Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan pre operatif merupakan suatu tindakan awal dari
keperawatan perioperatif, Perioperatif merupakan suatu prosedur yang
mencakup fase pre, intra, post. Tahapan pre operatif sangat berperan penting
untuk kesuksesan pembedahan, Pembedahan merupakan tindakan pengobatan
yang menggunakan teknik invasif dengan membuka atau menampilkan
bagian tubuh yang akan dilakukan insisi yang diakhiri dengan penutupan
dengan metode hacting (Susetyowati, 2010 dalam Venny, 2014).
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan utama yang paling
sering berinteraksi dengan klien, mempunyai tanggung jawab dan kewajiban
membantu pasien mempersiapkan fisik dan mental untuk menghadapi suatu
tindakan pembedahan, salah satu tugas perawat pre operatif yaitu sebagai
educator, perawat yang memberikan pendidikan yang mencakup harapan
prosedur bedah, obat-obatan, pembatasan makanan sebelum prosedur,
memberikan instruksi, menjelaskan marking, perawatan setelah seorang
pasien dipulangkan ke rumah. Implementasi keperawatan yang harus di
laksanakan yaitu berupa tindakan, mendelegasikan tindakan, melakukan
edukasi sebagai suatu proses dimana informasi diberikan dari satu orang ke
orang lain secara langsung dalam pertemuan tatap muka, memberikan
konseling, melakukan pencatatan, dan melaporkan pengkajian berkelanjutan.
Edukasi pre operatif membantu pasien untuk memahami dan meyiapkan
mental untuk saat pembedahan dan penyembuhan post operasi (McEwen &
Wills, 2011).
Fase intra operatif merupakan pelayanan yang di lakukan setelah
induksi anestesi dan selama proses pembedahan. Fase ini berfokus pada
pemeriksaan tanda-tanda vital, membuka dan mempersiapkan persediaan alat
yang di butuhkan, mengatur selang atau drain, memantau kelancaran obat-
obatan dan cairan melalui intravena, menjaga lingkungan yang asepsis dan
steril, memposisikan pasien sesuai prosedur operasi, menghitung jarum dan
kasa yang digunakan untuk memastikan tidak ada kasa yang tertinggal dalam
tubuh pasien (Kemenkes RI, 2011).
Fase post operatif merupakan fase di mana lanjutan dari fase pre dan
intra opertif, perawat bertugas mengkaji efek anestesi, memantau tanda-tanda
vital, evektifitas jalan nafas, dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul
pasca pembedahan (Flita, 2016).
Data pasien dengan pembedahan laparotomi di inggris cukup
meningkat lebih dari 30.000 juta jiwa (Nela, 2015). Di Negara-negara
berpenghasilan yang cukup rendah, data Organisasi Situasi Darurat dan
Perawatan Bedah, database Organisasi Kesehatan Dunia menyampaikan
bahwa 58% dari fasilitas tingkat pertama saat ini melakukan prosedur
emergency laparotomi (Meara et al, 2016). Peran dari perawat ialah sebagai
care provider (pemberi asuhan), manager/community leader (pemimpin
komunitas), educator (menyampaikan informsi), advocate (pembela), dan
researcher (peneliti) (Kemenkes RI, 2017).
Hasil penelitian yang di lakukan Siregar R,et al (2014) yang berjudul
Analisis Pelaksanaan Marking Pra Bedah Di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru menyatakan dari 345 orang yang menjalankan operasi ada 134
responden yang harus dilakukan tindakan marking pra bedah. Total 33
responden yang di lakukan marking (25,1%) dan yang tidak dilakukan
marking 101 orang (74,9%). Penelitian yang di lakukan Hidayat (2015) yang
berjudul Gambaran Pelaksanaan Penandaan Lokasi Operasi Pada Pasien Pre
Operasi Di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
menyatakan sejuamlah 685 responden dengan hasil sebesar 28,7% operasi
terdapat penandaan dan 71,3% tidak ada penandaan lokasi operasi.
Hasil Penelitian yang di lakukan Dwitasari A, et al (2016) yang
berjudul Evaluasi Pelaksanaan Penandaan Operasi Di Ruang Operasi RS
PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta menyatakan dari 62 responden, 41
responden perlu di lakukan penandaan lokasi operasi dan dan 21 responden
tidak perlu di lakukan penandaan operasi, dari 7 operasi yang harus di
lakukan penandaan ada 3 operasi bedah umum dan 4 bedah ortopedi tidak di
lakukan penandaan karena operator menggunakan spalk sebagai penanda
operasi. Berdasarkan data tersebut dapat di ambil kesimpulan 55% jenis
operasi yang di lakukan penandaan sudah sesuai dengan SPO (Standar
Prosedur Operasional).
Berdasarkan observasi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta di
dapatkan pasien kurang memahami edukasi yang di berikan perawat, 10
pasien yang diajarkan teknik nafas dalam terobservasi pada tanggal 21
September 2018 – 05 Januari 2019 tidak paham dengan langkah teknik nafas
dalam. Maka peneliti tertarik untuk meneliti Gambaran Edukasi Pre Operatif
Pada Pasien Dengan Tindakan Bedah Mayor.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RS PKU Muhammadiyah
Gombong di dapatkan …………..

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana Gambaran Edukasi Pre Operatif Pada Pasien Bedah Mayor Di
Bangsal Bedah RS PKU Muhammadiyah Gombong”?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Edukasi Pre Operatif Pada Pasien Bedah
Mayor Di Bangsal Bedah RS PKU Muhammadiyah Gombong.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pemahaman pasien saat di edukasi pre operatif.
b. Untuk mengetahui Pelaksanaan pengecekan pasien meliputi identitas
pasien, lokasi operasi/marking, prosedur dan informed consent.
c. Untuk mengetahui pelaksanaan pengecekan riwayat alergi.
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan dedikasi untuk
acuan pengembangan dalam ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi
pedoman pelayanan asuhan keperawatan tentang Gambaran Edukasi Pre
Operatif Pasien Bedah Mayor Di Bangsal Bedah RS PKU Muhammadiyah
Gombong.
2. Manfaat praktis

a. Bagi Pihak Menejemen Rumah Sakit


Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit terutama di bidang
keperawatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan terutama pada
Gambaran Edukasi Pre Operatif Pasien Bedah Mayor Di Bangsal Bedah
RS PKU Muhammadiyah Gombong.
b. Bagi Kepala Ruang
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan mutu
keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kualitas
dan sebagai evaluasi untuk kinerja perawat melalui Gambaran Edukasi
Pre Operatif Pada Pasien Bedah Mayor
c. Bagi Perawat
Sebagai bahan masukan dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan terutama untuk edukasi pre operatif
d. Bagi Pasien Pre Operasi bedah mayor
Dapat sebagai bahan informasi yang dapat menambah ilmu
pengetahuan untuk meningkatkan kepercayaan diri untuk menjalani
operasi .
e. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi atau data dasar untuk di kembangkan lagi
bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan Gambaran Edukasi
Pre Operatif Pada Pasien Bedah Mayor

E. Keaslian Penelitian
1. Siregar R, et al (2014), menyatakan melakukan penelitian tentang Analisis
Pelaksanaan Marking Pra Bedah Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Penelitian Ini Bertujuan Untuk menganalisis pelaksanaan Marking Pra
Bedah terkait dengan program patient safety. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif sederhana, dengan teknik
penganbilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 134
responden, analisa statistik menggunakan analisa univariat untuk
mendapatkan data karakteristik responden. Hasil penelitian di dapatkan
kelompok umur responden terbanyak yang di lakukan marking pada 33
responden (25,1%) dan tidak di lakukan marking 101 orang (74,9%).
Persamaan penelitian ini adalah variable pelaksanaan marking pre operasi,
desain penelitian menggunakan deskriptif sederhana, sedangkan
perbedaanya yaitu lokasi penelitian, teknik sampling menggunakan total
sampling dan waktu penelitian.
2. Grossweiler H (2012), menyatakan melakukan penelitian tentang Pre
Operative Education: How Effective Teaching Impact Knowledge With
The Surgical Patient. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data
keefektifan edukasi pre operatif pada pasien ODC (one day care). Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif,
korelasional mengidentifikasi hubungan antara perawat dan pasien selama
kunjungan pengujian dan dampak edukasi pre operatif. Populasi sampel
dalam penelitian 10 perawat dalam rumah sakit yang melakukan
kunjungan pre operatif. Hasil penelitian menunjukan perawat yang paling
membantu edukasi dan menemukan bahwa 80% dari perawat merasa
keefektifan hari pelaksanaan operasi paling membantu pasien sementara
20% merasa bahwa obat sangat membantu. Persamaan dari penelitian ini
adalah keefektifan edukasi pre operasi, desain penelitian menggunakan
deskriptif, sedangkan perbedaanya yaitu lokasi penelitian, teknik sampling
dan waktu penelitian

Anda mungkin juga menyukai