Anda di halaman 1dari 9

FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No.

GAS METANA BATUBARA ENERGI BARU,


PERANAN PUSDIKLAT MIGAS

Oleh : FX YUDI TRYONO *)

Abstrak

Pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia khususnya sumber energy harus
dilakukan secara tepat dan efisien demi kelangsungan ketersediaan energy nasional dalam
jangka panjang. Minyak, gas bumi, batubara merupakan energy fosil yang tidak terbarukan
oleh sebab itu pemanfaatannya harus dilakukan secara cermat, sedangkan potensi energy
baru terbarukan serta energy alternative perlu dikembangkan. Gas Metana Batubara (GMB)
adalah gas alam dengan dominasi gas metana yang dihasilkan selama proses
pembatubaraan dan juga terperangkap didalam batubara itu sendiri. Berdasarkan hasil studi
kelayakan yang dikeluarkan oleh Advanced Resources International, Inc. Indonesia memiliki
perkiraan cadangan GMB sebesar 450 TCF (trillion cubic feet) yang tersebar di beberapa
cekungan batubara di Indonesia. Potensi sebesar ini tentunya tidak ada artinya apabila
tanpa dilakukan eksplorasi dan eksploitasi, hal inilah yang merupakan tantangan utama
bangsa Indonesia untuk mengembangkannya demi ketersediaan energy murah untuk rakyat.

Keyword : energy alternatif, Gas Metana Batubara, eksplorasi dan eksploitasi

BAB 1. PENDAHULUAN besar dan memiliki resiko yang sangat


tinggi, untuk itu perlu dikembangkan
A. Latar Belakang
metode lain guna memanfaatkan potensi
Pemakaian energy minyak dan gas bumi
yang ada pada batubara dalam ini. Salah
saat ini masih menjadi andalan untuk
satu potensi yang memungkinkan adalah
mengerakkan roda perekonomian baik
dengan memanfaatkan gas yang
untuk skala industry maupun skala rumah
terkandung didalam batubara tersebut,
tangga. Tingkat produksi minyak dan gas
yang sering kita sebut sebagai Gas Metana
bumi di Indonesia terus mengalami
Batubara atau Gas Metana Batubara.
penurunan sedangkan upaya eksplorasi
untuk mendapatkan cadangan migas yang Gas Metana Batubara (GMB) adalah gas
baru belum meberikan hasil yang alam dengan dominan gas metana disertai
menggembirakan. Sementara itu cadangan sedikit kandungan hidrokarbon dan gas
batubara sebagai salah satu energy fosil non-hidrokarbon lainnya di dalam batubara
masih cukup melimpah akan tetapi hasil dari proses kimia dan fisika selama
pemakaiannya masih terbatas untuk proses pembatubaraan. Gas metana
industry saja. Penambangan batubara oleh memiliki kadar kalori yang paling rendah
perusahaan –perusahaan tambang dibandingkan gas alam lainnya sehingga
batubara sebagian besar hanya dilakukan menghasilkan gas buang yang lebih ramah
pada lapisan batu bara di permukaan saja terhadap lingkungan dibandingkan gas
(open pit mining), sedangkan pada lapisan alam lainnya.
batu bara dalam (coal seam) masih belum Pengembangan Gas Metana Batubara
termanfaatkan. Hal ini disebabkan biaya (GMB) di Indonesia dilakukan atas
penambangan batubara dalam sangat kebijakan Pemerintah yang sudah
38
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 3

dikeluarkan oleh Menteri ESDM sebagai A. Genesa Gas Metana Batubara (GMB)
terobosan atas menurunnya jumlah Gas Metana Batubara (GMB) adalah gas
produksi minyak di Indonesia, sampai alam dengan dominan gas metana dan
dengan saat ini sudah 54 Wilayah Kerja disertai sedikit hidrokarbon lainnya dan gas
yang sudah diberikan kepada Kontraktor non-hidrokarbon dalam batubara hasil dari
Kontrak Kerja Sama (KKKS) dengan beberapa proses kimia dan
estimasi cadangan sebesar 138 TCF fisika. GMB sama seperti gas
(sumber : http://www.investor.co.id/energy/ alam conventional yang kita kenal saat ini,
2015-hanya-satu-wilayah-kerja-GMB- namun perbedaannya adalah
berproduksi/80996). GMB berasosiasi dengan batubara
B. Rumusan Masalah sebagai source rock dan reservoir-
Potensi GMB sebesar itu seharusnya bisa nya. Sedangkan gas alam yang kita kenal,
memberikan kesejahteraan bagi rakyat walaupun sebagian ada yang bersumber
Indonesia apabila dikelola dengan baik. dari batu bara, diproduksikan
Dari latar belakang tersebut dapat dari reservoir pasir, gamping maupun
dikemukakan rumusan maslah sebagai rekahan batuan beku. Hal lain yang
berikut : membedakan keduanya adalah cara
1. Besarnya cadangan GMB di wilayah penambangannya di
Indonesia harus diimbangi dengan tata mana reservoir GMB harus direkayasa
kelola kebijakan yang cukup memadai terlebih dahulu sebelum gasnya dapat
untuk pengembangan ke depannya. diproduksikan.
2. Peran serta Pusdiklat Migas selaku Selama proses pembatubaraan material
lembaga diklat untuk mempersiapkan organic akan mengeluarkan air, CO2, gas
pengembangan pegawai maupun metana dan lainnya. Kandungan gas pada
mereka yang akan berkecimpung GMB sebagian besar berupa gas metana
didalam industry migas non dengan sedikit gas hidrokarbon dan gas
konvensional khususnya GMB. non hidrokarbon lainnya.
Reaksi kimia pembentukan batubara
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA adalah sebagai berikut :
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 +8H2O +6CO2 + CO
Sellulosa lignit Gas metana

5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 +8H2O +6CO2 + CO


Sellulosa bitumen Gas metana

Gambar 1. Tahapan proses pembatubaraan

39
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 3

B. Karakteristik Reservoir Gas Metana Batubara


Gas Metana Batubara (GMB) merupakan pada umumnya. GMB adalah gas metana
gas hidrokarbon non konvensional yang yang tersimpan karena adsorpsi.
bersumber dari batubara dan tersimpan Karakteristik reservoir GMB berbeda
dalam reservoir batubara. Reservoir GMB dengan gas konvensional, hal tersebut bisa
sangat berbeda dengan reservoir minyak dilihat sebagai berikut :
Karakteristik Gas Konvensional Gas Metana Batubarae

Produksi Gas Dari sources rock ke reservoir Sources rock dan reservoir
pada batuan yang sama
Struktur Fracture, pori Cleats system
Mekanisme Penyimpanan Kompresi Adsorpsi
Gas
Mekanisme transportasi Hukum Darcy Hukum Fick dan Hukum Darcy
Performa produksi Gas water ratio menurun seiring Gas water ratio meningkat
waktu. Laju gas meningkat seiring waktu. Laju gas sedikit
kemudian menurun kemudian meningkat sampai
peak kemudian menurun
Sifat fisika Modulus young ~ 106 Modulus young ~ 105
Kompresibilitas pori ~ 106 Kompresibilitas pori ~ 104

Kelakuan reservoir GMB mengikuti konsep metana pada batubara mengikuti Langmuir
“dual porosity”. Hukum darcy berlaku pada Isotherm Characteristic Curve.
cleats (macropore atau fractures) yang Cleats terdiri dari face cleat yang
mengalirkan fluida dari cleats ke lubang merupakan jalur rekahan yang menerus
sumur, sedangkan hukum Frick berlaku sepanjang lapisan batubara dan butt cleat
pada disorpsi di matrix batubara yang merupakan rekahan bersifat tidak
(micropores). Adsorpsi dan desorpsi gas menerus, keduanya saling tegak lurus.

Gambar 2. Cleats system pada batubara

40
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 3

C. Karakteristik Produksi GMB


Kebanyakan sumur GMB memiliki 1. Kandungan gas minimal 15 m3 sampai
kedalaman kurang dari 1000 meter, dengan 30 m3.
sehingga pengeborannya relative lebih 2. Permeabilitas umumnya berkisar 30 mD
mudah. Secara umum type dan model – 50 mD.
sumur serta komplesi sumur GMB sama 3. Reservoir kurang dari 1000 meter (±
dengan sumur migas konvensional, 4000 feet), karena lebih dari itu
perbedaan mendasar hanya terletak pada dimungkinkan reservoir akan
tipe reservoirnya. mempunyai tekanan yang besar yang
Pekerjaan memproduksikan GMB bukan dapat menyebabkan struktur cleat
perkara yang mudah karena reservoir GMB menutup sehingga permeabilitasnya
mempunyai karakteristik yang khas dan menjadi sangat kecil.
memerlukan persyaratan tertentu. Produksi 4. Coal rank antara bituminous sampai
GMB mempunyai potensi besar dapat dengan anthracite.
diproduksi jika memiliki persyaratan antara
lain :

Gambar 3. Perbandingan Produksi GMB dan Gas


Konvensional

Terdapat 3 tahapan utama didalam diproduksikan dengan jumlah air yang


memproduksi gas dari sumur GMB, yaitu : terproduksi tetap rendah.
1. Dewatering stage, dimana merupakan
Karakteristik laju produksi dapat dilihat
tahapan memproduksi air disertai
digambar 4. Oleh karena itu didalam
dengan sejumlah kecil gas metan.
memproduksi gas metan dari sumur GMB,
2. Stable Production Stage, merupakan
begitu selesai komplesi maka langsung
tahapan produksi stabil dimana jumlah
dipasang pompa produksi atau artificial lift
gas metan yang diproduksikan akan
untuk proses dewatering. Umumnya
meningkat diiringi dengan jumlah
dipasang setelah proses fracturing pada
produksi air yang menurun.
coal seam.
3. Decline stage, merupakan tahapan
penurunan jumlah gas yang

41
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 3

Gambar 4. Karakteristik produksi pada sumur GMB

D. Surface Failities Produktivitas sumur akan berpengaruh


Setelah air dan gas terproduksi ke terhadap proses pemilihan metode
permukaan melalui pompa pada proses pengangkatan buatan yang tepat.
dewatering maka fluida tersebut harus 3. Tekanan Alir Dasar Sumur, juga
dialirkan ke tangki-tangki timbun. Air yang merupakan salah satu factor yang
terproduksi dialirkan melalui separator berpengaruh terhadap proses pemilihan
kemudian masuk kedalam tangki, metode pengangkatan buatan yang
sedangkan gas yang terproduksi setelah tepat dimana akan disesuaikan antara
melewati separator bisa langsung ke gas tekanan alir dasar sumur (Pwf) dengan
plant. tekanan kepala sumur (Pwh).
Oleh karena itu penentuan dan 4. Kandungan pasir dan kotoran, pada
perencanaan surface facility sumur GMB sumur GMB debris batubara sangat
menjadi kebutuhan yang sangat mendasar banyak sehingga peralatan yang
dalam mengelola sumur GMB. dipilihpun harus memperhitungakan
Pertimbangan untuk membangun surface kemungkinan adanya kandungan pasir
facilities pada lapangan GMB antara lain : dan kotoran dari debris batubara ini.
1. Kondisi reservoir, meliputi kapasitas 5. Temperatur, didalam perencanaan
produksi sumur, kadar air dan Tekanan surface facilities harus pula
Alir Dasar Sumur (Pwf) mempertimbangkan temperature fluida
2. Produktifitas sumur, merupakan salah yang akan terproduksi sehingga sensor
satu factor penting didalam maupun floweter system maupun
mempertimbangkan proses peralatan yang terpasang dapat
perencanaan surface facility karena disesuaikan kondisinya. Apabila
berkaitan erat dengan spesifikasi peralatan terpasang tidak bisa
peralatan dan system sensor yang mengakomodir temperature fluida yang
digunakan nantinya. ada halini akan menyebabkan
Sumur dengan produktivitas tinggi berkurangnya usia produksi (operating
membutuhkan gathering system yang life).
baik dan tepat demikian pula untuk Tempeatur fluida juga mempengaruhi
sumur dengan produktivitas rendah. didalam pemilihan metode

42
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 3

pengangkatan buatan yang tepat facilities yang akan diaplikasikan


apakah akan digunakan continuous gas didalam suatu lapangan GMB.
lift, sucker rod pump, electric Perencanaan surface facility yang tepat
submersible, cavity pump atau hydraulic adalah perencanaan yang dapat
jet pump. memberikan data secara tepat dan
6. Biaya investasi dan biaya operasi, hal akurat serta handal dalam operasi
ini merupakan parameter ke-ekonomian dengan biaya investasi dan biaya
yang harus dipertimbangkan dalam operasi yang rendah.
melakukan perencanaan surface

Gambar 5. Surface Facilities dan Flow Diagram lapangan GMB, West Sanggata

jumlah produksi minyak di Indonesia. Saat


BAB III TANTANGAN PENGEMBANGAN
ini sudah ada lapangan GMB yang
GMB
dilakukan pengembangan sampai tahap
A. Tantangan produksi tetapi jumlahnya masih sangat
Pengembangan GMB di Indonesia kecil jika dibandingkan dengan jumlah
dilakukan atas kebijakan Pemerintah yang wilayah kerja yang sudah diberikan oleh
sudah dikeluarkan oleh Menteri ESDM pemerintah. Melihat kondisi yang demikian
sebagai terobosan atas menurunnya kita semua sadar bahwa masih banyak
hambatan dan kesulitan di dalam
43
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 3

pengembangan suatu lapangan GMB Sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 18


menjadi lapangan yang berproduksi. Tahun 2010 Pusdiklat Migas memiliki tugas
dan fungsi
Adapun tantangan yang bisa menjadi
melaksanakan pendidikan dan pelatihan di
hambatan pengembangan GMB antara lain
bidang minyak dan gas bumi, bukan hanya
:
yang migas konvensional tetapi juga migas
1. Investasi yang cukup mahal terhadap non konvensional. Pusdiklat Migas
teknologi pengembangan GMB. berkewajiban untuk merencanakan suatu
2. Teknologi eksplorasi dan produksi GMB diklat yang dapat membantu pemerintah
lebih sulit dibandingkan gas untuk mengurangi gap kompetensi antara
konvensional. pemerintah pusat dan pemerintah daerah
khususnya didaerah – daerah penghasil
3. Teknik pengeboran dengan metode GMB.
hydraulic fracture harus ramah
lingkungan. Pertengahan Mei 2015 Badan Diklat ESDM
bekerja sama dengan Pusdiklat Migas
4. Dasar hukum dan tata kelola membahas kurikulum berbasis kompetensi
pemerintahan daerah harus mendukung dengan stake holder terkait untuk
pengembangan GMB. Hal ini tercermin ditetapkan menjadi kurikulum pelatihan
dari belum adanya pemahaman yang yang dapat digunakan sebagai acuan
sama antara pengambil kebijakan di untuk peyelenggaraan diklat Gas Metana
permerintah pusat dan daerah tentang Batubara.
program pengembangan lapangan
GMB. Tujuan dari penyusunan kurikulum ini
adalah peserta mampu memahami
5. Kondisi geografis perlu diminimalisir kegiatan eksplorasi dan eksploitasi gas
dengan infrastruktur yang memadai. metana yang terkandung di dalam
batubara sedangkan sasarannya adalah
terciptanya Aparatur Sipil Negara (ASN)
B. Peranan Pusdiklat Migas
profesional yang menduduki jabatan
Secara umum, pengusahaan GMB di struktural, non struktural umum/teknis
Indonesia mengacu pada rejim Migas. tertentu, fungsional untuk mencapai
Karenanya, UU No 22 Tahun 2001 dan PP persyaratan kompetensi di bidang yang
No.35 Tahun 2004 masih menjadi acuan diperlukan untuk pelaksanaan tugas pada
umum, terutama mengenai bentuk dan masing-masing unit di lingkungan
pola PSC, di mana masing-masing blok Kementerian Energi Dan Sumber Daya
GMB harus dikelola oleh satu badan Mineral (KESDM) dan Dinas yang
hukum usaha. Perihal tatacara penawaran mengelola sektor ESDM.
wilayah kerja pun mengacu pada Peraturan
Struktur program dari kurikulum tersebut
Menteri ESDM No.35 tahun 2008, perihal
adalah terdiri atas : 7 (tujuh) Unit
tatacara penawaran WK migas.
Kompetensi, 20 (dua puluh) elemen
Perbedaan yang mencolok dari bisnis GMB kompetensi, dan 46 (empat puluh enam)
dibanding migas yaitu mengenai split kriteria unjuk kerja serta 7 (tujuh) mata
antara kontraktor dengan Pemerintah. diklat, dibagi menjadi 40 Jam
Dalam pengusahaan GMB, kontraktor Pembelajaran yang terdiri sebagai berikut :
mendapatkan split yang relatif besar, yakni
sebesar 45%.

44
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 3

WAKTU
NO. MATA DIKLAT
TEORI PRAKTIK
(1) (2) (3) (4)

1. Introduksi Minyak dan Gas Bumi 6 0


Non Konvensional

2. Geoscience GMB 8 0

3. Reservoir GMB 4 0

4 Pemboran GMB 3 0

5. Produksi GMB 6 0

6. Metode Analisis GMB 5 0

7. Studi Kasus / Studi Lapangan 8

TOTAL 32 8

Kurikulum ini masih bersifat umum hanya  Adanya ketersediaan pasar baik
memuat tentang apa dan bagaimana Gas domestik atau pun ekspor.
Metana batubara itu, belum menyasar ke
Pusdiklat Migas sudah mengambil peranan
aspek teknis pengelolaan dan
sesuai dengan tupoksinya yaitu
pengusahaan GMB sehingga kurikulum ini
menyelenggarakan pendidikan dan
hanya pas ditujukan bagi aparatur daerah
pelatihan. Sudah seharusnya pendidikan
yang menangani sumber daya alam di
dan pelatihan yang diselenggarakan bukan
daerah
hanya ditujukan bagi aparatur pemerintah
BAB IV PENUTUP saja tetapi sudah mulai memikirkan untuk
menyasar ke tenaga teknis professional
Keberhasilan projek Gas Metana Batubara yang bergerak di bidang GMB. Berkaca
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara: dari pengalaman penyelenggaraan diklat
 Penentuan area sweetspot sangat CBM beberapa waktu yang lalu dimana
penting untuk mengidentifikasi staf pengajar masih didominasi oleh
resources GMB pengajar dari luar (SKK Migas, Pertamina,
 Kemampuan menghasilkan gas alam Lemigas) kami mengusulkan untuk
dalam tingkat yang ekonomis mendidik tenaga pengajar baik
 Kemampuan untuk mengontrol biaya Widyaiswara maupun instruktur melalui
ekplorasi dan pengembangan diklat-diklat professional maupun on the job
 Kemudahan pengembangan training di proyek GMB, sehingga pada
infrastruktur (baik yang sudah tersedia saat nanti tidak harus selalu tergantung
atau pun biaya yang rendah) kepada pengajar dari luar.
 Teknologi baru yang belum
diaplikasikan di conventional oil and
gas mutlak diperlukan.

45
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 3

DAFTAR PUSTAKA

David A. Simpson, James F. Lea, J.C. Cox, 2003, Coalbed Methane Production, SPE Inc.
Oklahoma.
Gathuk Widiyanto, Ego Syahrizal (2010), Optimasi Pompa pada Dewatering Sumur CBM,
LPL Lemigas Vol. 44 No. 2, Agustus 2010, pp 144 - 153
Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas, Lemigas (2010),
Perancangan Sistem Monitoring Sumur CBM Secara On Line, Jakarta.
Sukhyar. et al., (2013), Unconventional Oil and Gas Potential in Indonesia with Special
Attention to Shale Gas and Coal-bed Methane, Jakarta.
Pusat Data dan Informasi ESDM, 2010, Indonesia Energy Outlook 2010, Jakarta.
Pusat Penelitian dan pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “ Lemigas” (2011),
Coal Bed Methane (CBM), Jakarta.

*) Ybs adalah pejabat fungsional Widyaiswara

46

Anda mungkin juga menyukai