Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI DISKUSI KASUS (RDK)

A. PENGERTIAN
Refleksi Diskusi Kasus (RDK) merupakan metode yang digunakan dalam
merefleksikan pengalaman dalam satu kelompok diskusi untuk berbagai pengetahuan dan
pengalaman yang didasarkan atas standar yang berlaku. Proses diskusi ini memberikan
ruang dan waktu bagi peserta diskusi untuk merefleksikan pengalaman masing-masing
serta kemampuannya tanpa tekanan kelompok, terkondisi, setiap peserta saling
mendukung, memberi kesempatan belajar terutama bagi peserta yang tidak terbiasa dan
kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat (WHO, 2003).
Pengembangan profesionalisme masa kini bagi perawat dan bidan menjadi
tantangan, dimana mutu pelayanan yang tinggi akan menjadi tuntutan dari pelanggan.
Peningkatan profesionalisme dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
melalui refleksi diskusi kasus (RDK) sebagai suatu metoda baru yang diperkenalkan di
Indonesia. Apabila dilaksanakan secara rutin dan konsisten oleh kelompok masing-
masing akan dapat mendorong perawat dan bidan lebih memahami hubungan standar
dengan kegiatan pelayanan yang dilakukan sehari-hari. Mempraktekkan RDK juga dapat
dikatakan sebagai bagian “in-service training” yang sangat efektif dan sangat efisien.
Kesadaran akan kebutuhan untuk berkembang adalah menjadi salah satu tanggung jawab
perawat dan bidan terhadap dirinya sendiri dan profesinya. Melalui peningkatan
profesionalisme setiap anggota profesi akan dapat pula meningkatkan kinerja perawat dan
bidan sesuai standar dalam memberikan pelayanan yang bermutu untuk memenuhi
harapan masyarakat.

B. TUJUAN
1. Untuk mengembangkan profesionalisme perawat dan bidan
2. Meningkatkan aktualisasi diri perawat dan bidan
3. Membangkitkan motivasi untuk belajar.

C. PERSYARATAN
1. Suatu kelompok perawat atau kelompok bidan terdiri dari 5 – 8 orang
2. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi sebagai
penyaji dan lainnya sebagai peserta.
3. Posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam diskusi setara (equal)
4. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman klinis keperawatan atau
kebidanan yang menarik.
5. Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya, agar
setiap peserta dapat saling bertatapan dan berkomunikasi secara bebas.
6. Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu saat,
peserta lainnya memperhatikan proses diskusi.
7. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat memojokkan peserta lainnya.

1
8. Membawa catatan diperbolehkan, namun perhatian tidak boleh terkikis atau tertumpu
hanya pada cataan, sehingga dapat mengurangi perhatian dalam berdiskusi.

D. PROSES DISKUSI

1. Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama (kepala ruangan/supervisor di


puskesmas) yang mendorong serta mewajibkan anggotanya untuk melaksanakan
RDK secara rutin, terencana dan terjadwal dengan baik.
2. Kelompok perawat atau kelompok bidan berbagi (sharring) pengalaman klinis dan
iptek diantara sejawat masing-masing selama 1 jam, minimal setiap bulan sekali.
3. Setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan dan menimba pengalaman
sebagai fasilitator, penyaji dan sebagai anggota dalam diskusi tersebut.
4. Proses diskusi memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk menyampaikan
pendapat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa yang
merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta kemampuan masing-masing.
5. Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak ada pihak-pihak yang nerasa
tertekan ataupun terpojok. Yang diharapkan terjadi justru sebaliknya yaitu dukungan
dan dorongan bagi setiap peserta agar terbiasa menyampaikan pendapat mereka
masing-masing.
6. Refleksi Diskusi Kasus dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk memecahkan
masalah, namun tidak dipaksakan (tidak harus).
7. Adanya catatan kehadiran dan laporan RDK serta catatan tentang isu-isu yang muncul
tidak terjadi atau terulang lagi.
8. RDK merupakan salah satu metoda in-service training yang mengandung ciri-ciri
pembelajaran antar sejawat dalam satu profesi, sebagai salah satu sarana untuk
meningkatkan kemampuan perawat atau bidan.

E. PERAN SEBAGAI FASILITATOR, PENYAJI DAN ANGGOTA


1. Pedoman Bagi Fasilitator

a. Membuka pertemuan dan mengucapkan selamat datang


b. Menyampaikan tujuan pertemuan, mengajak semua peserta untuk merefleksikan
pengalaman klinis masing-masing.
c. Meminta persetujuan tentang lamanya waktu diskusi (kontrak waktu).
d. Menyampaikan syarat-syarat selama pertemuan.
e. Mempersilakan penyaji untuk mempresentasikan kasusnya selama 10 – 20 menit.
f. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
secara bergilir selama 30 menit.
g. Mengatur lalu lintas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta dan
klarifikasi bila ada yang tidak jelas.
h. Fasilitator boleh mengajukan pertanyaan sama seperti peserta lainnya.

2
i. Setelah pertanyaan berakhir, fasilitator bertanya kepada presenter, apa yang bisa
dipelajari dari diskusi tersebut, kemudian dilanjutkan kepada semua peserta
lainnya satu persatu, termasuk fasilitator sendiri juga memberikan pendapatnya.
j. Fasilitator membuat kesimpulan dan menyampaikan issue-issue yang muncul
berdasarkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh semua peserta.
k. Fasilitator melengkapi catatan RDK meliputi materi, issue-issue yang muncul,
termasuk meminta tanda tangan semua peserta.
l. Selanjutnya fasilitator meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan berikutnya.
m. Fasilitator menutup pertemuan dan berjabat tangan.
n. Fasilitator menyimpan laporan RDK pada arsip yang telah ditentukan bersama.

2. Pedoman Bagi Penyaji


a. Memikirkan serta menyiapkan kasus klinis keperawatan atau kebidanan yang
pernah dialami atau pernah terlibat didalam perawatannya.
b. Menjelaskan kasus tersebut dan tetap merahasiaan identitas pasen.
c. Tujuan penyajian kasus memberikan kesempatan bagi penyaji untuk berfikir atau
berefleksi ulang tentang bagaimana pasen tersebut ditangani, hambatan apa saja
yang dialami serta keberhasilan apa saja yang telah dicapai.
d. Penyaji mempunyai kesempatan 10-20 menit untuk menyajkan kasus tersebut.
e. Bila penyajian telah selesai, peserta akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berupa klarifikasi penanganannya. Mereka tidak akan mengatakan apa yang harus
anda lakukan atau memberi jawaban maupun saran apapun.
f. Penyaji menyimak pertanyaan dan memberikan jawaban sesuai dengan
pengetahuan serta pengalaman nyata yang telah dilakukan dan merujuk pada
standar yang relevan atau SOP yang berlaku.
g. Bila perlu mencatat esensi penting dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, atau
hal-hal yang belum pernah diketahui sebelumnya sebagai informasi baru.
h. Bila tidak ada lagi pertanyaan, fasilitator akan meminta anda sebagai orang
pertama dalam kelompok untuk menyampaikan apa saja yang dapat dipelajari dari
kasus tersebut, terutama berhubungan dengan informasi baru yang dianggap dapat
memberikan tambahan pengetahuan atau sesuatu hal yang pernah diketahui tetapi
dilupakan. Semua hal tersebut diyakini akan dapat dipergunakan untuk perbaikan
kinerja pada waktu yang akan datang.

3. Pedoman Bagi Anggota / Peserta


a. Setelah memperhatikan penyajian kasus tersebut , setiap peserta menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan, minimal satu pertanyaan. Kesempatan seluas-luasnya
diberikan untuk melakukan klarifikasi atas penanganan kasus tersebut.

3
b. Didalam mengajukan pertanyaan, cobalah merujuk pada standar atau SOP yang
berlaku, refleksi ulang bila anda mempunyai pengalaman dalam menangani kasus
semacam itu atau iptek terbaru yang diketahui.
c. Peserta tidak diperbolehkan untuk memberikan jawaban, saran secara langsung
atau memberitahukan bagaimana seharusnya perawatan pasen itu harus dilakukan.
d. Bila anda berpikir bahwa penyaji melakukan perawatan dengan cara yang
berbeda , tidak sesuai standar atau tidak sesuai dengan SOP yang berlaku, anda
dilarang keras untuk melakukan kritik. Anda hanya dapat melakukan klarifikasi
kepada penyaji apakah dia telah memikirkan cara lain seperti apa yang anda
pikirkan.
e. Selama diskusi berlangsung semua peserta memberikan perhatian penuh, karena
sangat mungkin dari setiap pertanyaan atau klarifikasi yang muncul, ada
diantaranya yang belum pernah diketahui oleh peserta lainnya. Ini merupakan
kesempatan bagi semua anggota untuk belajar serta memperoleh informasi atau
pengetahuan baru dari proses diskusi ini dalam waktu yang relatif sangat singkat.
f. Perlu diingat bahwa semua anggota kelompok juga akan belajar dari pemikiran
anda.
g. Peserta mempunyai waktu 20-30 menit untuk mengajukan pertanyaan, setelah itu
anda perlu menyimak kembali apa yang dapat anda pelajari dari proses diskusi
kasus tersebut, guna dapat menjawab dengan tepat pertanyaan dari fasilitator pada
akhir sesi tersebut.
h. Kesimpulan tentang issue-issue yang muncul dapat dijadikan cermin bagi semua
peserta, agar kejadian atau masalah yang sama tidak terulang dimasa yang akan
datang.

F. METODE RDK
1. Kelompok terdiri atas 5-8 orang
2. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai penyaji, dan sisanya sebagai peserta
3. Posisi fasilitator, penyaji , dan peserta lain dalam diskusi setara (equal)
4. Kasus yangdisajikan oleh penyaji merupakan pengalaman yang terkait asuhan
keperawatan di komunitas yang menarik untuk dibahas dan didiskusikan, perlu
penanganan dan pemecahan masalah.
5. Posisi duduk sebaiknya melngkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya agar
setiap peserta dapat saling bertatapan dan berkomunikasi secara bebas
6. Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu saat,
pesrta lainnya memperhatikan dan mendengarkan.
7. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat mmojokkan peserta lainnya.
8. Peserta berbagi (sharing ) pengalaman selama 1 jam dan dilakukan secara rutin.
9. Setiap anggota secara bergiliran mendapatkan kesempatann sebagai fasilitator,
penyaji, dan anggota peserta diskusi.

4
10. Selama diskusi diusahakan agar tidak ada peserta yang tertekan / terpojok. Yang
diharapkan justru dorongan dan dukungan dari setiap peserta agar terbiasa
menyampaikan pendapat mereka masing-masing.
(Henny Achjar, Komang Ayu, 2012)

G. KESIMPULAN

Refleksi Diskusi Kasus (RDK) merupakan metoda baru yang dapat menuntun
perawat dan bidan dalam satu kelompok diskusi, baik di rumah sakit maupun puskesmas
untuk berbagi pengetahuan serta pengalaman klinisnya yang didasarkan atas standar yang
berlaku. Proses diskusi yang berlangsung memberikan ruang dan waktu bagi setiap
peserta untuk merefleksikan pengalaman serta kemampuannya , tanpa tekanan, bahkan
terkondisi bahwa setiap peserta saling mendukung, utamanya bagi perawat atau bidan
yang tidak terbiasa atau kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat.
Issue-issue yang muncul dapat menambah pengetahuan peserta dan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan suatu SOP atau membuat yang baru bila
diperlukan. Selain itu issue yang muncul dapat dijadikan cermin dimasa yang akan
datang tidak terulang kembali. Pemahaman peserta terhadap standar maupun SOP yang
semakin meningkat berarti akan semakin meningkatkan profesionalisme mereka, sebagai
landasan untuk melakukan kinerja yang bermutu tinggi.

Anda mungkin juga menyukai