paksa dengan
glotis tertutup.
Manuver ini menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang membantu pengeluaran feses)

FUNGSI SEKRESI SALURAN PENCERNAAN


Sekresi usus besar
 Sekresi yang dominan pada usus besar adalah mukus.
 Usus besar di dalam epitelnya hampir tidak mengandung enzim, karena pencernaan telah selesai sampai sebelum kimus
mencapai kolon.
 Mukus ini mengandung ion bikarbonat dalam jumlah sedang yang disekresi oleh beberapa sel epitel yang tidak menyekresi
mukus.
Fungsi mukus dan ion bikarbonat :
 Mukus dalam usus besar melindungi dinding usus terhadap ekskorasi
 Mukus menyediakan suatu bahan lengket untuk melekatkan bahan feses bersama-sama
 Mukus melindungi dinding usus dari sejumlah besar aktivitas bakteri yang berlangsung di dalam feses
 Mukus ditambah sifat basa dari sekresi (pH 8 dari natrium bikarbonat) menyediakan sawar untuk menjaga agar asam yang
terbentuk di dalam tinja tidak menyerang dinding usus.

Diare yang disebabkan sekresi berlebihan air & elektrolit sebagai respon terhadap iritasi :
Segmen usus besar teriritasi (mis : infeksi bakteri)

Mukosa menyekresikan sejumlah besar air & elektrolit selain sekresi mukus alkali kental yang normal

Sekresi ini berfungsi untuk mengencekan faktor pengiritasi & menyebabkan pergerakan cepat tinja menuju anus

Diare

Pencernaan dan absorpsi dalam traktus gastrointestinal :


Pembentukan feses
± 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal ke dalam usus besar setiap harinya

Sebagian besar air dan elektrolit di dalam kimus ini diabsorpsi di dalam kolon

 < 100 ml cairan untuk diekskresikan dalam feses
 Pada dasarnya semua ion diabsorpsi, hanya meninggalkan 1-5 miliekuivalen dari masing-masing ion Na & Cl untuk hilang dalam
feses

2
 Sebagian besar absorpsi dalam usus besar terjadi pada pertengahan proksimal kolon → kolon pengabsorpsi
 Kolon bagian distal pada prinsipnya berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sampai waktu yang tepat untuk ekskresi feses
→ kolon penyimpanan

Absorpsi & sekresi elektrolit dan air


 Mukosa usus halus mempunyai kemampuan absorpsi Na tinggi & gradien potensial listrik yang diciptakan oleh absorpsi Na juga
menyebabkan absorpsi Cl.
 Adanya taut erat di antara sel-sel epitel usus lebih erat daripada di usus halus → mencegah difusi kembali ion-ion ini
 Sekresi ion bikarbonat → membantu menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri di dalam usus.
 Absorpsi ion Na & Cl menciptakan gradien osmotik di sepanjang usus besar yang kemudian menyebabkan absorpsi air.
Kemampuan absorpsi maksimal usus besar
Usus besar dapat mengabsorpsi maks : 5-8 liter cairan dan elektrolit setiap hari

Bila jumlah cairan yang masuk ke usus besar total melebihi jumlah ini

Kelebihan cairan akan muncul dalam feses sebagai diare
Toksin yang berasal dari kolera atau infeksi bakteri lainnya sering menyebabkan kripta pada ileum terminalis dan usus besar
menyekresikan 10 liter atau lebih cairan setiap harinya → menimbulkan diare berat & sering mematikan
Kerja bakteri dalam kolon
 Bakteri mencernakan sejumlah kecil selulosa.
 Zat-zat lain yang terbentuk adalah vit. K, vit. B12, tiamin,riboflavin dan bermacam-macam gas yang menyebabkan flatus di
dalam kolon, khususnya CO2, hidrogen, dan metana.
Komposisi feses
 Normalnya feses terdiri atas ¾ air dan ¼ bahan-bahan padat (yang tersusun atas 30% bakteri mati, 10-20% lemak, 10-20% bahan
inorganik, 2-3% protein & 30% serat-serat makanan yang tidak dicerna dan unsur-unsur kering dari getah pencernaan, seperti
pigmen empedu & sel-sel epitel yang terlepas)
 Warna coklat feses → disebabkan oleh sterkobilin dan urobilin dari bilirubin.
 Bau (bervariasi dari 1 orang ke orang lainnya) : bergantung pada flora bakteri kolon masing-masing orang & pada jenis makanan
yang dimakan.
 Produk yang benar-benar mengeluarkan bau : indol, skatol, merkaptan, dan hidrogen sulfida

2. Mengapa pasien mengalami diare 10 hari sebelumnya (diare berulang) ?


DIARE AKUT
Disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasite, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dll

3
3. Mengapa pasien berak cair 5x sehari sebnyak 2 sendok makan tidak ada darah maupun lendir?
Mencret lebih dari 2 sendok karena pada diare akut, cairan yang dikeluarkan bersama feses berjumlah lebih dari 200 ml/hari
pada anak-anak. Sedangkan dalam keadaan sehat, cairan yang keluar bersama feses hanya sekitar 100-200 ml per harinya.
Karakteristik Feses Normal dan Abnormal
Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan Penyebab
Warna Dewasa kecoklatan Pekat/putih Adanya pigmen empedu (obstruksi empedu); pemeriksaan
Bayi kekuningan diagnostik menggunakan barium
Hitam Perdarahan bagian atas GI
Merah Terjadi hemoroid, perdarahan bagian bawah GI (seperti rectum),
makan buat bit
Pucat dengan Malabsorpsi lemak, diet tinggi tinggi susu dan produk susu, dan
lemak rendah daging
Orange atau hijau Infeksi usus
Lendir darah Darah pada feses dan infeksi
Konsistensi Berbentuk, lunak, agak cair/lembek, Keras kering Dehidrasi, penurunan motilitas usus akibat kurangnya serat, kurang
basah latihan, gangguan emosi dan laxative abuse
Cair Peningkatan motilitas usus, misalnya akibat iritasi kolon oleh
bakteri ( menyebabkan diare), kekurangan absorpsi
Bentuk Silinder (bentuk rectum) dengan Mengecil bentuk Kondisi obstruksi rectum
diameter 2,5 cm untuk oarng dewasa pensil atau seperti
benang
Jumlah Tergantung diet
(100-400 gram/hari)
Bau Aromatik diperngaruhi oleh makanan Tajam, pedas Sumber bau pada feses, berasal dari senyawa indole, skatol,
yang dimakan dan flora/bakteri hydrogen, sulfidedan amine diproduksi oleh pembusukan protein
oleh bakteri perusak atau pembusuk. Bau menusuk hidung tanda
terjadinya peningkatan kegiatan bakteri yang tidak kita hendaki
Unsur pokok Sejumlah kecil bagian kasar makanan Pus, mukus, Infeksi bakteri, kondisi peradangan, perdarahan gastrointestinal,
yang tidak dicerna, potongan bakteri parasit, darah, malabsorpsi, salah makan
yang mati, sel epitrl, lemak, protein, lemak dalam
unsur-unsur kering, cairan jumlah besar,
pencernaan benda asing
Frekuensi Lebih dari 6x Hipermotility
sehari

Kurang dari sekali Hipomotility


seminggu

4. Mengapa pasien perlu diberikan oralit dan sudah diberi oralit ttp masih muntah ?
Dalam kondisi diare berbagai agen penginfeksi seperti virus, bakteri atau parasit akan menyebabkan perubahan pada mukosa
usus, menghambat penyerapan dan merangsang sekresi usus. Hasil sekresi ini akan cukup banyak hingga tidak dapat diserap
seluruhnya oleh usus. Kondisi inilah yang menjadikan feses saat diare menjadi encer atau lembek. Selain itu cairan dan garam akan
ikut terbawa keluar bersama feses atau muntahan sehingga terjadilah dehidrasi.Selama diare penyerapan garam natrium akan
terganggu sehingga pemberian Oralit yang mengandung glukosa dan natrium akan sangat membantu. Menggabungkan gula (glukosa)
dan garam (natrium) dalam Oralit bukan tanpa tujuan, hal ini karena penyerapan natrium di usus akan sulit tanpa adanya glukosa.
Dengan adanya glukosa dengan konsentrasi cukup penyerapan garam akan mampu menghidrasi tubuh meskipun diare sedang
berlangsung.
efek samping penggunaan oralit yaitu :
1) Kadar Ca dalam darah tinggi
2) Merasa mual yang nantinya akan menimbulkan muntah
3) Perut kembung akibat terlalu banyak cairan yang masuk

Karena pada saat seseorang terkena penyakit diare, tubuh akan mengeluarkan cairan dalam jumlah yang banyak (dehidrasi), tubuh
manusia terdiri dari cairan yang mengandung larutan elektrolit, yang berperan dalam pembentukan enzim untuk proses metabolisme.
Salah satu cara untuk mengatasi diare adalah mengkonsumsi oralit, yang merupakan campuran garam elektrolit dan glukosa yang
dapat diserap baik oleh usus. Garam elektrolit yang dapat digunakan adalah NaCl. Mekanisme glukosa dan NaCl masuk ke membran
sel melalui transport pasif terfasilitasi dengan tipe energi symfort (larutan glukosa dan ion Na + akan masuk bersamaan ke dalam
membran sel), ion Na+ dihasilkan dari NaCl. Glukosa berfungsi untuk meningkatkan penyerapan air oleh dinding usus sedangkan ion
Na+ untuk meningkatkan pengangkutan dan absorpsi glukosa yang akan masuk melalui membran sel. Setelah glukosa masuk ke dalam
membran sel dengan bantuan ion Na+, glukosa dan ion Na+ akan keluar dari membran sel melalui transport pasif dengan tipe energi
uniport (glukosa dan ion Na+ keluar membran sel satu per satu). Ion Na+ yang keluar dari membran sel memerlukan bantuan ion K+
yang dipompa masuk ke dalam membran sel melalui transport pasif dengan tipe energi antiport (ion Na + keluardan ion K+ masuk ).
Glukosa yang keluar dari membran sel merupakan sumber energi bagi dinding usus dan gradient konsentrasi glukosa yang ada di
membran epitel usus lebih tinggi dibandingkan gradient konsentrasi glukosa di luar membrane sel, apabila glukosa tidak dikeluarkan
maka yang akan terjadi tidak ada glukosa yang masuk ke dalam membran epitel usus.

4
5. Mengapa pd px ditemukan mata cowong, abdomen cekung,auskultasi peristaltik meningkat, perkusi hipertimpani, turgor kulit kembali
lambat dan akral hangat?
Mata sangat cekung
Pada keadaan dehidrasi sedang atau berat, fontanella anterior cekung, penurunan cairan serebrospinal, mata cekung akibat
penuruna humor vitreus.
Turgor kembali lambat
Kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung,
lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan
deplesi air yang isotonik.
Ilmu Kesehatan Anak
Hiperperistaltik
Hiperperistaltik meningkat  pengeluaran mukus di imbangi dengan peristaltik usus, jika sekresi mukus meningkat, maka
peristaltik juga akan meningkat
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton&Hall
Hipertimpani
Kembung pada anak diare disebabkan karena pembentukan gas di usus besar akibat laktosa yang tidak tercerna masuk ke colon (usus
besar) dan difermentasi bakteri pembusuk di situ. Selain itu penyebab kembung adalah karena hipokalemia. Oleh karena itu cairan
rehidrasi tidak lagi dengan larutan gula garam (tidak mengandung Kalium), namun yg terbaik dengan oralit. Jika bayi/anak nyaman,
bisa dilakukan pijat bayi bagian perut dengan gerakan memutar searah jarum jam dengan hati-hati utk mendorong gas dalam perut
keluar. Pemberian bawang merah, minyak telon tidak perlu, beberapa bayi sensitif dengan minyak telon, justru membuat kulitnya
rusak akibat dermatitis kontak iritan.

6. Mengapa pasien mengalami demam dan muntah 2 kali sehari sejak 2 hari yang lalu ?
Mual muntah disertai demam umumnya adalah gejala yang mendasari penyakit atau infeksi tertentu. Kondisi ini merupakan cara tubuh
untuk merespon serangan penyakitnya.

5
- Mual dan Muntah
Karena adanya hipermotilitas saluran cerna dan hipersekresi dari cairan kedalam lumen usus, mengaktifkan reseptor mual dan
muntah di medulla, chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan central vomiting centre (CVC).
DEMAM
Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang
dikenal sebagai pirogen endogen IL-1(interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6 (interleukin 6), dan INF (interferon)
yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di
titik patokan yang baru dan bukan di suhu normal. Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,9° C,
hipotalamus merasa bahwa suhu normal prademam sebesar 37° C terlalu dingin, dan organ ini memicu mekanisme- mekanisme
respon dingin untuk meningkatkan suhu tubuh (Ganong, 2002)

7. Apa faktor resiko dan pencegahan terhadap faktor resiko ?


a. Umur

6
Sebagian besar diare terjadi pada anak-anak, terutama usia antara 6 bulan sampai 2 tahun. Diare juga umum terjadi pada bayi bawah 6
bulan yang minum susu sapi atau susu formula (Depkes RI, 1995). Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok
umur dengan insidensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.4 Kejadian diare biasanya tinggi pada kelompok
umur muda dan tua (balita dan manula), rendah pada kelompok umur remaja dan produktif (RISKESDAS, 2007).
b. Status Imunisasi
Berdasarkan laporan Ditjen PPM dan PLP tahun 2005 bahwa diare sering timbul menyertai campak juga dapat mencegah diare. Oleh
karena itu, anak harus segera diberi imunisasi campak setelah berumur 9 bulan.
c. ASI eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi baru lahir sampai bayi mencapai usia 6 bulan. Pemberian ASI penuh
akan memberikan perlindungan diare 4 kali dari pada bayi dengan ASI disertai susu botol. Bayi dengan susu botol saja akan
mempunyai risiko diare lebih berat dan bahkan 30 kali lebih banyak daripada dengan ASI penuh.
d. Status Gizi
Serangan diare lebih lama dan lebih sering terjadi pada anak dengan malnutrisi. Semakin sering dan semakin berat diare yang diderita,
maka semakin buruk keadaan gizi anak. Diare dapat terjadi pada keadaan kekurangan gizi, seperti pada kwashiorkor, terutama karena
gangguan pencernaan dan penyerapan makanan di usus (Suharyono, 1986).

AGENT
a. Diare karena virus
Diare karena virus disebabkan oleh Rotavirus dan Adenovirus. Virus ini melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus
menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun elektrolit meningkat.
b. Diare karena bakteri
Diare karena bakteri invasif memiliki tingkat kejadian yang cukup sering tetapi akan berkurang dengan sendirinya dengan peningkatan
sanitasi lingkungan di masyarakat. Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu kedalam mukosa, terjadi perbanyakan
diri sambil membentuk toksin. Mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah dan berlendir. Penyebab
pembentukan enterotoksin ialah bakteri E.coli, Shigella sp, Salmonella sp, dan Campylobacter sp.
c. Diare karena parasit
Diare karena parasit disebabkan oleh protozoa seperti Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia. Diare karena infeksi parasit
biasanya bercirikan mencret cairan yang berkala dan bertahan lebih dari satu minggu.

LINGKUNGAN
a. Sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana
pembuangan air limbah, sarana pembuangan sampah. Status kesehatan suatu lingkungan yang buruk dapat memungkinkan timbulnya
diare.
b. Personal hygiene
Personal higiene sendiri dapat diartikan sebagai cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara fisik dan
psikisnya. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan
mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika
seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah
masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Memelihara dan memotong
kuku dapat. Kebiasaan penduduk yang tidak mau mencuci tangan menggunakan sabun sebelum melakukan aktifitasnya, serta perilaku
lainnya yang tidak mencerminkan pola hidup sehat dapat memungkinkan timbulnya diare.
c. Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersih adalah upaya ketersediaan air bersih yang merupakan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan. Air bersih
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak lebih dahulu, air minum sendiri
diartikan sebagai air yang kualitasnya memenuhi syarat – syarat kesehatan dan dapat diminum. Air yang tidak memenuhi syarat-syarat
kesehatan dapat memungkinkan terjadinya diare.

8. Apa pemeriksaan penunjang untuk skenario ?


 Pemeriksaan laboraturium , meliputi
 Pemeriksaan darah
1) Hemogram Lengkap ( Hb, eritrosit ,hematokrit, leukosit dll) untuk membantu menentukan derajat dehidrasi dan adanya infeksi
,pemeriksaan Hb sebaiknya dikerjakan sebelum dan sesudah rehidrasi tercapai untuk menentukan adanya anemia sebagai dasar.
2) Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam-basa.
3) Pemeriksaan elektrolit ,yaitu : Na, K, CL, Ca, Mg,
4) Osmolaritas
5) BUN ( Blood Urea Nitrogen )
6) gula darah
7) Protein Plasma
8) Berat Jenis
9) Blood Typing dan Cross matching bila transfuse darah diperlukan.
 Pemeriksaan urin
Ditetapkan volume urin , diperiksa jenis dan albuminuri. Bila mungkin diperiksa osmolaritas urin , PH urin karena urin yang asam
menunjukkan adanya asidosis.elektrolit urin yang diperiksa ialah Na, K, Cl-.
 Pemeriksaan tinja

7
Dicari penyebab infeksi ( sediaan langusng dicat dengan gram dan dikultur )maupun infetasi parasit dan jamur dan adanya sindrom
malabsorbsi terhadap laktosa, lemak dan lain2 . pada gastroenteritis yang berat ( missal pada kolera ) diperhatikan volume cairan tinja
yang keluar dan pmeriksaan kadar Na, K, Cl- dan bikarbonat dalam tinja

9. Aapa saja klasifikasi dari dehidrasi ?


Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB)
Gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak (vox cholerica), pasien belum jatuh dalam presyok
Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB)
Turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam
Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB)
Tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis

10. Bagaimana alur Dx pada skenario?


Anamnesis
Riwayat pemberian makan anak sangat penting dalam melakukan tatalaksana anak dengan diare. Tanyakan juga hal-hal berikut:
 Diare
– frekuensi buang air besar (BAB) anak
– lamanya diare terjadi (berapa hari)
– apakah ada darah dalam tinja
– apakah ada muntah
– Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera
– Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau pengobatan lainnya
– Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi).
 Pemeriksaan fisis Cari:
Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:
o rewel atau gelisah
o letargis/kesadaran berkurang
o mata cekung
o cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat
o haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa minum.
o Darah dalam tinja
o Tanda invaginasi (massa intra-abdominal, tinja hanya lendir dan darah)
ANAK DENGAN DIARE 133 5. DIARE Tanda-tanda gizi buruk Perut kembung. Tidak perlu dilakukan kultur tinja
rutin pada anak dengan diare.
Buku pelayanan kesehatan anak di rs, ikatan dokter anak indonesia

8
11. Apa diagnosis dan diagnosis banding ?

12. Apa manifestasi klinis dr skenario?

9
1. Gejala dan tanda diare
 Dehidrasi, bila telah kehilangan banyak cairan
 Berat badan turun
 Turgor kulit berkurang
 Mata dan ubun-ubun cekung
 Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit nampak kering
Gejala-gejala yang timbul akibat diare :
A. Akibat kehilangan cairan tubuh:
1. Turgor kulit berkurang
2. Nadi lemah hingga tidak teraba
3. Takikardi
4. Mata cekung
5. Ubun-ubun cekung
6. Suara parau
7. Kulit dingin
8. Jari-jari sianosis
9. Membran mukosa kering
10. Anuri-Uremia
B. Akibat kehilangan elektrolit tubuh:
1. Defisit Bikarbonat (Asidosis)
 Muntah
 Pernafasan cepat dan dalam (Tipe Cuszmaul)
 Cadangan jantung menurun
 Memacu defisiensi kalium intrasel
2. Defisiensi Kalium
 Lemah otot
 Aritmia jantung
 Ileus Paralitik (Distensi abdomen)
3. Hipoglikemia (Sering terjadi pada anak dengan malnutrisi)
 Kejang dan Koma

13. Apa saja etiologi dari skenario diatas ?

DIARE AKUT
Disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasite, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dll

10
DIARE KRONIK
Etiologi diare kronik sangat beragam dan tidak selalu hanya disebabkan kelainan pada usus. Kelainan yang dapat
menimbulkan diare kronik antara lain kelainan endokrin, kelainan hati, kelainan pancreas, infeksi, keganasan, dll. Etiologic
terbanyak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia yaitu infeksi. Hal ini berbeda dengan etiologic
terbanyak di negara maju yaitu penyakit usus inflamatorik. Walaupun telah diusahakan secara maksimal diperkirakan

11
sekitar 10-15% pasien diare kronik tidak dapat ditetapkan etiologinya, mungkin disebabkan kelainan sekresi atau
mekanisme neuroendokrin yang belum diketahui.

Etiologi Diare
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada anak. meliputi :
 Infeksi bakteri : Vibrio, E coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter, Yersinia, aeromonas dan sebagainya.
 Infeksi Virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, astovirus dan lain-lain.
 Infeksi parasit : Cacing (ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (E. Histolytica, Giardia lambia, Trichomonas hominis), Jamur
(Candida albicans).
b. Infeksi paraenteral yaitu : infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopnemonie, Enchepalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsopsi
 Malabsobsi karbohidrat
 Malabsobsi lemak
 Malabsobsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang menimbulkan diare terutama pada anak besar.
Diare dapat disebabakan oleh satu atau lebih patofisiologi, yaitu :
Diare Osmotik
Diare yang disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/ zat kimia yang
hiperosmotik (MgSO4, Mg (OH)2 ) malabsorbsi umum dan defek dalam absorbsi mukosa usus, misal, pada defiseensi disakaridase,
malabsorbsi glukosa/galaktosa
Diare sekretorik
Diare yang disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit usus, menurunnya absorbsi. Secara klinis ditemukan tinja yang sangat
banyak. Penyebab diare ini antaralain efek enterotoksin pada infeksi Vibriocholera atau E.Coli, penyakit yang menghasilkan VIPOMA,
gangguan absorbsi garam empedu) dan efek obat laksatif
Diare Inflamatorik
Adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga produksi mukus yang berlebihan dam eksudasi air dan elektrolit kedalam
lumen usus, inflamsi mukosa usus halus bisa disebabkan oleh infeksi Shigella atau non infeksi ( kolitis ulseratif dan Crohn Disease )
Diare Infeksi
Infeksi ini merupakan penyebab tersering diare. Dari suduut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas noninvasif dan invasif. Bakteri non
invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri yang disebut diaro toksogenik. Contoh diare toksogenik adalah Kolera.
Enterotoksin yang dihasilkan Vibrio Cholera merupakan protein yang menempel pada epitel usus yang lalu membentuk AMF Siklik
didinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion kloridaa yang diikuti air, ion natrium melalui mekanisme pompa natrium tidak tergangg
karena itu dikompensasi oleh meningginyaa absorbsi ion natrium (diiringi leh air, ion kalium, ion bikarbonat, dan klorida)

14. Bagaimana patogenesis dr skenario?

12
15. Bagaimana tatalaksana pd skenario?
Penatalaksanan Diare
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang
didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare
tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat
diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan
bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran
sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan
yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke
sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes
RI, 2011).
a. Diare tanpa dehidrasi
 Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
 Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
 Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti
diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.

Tabel 2.2. Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur


Umur Jumlah oralit yang diberikan tiap Jumlah oralit yang disediakan di
BAB rumah

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)


1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)

13
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian
dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama
10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare
berhenti (Juffrie, 2010).

2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide
Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air
besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini
semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok
makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).

3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat
harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011).

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi


Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011). Obat-
obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak
dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian
besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan
oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

5. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah

15. Apa komplikasi pada skenario?


Diare dapat menyebabkan berbagai komplikasi, yaitu sebagai berikut:
a. Gangguan elektrolit
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, kalsium dan bikarbonat
sehingga mengalami gangguan elektrolit yang sering berupa hipokalemia, hiponatremia.
b. Gangguan keseimbangan asam basa
Pada saat diare, sejumlah besar bikarbonat yang hilang melalui tinja bisa menyebabkan asidosis metabolik. Hal ini dapat terjadi
dengan cepat pada keadaan hipovolemi, ginjal gagal melakukan kompensasi kehilangan basa akibat aliran darah ke ginjal
berkurang serta produksi asam laktat yang berlebihan ketika penderita jatuh pada keadaan syok hipovolemik. Gambaran utama
asidosis metabolik meliputi konsentrasi bikarbonat serum berkurang (<10 mmol/l), pH arteri menurun (<7,10), nafas cepat dan
dalam, adanya muntah.
c. Dehidrasi
Pada diare, pengeluaran cairan melebihi pemasukannya sehingga akan terjadi defisit cairan tubuh yang dapat menyebabkan
dehidrasi. Berdasarkan derajat dehidrasi maka diare dapat dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan sedang dan
diare dehidrasi berat. Secara umum dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air
kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik.
d. Syok hipovolemik

14
Pada diare akut dengan dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi dampak negatif pada bayi dan anak–anak
antara lain syok hipovolemik. Syok hipovolemik ditandai dengan adanya denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, tidak
kuat angkat, tekanan darah menurun, pasien lemah, kesadaran menurun, dan diuresis berkurang.
e. Gagal ginjal akut
Fungsi ginjal menurun karena terjadi hipoperfusi ginjal yang disebabkan oleh hipovolemia atau menurunnya volume sirkulasi
atau aliran darah ke ginjal.
f. Malnutrisi
Infeksi yang berkepanjangan, terutama pada diare persisten, dapat menyebabkan penurunan asupan nutrisi, penurunan fungsi
absorpsi usus, dan peningkatan katabolisme sehingga menyebabkan proses tumbuh kembang anak terhambat yang pada akhirnya
dapat menurunkan kualitas hidup anak di masa depan.
g. Kematian
Tidak sedikit penyakit diare pada anak dapat berujung pada kematian. Hal ini disebabkan karena keterlambatan dalam
penanganan karena sebagian besar kasus yang dibawa ke pelayanan kesehatan sudah jatuh pada keadaan syok hipovolemi akibat
dehidrasi berat.

Prognosis
Prognosis diare umumnya baik dan bergantung pada lamanya penyakit, etiologi diare, imunitas penderita dan penanganan segera.

15

Anda mungkin juga menyukai