a. Tajam penglihatan
Pemeriksaan ketajaman penglihatan bukan merupakan cara yang khusus
untuk glaukoma, namun tetap penting, karena ketajaman penglihatan yang baik,
misalnya 6/6 belum berarti tidak glaukoma.
b. Tonometri
c. Genioskopi
Gonioskopi sangat penting untuk ketepatan diagnosis glaukoma.
Gonioskopi dapat menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Pemeriksaan
ini sebaiknya dilakukan pada semua pasien yang menderita glaukoma, pada
semua pasien suspek glaukoma, dan pada semua individu yang diduga memiliki
sudut bilik mata depan yang sempit. Dengan gonioskopi dapat dibedakan
glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka, juga dapat dilihat adanya
perlekatan iris bagian perifer ke depan (peripheral anterior sinechiae).
Sumber:http://biomed.brown.edu/Courses/2006108websites/group02glaucoma.html
3) Taji sklera, biasanya tampak sebagai garis putih prominen di alas pita
badan shier.
4) Trabekulum meshwork
5) Garis Schwalbe, suatu tepi putih tipis tepat di tepi trabekula Meshwork.
Pembuluh darah umumnya terlihat pada sudut normal terutama pada
biru.
e. Oftalmoskopi
Pada pemeriksaan oftalmoskopi, yang
harus diperhatikan adalah keadaan
papil. Perubahan yang terjadi pada
papil dengan glaukoma adalah
penggaungan (cupping) dan
degenerasi saraf optik (atrofi). Jika
terdapat penggaungan lebih dari 0,3
dari diameter papil dan tampak tidak
simetris antara kedua mata, maka
harus diwaspadai adanya ekskavasio
glaukoma.
Gambar 1. Diskus optikus Gambar 2. Rasio C/D pada Gambar 3. ‘Cup’ nervus optikus
normal. Lihat batas tegas dari nervus optikus ini mendekati yang bersifat glaukomatous.
diskus optikus, demarkasi yang 0,6. Hubungan klinis dengan ‘Cup’ pada nervus optikus ini
jelas dari ‘cup’, dan warna pink riwayat dari pasien dan juga membesar sampai 0,8, dan
cerah dari sisi neuroretinal. pemeriksaan menunjukkan terdapat penipisan yang khas
bahwa nervus optikus ini pada sisi inferior neuroretinal,
abnormal. terbentuk suatu “takik”.
f. Tonografi
g. Tes Provokasi
Tes ini dilakukan pada keadaan dimana seseorang dicurigai menderita
glaukoma. Untuk glaukoma sudut terbuka, dilakukan tes minum air, pressure
congestion test, dan tes steroid. Sedangkan untuk glaukoma sudut tertutup,
dapat dilakukan tes kamar gelap, tes membaca dan tes midriasis.
1. Ketajaman visual
Penglihatan harus diuji tanpa bantuan, dan dengan koreksi terbaik pada jarak
jauh dan dekat. Penglihatan sentral dapat terpengaruh dalam lanjutan
glaukoma
2. Kesalahan bias
Kesalahan refraksi akan membantu untuk memahami risiko glaukoma
sudut terbuka (myopia) atau glaukoma sudut tertutup (hyperopia).
Menetralisir kesalahan penting untuk menilai ketajaman penglihatan dan
bidang visual.
3. Pupil
Pupil harus diuji reaktivitas dan afferent pupilary defect. kerusakan aferen
mungkin menandakan asimetris moderat sampai glaukoma stadium lanjut.
4. Lids / Sclera / Conjunctiva Bukti peradangan, kemerahan, penyakit
permukaan okular, atau patologi lokal dapat mengarah ke IOP yang tidak
terkontrol karena penutupan sudut akut atau kronis, atau kemungkinan
alergi obat glaukoma, atau penyakit lainnya.
5. Kornea
Kornea harus diperiksa untuk edema, yang dapat dilihat pada IOP tinggi
akut atau kronis. Presipitasi kornea bisa mengindikasikan peradangan.
6. Tebal kornea
Ketebalan kornea diukur untuk membantu menginterpretasikan Tio
bacaan.Tebal kornea cenderung melebih-lebihkan Tio membaca, dan
kornea tipis cenderung meremehkan pembacaan.
7. Tekanan Intraokular
IOP harus diukur di setiap mata sebelum gonioskopi dan sebelum dilatasi.
Mencatat waktu pengukuran IOP direkomendasikan untuk
memperhitungkan variasi diurnal.
8. Angle Structure
Sudut tersebut harus diperiksa untuk mengetahui adanya kontak iris dengan
jahitan trabekular dalam ruangan gelap. Lokasi dan luasnya, dan apakah
karena penutupan appositional atau synechial, harus ditentukan oleh
gonioscopy.Adanyaperadangan, pseudoexfoliation, neovaskularisasi, dan
patologi lainnya harus diperhatikan.
9. Iris
Iris harus diperiksa untuk mobilitas dan ketidakteraturan, adanya synechiae
anterior dan posterior, dan pseudoexfoliation pada margin pupil. Buntut ke
depan, sudut perimeter melingkar, dan penyisipan iris harus dicatat di
samping adanya peradangan, neovaskularisasi, dan patologi lainnya.
10. Lensa
Lensa harus diperiksa untuk katarak, ukuran, posisi, posterior synechiae,
pseudoexfoliation bahan dan bukti peradangan
Sudut tertutup pada gonioscopy tanpa struktur terlihat Sudut terbuka pada
gonioscopy
Pseudoexfoliation deposits at the pupil margin Plateau iris with peripheral iris roll
11.Saraf optik
Saraf optik harus dievaluasi untuk tanda khas glaukoma. Tingkat kerusakan
saraf optik membantu memandu tujuan pengobatan awal.
• Early optic nerve damage may include a cup ≥0.5, focal retinal nerve
fiber layer defects, focal rim thinning, vertical cupping, cup/disc
asymmetry, focal excavation, disc hemorrhage, and departure from the
ISNT rule (rim thickest inferiorly, then superiorly, nasally and
temporally).
• Moderate to advanced optic nerve damage may include a large cup ≥ 0.7,
diffuse retinal nerve fiber defects, diffuse rim thinning, optic nerve
excavation, acquired pit of the optic nerve, and disc hemorrhage.
2. Tindakan pembedahan
Pembedahan ditujukan untuk memperlancar aliran keluar cairan aquos
di dalam sistem drainase atau sistem filtrasi sehingga prosedur ini disebut teknik
filtrasi. Pembedahan dapat menurunkan tekanan intraokuler jika dengan
medikamentosa tidak berhasil. Walaupun telah dilakukan tindakan
pembedahan, penglihatan yang sudah hilang tidak dapat kembali normal, terapi
medikamentosa juga tetap dibutuhkan, namun jumlah dan dosisnya menjadi
lebih sedikit.
a). Trabekulektomi
Merupakan teknik yang paling
sering digunakan. Pada teknik ini,
bagian kecil trabekula yang terganggu
diangkat kemudian dibentuk bleb dari
konjungtiva sehingga terbentuk jalur
drainase yang baru. Lubang ini akan
meningkatkan aliran keluar cairan
aquos sehingga dapat menurunkan
tekanan intraokuler. Tingkat keberhasilan operasi ini cukup tinggi pada
tahun pertama, sekitar 70-90%
Sayangnya di kemudian hari lubang drainase tersebut dapat
menutup kembali sebagai akibat sistem penyembuhan terhadap luka
sehingga tekanan intraokuler akan meningkat. Oleh karena itu, terkadang
diperlukan obat seperti mitomycin-C and 5-fluorourasil untuk
memperlambat proses penyembuhan. Teknik ini bisa saja dilakukan
beberapa kali pada mata yang sama.
3. Laser
Pada teknik laser, operator akan mengarahkan sebuah lensa pada mata
kemudian sinar laser diarahkan ke lensa itu yang akan memantulkan sinar ke
mata. Risiko yang dapat terjadi pada teknik ini yaitu tekanan intraokuler yang
meningkat sesaat setelah operasi. Namun hal tersebut hanya berlangsung untuk
sementara waktu. Beberapa tindakan operasi yang lazim dilakukan adalah :
Sumber : http://www.medrounds.org/glaucoma-guide/2006/12/section-9-
d-treatment-of-acute-angle.html
c). Laser Trabeculoplasty
Dilakukan pada glaukoma
sudut terbuka. Sinar laser (biasanya
argon) ditembakkan ke anyaman
trabekula sehingga sebagian
anyaman mengkerut. Kerutan ini
dapat mempermudah aliran keluar
cairan aquos. Pada beberapa kasus,
terapi medikamentosa tetap
diperlukan. Tingkat keberhasilan
dengan Argon laser trabeculoplasty
mencapai 75%. Karena adanya
proses penyembuhan luka maka
kerutan ini hanya akan bertahan selama 2 tahun.
Sumber : http://www.palopticlub.com/vb/showthread.php?t=2911