Anda di halaman 1dari 19

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan tanaman pangan yang sangat

potensial untuk dikembangkan. Keberadaan ubi jalar dapat menggantikan

kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi beras sebagai bahan pangan sumber

karbohidrat. Kebutuhan manusia terhadap vitamin dan mineral juga bisa

didapatkan dengan mengonsumsi ubi jalar. Ubi jalar bisa diolah menjadi beberapa

bahan makanan seperti tepung. Penggunaan tepung ubi jalar dapat meningkatkan

nilai mutu ubi jalar, menggantikan kebutuhan tepung terigu, dan mengurangi

impor gandum (Zuraida, 2001).

Pengembangan budidaya ubi jalar perlu dilakukan agar produksinya terus

meningkat. BPS menyatakan produksi ubi jalar di Indonesia yaitu 2,3 juta ton.

Produksi tersebut menurun 3,57% dari tahun 2014 dengan luas panen 143.125 ha.

Menurut Kementerian Pertanian (2016) ubi jalar termasuk ke dalam kelompok

komoditas tanaman yang bisa dibudidayakan mulai dari luasan 100 m2 sampai

lebih dari 300 m2. Upaya budidaya tersebut bisa dilakukan mulai dari

perkarangan rumah sampai hamparan lahan yang luas. Pengoptimalan lahan harus

diimbangi dengan menggunakan bibit ubi jalar yang unggul (Supriati, 2001)

Virus ubi jalar adalah salah satu penyebab utama penurunan hasil produksi

ubi jalar di Indonesia, dan negara-negara industri ubi jalar lainnya seperti China.

Virus dapat menyebabkan penurunan hasil umbi hingga 90% akibat degradasi

kualitas kultivar dan akar calon umbi. Terdapat lebih dari 22 virus ubi jalar yang

diketahui menginfeksi tanaman salahsatunya SPV2 (Tairo et al., 2006).


2

Ubi jalar biasanya dikembangbiakan melalui cara vegetatif. Stek batang

atau stek pucuk sangat umum digunakan masyarakat sebagai bibit atau bahan

tanam. Penyediaan sumber bibit ubi jalar dari stek mudah dilakukan atau

didapatkan. Potensi sumber bibit dari stek bisa dihasilkan sebanyak 18.000 stek/

ha tiap tiga bulan pertama (Djufry, 2011).

Sumber bibit dari stek tenyata memiliki sisi negatif apabila digunakan secara

terus-menerus. Penggunaan stek sebagai sumber bibit budidaya ubi jalar secara terus-

menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil. Stek yang digunakan setelah 3-

5 generasi harus diganti dengan cara menunaskan umbi sebagai sumber bibit

(Balitkabi, 2016).

Pertumbuhan tunas umbi dapat dipicu dengan penambahan zat pengatur

tumbuh. Giberelin dapat menghasilkan jumlah mata tunas paling banyak pada umbi

suweg (Amorphophallus paeoniifolius D.). Pengaruh penambahan giberelin untuk

merangsang pertumbuhan tunas umbi sangat menarik untuk diuji pada umbi ubi jalar

(Siregar, 2013)

Tujuan Penulisan

Adapun paper ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan

konsentrasi giberelin dalam meningkatkan pertumbuhan tunas ubi jalar, serta

menentukan pemotongan umbi yang paling efisien dalam budidaya produksi bibit

ubi jalar.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan paper ini adalah untuk dapat memenuhi

komponen penilaian di Laboratorium Budidaya Tanaman Unit Dasar Agronomi

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan dan sebagai infomasi bagi yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Adapun sistematika tanaman ubi jalar adalah: Kingdom : Plantae, Divisi :

Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae , Kelas : Dicotyledonae, Ordo :

Convolvulales, Famili : Convolvulaceae, Genus : Ipomoea, Spesies : Ipomoea

batatas L. (Rukmana, 2007).

Tanaman ubi jalar memiliki 2 tipe akar, yaitu akar penyerap hara disebut

akar sejati dan akar penyimpanan energi hasil fotosintesis yang disebut umbi.

Akar serabut dapat tumbuh di kedua sisi tiap ruas pada bagian batang yang

bersinggungan dengan tanah (Sarwono, 2005).

Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku - buku dan tipe

pertumbuhannya tegak atau merambat (menjalar). Panjang tanaman bertipe tegak

antara 1 m–2 m, sedangkan pada tipe merambat (menjalar) antara 2 m–3 m.

Ukuran batang dibedakan atas 3 macam yaitu besar, sedang, kecil. Warna batang

biasanya hijau tua sampai keungu–unguan (Rukmana, 2007).

Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3-4 cm,

berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau

ungu, menyerupai warna bunga. Bunga mekar pada pagi hari, dan menutup serta

layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan oleh serangga. Biji dalam

kapsul, sebanyak 1-4 biji. Biji matang berwarna hitam, bentuknya memipih, dan

keras, dan biasanya memerlukan pengausan (skarifikasi) untuk membantu

perkecambahan (Yamaguchi, 2008).


4

Berdasarkan bentuk umbi, ubi jalar mempunyai 9 tipe umbi, yaitu bulat

(round), bulat elips (round elliptic), elip (elliptic), oval dibawah (ovale), oval

diatas (obote), bulat panjang ukuran kecil (oblong), bulat panjang ukuran besar

(long oblong), elip ukuran panjang (long elip) dan panjang tak beraturan (long

irregulaer). Berdasarkan bentuk permukaan umbi, terdiri dari 4 tipe yaitu alligator

like skin, vein, horizontalcontriction dan longitudinal grooves. Berdasarkan warna

kulit, terdiri dari 9 tipe, yaitu putih (white), krem (crem), kuning (yellow), jingga

(orange), jingga kecoklatan (brown orange), merah muda (pink), merah tua (red),

merah ungu (purple red), dan biru tua (Aprilyanti,2010)

Syarat Tumbuh

Iklim

Ubi jalar (Ipomoea batatas) atau ketela rambat atau “sweet potato”diduga

berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah

asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika Bagian

Tengah. Ubi jalar menyebar ke seluruh dunia terutama negara-negara beriklim

tropika, diperkirakan pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol dianggap berjasa

menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia terutama Filipina, Jepang dan Indonesia

(Rukmana,2007).

Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan

lembab, dengan suhu optimum 27°C berkelembaban udara 50% –60% dan

lamapenyinaran 11-12 jam per haridengan curah hujan 750 mm –1500 mm per

tahun. Produksi dan pertumbuhan yang optimal untuk usaha petani ubi jalar yang

cocok adalah pada saat musim kemarau (kering). Tanaman ini dapat tumbuh
5

sampai ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.Ubi jalar masih dapat

tumbuh dengan baik di dataran tinggi (pegunungan) (Aprilyanti, 2010)

Ubi jalar adalah tanaman tropis dan subtropis yang dapat beradaptasi

dengan daerah beriklim lebih memberikan suhu rata-rata tidak turun di bawah 20

°C dan suhu minimum tinggal di atas 15 °C. Untuk budidaya ubi jalar temperatur

antara 15 hingga 33 °C diperlukan selama siklus vegetatif, dengan suhu optimal

yang antara 20 hingga 25 °C. Temperatur rendah pada malam mendukung

pembentukan umbi-umbian, dan temperatur tinggi pada siang hari mendukung

perkembangan vegetatif (perkembangan umbi-umbian hanya terjadin dalam

kisaran suhu 20 hingga 30 °C, optimum 25 °C dan umumnya berhenti dibawah 10

°C). Ubi jalar adalah tanaman hari pendek, yang memerlukan cahaya untuk

pembangunan maksimum. Temperatur dan fluktuasi suhu bersama-sama dengan

hari-hari pendek mendukung pertumbuhan umbi-umbian dan membatasi

pertumbuhan dedaunan (Onggo, 2008)

Tanah

Tanah juga harus tetap basah selama masa pertumbuhan (60-120 hari),

meskipun pada panen kelembaban harus rendah untuk mencegah busuk umbi .

Kondisi yang mendukung perkembangan bagian vegetatif tanaman meliputi

kelembaban relative 80% dan tanah lembab (Rukmana, 2007)

Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek

atau berdrainase buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun

menguning dan umbi membusuk. Tanaman ubijalar dapat tumbuh pada keasaman

tanah (pH) 4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7

(Sarwono, 2005)
6

Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi

jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak

mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar

pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang

hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah

becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi

jalar kerdil, ubi mudah busuk, dan kadar serat tinggi (Sutanto, 2004)
7

PRODUKSI UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) MELALUI METODE


PEMOTONGAN UMBI DAN PENGGUNAAN GIBERELIN

Budidaya Ubi Jalar

Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan

secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara

generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.

Ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu: a. Persyaratan Bibit Teknik

perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan

stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek

batang harus memenuhi syarat sebagai berikut: a.a. Bibit berasal dari varietas atau

klon unggul. b.a. Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih. c.a. Pertumbuhan

tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu

subur. d.a. Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-

ruasnya rapat dan buku- bukunya tidak berakar. e.a. Mengalami masa

penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari. Bahan tanaman (stek) dapat

berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus

disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan stek batang

atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil

pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi

perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi

untuk bahan perbanyakan. b. Penyiapan Bibit Tata cara penyiapan bahan tanaman

(bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah sebagai berikut: a.b. Pilih tanaman

ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan pertumbuhannya sehat

dan normal. b.b. Potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek
8

pucuk sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan

pada pagi hari. c.b. Kumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian

daun-daunnya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan. d.b. Ikat bahan

tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang teduh selama

1-7 hari dengan tidak bertumpuk (Rukmana, 2008)

Umbi tanaman ubi jalar merupakan bagian yang dimanfaatkan untuk

bahan makanan. Umbi tanaman ubi jalar memiliki mata tunas yang dapat tumbuh

menjadi tanaman baru. Umbi tanaman ubi jalar ini terjadi karena adanya proses

diferensiasi akar sebagai akibat terjadinya penimbunan asimilat dari daun yang

berbentuk umbi (Widodo, 2006).

Terdapat tiga jenis ubi jalar (Ipomoea batatas L.) yang populer

dibudidayakan di Indonesia, yaitu ubi jalar berwarna putih kecoklatan, merah dan

ungu. Ketiga jenis ubi jalar tersebut memiliki varietas unggul dengan

produktivitas tinggi. Beberapa varietas ubi jalar yang populer antara lain cilembu,

ibaraki, lampeneng, georgia, borobudur, prambanan, mendut, dan kalasan

(Rukmana, 2007)

Disamping itu terdapat beberapa varietas ubi jalar yang dapat digolongkan

menjadi: Berdaya hasil tinggi diatas 30 ton/hektar, berumur pendek (genjah)

antara 3-4 bulan, rasa ubi enak dan manis, kadar karoten tinggi diatas 10 mg/100

gram, serta keadaan serat ubi yang lebih rendah (Sarwono, 2005)

Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan

secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara

generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
9

Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah

dengan stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau

stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut: Bibit berasal dari varietas atau

klon unggul, bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih, pertumbuhan tanaman

yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu subur,

ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat

dan buku-bukunya tidak berakar,mengalami masa penyimpanan di tempat yang

teduh selama 1-7 hari (Widodo, 2006)

Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi

adalah sebagai berikut: Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau

lebih, keadaan pertumbuhannya sehat dan normal,potong batang tanaman untuk

dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan

pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari, kumpulkan stek pada suatu

tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan

yang berlebihan, dan ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu

simpan di tempat yang teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.

Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-

tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan

tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai

kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena

itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam

atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.


10

Produksi Ubi Jalar

Produktivitas ubi jalar di Indonesia rata-rara 13,93ton/ha, dengan produksi

ubi jalar Indonesia selama kurun waktu dari tahun 2008 sampai dengan 2012

sebesar 2.483.467 ton, luas areal 178.298 ha (Anonimus, 2013).

Berdasarkan jumlah total produksi ubi jalar dunia, Indonesia merupakan

negara penghasil keempatterbesar setelah Cina, Tanzania, dan Nigeria. Sekitar

98% pertanaman ubi jalar dunia berada di negara-negara berkembang dengan

distribusi : China87%, negara-negara Asia lainnya 6%, Afrika 5% dan Amerika

Latin 2%. Perkembangan produksi ubi jalar di Indonesia menunjukkan angka

yang kurang menggembirakan karena kurangnya dukungan dari industri

pengolahan ubi jalar menjadi produk yang lebih disukai masyarakat. Selain ubi

jalar berdaging putih dan merah yang sudah umum dimanfaatkan, pada saat ini

telah banyak pula dilakukan pengolahan ubi jalar berdaging ungu, terutama

sebagai makanan fungsional karena kandungan antioksidannya (berupa

antosianin) yang tinggi (Yamaguchi, 2008)

Kandungan Umbi Ubi Jalar

Umbi tanaman ubi jalar terjadi karena adanya proses diferensiasi akar

sebagai akibat terjadinya penimbunan asimilat dari daun yang membentuk umbi.

Umbi tanaman ubi jalar memiliki ukuran, bentuk, warna kulit, dan warna daging

bermacam-macam, tergantung pada varietasnya.Ukuran umbi tanaman ubi jalar

bervariasi, ada yang besar dan ada pula yang kecil.Bentuk umbi tanaman ubi jalar

ada yang bulat, bulat lonjong (oval), dan bulat panjang.Kulit umbi ada yang

berwarna putih, kuning, ungu, jingga, dan merah.Demikian pula, daging umbi

tanaman ubi jalar ada yang berwarna putih, kuning, jingga, dan ungu muda.
11

Struktur kulit umbi tanaman ubi jalar juga bervariasi antara tipis samapi tebal dan

bergetah. Bentuk dan ukuran umbi merupakan salah satu kriteria unutk

menentukan harga jual di pasaran. Bentuk umbi yang rata (bulat dan bulat

lonjong) dan tidak banyak lekukan termasuk umbi yang berkualitas baik

(Cahyono, 2000).

Ubi jalar yang berwarna putih lebih diarahkan untuk pengembangan

tepung dan pati karena umbi yang berwarna cerah cenderung lebih baik

kadar patinya dan warna tepung lebih menyerupai terigu (Yuwono, 2002).

Bentuk olahan ubi jalar yang cukup potensial dalam kegiatan agroindustri

sebagai upaya peningkatan nilai tambah adalah tepung dan pati yang

merupakan produk antara untuk industri pangan seperti roti, cake, biskuit dan mie

terutama sebagai substitusi dalam penggunaan terigu. Sebagai contoh, kue kering

(cookies) dapat diolah dari 100% tepung ubi jalar, sedangkan cake dibuat dari

campuran 25-50% tepung ubi jalar dengan 50-75% terigu. Selain itu penggunaan

tepung ubi jalar pada pembuatan cake dan kue dapat menghemat penggunaan

gula sebesar 20% dibandingkan dengan cake dan kue yang dibuat dari 100%

terigu, karena kandungan gula pada ubi jalar yang cukup tinggi.Mie dapat dibuat

dari campuran 20% tepung ubi jalar dan 80% terigu (Antarlina, 2009).

Kadar karbohidrat umbi dapat mencapai 80-90% dari bobot kering atau

18-35% dari karbohidrat dan gula umbi dipengaruhi oleh faktor lingkungan,

lingkungan yang dingin pada masa prapanen dapat meningkatkan kadar gula pada

umbi. Kadar pati umbi tidak menunjukkan perbedaan di antara semua dosis K

(Paulus, 2006).
12

Komposisi kimia yang berbeda dari beberapa varietas/klon ubi jalar akan

menghasilkan mutu tepung yang bervariasi pula. Tingginya kadar abu pada bahan

menunjukkan tingginya kandungan mineral namun dapat juga disebabkan oleh

adanya reaksi enzimatis yang menyebabkan turunnya derajat putih tepung

(Suwarni, 2005)

Komposisisi zat gizi dari varietas ubi jalar yang berbeda (putih, kuning

dan ungu) hampir sama namun varietas ubi jalar ungu lebih kaya akan kandungan

vitamin A yang mencapai 7.700 mg per 100 g. Jumlah ini ratusan kali lebih besar

dari kandungan vitamin A bit dan 3 kali lipat lebih besar dari tomat. Setiap 100 g

ubi jalar ungu mengandung energi 123 kkal, protein 1.8 g, lemak 0.7 g,

karbohidrat 27.9 g, kalsium 30 mg, fosfor 49 mg, besi 0.7 mg, vitamin A 7.700 SI,

vitamin C 22 mg dan vitamin B1 0.09 mg. Kandungan betakaroten, vitamin E dan

vitamin C bermanfaat sebagai antioksidan pencegah kanker dan

beragam penyakitkardiovaskuler. Ubi juga kaya akan karbohidrat dan energi yang

mampu mengembalikan tenaga. Kandungan serat dan pektin di dalam ubi jalar

sangat baik untuk mencegah gangguan pencernaan seperti wasir, sembelit hingga

kanker kolon (Sutomo, 2007).

Pengertian Giberelin dan Fungsinya

Giberelin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di

Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926. Sebelumnya, pada 1920-an para peneliti

Jepang menyelidiki suatu penyakit cendawan pada padi yang disebabkan oleh

Giberelin fujikuroi. Bila cendawan ini dikulturkan ternyata mengeluarkan suatu

zat ke medium yang disebut giberelinA, yang dapat mendorong timbulnya gejala

penyakit bila disemprotkan pada tanaman sehat, dan dapat mendorong


13

pemanjangan batang pada sejumlah jenis tanaman lain. Pada tahun 1936 kristal

giberelinA dapat diisolasi dari filtrate kultur cendawan ini. Baru setelah Perang

Dunia II, para ahli dari Inggris dan Amerika Serikat menyadari pentingnya zat

tumbuhan ini. Penelitian yang intensif yang dilakukan di ketiga negara tersebut

memungkinkan, bahwa giberelinA sebenarnya adalah campuran dari sekurang-

kurangnya 6 jenis giberelinyang disebut GA1, GA2, GA3, GA4, GA7dan GA9.

GiberelinA3(asam giberelin) yang paling mudah didapat dan paling banyak

digunakan dalam penelitian. Campuran GA3 dan GA7 tersedia secara komersial

(Moore,2009).

Pada saat ini telah diketahui bahwa tumbuhan berhijau daun mengandung

GA1, GA2, GA3, GA5, GA6, GA7dan GA8. Telah pula diketahui adanya sekitar

40 macam struktur dan mungkin masih akan ditemukan lagi struktur tambahan.

Giberelinterdapat dalam berbagai organ seperti akar, batang, tunas, daun, tunas-

tunas bunga, bintil akar, buah dan jaringan kalus (Rukmana, 2008)

Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi

jugaterlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnyaauxin.

Pada beberapa tanaman pemberian GA bisa memacu pembungaan dan

mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji. Disintesis pada ujung batang dan

akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup luas. Salah satu efek utamanya

adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh GA umumnya

meningkatkan kerja auxin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut

belum diketahui secara pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auxin,

giberelin akan mempengaruhi perkembangan buah misalnya menyebabkan

tanaman apel, anggur, dan terong menghasilkan buah walaupuntanpa fertilisasi.


14

Diketahui juga bahwa giberelin digunakan secara luas untuk menghasilkan buah

anggur tanpa biji pada varietas Thompson. Giberelin menyebabkan ukuran buah

anggur lebih besar dengan jarak antar buah yang lebih renggang di dalam satu

gerombol. Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada

banyak tanaman (Campbell, 2008)

Pengaruh penambahan giberelin sebagai pemacu pertumbuhan

perkecambahan dan tunas telah banyak dilakukan. Perendaman dalam larutan GA3

1000 mg l-1 efektif untuk mempercepat dan meningkatkan perkecambahan biji Brucea

javanica. Interaksi antara buah yang telah berwarna hitam dengan GA3 1500 mg l -1

menghasilkan perkecambahan terbaik (Setyawati, 2008)

Produksi Bibit Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Melalui Metode Pemotongan

Umbi dan Penggunaan Giberelin

Tunas ubi jalar tumbuh pada setiap bagian pemotongan umbi. Pertumbuhan

tunas pada masing-masing perlakuan pemotongan menunjukan adanya pengaruh

dominasi apikal. Kemunculan tunas selalu diawali pada bagian apikalnya.

Pertumbuhan tunas setelah masa dormansi dipengaruhi oleh dominasi apikal.

Pertumbuhan tunas yang cenderung lebih lama pada bagian tengah dan ujung

berdampak pula pada masa panen bibitnya (Bamnolker, 2012).

Pertumbuhan tunas dari hasil pemotongan umbi memiliki respon yang

berbeda-beda. Umbi utuh cenderung menghasilkan jumlah tuas yang lebih banyak

seperti umbi pada bagian pangkal dan ujung dari pemotongan umbi dua bagian.

Pertumbuhan tinggi tunas pada bagian tengah dan ujung umbi memiliki respon

yang cenderung lebih lambat dibandingkan umbi bagian pangkal dan utuh.
15

Tunas yang tumbuh pada umbi ubi jalar merupakan tunnas adventif. Umbi

yang digunakan untuk pembibitan memiliki bobot 100-200 g. Menurut Arifin

et.al. (2014) variasi ukuran umbi yang berbeda mempengaruhi pertumbuhan

vegetatif yaitu tinggi tanaman, jumlah batang, jumlah daun, dan luas daun

Rata-rata jumlah bibit yang dihasilkan dari akumulasi setiap bagian umbi

yang dipotong menunjukan bahwa pemotongan umbi menjadi dua dan tiga

mengasilkan jumlah bibit lebih banyak dibandingkan kontrol atau umbi utuh.

Jumlah bibit ubi jalar yang dihasilkan pada pemotongan umbi dua bagain dan tiga

bagian tidak berbeda nyata kecuali pada rentang masa panen 7-9 MST.

Produksi ubi jalar sangat tergantung kepada jumlah dan laju asimilat ke

bagian bawah. Pertumbuhan tajuk memberikan kontribusi bagi pertumbuhan

bagian bawah. Akan tetapi jika pertumbuhan tajuk lebih besar akan

mengakibatkan umbi menjadi kecil. Salah satu usaha untuk mengatasi rendahnya

produksi ubi jalar dengan mengontrol pertumbuhan vegetatif. Ubi jalar dengan

pertumbuhannya merambat panjang maka perlu diatur sehingga seefisien pada

penggunaan cahaya salah satu cara dengan zat penghambat tumbuh (Ratna, 2017).

Penggunaan zat pengatur tumbuh dapat dilakukan untuk mengatur pola

pertumbuhan tanaman dengan tujuan mempertahankan keseimbangan

pertumbuhan vegetatif dan generatif, sehingga kompetisi pemanfaatan source oleh

pertumbuhan vegetatif dan generatif yang mengakibatkan rendahnya assimilat

yang didistribusikan ke dalam sink dapat di tekan (Serly, 2013).

Paklobutrazol bekerja dengan cara menghambat pembentukan dan kerja

giberelin merangsang kerusakan giberelin sehingga konsentrasi giberelin dalam

tanaman menurun. Menyatakan bahwa tanaman tidak akan respon terhadap zat
16

pengatur tumbuh yang bersangkutan apabila tidak diberikan pada masa pekanya.

Secara keseluruhan, diperoleh bahwa semakin awal paklobutrazol diberikan pada

tanaman maka sifat penghambatnya akan semakin besar, sebaliknya semakin lama

paklobutrazol diberikan pada tanaman maka sifat penghambatan yang ditimbulkan

semakin (Watimena, 2009).


17

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Azka. 2000. Budi Daya Kacang Ercis. Balai Penelitian Tanaman Sayur Lembang.
Bandung
Bhosale P.R., Chonde S.G., Nakade D.B., dan Raut P.D. 2012. Study on Physico –
Chemical Characteristics of Waxed and Dewaxed Pressmud and its effect
on Water Holding Capacity of Soil. Kolhapur. India. ISCA Journal of
Biological Sciences (1) 1: 35 – 41.
Christine, B. 2013. Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya
dengan Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai
Rawit Kathur (Capsicum frutescens) pada Tanah Ultisol Gedung Meneng.
Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.
Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman jilid III. Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional
Ismail. 2013. Suhu Dan Kelembapan Serta Hubungannya Dengan Tanaman.
Universitas Udayana. Bali
Karyudi and Fletcher R.J. 2003. Osmoregulation in birdseed millet under
conditions of water stress II. variation in F3 lines of Setaria italica and its
relationship to plant morphology and yield. Euphytica 132:191-197.
18

Kirana, K. 2008. Penentuan dosis pemupukan kompos blotong pada tebu lahan
kering (Saccharum officinarum L.) varietas PS 862 dan PS 864. Skripsi.
Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kuswurj, R. 2012. Blotong (filter cake). Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Mudhoo, A., A. Bhawoo dan R. Mohee. 2011. Process Parameter Variations
During The Co-composting of Mixed Filtercake, Bagasse and Vegetable
Waste. 1st International Conference on ”Waste Management in Developing
Countries and Transient Economies. Mauritus. Africa.
Mulyadi, M. 2003. Kajian pemberian blotong dan terak baja pada tanah
Kandiudoxs Pelaihari dalam upaya memperbaiki sifat kimia tanah, serapan
N, Si, P, dan S serta pertumbuhan tebu. Tesis. Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nahdodin, S. H., I. Ismail, dan J. Rusmanto. 2008. Kiat Mengatasi Kelangkaan
Pupuk untuk Mempertahankan Produktivitas Tebu dan Produksi Gula
Nasional. Cirebon.
Nurawan, A. 2008. Pengkajian Penggunaan Pupuk Organik Blotong Pada Padi
Di Lokasi Prima Tani Kabupaten Cirebon. Bandung. Seminar Hasil Padi :
1053 – 1060.
Rahma, A. Interaksi Antara Ekstrak Air Bawang Merah (Allium cepa L.) Dengan
Air Kelapa (Cocos nucifera L.) Dalam Menunda Senescence Polong Kacang
Kapri (Pisum sativum L.). Universitas Lampung .Lampung
Rajiman, Prapto Y., Endang S., Eko Hanudin. 2008. Pengaruh Pembenah Tanah
Terhadap Sifat Fisika Tanah dan Hasil Bawang Merah Pada Lahan Pasir
Pantai Bugel Kabupaten Kulon Progo.Agrin.Yogyakarta. (12) 1: 67 – 77.
Rauf A, Shepard BM, Johnson MW. 2003. Leafminers in vegetables, ornamental
plants and weeds in Indonesia: surveys of host crops, species composition
and parasitoids. International Journal of Pest Management 46: 257-266.
Rukmana, A.A. Botani Tanaman. Universitas Gadja Mada. Yogyakarta
Sharizal, D. 2010. Pengukuran Kadar Protein Pada Ercis. Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung
Soedomo, P. 2006. Pengaruh Tiga Macam Pupuk Daun Pada Berbagai
Konsentrasi Terhdap Hasil Tunas Kacng Kapri (Pisum sativum L.). Staf
Balai Peneitian Tanaman Sayuran (BALITSA)
Sutoro Y, Soeleman, Iskandar. 2008. Budidaya Tanaman Jagung. Puslitbang
Tanaman Pangan. Bogor.
Tambunan, M. M. 2014. Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar Dan Pupuk
NPKMg (15:15:6:4) Di Pre
19

Nursery. Skripsi. Fakultas Pertanian USU. Medan.


Toharisman, A., Suhadi, dan M. Mulyadi. 2003. Pemakaian Blotong untuk
Meningkatkan
Kualitas Tebu di Lahan Kering. Pertemuan Teknis TT I/1991. P3GI, Pasuruan.
Waluyo, B., D. Saptadi dan S. Lestari. 2018. Seleksi Genotip Potensial Ercis Fase
Polong Hijau Berbiji Besar Dan Hasil Tinggi Untuk Pelepasan Varietas
Unggul. Universitas Brawijaya. Malang
Witt, C., T.H. Fairhurst, W. Griffiths. 2005. Key principles of crop and nutrient
management in oil palm. Better Crops 89:27-31.

Anda mungkin juga menyukai