Anda di halaman 1dari 10

Intervensi dari diagnosa keperawatan diatas adalah:

a. Dx: Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan


intra cerebral.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam,
perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal dengan kriteria hasil:
i. Klien tidak gelisah.
ii. Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
iii. GCS 4-5-6.
iv. Pupil isokor, reflek cahaya (+).
v. Tanda-tanda vital normal (nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-
36,7°C, pernafasan 16-20 kali permenit).
Intervensi:
i. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab
peningkatan TIK dan akibatnya
ii. Anjurkan kepada klien untuk bed rest total.
iii. Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial
tiap dua jam.
iv. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung ( beri
bantal tipis).
v. Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan.
vi. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
vii. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor.
Rasional:
i. Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan.
ii. Untuk mencegah perdarahan ulang.
iii. Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan
untuk penetapan tindakan yang tepat.
iv. Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan
memperbaiki sirkulasi serebral.
v. Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan
potensial terjadi perdarahan ulang.
vi. Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan
TIK. Istirahat total dan ketenagngan mingkin diperlukan untuk
pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik /
perdarahan lainnya.
vii. Memperbaiki sel yang masih viable.
b. Dx: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegia.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam,
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
dengan kriteria hasil:
i. Tidak terjadi kontraktur sendi.
ii. Bertambahnya kekuatan otot.
iii. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi:
i. Ubah posisi klien tiap 2 jam.
ii. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas
yang tidak sakit.
iii. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit.
iv. Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya.
v. Tinggikan kepala dan tangan.
vi. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
Rasional:
i. Menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah
yang jelek pada daerah yang tertekan
ii. Gerakan aktif memberikan masa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.
iii. Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak
dilatih untuk digerakkan.
c. Dx: Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori
penurunan penglihatan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam,
diharapkan terjadi peningkatan persepsi sensorik secara optimal dengan
kriteria hasil:
i. Adanya perubahan kemampuan yang nyata.
ii. Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang.
Intervensi:
i. Tentukan kondisi patologis klien.
ii. Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi.
iii. Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama
iv. Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia,
bermusuhan, halusinasi setiap saat.
v. Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat
pendek.
Rasional:
i. Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai
penetapan rencana tindakan.
ii. Untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan disorientasi
klien.
iii. Agar klien tidak kebingungan dan lebih konsentrasi.
iv. Untuk mengetahui keadaan emosi klien.
v. Untuk memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat
dimengerti.
d. Dx: Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah otak.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam,
Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal dengan kriteria
hasil:
i. Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi.
ii. Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun
isarat.
Intervensi:
i. Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isarat.
ii. Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi.
iii. Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang
jawabannya “ya” atau “tidak”.
iv. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien.
v. Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi.
vi. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara.
Rasional:
i. Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien.
ii. Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain.
iii. Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi.
iv. Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif.
v. Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan
komunikasi.
vi. Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar.
e. Dx: Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegic.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam,
kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi dengan kriteria hasil:
i. Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
kemampuan klien
ii. Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk
memberikan bantuan sesuai kebutuhan.
Intervensi:
i. Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan
perawatan diri.
ii. Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri
bantuan dengan sikap sungguh.
iii. Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien
sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan.
iv. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang
dilakukannya atau keberhasilannya.
v. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi.
Rasional:
i. Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan
kebutuhan secara individual
ii. Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus.
iii. Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan
meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah
frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak
mungkin untuk diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan
meningkatkan pemulihan.
iv. Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong
klien untuk berusaha secara kontinyu.
v. Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana
terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus.
f. Dx: Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam,
diharapkan tidak terjadi gangguan nutrisi dengan kriteria hasil:
i. Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan.
ii. Hb dan albumin dalam batas normal.
Intervensi:
i. Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek
batuk.
ii. Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, seama dan sesudah
makan.
iii. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual
dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan.
iv. Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu.
v. Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang.
vi. Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan
lunak ketika klien dapat menelan air.
vii. Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan.
viii. Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam program latihan/kegiatan.
ix. Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau
makanan melalui selang.
Rasional:
i. Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien.
ii. Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi.
iii. Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol
muskuler.
iv. Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat
mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan.
v. Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya
distraksi/gangguan dari luar.
vi. Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam
mulut, menurunkan terjadinya aspirasi.
vii. Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan merunkan resiko
terjadinya tersedak.
viii. Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang
meningkatkan nafsu makan.
ix. Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga
makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu
melalui mulut.
g. Dx: Gangguan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi,
intake cairan yang tidak adekuat.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam,
klien tidak mengalami konstipasi dengan kriteria hasil:
i. Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan
obat
ii. Konsistensi feses lunak
iii. Tidak teraba masa pada kolon (scibala).
iv. Bising usus normal (15-30x/menit).
Intervensi:
i. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab
konstipasi.
ii. Auskultasi bising usus.
iii. Anjurkan pada klien untuk makan maknanan yang mengandung serat.
iv. Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada
kontraindikasi.
v. Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien.
vi. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif,
suppositoria, enema).
Rasional:
i. Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab konstipasi.
ii. Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltik.
iii. Diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan
eliminasi regular.
iv. Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses
yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi regular.
v. Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus
otot abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltic.
vi. Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang
melunakkan massa feses dan membantu eliminasi.
h. Dx: Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam,
klien mampu mempertahankan keutuhan kulit dengan kriteria hasil:
i. Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka.
ii. Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka.
iii. Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka.
Intervensi:
i. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan
mobilisasi jika mungkin.
ii. Rubah posisi tiap 2 jam.
iii. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-
daerah yang menonjol.
iv. Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami
tekanan pada waktu berubah posisi.
v. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar
terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi.
vi. Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas
terhadap kulit.
Rasional:
i. Meningkatkan aliran darah kesemua daerah.
ii. Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah.
iii. Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol.
iv. Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler.
v. Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan.
vi. Mempertahankan keutuhan kulit.
i. Dx: Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang
berhubungan dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, jalan
nafas tetap efektif dengan kriteria hasil:
i. Klien tidak sesak nafas
ii. Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan
iii. Tidak retraksi otot bantu pernafasan
iv. Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit
Intervensi:
Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab dan akibat
ketidakefektifan jalan nafas
i. Rubah posisi tiap 2 jam sekali
ii. Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari)
iii. Observasi pola dan frekuensi nafas
iv. Auskultasi suara nafas
v. Lakukan fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien
Rasional:
i. Klien dan keluarga mau berpartisipasi dalam mencegah terjadinya
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
ii. Perubahan posisi dapat melepaskan sekret darim saluran
pernafasan
iii. Air yang cukup dapat mengencerkan secret
iv. Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan nafas
v. Untuk mengetahui adanya kelainan suara nafas
vi. Agar dapat melepaskan sekret dan mengembangkan paru-paru
j. Dx: Gangguan eliminasi urin (incontinensia urin) yang berhubungan
dengan kehilangan tonus kandung kemih, kehilangan kontrol sfingter,
hilangnya isarat berkemih.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, klien
mampu mengontrol eliminasi urinenya dengan kriteria hasil:
i. Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensia
ii. Tidak ada distensi bladder.
Intervensi:
i. Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih
sering.
ii. Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari.
iii. Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih (rangsangan
kutaneus dengan penepukan suprapubik, manuver regangan anal).
iv. Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih
pada jadwal yang telah direncanakan.
v. Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya
2000 cc per hari bila tidak ada kontraindikasi).
Rasional:
i. Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari distensi
kandung kemih yang berlebih.
ii. Pembatasan cairan pada malam hari dapat membantu mencegah
enuresis.
iii. Untuk melatih dan membantu pengosongan kandung kemih.
iv. Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung
volume urine sehingga memerlukanuntuk lebih sering berkemih.
v. Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.

Anda mungkin juga menyukai