Anda di halaman 1dari 17

Pemeriksaan Penunjang 1,2,10,13,14,15

Untuk mendiagnosis glaukoma dilakukan sejumlah pemeriksaan yang rutin


dilakukan pada seseorang yang mengeluh rasa nyeri di mata, penglihatan dan gejala
prodromal lainnya. Pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dan dengan lebih
dari satu metode akan lebih bermakna dibandingkan jika hanya dilakukan 1 kali
pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut meliputi:

a. Tajam penglihatan
Pemeriksaan ketajaman penglihatan bukan merupakan cara yang khusus
untuk glaukoma, namun tetap penting, karena ketajaman penglihatan yang baik,
misalnya 6/6 belum berarti tidak glaukoma.

b. Tonometri

Gambar dari: Atlas Ilmu Penyakit Mata karangan Sidarta Ilyas

Tonometri diperlukan untuk memeriksa tekanan intraokuler. Ada 3 macam


tonometri, yaitu:
1. Digital
Merupakan teknik yang paling mudah dan murah karena tidak
memerlukan alat. Caranya dengan melakukan palpasi pada kelopak mata
atas, lalu membandingkan tahanan kedua bola mata terhadap tekanan jari.
Hasil pemeriksaan ini diinterpretasikan sebagai T.N yang berarti tekanan
normal, Tn+1 untuk tekanan yang agak tinggi, dan Tn-1 untuk tekanan yang
agak rendah. Tingkat ketelitian teknik ini dianggap paling rendah karena
penilaian dan interpretasinya bersifat subjektif.
2. Tonometer Schiøtz
Tonometer Schiøtz ini bentuknya sederhana, mudah dibawa,
gampang digunakan dan harganya murah. Tekanan intraokuler diukur
dengan alat yang ditempelkan pada permukaan kornea setelah sebelumnya
mata ditetesi anestesi topikal (pantokain). Jarum tonometer akan
menunjukkan angka tertentu pada skala. Pembacaan skala disesuaikan
dengan kalibrasi dari Zeiger-Ausschlag Scale yang diterjemahkan ke dalam
tekanan intraokuler.
3. Tonometer aplanasi Goldmann
Alat ini cukup mahal dan tidak praktis, selain itu memerlukan
slitlamp yang juga mahal. Meskipun demikian, di dalam komunikasi
internasional, hanya tonometri dengan aplanasi saja yang diakui. Dengan
alat ini, kekakuan sklera dapat diabaikan sehingga hasil yang didapatkan
menjadi lebih akurat.

c. Genioskopi
Gonioskopi sangat penting untuk ketepatan diagnosis glaukoma.
Gonioskopi dapat menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Pemeriksaan
ini sebaiknya dilakukan pada semua pasien yang menderita glaukoma, pada
semua pasien suspek glaukoma, dan pada semua individu yang diduga memiliki
sudut bilik mata depan yang sempit. Dengan gonioskopi dapat dibedakan
glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka, juga dapat dilihat adanya
perlekatan iris bagian perifer ke depan (peripheral anterior sinechiae).
Sumber:http://biomed.brown.edu/Courses/2006108websites/group02glaucoma.html

Pada gonioskopi terdapat 5 area spesifik yang dievaluasi di semua


kuadran yang menjadi penanda anatomi dari sudut bilik mata depan:
1) Iris perifer, khususnya insersinya ke badan siliar.

2) Pita badan siliar, biasanya tampak abu-abu atau coklat.

3) Taji sklera, biasanya tampak sebagai garis putih prominen di alas pita
badan shier.

4) Trabekulum meshwork

5) Garis Schwalbe, suatu tepi putih tipis tepat di tepi trabekula Meshwork.
Pembuluh darah umumnya terlihat pada sudut normal terutama pada
biru.

Gambar dari: American Academy of Ophtalmology


d. Lapang Pandang (perimetry)
Yang termasuk ke dalam
pemeriksaan ini adalah lapangan
pandang sentral dan lapangan
pandang perifer. Pada stadium awal,
penderita tidak akan menyadari
adanya kerusakan lapangan
pandang karena tidak
mempengaruhi ketajaman
penglihatan sentral. Pada tahap
yang sudah lanjut, seluruh lapangan
pandang rusak dengan tajam
penglihatan sentral masih normal
sehingga penderita seolah-olah melihat melalui suatu teropong (tunnel vision).

e. Oftalmoskopi
Pada pemeriksaan oftalmoskopi, yang
harus diperhatikan adalah keadaan
papil. Perubahan yang terjadi pada
papil dengan glaukoma adalah
penggaungan (cupping) dan
degenerasi saraf optik (atrofi). Jika
terdapat penggaungan lebih dari 0,3
dari diameter papil dan tampak tidak
simetris antara kedua mata, maka
harus diwaspadai adanya ekskavasio
glaukoma.
Gambar 1. Diskus optikus Gambar 2. Rasio C/D pada Gambar 3. ‘Cup’ nervus optikus
normal. Lihat batas tegas dari nervus optikus ini mendekati yang bersifat glaukomatous.
diskus optikus, demarkasi yang 0,6. Hubungan klinis dengan ‘Cup’ pada nervus optikus ini
jelas dari ‘cup’, dan warna pink riwayat dari pasien dan juga membesar sampai 0,8, dan
cerah dari sisi neuroretinal. pemeriksaan menunjukkan terdapat penipisan yang khas
bahwa nervus optikus ini pada sisi inferior neuroretinal,
abnormal. terbentuk suatu “takik”.

f. Tonografi

Tonografi dilakukan untuk mengukur banyaknya cairan aquos yang


dikeluarkan melalui trabekula dalam satu satuan waktu

g. Tes Provokasi
Tes ini dilakukan pada keadaan dimana seseorang dicurigai menderita
glaukoma. Untuk glaukoma sudut terbuka, dilakukan tes minum air, pressure
congestion test, dan tes steroid. Sedangkan untuk glaukoma sudut tertutup,
dapat dilakukan tes kamar gelap, tes membaca dan tes midriasis.

Menurut international council of ophthalmology guidelines for glaucoma eye care:


yang harus di perhatikan pada pemeriksaan glaukoma :

1. Ketajaman visual
Penglihatan harus diuji tanpa bantuan, dan dengan koreksi terbaik pada jarak
jauh dan dekat. Penglihatan sentral dapat terpengaruh dalam lanjutan
glaukoma
2. Kesalahan bias
Kesalahan refraksi akan membantu untuk memahami risiko glaukoma
sudut terbuka (myopia) atau glaukoma sudut tertutup (hyperopia).
Menetralisir kesalahan penting untuk menilai ketajaman penglihatan dan
bidang visual.
3. Pupil
Pupil harus diuji reaktivitas dan afferent pupilary defect. kerusakan aferen
mungkin menandakan asimetris moderat sampai glaukoma stadium lanjut.
4. Lids / Sclera / Conjunctiva Bukti peradangan, kemerahan, penyakit
permukaan okular, atau patologi lokal dapat mengarah ke IOP yang tidak
terkontrol karena penutupan sudut akut atau kronis, atau kemungkinan
alergi obat glaukoma, atau penyakit lainnya.
5. Kornea
Kornea harus diperiksa untuk edema, yang dapat dilihat pada IOP tinggi
akut atau kronis. Presipitasi kornea bisa mengindikasikan peradangan.
6. Tebal kornea
Ketebalan kornea diukur untuk membantu menginterpretasikan Tio
bacaan.Tebal kornea cenderung melebih-lebihkan Tio membaca, dan
kornea tipis cenderung meremehkan pembacaan.
7. Tekanan Intraokular
IOP harus diukur di setiap mata sebelum gonioskopi dan sebelum dilatasi.
Mencatat waktu pengukuran IOP direkomendasikan untuk
memperhitungkan variasi diurnal.
8. Angle Structure
Sudut tersebut harus diperiksa untuk mengetahui adanya kontak iris dengan
jahitan trabekular dalam ruangan gelap. Lokasi dan luasnya, dan apakah
karena penutupan appositional atau synechial, harus ditentukan oleh
gonioscopy.Adanyaperadangan, pseudoexfoliation, neovaskularisasi, dan
patologi lainnya harus diperhatikan.
9. Iris
Iris harus diperiksa untuk mobilitas dan ketidakteraturan, adanya synechiae
anterior dan posterior, dan pseudoexfoliation pada margin pupil. Buntut ke
depan, sudut perimeter melingkar, dan penyisipan iris harus dicatat di
samping adanya peradangan, neovaskularisasi, dan patologi lainnya.
10. Lensa
Lensa harus diperiksa untuk katarak, ukuran, posisi, posterior synechiae,
pseudoexfoliation bahan dan bukti peradangan

Sudut tertutup pada gonioscopy tanpa struktur terlihat Sudut terbuka pada
gonioscopy

Pseudoexfoliation deposits at the pupil margin Plateau iris with peripheral iris roll

11.Saraf optik
Saraf optik harus dievaluasi untuk tanda khas glaukoma. Tingkat kerusakan
saraf optik membantu memandu tujuan pengobatan awal.
• Early optic nerve damage may include a cup ≥0.5, focal retinal nerve
fiber layer defects, focal rim thinning, vertical cupping, cup/disc
asymmetry, focal excavation, disc hemorrhage, and departure from the
ISNT rule (rim thickest inferiorly, then superiorly, nasally and
temporally).
• Moderate to advanced optic nerve damage may include a large cup ≥ 0.7,
diffuse retinal nerve fiber defects, diffuse rim thinning, optic nerve
excavation, acquired pit of the optic nerve, and disc hemorrhage.

Retinal nerve fiber layer defect Thinning of the inferior rim

Disc hemorrhage at 5 o’clock Advanced glaucoma with 0.9


vertical cup

Penatalaksanaan Glaukoma 1,2,10,13,14,15

Sasaran utama pengobatan glaukoma adalah untuk menurunkan tekanan


intraokuler sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan lapangan pandang dan
ketajaman penglihatan lebih lanjut yang berujung pada kebutaan dengan cara
mengontrol tekanan intraokuler supaya berada dalam batasan normal.

Penatalaksanaan glaukoma terdiri dari tiga macam, yaitu medikamentosa,


pembedahan dan laser. Pembedahan dan laser dilakukan jika obat-obatan tidak
mampu mengontrol tekanan intraokuler.
1. Medikamentosa
Berdasarkan tujuan farmakoterapinya, obat anti glaukoma dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu: untuk supresi produksi cairan aquos, meningkatkan
aliran keluar cairan aquos, menurunkan volume korpus vitreus.

a). Supresi produksi cairan aquos


 Antagonis adrenergik ß
Obat ini dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan obat
lain. Efek samping: pada penggunaan adrenergik sering terjadi reaksi
alergi, pandangan kabur, sakit kepala, rasa terbakar di mata, takikardia
dan aritmia.
 Agonis adrenergik α
Bekerja untuk mengurangi produksi cairan aquos dan
meningkatkan drainase. Efek samping: rasa terbakar di tempat
meneteskan obat topikal, midriasis, hipertensi, malaise, sakit kepala,
mulut dan hidung terasa kering.
 Inhibitor karbonik anhidrase (CAI)
Bekerja mengurangi produksi cairan aquos sebesar 40-60%
dengan menghambat kerja enzim karbonik anhidrase di korpus siliaris.
Obat ini bisa diberikan per oral ataupun intravenous. Efek samping:
paresethesia di lengan dan tungkai, dispepsia, gangguan ingatan,
depresi, batu ginjal, dan polakisuria. Inhibitor karbonik anhidrase
diturunkan dari golongan sulfa, sehingga bisa juga menyebabkan
aplastik anemia walaupun hal ini jarang terjadi.

b). Meningkatkan aliran keluar cairan aquos


 Parasimpatomimetik
Obat yang digunakan merupakan golongan agonis kolinergik.
Bekerja pada anyaman trabekular dengan meningkatkan kontraksi otot
siliaris sehingga pupil mengalami miosis. Karena efek inilah maka obat
parasimpatomimetik sering juga disebut obat miotik. Kontriksi pupil
sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup. Efek
samping: diare, kram perut, hipersalivasi, enuresis dan bisa juga reaksi
alergi.

c). Meningkatkan aliran keluar cairan aquos


Obat-obat hiperosmotik, seperti gliserin, menyebabkan darah menjadi
hipertonik sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreus dan terjadi
penciutan korpus vitreus. Efek samping: sakit pinggang, sakit kepala,
gangguan mental. Pada pasien DM, obat ini bisa menyebabkan
hiperglikemia atau bahkan ketoasidosis.
Penatalaksanaan terbaik untuk glaukoma sudut tertutup adalah
pembedahan. Terapi medikamentosa hanya merupakan pengobatan
pendahuluan sebelum penderita dioperasi. Terapi diberikan sesuai dengan
fase penyakit.
Pada fase nonkongestif, penderita diberi golongan
parasimpatomimetik, seperti pilokarpin 2-4% tiap 20-30 menit. Dengan
demikian diharapkan lensa yang miosis akan menyebabkan iris tertarik ke
belakang sehingga sudut bilik mata depan terbuka. Selain itu, bisa juga
diberikan golongan inhibitor karbonik anhidrase 3X1 tablet/hari. Obat-obat
ini diberikan sampai tekanan intraokuler menjadi normal. Kemudian ada
dua pilihan terapi yang dapat dilakukan, yaitu tetap memberikan obat
parasimpatomimetik atau melakukan tindakan operasi.
Pada fase kongestif, pengobatan harus dilakukan secepat mungkin.
Tekanan intraokuler harus sudah turun dalam 2-4 jam. Jika terlambat 24-48
jam, maka akan terjadi sinekhia anterior perifer sehingga pengobatan
dengan parasimpatomimetik tidak berguna lagi.

Obat yang biasa dipakai untuk glaukoma sudut tertutup adalah:


Tabel treatment of acute angle-closure glaucoma
Method Drug and administration
Beta-Adrenergic antagonist Timolol or levobunolol: one drop to
affected eye
Prostaglandin analogue Latanoprost: one drop to affected eye
Alfa-Adrenergic agonist Apraclonidine or brimonidine: one
drop
to affected eye
Carbonic anhydrase Dorzolamide: one drop to affected
inhibitor eye;
or acetazolamide (500 mg orally, or
intravenously if the patient is
nauseous)
Hyperosmotic agent Glycerine 50% or isosorbide 45%
(1.5–4 ml/kg orally); mannitol 20%
(2–7 ml/kg intravenously if the patient
is nauseous or unable to tolerate oral
agents)
Limited role of pilocarpine Pilocarpine 1%: one drop two or three
times immediately preceding laser
iridotomy
Pain and emesis control
can be obviated by
retrobulbar anesthesia

 Beta- antagonis Adrenergik umum digunakan topikal dapat


diberikan untuk mata yang terkena untuk mengurangi
pembentukan aqueous humor dan TIO. Timolol atau levobunolol
akan mulai diterapkan dalam waktu sekitar 20 menit.
 Alfa-Adrenergic agonist Apraclonidine 0,5% atau brimonidin
(0,15-0,2% formulasi), yang mengurangi pembentukan aqueous,
seringkali membantu dalam mengurangi TIO dengan cepat.
 Analog Prostaglandin juga terbukti efektif secara
empiris.Demikian pula, anhidrida karbonat inhibitor,
acetazolamide, dapat diberikan secara oral dalam dosis 500 mg.
Jika Pasien mual atau muntah, acetazolamide (250-500 mg) dapat
diberikan secara intravena.
 Hiperosmotik: Gliserin oral diberikan sebagai larutan 50% dalam
dosis
1,5-4 ml / kg. Pada pasien diabetes, larutan isosorbida 45% oral
Bisa diberikan dalam dosis yang sama. Jika pasien mual atau
muntah, 20% manitol diberikan dalam dosis 2,0-7 ml / kg selama
30-45 menit. Jika
IOP mulai turun secara substansial, tidak perlu mengelola
seluruh dosis manitol. Dosis yang dapat dikurangi dapat mencegah
hipervolemia, yang bisa menyebabkan kelebihan beban jantung
atau edema paru,terutama pada pasien usia lanjut dengan penyakit
kardiovaskular.
 Parasimpatomimetik: pilokarpin 2-4%, setiap menit 1 tetes
selama 5 menit. Kemudian diteruskan setiap jam.

Dengan pengobatan seperti di atas, tekanan dapat turun sampai di


bawah 25 mmHg dalam waktu 24 jam. Bila tekanan intraokuler sudah
turun, operasi harus dilakukan dalam 2-4 hari kemudian.
Pengobatan glaukoma sudut terbuka diberikan semaksimal mungkin
sehingga tercapai tekanan intraokuler normal, ekstravasasi tidak
bertambah dan lapangan pandang tidak memburuk. Namun, obat yang
diberikan haruslah yang mudah diperoleh dan mempunyai efek samping
yang minimal.

2. Tindakan pembedahan
Pembedahan ditujukan untuk memperlancar aliran keluar cairan aquos
di dalam sistem drainase atau sistem filtrasi sehingga prosedur ini disebut teknik
filtrasi. Pembedahan dapat menurunkan tekanan intraokuler jika dengan
medikamentosa tidak berhasil. Walaupun telah dilakukan tindakan
pembedahan, penglihatan yang sudah hilang tidak dapat kembali normal, terapi
medikamentosa juga tetap dibutuhkan, namun jumlah dan dosisnya menjadi
lebih sedikit.

a). Trabekulektomi
Merupakan teknik yang paling
sering digunakan. Pada teknik ini,
bagian kecil trabekula yang terganggu
diangkat kemudian dibentuk bleb dari
konjungtiva sehingga terbentuk jalur
drainase yang baru. Lubang ini akan
meningkatkan aliran keluar cairan
aquos sehingga dapat menurunkan
tekanan intraokuler. Tingkat keberhasilan operasi ini cukup tinggi pada
tahun pertama, sekitar 70-90%
Sayangnya di kemudian hari lubang drainase tersebut dapat
menutup kembali sebagai akibat sistem penyembuhan terhadap luka
sehingga tekanan intraokuler akan meningkat. Oleh karena itu, terkadang
diperlukan obat seperti mitomycin-C and 5-fluorourasil untuk
memperlambat proses penyembuhan. Teknik ini bisa saja dilakukan
beberapa kali pada mata yang sama.

b). Iridektomi perifer


Pada tindakan ini dibuat celah kecil pada kornea bagian perifer
dengan insisi di daerah limbus. Pada tempat insisi ini, iris dipegang dengan
pinset dan ditarik keluar. Iris yang keluar digunting sehingga akan
didapatkan celah untuk mengalirnya cairan aquos secara langsung tanpa
harus melalui pupil dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Teknik ini
biasanya dilakukan pada glaukoma sudut tertutup, sangat efektif dan aman,
namun waktu pulihnya lama.

c). Sklerotomi dari Scheie


Pada Operasi Scheie diharapkan terjadi pengaliran cairan aquos di
bilik mata depan langsung ke bawah konjungtiva. Pada operasi ini dilakukan
pembuatan flep konjungtiva di limbus atas (arah jam 12) dan dibuat insisi
korneoskleral ke dalam bilik mata depan. Untuk mempertahankan insisi ini
tetap terbuka, dilakukan kauterisasi di tepi luka insisi. Kemudian flep
konjungtiva ini ditutup. Dengan operasi ini diharapkan terjadinya filtrasi
cairan aquos melalui luka korneoskleral ke subkonjungtiva.

d). Cryotherapy surgery


Pada glaukoma absolut badan siliar berfungsi normal memproduksi
cairan akuos, tapi arus keluar terhambat untuk satu alasan atau yang lain.
Sehingga tekanan intraokular yang tinggi menyebabkan rasa sakit kepada
pasien dan menyebabkan mata buta yang menyakitkan.
Karena itu, dilakukan dengan cara menghancurkan badan siliar
dengan cyclocryotherapy mengarah pada mengurangi pembentukan cairan
akuos, menurunkan tekanan intraokular dan memperbaiki rasa sakit..
Caranya terlebih dahulu menginjeksikan obat anestesi dibawah
permukaan retrobulbar dan injeksi 2% Xylocain, melingkar dan
mencembung dari retina (cryo-probe) dengan diameter 4 mm, dilakukan
langsung pada permukaan konjungtiva utuh, pusat ujung menjadi 4 mm dari
limbus, selama 1 menit pada suhu sekitar-60 ° sampai -65 °, secara langsung
di atas tubuh ciliary. Dalam semua kasus, probe diaplikasikan sedemikian
rupa sehingga margin es-kawah menyentuh satu sama lain pada setiap
aplikasi, dan aplikasi yang diberikan di sekeliling limbus, kecuali dalam dua
belas pertama matanya di mana ia diterapkan di bagian atas saja.
Setelah cryosurgery mata yang empuk selama 24 jam, dengan
menggunakan salep mata chloromphenical yang kemudian dilanjutkan 4
kali sehari. Tidak ada obat anti-inflamasi digunakan baik secara lokal atau
sistemik. Hanya analgesik diberikan.
Pasca-operasi tekanan intraokular diperiksa setelah 24 jam, pada
hari ke 7, hari ke 14, 6 minggu dan 3 bulan setelah operasi. Keunggulan
melakukan cyclocryotherapy karena memiliki keunggulan cyclodiathermy
suhu subfreezing kurang merusak struktur lain mata, dapat dengan aman
diulang beberapa kali, dapat dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.

3. Laser
Pada teknik laser, operator akan mengarahkan sebuah lensa pada mata
kemudian sinar laser diarahkan ke lensa itu yang akan memantulkan sinar ke
mata. Risiko yang dapat terjadi pada teknik ini yaitu tekanan intraokuler yang
meningkat sesaat setelah operasi. Namun hal tersebut hanya berlangsung untuk
sementara waktu. Beberapa tindakan operasi yang lazim dilakukan adalah :

a). Laser Iridektomy


Teknik ini biasa digunakan sebagai terapi pencegahan yang aman dan
efektif untuk glaukoma sudut tertutup. Dilakukan dengan membuat celah
kecil di iris perifer dan mengangkat sebagian iris yang menyebabkan
sempitnya sudut bilik mata depan. Beberapa keadaan yang tidak
memungkinkan dilakukannya laser iridektomy, diantaranya kekeruhan
kornea, sudut bilik mata depan yang sangat sempit dengan jaringan iris yang
sangat dekat dengan endotel kornea, penderita yang pernah menjalani
operasi ini sebelumnya namun gagal dan pada penderita yang tidak bisa
diajak bekerja sama.

Gambar : Laser iridektomi.

Pada umumnya komplikasi yang terjadi pada laser iridektomi meliputi


kerusakan lokal pada lensa dan kornea, ablasio retina, pendarahan,
gangguan visus dan tekanan intra okular meningkat. Kerusakan lensa
dihindari dengan cara menghentikan prosedur dan segera penetrasi iris
untuk iridektomi lebih ke superior iris perifer

b). Laser Peripheral Iridotomy (LPI)


Dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Pada teknik ini dibuat
lubang kecil di iris perifer sehingga iris terdorong ke belakang lalu sudut
bilik mata depan akan terbuka.

Sumber : http://www.medrounds.org/glaucoma-guide/2006/12/section-9-
d-treatment-of-acute-angle.html
c). Laser Trabeculoplasty
Dilakukan pada glaukoma
sudut terbuka. Sinar laser (biasanya
argon) ditembakkan ke anyaman
trabekula sehingga sebagian
anyaman mengkerut. Kerutan ini
dapat mempermudah aliran keluar
cairan aquos. Pada beberapa kasus,
terapi medikamentosa tetap
diperlukan. Tingkat keberhasilan
dengan Argon laser trabeculoplasty
mencapai 75%. Karena adanya
proses penyembuhan luka maka
kerutan ini hanya akan bertahan selama 2 tahun.
Sumber : http://www.palopticlub.com/vb/showthread.php?t=2911

d). Neodymium: YAG laser cyclophotocoagulation (YAG CP)

Teknik ini digunakan pada glaukoma sudut tertutup. Caranya dengan


merusak sebagian corpus siliar sehingga produksi cairan aquos berkurang.

Sumber : http://biomed.brown.edu/Courses/ 2006-108websites/group02glaucoma.html


1. Ilyas S. Glaukoma dalam ilmu penyakit mata. Ed 3. Cetakan ke 4. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2007
2. Vaughan DG, Eva RP, Asbury T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya
Medika. Jakarta. 2000.
3. http://biomed.brown.edu/Courses/BI108/2006108websites/group02glauco
ma/glaucoma.html#glaucoma .Accesed 10 November 2010
4. Khaw PT, Elkington AR. AC Of Eyes. Edisi ke-4. BMJ Book: London.2005
5. Vegan. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang Glaukoma. [Online] 2010.
Tersedia dari http://drvegan.wordpress.com/2010/07/31/diagnosis-dan-
pemeriksaan-penunjang-glaukoma/ Accesed 10 November 2010
6. Khaw PT, Elkington AR. AC Of Eyes. Edisi ke-4. BMJ Book: London.2005
7. Vegan. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang Glaukoma. [Online] 2010.
Tersedia dari http://drvegan.wordpress.com/2010/07/31/diagnosis-dan-
pemeriksaan-penunjang-glaukoma/ Accesed 10 November 2010

Anda mungkin juga menyukai