Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus Dengue yang

ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang banyak

ditemukan di daerah beriklim tropis dan subtropis. Indonesia merupakan

wilayah endemis penyakit ini (Kemenkes, 2015).

Jumlah kasus DBD fluktuatif setiap tahunnya. Data dari Direktorat

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik,

Kemenkes RI, pada 2014 jumlah penderita mencapai 100,347, 907 orang

diantaranya meninggal. Pada 2015, sebanyak 129,650 penderita dan 1,071

kematian. Sedangkan di 2016 sebanyak 202,314 penderita dan 1,593

kematian. Di 2017, terhitung sejak Januari hingga Mei tercatat sebanyak

17.877 kasus, dengan 115 kematian. Angka kesakitan atau Incidence Rate

(IR) di 34 provinsi di 2015 mencapai 50.75 per 100 ribu penduduk, dan IR di

2016 mencapai 78.85 per 100 ribu penduduk. Angka ini masih lebih tinggi

dari target IR nasional yaitu 49 per 100 ribu penduduk (Kemenkes, 2017).

Laporan ini diambil berdasarkan kasus dari seorang penderita demam

berdarah, berjenis kelamin perempuan dan berusia 8 tahun, dimana penderita

merupakan penderita deman berdarah yang berada di wilayah Puskesmas

Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo. Kasus ini merupakan salah satu kasus

penyakit utama yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

karena memiliki insidensi yang cukup tinggi. Hal ini terutama disebabkan

1
oleh permasalahan seperti masih kurang dan masih minimnya pengetahuan

masyarakat tentang penyakit demam berdarah. Oleh karena hal itulah kasus

ini dianggap penting bagi penulis dan masyarakat untuk memperhatikan dan

mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di

lapangan dan bahan pembelajaran bersama dengan mempertimbangkan

berbagai aspek dalam individu, keluarga dan masyarakat.

Gambar 1.1 : Empat Faktor Utama yang mempengaruhi Derajat Kesehatan

Masyarakat (H.L. Blum, 1987)

Konsep hidup sehat dari H.L Blum merupakan suatu konsep yang masih

digunakan secara luas dalam identifikasi dan pembahasan masalah sebagai

dasar suatu intervensi yang akan dilakukan di masyarakat. Menurut H.L Blum

2
ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat

yang merupakan faktor determinan sebagai penyebab timbulnya masalah

kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup

(life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor

pelayanan.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara kondisi pasien yang menderita Demam

Berdarah dengan pengaruh kehidupan sosial ekonomi, pelayanan kesehatan

dan lingkungan penderita?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kehidupan sosial ekonomi, pelayanan

yang diterima dan lingkungan sekitar pasien dengan penyakit yang diderita

pasien.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi perilaku pasien sebagai penderita Demam

Bedarah.

2. Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial-ekonomi, dsb.)

3. Sebagai salah satu tugas akhir kepaniteraan klinik bagian Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya.

4. Untuk mengidentifikasi pasien sesuai yang ditetapkan pada

Puskesmas.

3
5. Untuk mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui

APGAR.

6. Untuk mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui

SCREEM.

7. Untuk mengidentifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram

8. Untuk mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan yang tersedia

1.4 Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan dan Dokter Muda

a. Meningkatkan pemahaman dokter muda tentang penyakit serta

kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya

b. Meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi antar dokter muda

dengan mahasiswa

c. Dokter muda dapat melatih diri dalam memenuhi kebutuhan dan

tuntutan kesehatan pasien

2. Bagi Pasien dan Keluarganya

a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien

b. Meningkatkan pemberdayaan pasien dan keluarganya

c. Meminimalisir angka kekambuhan penyakit dengan pemahaman

pengobatan yang baik

3. Bagi Institusi Kesehatan

Manfaat home visite ini bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai sumber

evaluasi dalam memberikan pelayanan terhadap penyakit demam dengue

sehingga bisa dicari solusinya bersama.

4. Manfaat bagi Puskesmas

4
a. Meningkatkan mutu pelayanan puskesmas khususnya dalam fokus

terpadu pada pasien

b. Membantu Kinerja puskesmas dalam capaian program

5
BAB II

HASIL PEMERIKSAAN KLINIK

2.1 Identitas Penderita

Nama : An. S

Umur : 8 Tahun

Jenis kelamin :Perempuan

Pekerjaan : Siswa

Pendidikan :SD

Agama :Islam

Alamat : Jl. Jeruk Legi Ds. Belongbendo RT.07 RW.02 Kab.

Sidoarjo

Suku :Jawa

Tanggal periksa :17 Oktober 2018

2.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama : Demam

2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Ibu pasien mengatakan pasien demam terus-menerus sejak tanggal 7 oktober,

lalu dibawa ke bidan desa pada tanggal 8 oktober 2018 dan mendapat

paracetamol, gg, thiamphenicol, antasid dan asam mefenamat. Namun, 3 hari

6
kemudian demam tidak turun-turun. Pada tanggal 11 oktober 2018, di bawa ke

puskesmas balongbendo, dokter di puskesmas menyarankan untuk MRS

namun pasien menolak, keesokan harinya, pasien dibawa ke puskesmas

kembali karena demam tetap tidak turun dan akhirnya MRS selama 4 hari di

puskesmas Balongbendo. Pilek (+), mimisan (-), muncul bintik-bintik merah

sejak sabtu sore dan terasa gatal, nafsu makan menurun, pusing (+), mual (-),

muntah (-), BAK sedikit-sedikit, BAB (+) normal.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat Hipertensi : Tidak ada riwayat hipertensi

- Riwayat Asma : Tidak ada riwayat asma

- Riwayat Alergi Obat : Tidak ada alergi obat – obatan

- Riwayat Sakit Jantung : Tidak ada riwayat penyakit jantung

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Tidak ada riwayat

penyakit keluarga dengan penyakit yang sama dengan pasien

- Riwayat Hipertensi : Tidak ada riwayat penyakit

hipertensi

- Riwayat Diabetes Melitus : Tidak ada penyakit diabetes

mellitus

5. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat merokok : Disangkal

- Riwayat Olah Raga : Jarang

- Riwayat Kebersihan badan : Mandi sehari 2x

7
6. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah seorang anak kedua dari pasangan suami istri, Tn. SH

dan Ny. L. Ayah dan ibu penderita tinggal di sebuah rumah yang

berpenghuni 4 orang. Penderita masih berusia 8 dan masih duduk di kelas

2 SDN 01 Jeruk Legi. Ayah bekerja sebagai karywan swasta di Surabaya

dan ibu penderita bekerja sebagai ibu rumah tangga .Sumber pendapatan

keluarga didapatkan dari Ayah, yang bisa dibilang cukup untuk

menghidupi seluruh anggota keluarga tiap bulannya.

7. Riwayat Gizi

Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali sehari dengan nasi

1 piring, sedikit sayur, lauk pauk seperti ikan dan tempe, disertai kerupuk.

Kesan status gizi cukup.

2.3 Anamnesis Sistem

a. Kulit : Warna kulit sawo matang, kulit gatal (+).

b. Kepala : Sakit kepala (+), rambut kepala rontok (-) luka pada

kepala (-), benjolan/borok di kepala (-).

c. Mata : Pandangan mata berkunang-kunang (-),

penglihatan kabur (-)

d. Hidung : Tersumbat (-), mimisan (-), rasa membau (-).

e. Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar

cairan (-)

f. Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-), Perdarahan Mukosa

(-)

8
g. Tenggorokan : Sakit menelan (-), serak (-).

h. Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk

darah (-)

i. Kadiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

j. Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan

menurun (-), nyeri perut (-)

k. Genitourinaria : BAK lancar warna dan jumlah biasa

l. Neurologik : kejang (-), lumpuh (-), Psikiatrik : emosi stabil,

mudah marah (-)

m. Muskuloskeletal : Kaku sendi (-), nyeri sendi (-), kesemutan pada

kaki (-)

n. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)

2.4 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

 Tanda Vital

Nadi : 86x/menit, regular, sis cukup, simetris

Pernafasan : 20 x/menit (normal 18 – 20/mnt)

Suhu : 38,50C (36 – 36.50C)

9
Tensi : 110/70 mmHg

 Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB : 35 kg

TB : 135 cm

BB/(TB)2 = BB = 35 = 19,23

(TB)2 (1,35)2

BMI < 18,5 = Kurang

BMI 18,5 – 23,9 = Normal

BMI 25 – 26,9 = Gemuk (gizi lebih)

BMI ≥27 = Obesitas

Status Gizi Gizi normal

3. Kulit

Warna : Sawo matang tidak ikterik dan sianosis

Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah

dicabut, tidak ditemukan atrofi m. temporalis, makula, papula, nodula,

kelainan mimik wajah/bells palsy

4. Mata

10
Conjunctiva tidak ada anemis, tidak ditemukan sklera ikterik, pupil isokor

(3mm/3mm)Normal , reflek kornea kanan dan kiri baik, wama kelopak

(coklat kekitaman), tidak ada katarak dan tidak ditemukan

radang/conjunctivitis/uveitis

5. Hidung

Nafas cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada, epistaksls tidak ada,

deformitas hidung tidak ada, hiperpigmentasi tidak ada, sadle nose tidak

ada

6. Mulut

Bibir tidak pucat, bibir tampak kering, lidah bersih, papil lidah tidak

mengalami natrofi, tepi tidak lidah hiperemis dan tidak tremor

7. Telinga

Nyeri tekan pada mastoid tidak ditemukan, secret tidak ada, pendengaran

berkurang, cuping telinga dalam batas normal

8. Tenggorokan

Tonsil tidak mengalami pembesaran, pharing hiperemis tidak ada

9. Leher

Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran

kelenjar limfe tidak ada, lesi pada kulit tidak ada

10. Thoraks

11
Simetris, tidak ditemukan retraksi intercostal dan retraksi subkostal

 Cor :

I : ictus cordis tak tampak

P: ictus cordis tak kuat angkat

P: batas kiri atas : SIC U 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas : SIC II LPSD

batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah : SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak melebar

A: BJ I-II intensitas normal, regular, tidak ada bising

 Pulmo : Statis (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler normal

suara tambahan RBK (Rochi Basah Kasar) tidak ada, whezing

tidak tidak didengar

Dinamis (depan dan belakang)

12
11. Abdomen

I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi tidak ada

A :Bising usus normal

P : soepel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tak teraba

P : tympani seluruh lapang perut

12. Sistem Collumna Vertebralis

I : deformitas tidak ada , skoliosis tidak ada, kiphosis tidak ada,

lordosis tidak ada

P : tidak ada nyeri tekan

P : tidak ada NKCV

13. Ektremitas: palmar eritema Normal

akral dingin oedem

14. Sistem genetalia: tidak dilakukan

15. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

13
Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik

16. Pemeriksaan Psikis

Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : bentuk :realistik

isi : tidak ada waham, halusinasi, ilusi

arus : koheren

Insight : baik

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium :

- PLT : 94 (L: 150-450 mm3)

- WBC : 2.5 ( L : 5.0 – 12.0)

- LYM : 57.8 (H : 20.0-40.0)

14
- GRAN% : 31.1 ( L 50.0-70.0)

- GRAN# : 0.8 (L 2.0-7.8)

- HGB : 15.1 (H 12.0-15.1)

- MCV : 78.3 ( L 80.0-99.0)

- MCHC : 39.7 (H 32.0 – 36.0)

- RDW-SD : 33.4 ( L 37.0-54.0)

- PCT : 0.08 ( L 0.10-0.28)

- Sal. Typhii O : + 1/60 (Negatif)

- Sal. Typhii H : + 1/80

- Sal. P.Typhii A : + 1/80

- Sal. Typhii B : + 1/80

- Pemeriksaan rontgen thoraks : Tidak dilakukan

2.6 Resume

Seorang pasien perempuan 8 tahun dengan keluhan utama demam. Demam

sudah dialami sejak 10 hari, panas terus-menerus. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, compos mentis, status gizi

kesan normal. Tanda vital nadi : 88 x/menit, reguler; RR : 18 x/menit, suhu:

38,5oC, status gizi normal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Rumple leed

tes (++++).Pemeriksaan Laboratorium: PLT : 94 (L: 150-450 mm3)

2.7 Patient Disease Centered

Diagnosis biofisik : Dengue Hemorargik Fever (DHF) Grade I

Diagnosis psikologis :-

Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya :

15
1. Lingkungan rumah yang kurang bersih
2. Lingkungan keluarga dan teman-teman tidak mendukung

2.8 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan penderita adalah :

1. Non Medikamentosa

a. Berikan banyak minuman larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu, untuk

mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah,

diare/diare.

b. Bedrest

Istirahat selama demam sampai dengan normal kembali yaitu istirahat

mutlak, berbaring di ruang rawat inap Puskesmas Balongbendo.

c. Perawatan yang baik dilakukan untuk mencegah penderita menjadi kronis,

lemah, anoreksia dan lain-lain.

d. Pengaturan diet.

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.

Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang

dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2 kali satu gelas sehari perlu

diberikan. Bila pasien nafsu makannya baik, maka dapat diberikan

makanan lunak atau makanan biasa tanpa sayuran dan buah. Banyak

minum untuk mecegah dehidrasi karena pasien mengalami demam

bedarah.

2. Medikamentosa

(Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue tanpa syok (WHO,2009)

16
1) Berikan paracetamol bila demam. Jangan berikan acetosal atau

ibuprofen karena obat-obat ini dapat merangsang terjadinya

pendarahan.

2) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:

a) Berikan banyak larutan isotonic seperti ringer laktat/ asetat

b) Kebutuhan cairan parenteral

Berat badan >40kg : 3 ml/kgBB/jam

c) Pantau tanda vital dan dieresis setiap jam, serta pemeriksaan

laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit, dan hemogoblin)

tiap 6 jam.

d) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,

turunkan jumlah cairan secara bertahan sampai keadaan stabil.

Cairan intravena biasanya memerlukan waktu 24- 48 jam sejak

kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.

3) Apabila terjadi perburukan kilnis berikan tatalaksana sesuai dengan

tatalaksana syok terkompensasi (Compensated syok).

b. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan syok (WHO,2009)

1) Perlakukan sebagai keadaan gawat darurat dengan memberikan

oksigen 2-4L/menit secara nasal .

2) Berikan 20ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/acetat

secepat- cepatnya

3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian

kristaloid 20 ml/kg secepatnya (maksimal 30 menit) atau

17
pertimbangkan pemberian koloid 10-20mk/kgBB/jam maksimal

30ml/kgBB/24 jam.

4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin

menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi,

berikan tranfusi darah/komponen.

5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer

mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi

hingga 10ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap

diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.

6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-

48 jam. Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberin cairan

yang terlalu banyak daripada cairan yang terlalu sedikit.

c. Tatalaksana komplikasi perdarahan (WHO, 2005)

Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila

tidak, beri koloid dan segera rujuk.

2.9 Follow Up

Tanggal 12 0ktobber 2018

S : Pasien mengatakan lemes (+), nyeri ulu hati, panas sejak 6 hari naik

turun, nafsu makan berkurang, nyeri saat menelan, batuk (+), pilek (-).

O : Keadaan umum : baik, Compos Mentis

T :-, Nadi 88x/m, RR 20x/m, Tax : 36,5 0C

A : Dengue Hemorargic Fever (DHF) Grade I

P : Non Medikamentosa

18
Edukasi tentang kepatuhan minum obat, jaga pola makan, hygien dan kebersihan

lingkungan

Medikamentosa

Inf. RL/D5 ½ NS 1500cc/24 jam

Inj. Ceftriaxone 2x500 mg

Pamol 3x 3/4

GG 3 x1

19
BAB III

HASIL IDENTIFIKASI KELUARGA DAN FAKTOR LINGKUNGAN

3.1 FAKTOR KELUARGA

3.1.1 STRUKTUR KELUARGA

Keluarga An. SA termasuk keluarga patriakal dimana yang dominan dan

memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah An. SA

3.1.2 BENTUK KELUARGA

Alamat lengkap : Jl. Jeruk Legi Ds. Belongbendo RT.07


RW.02 Kab. Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Nuclear family

Diagram 1. Genogram Keluarga An. S

Dibuat tanggal 17 Oktober 2018

Sumber informasi : Informasi dari An. SA

20
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

3.1.3 Pola Interaksi Keluarga

Suami

Anak
Anak

Anak Anak

Istri (pasien)

Keterangan :

: Hubungan baik dan dominan

: Hubungan baik

: Hubungan tidak baik

Pola interaksi antar anggota keluarga berjalan baik, interaksi antara ayah

dengan anak, ayah relatif lebih dominan. Anak satu dengan anak lainnya serta

21
anak dengan ibu dan sebaliknyaa berjalan dengan baik dalam suatu harmoni

hubungan keluarga yang baik terbentuk karena kebiasaan, sehingga terasa

harmonis. Interaksi suami dengan isteri dominan satu arah dalam khususnya

dalam penyelesaian masalah terkait keluarga.

3.1.4 Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh keluarganya ?

Jawab :

keluarga pasien langsung mengantarkan pasien berobat ke puskesmas

dan rutin melakukan kontrol terhadap kesehatan pasien

2. Ketika pasien seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang

lain?

Jawab:

Ikut mendukung dan membantu apa yang telah diputuskan. Bila perlu

ikut ke puskesmas menemani dan menjaga pasien.

3. Jika butuh dirawat inap, izin siapa yang dibutuhkan?

Jawab:

Dibutuhkan izin dari suami pasien sebagai kepala keluarga. Jika tidak

ada, istrinya dapat menggantikan untuk memberikan izin.

4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan pasien?

Jawab:

Anggota keluarga yang terdekat dengan pasien adalah ibunya.

5. Selanjutnya siapa?

Jawab:

22
Selanjutnya adalah ayah pasien.

6. Siapa yang secara emosional jauh dari pasien?

Jawab: tidak ada.

7. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?

Jawab :

Tidak ada

8. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?

Jawab :

Tidak ada.

Kesimpulan : Keluarga pasien selalu mendukung semua hal yang positif dan

tidak setuju apabila hal tersebut negatif dan mengganggu kesehatan

keluarganya. Hubungan antara An. S dan keluarganya terasa baik dan dekat.

3.1.5 Fungsi Keluarga

Fungsi Keluarga (Identifikasi dengan metode APGAR score)

A. APGAR SCORE (SESUAIKAN DENGAN SUPRIANA, 2010)

1. ADAPTATION

Selama ini dalam menghadapi masalah, pasien pertama kali

membicarakannya kepada orang tua dan mengungkapkan apa yang

diinginkannya dan menjadi keluhannya. Penyakit mengganggu

aktivitasnya sehingga harus tidak masuk sekolah dalam beberapa hari.

Dukungan keluarga, sangat memberinya motivasi untuk sembuh dan

teratur minum obat, serta mengatur pola hidup karena penderita dan

keluarga yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia mematuhi aturan

23
pengobatan sampai sakitnya benar-benar sembuh. Hal ini menumbuhkan

kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi obat dan makan-makanan yang

bergizi

2. PARTNERSHIP

An. SA sangat mempunyai keinginan untuk sembuh karena mengerti

bahwa ia adalah bagian penting keluarga. Selain itu orang tua An. SA

meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali, komunikasi antar anggota

keluarga berjalan dengan baik.

3. GROWTH

An. SA sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya yang harus

teratur minum obat.

4. AFFECTION

An. SA merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan keluarga

baik.

5. RESOLVE

An. SA merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia

dapatkan dari keluarga walaupun waktu yang tersedia tidak banyak karena

sibuk bekerja.

24
Score
FAKTOR TEORI TEMUAN
2 1 0
Bagaimana dukugan Saya puas bahwa saya
dari keluarga apabila dapat kembali ke keluarga
ada salah seorang saya bila saya menghadapi
anggota keluarga masalah
mengalami masalah,
Adaptation 
terutama untuk masalah
kesehatan. Adakah
saling keterbukaan di
dalam keluarga tersebut
(Notoatmodjo, 2003).
Komunikasi yang Saya puas dengan cara
terjalin antara anggota keluarga saya membahas
keluarga. Apakah pada dan membagi masalah
saat salah satu anggota dengan saya
keluarga memiliki
Partnership masalah, terutama 
untuk masalah
kesehatan, didiskusikan
bersama bagaimana
pemecahannya
(Notoatmodjo, 2003).
Apakah keluarga Saia kurang dengan cara
tersebut dapat keluarga saya
memenuhi kebutuhan- menerimadan mendukung
Growth 
kebutuhannya keinginan saya untuk
(Notoatmodjo,2003). melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
Hubungan kasih sayang Saya puas dengan cara
dan interaksi antar keluarga saya
anggota keluarga mengekspresikan kasih
Affection 
(Notoatmodjo, 2003). sayangnya dan merespon
emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
Kepuasan di dalam Saya puas dengan cara
keluarga akan waktu keluarga saya dan saya
Resolve dan kebersamaan yang membagi waktu bersama- 
diluangkan oleh sama
masing-masing anggota

25
keluarga bagi
keluarganya
(Notoatmodjo, 2003).
Total Score 9

Kriteria :

Skor < 5 : Ada permasalahan dalam keluarga yang memerlukan intervensi

Skore 6 – 7 : Permasalahan keluarga lebih ringan dan memerlukan intervensi

Skor 8 – 10 : fungsi keluarga dalam keadaan baik dan tidak memerlukan

intervensi

Total poin dari APGAR keluarga An. SA adalah 8. Hal ini menunjukkan

bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. SA dan keluarganya dalam

keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.

3. Patologi lingkungan keluarga (identifikasi dengan metode (SCREEM)

Metode screem digunakan untuk mengindentifikasi adanya kendala yang

dihadapi keluarga penderita (An. S) yang menyangkut persoalan interaksi

sosial, budaya (cultural), agama (Religious), tingkat ekonomi, tingkat

pendidikan (education) serta tingkat pelayanan medis (medical)

(1) Social (sosial) yaitu kualitas keterlibatan An. S berserta keluarga pada

beberapa kegiatan masyarakat sekitar yang ditunjukan dengan

intensitas partisipasi terhadap beberapa kegiatan tersebut.

26
(2) Cultural (budaya) yaitu kualitas kebanggaan An.S dan keluarga

terhadap budaya yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku sesuai

tata krama adat dan budaya yang berlaku di masyarakat sekitar.

(3) Relgious (Agama) yaitu kualitas ibadah pada keluarga An. S

ditunjukkan dengan intensitas peribadatan utama (wajib) yang

dilakukan baik dalam keluarga maupun bersama masyarakat (Jemaah)

(4) Economi (ekonomi) yaitu penggolongan masyarakat menurut derajat

ekonomi (tingkat penghasilan keluarga) yang secara kualitatif

dikelompokkan menjadi tingkat atas, menengah dan bawah.

(5) Education (pendidikan) yaitu penggolongan masyarakat secara

kualitatif menurut tingkat pendidikan terakhir yang umum diraih oleh

kepala keluarga.

(6) Medical (medis) yaitu derajat pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada An. S dan keluarganya.

B. TABEL: TEMUAN DAN TEKANAN SOSIAL KELUARGA An. SA

MENURUT TABEL SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

27
SUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota +

keluarga juga dengan saudara partisipasi

mereka dalam masyarakat cukup

meskipun banyak keterbatasan.

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap +

budaya baik, hal ini dapat dilihat dari

pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga

maupun di lingkungan, banyak tradisi

budaya yang masih diikuti. Sering

mengikuti acara-acara yang bersifat

hajatan, sunatan, dll. Menggunakan

bahasa jawa, tata krama dan kesopanan

Religius Pemahaman agama cukup baik. Sholat 5 +

waktu di jalani dengan baik. Dan setiap


Agama menawarkan
sholat sebisa mungkin mereka sholat
pengalaman spiritual yang
bersama. Di dalam rumah pasien juga
baik untuk ketenangan
memiliki tempat beribadah khusus yang
individu yang tidak
tidak tercampur dengan ruangan lain.
didapatkan dari yang lain

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong +

menengah ke bawah, untuk kebutuhan

28
SUMBER PATHOLOGY KET

primer bisa terpenuhi dan mampu

mencukupi kebutuhan sekunder tanpa

mengabaikan skala prioritas kebutuhan

sehari-hari.

Edukasi Pendidikan anggota keluarga yang masih +

rendah (lulus SMP).

Medical Mampu menggunakan pelayanan +

kesehatan yang memadai. Dalam mencari


Pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan keluarga ini
puskesmas memberikan
biasanya menggunakan Puskesmas hal ini
perhatian khusus terhadap
mudah dijangkau karena letaknya dekat
kasus pasien

C. KESIMPULAN

Keluarga An. SA tidak mempunyai masalah dalam fungsi patologis. Hal

ini menunjukkan bahwa fungsi patologis yang dimiliki keluarga An. SA dan

keluarganya dalam keadaan baik

29
SIKLUS KELUARGA

Dinamika Keluarga : Siklus Kehidupan Keluarga ( Duvall )

Berdasarkan hasil anamnesis pasien keluarga An. S termasuk dalam siklus

keempat menurut Duvall di mana tahap keluarga dengan usia sekolah.

3.2 FAKTOR LINGKUNGAN

3.2.1 LINGKUNGAN

A. Lingkungan Fisik/ Sanitasi Rumah

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran kurang lebih 10x17 m

yang dibelakangnya terdapat rawa-rawa dan berdempetan dengan rumah

tetangga yang ada disebelahnya. Memiliki pekarangan rumah dan pagar

pembatas. Dalam satu rumah terdiri dari 1 lantai. Di mulai dari ruang tamu,

30
lalu 3 kamar tetapi hanya kamar tengah saja yang ditempati dan dapur serta

kamar mandi yang berdekatan dengan kamar dan dapur.

Bagian-bagian rumah antara lain lantai rumah terbuat dari semen.

Ventilasi dan penerangan rumah sudah cukup. Atap rumah tersusun dari

genteng dan tidak ditutup plafon. An. SA menggunakan kamar I untuk

berisitirahat, dikamar tersebut terdapat 1 tempat tidur, 1 kipas angin, dan tidur

bersama orangtuanya. Kamar II digunakan untuk lemari. Sumber air untuk

kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air pump. Secara

keseluruhan kebersihan dan kerapian rumah kurang. Sehari-hari keluarga

memasak menggunakan kompor gas.

B. Denah Rumah

7M

TERAS

R. TAMU

KAMAR
TIDUR

KAMAR TIDUR

10 M

KAMAR TIDUR

KAMAR MANDI & TOIET

DAPUR

31
2. Lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya

a. Lingkungan Sosial

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah.

Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari bapak pasien. Total semua

penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai tetapi kurang memenuhi

standar kesehatan. Di lingkungan belakang rumah untuk menyimpan barang

yang tidak terpakai. Pembuangan limbah keluarga memenuhi sanitasi

lingkungan karena limbah keluarga ditaruh di dalam tas sampah yang

kemudian diangkut oleh truk pengangkut sampah setiap harinya. Fasilitas

kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah dokter

keluarga dengan memakai BPJS di Puskesmas Balongbendo.

b. Lingkungan Ekonomi

Dari kondisi perumahan dan pemukiman dan fasilitas umum yang tersedia

lingkungan kehidupan masyarakat di sekitar keluarga An.S tergolong

menengah kebawah

c. Faktor Perilaku Keluarga

An. SA adalah seorang perempuan yang tinggal bersama dengan orangtua

dan satu saudara kandungnya di wilayah desa Balongbendo. Namun sudah

kurang lebih 1 minggu ini pasien mengeluh demam. Penderita tidak

32
mengeluh sakit kepala, mual dan muntah. BAK normal, BAB lancar.

Karena merasa kuatir orangtuanya mengajak berobat.

Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah

keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-hari.

Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit,

mereka menjadi tidak dapat sekolah sehingga tidak dapat mengikuti

pembelajaran di sekolah. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan

oleh karena pola hidup mereka yang kurang baik, bukan dari guna-guna,

sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu mempercayai mitos,

apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan

atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau dokter di puskesmas yang

terletak dekat dengan rumah. Keluarga memiliki rumah sendiri, ventilasi

yang baik, mempunyai fasilitas kamar, kamar mandi dan dapur yang kurang

bersih dan rapi serta dibuat untuk menyimpan barang-barang yang tidak

terpakai.

d. Pelayanan Kesehatan

Akses pelayanan kesehatan keluarga Ny. S sesungguhnya cukup baik di

karenakan dekat dengan puskesmas

1. Kurangnya edukasi dan konseling keluarga pasien

2. Kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien demam dengue

3. Kunjugan rumah belum optimal

4. Kurangnya komunikasi nakes dan pasien

33
5. Kurangnya media informasi promosi kesehatan

e. Kepersertaan bpjs Kesehatan

Tidak membayar premi bpjs

34
BAB IV

DAFTAR MASALAH

Hasil analisis dan pembahasan mengenai karakteristik perilaku pasien dan

keluarga yang terdapatdalam bentuk keluarga, pola interaksi, pertanyaan

sirkuler, identifikasi informasi penyakit genetic, fisiologi keluarga (motode

APGAR) patologi lingkungan keluarga (metode SCEEEM) maupun faktor –

faktor pelayanan kesehatan, maka dapat dirumuskan sebagai temuan masalah

yang terkait dengan An. S dan keluarga serta masyarakat sekitar yang

kemudian divisualisasikan dalam bentuk diagram blum dan fish bone (lihat

gambar IV.I dan gambar IV.2)

A. Temuan masalah

4.1 Masalah Aktif :

1. Dengue Hemorargik Fever grade I


4.2 Faktor perilaku

1. Pola makan yang tidak sesuai anjuran

2. Lingkungan rumah yang kurang sehat

3. Minum obat yang tidak teratur

4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya

4.3 Faktor Lingkungan

a. Lingkungan fisik

Sanitasi rumah yang belum baik

b. Lingkungan sosial/budaya

35
1. Kondisi sosial ekonimi menengah kebawah

2. Tingkat pendidikan yang rendah

3. Pola hdiup bembum membudiaya

4.4 Faktor Pelayanan Kesehatan

1 Kurangnya optimal edukasi dan konseling terhadap pasien dan

keluarga pasien

2 Kurang optimal monitoring dan evaluasi terhadap pasien diabetes

mellitus dan komplikasinya

3 Kurang optimal kunjungan rumah

4 Kurang optimal komunikasi nakes dan pasien

5 Kurangnya media informasi/promosi kesehatan

4.5 Faktor Genetik (Tidak Dijumpai)

Untuk menentukan hubungan dari berbagai temuan permasalahan tersebut

diatas dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu menggunakan konsep blum

(gambar IV.1) dan tehnik fish bone (gambar IV.2)

B. Tekhnik Analisis Menurut BLUM

Teknik analisis menurut konsep blum menyatakan derajat kesehatan

masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu lingkungan, perilaku,

pelayanan kesehatan dan faktor keturunan (gambar IV.I)

36
Diagram 1. Konsep Derajat Kesehatan Menurut H.L Blum

Faktor Genetik
Faktor Perilaku Faktor Pelayanan kesehatan
Tidak ditemukan
 Kurangnya pengetahuan ibu  Kurangnya edukasi dan
tentang demam dengua dan konseling terhadap pasien
komplikasinya dan keluarga pasien
 Ketidakteraturan dalam  Kurangnya monitoring dan
meminum obat PASIEN
evaluasi terhadap pasien
 Pola makan yang tidak sesuai Diabetes Melitus dan
anjuran An. S (8 Tahun) Komplikasinya
 Kurangnya berolahraga  Kunjungan rumah belum
 Tidak melakukan optimal
pembayaran kartu BPJS  Kurangnya komunikasi nakes
secara rutin dan pasien
Faktor Lingkungan  Kurangnya media
informasi/promosi kesehatan
 Kondisi sosial ekonomi menengah
kebawah
 Tingkat pendidikan yang rendah
 Kurangnya pengetahuan keluarga
dan masyarakat tentang penyakit
demam dengue dan komplikasinya
 Dukungan dari keluarga dan
masyarakat yang masih belum
optimal untuk menjaga pola hidup
sehat

37
Diagram 2. Identifikasi Permasalahan Kesehatan Pasien

(menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada

dengan berbagai faktor-faktor risiko yang ada dalam kehidupan pasien)

4.6 Daftar Masalah Kesehatan

No. TEORI BLUM MASALAH KETERANGAN

1. PERILAKU A a. Ketidak teraturan dalam meminum obat

b. Tidak teratur berolahraga

c. Tidak melaksanakan diet

2. NON B a. Tingkat pendidikan yang rendah

PERILAKU b. Tingkat sosial ekonomi menengah

kebawah

c. Kesehatan Lingkungan

3. PELAYANAN C a. Kurangnya edukasi dan konseling terhadap

KESEHATAN pasien dan keluarga

b. Kurangnya monitoring dan evaluasi

terhadap pasien demam dengue

c. Kunjungan rumah belum optimal

d. Kurangnya media informasi/ promosi

kesehatan

e. Kurangnya komunikasi nakes dan pasien

38
4.7 Prioritas Masalah (Tabel Scoring)

No. PARAMETER MASALAH


A B C
1. Prevalence 5 3 3
2. Severity 4 2 2
3. Rate % increase 4 2 3
4. Degree of unmeeted 5 3 2
5. Social benefit 5 3 3
6. Public concern 5 3 3
7. Technical feasibility study 2 2 2
8. Resources availability 4 3 3
Jumlah 34 21 20
Rerata 4,25 2,62 2,5

Dari tabel skoring masalah A merupakan masalah yang tertinggi skornya

4, 25 sehingga penyebab masalah utama adalah factor perilaku penderita

4.8 Identifikasi Penyebab Masalah Fish Bone

Dari konsep fish bone diatas maka dapat ditemtukan permasalahan yang

terjadi pada pasien yaitu

39
a. Faktor Input

1.Pendidikan yang rendah

Pendidikan keluarga An. S dan keluarga rata-rata hanya hingga sekolah

menengah atas, hal ini menyebabkan kurangnya informasi terkait dengan

ilmu kesehatan yang didapatkan oleh pasien dan keluarga.

2. Jarang control ke puskesmas

Pengetahuan pasien tentang penyakit demam dengue sangat

kurang, hal ini ditunjukan dengan bagaimana pasien tidak teratur kontrol

dan gaya hidup yang tidak sehat

3. Tidak melakukan 3M

b. Faktor Proses

1). Kebiasaan pasien yang kurang menjaga bagaiamana akibat dari

komplikasi yang dideritanya.

2). Penyuluhan yang terkait dengan penyakit menular karena

nyamuk sudah sering dilakukan oleh puskesmas namun masih

saja banyak masyarakat yang belum paham mengenai demam

dengue hal ini menunjukkan kurangnya efektif.

3). Ketidakpatuhan minum obat.

4). Pola makan yang tidak terjaga.

5). Kurangnya aktifitas fisik.

6). Prioritas anggaran tidak diutamakan untuk penyakitnya

sehingga teratur kurang teratur dalam minum obat.

40
7). Kurangnya dukungan dari masyarakat.

c. Faktor Lingkungan

1). Kondisi sosial ekonomi yang menengah kebawah

2). Kurangnya informasi tentang demam dengue dan

komplikasinya,

3). Tingkat pendidikan yang rendah

4). Akses pelayanan kesehatan yang kurang.

41
BAB V

PATIENT MANAGEMENT

5.1 Patient Centered Management

Medikamentosa (Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue tanpa syok

(WHO,2009)

1. Berikan paracetamol bila demam. Jangan berikan acetosal atau ibuprofen

karena obat-obat ini dapat merangsang terjadinya pendarahan.

2. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:

- Berikan banyak larutan isotonic seperti ringer laktat/ asetat

- Kebutuhan cairan parenteral

Berat badan >40kg : 3 ml/kgBB/jam

- Pantau tanda vital dan dieresis setiap jam, serta pemeriksaan

laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit, dan hemogoblin) tiap 6

jam.

- Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan

jumlah cairan secara bertahan sampai keadaan stabil. Cairan intravena

biasanya memerlukan waktu 24- 48 jam sejak kebocoran pembuluh

kapiler spontan setelah pemberian cairan.

- Apabila terjadi perburukan kilnis berikan tatalaksana sesuai dengan

tatalaksana syok terkompensasi (Compensated syok).

- Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan syok (WHO,2009)

42
- Perlakukan sebagai keadaan gawat darurat dengan memberikan oksigen

2-4L/menit secara nasal .

- Berikan 20ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/acetat

secepat- cepatnya

- Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian

kristaloid 20 ml/kg secepatnya (maksimal 30 menit) atau

pertimbangkan pemberian koloid 10-20mk/kgBB/jam maksimal

30ml/kgBB/24 jam.

- Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin

menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi,

berikan tranfusi darah/komponen.

- Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer

mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi

hingga 10ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap

diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.

- Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-

48 jam. Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberin cairan

yang terlalu banyak daripada cairan yang terlalu sedikit.

- Tatalaksana komplikasi perdarahan (WHO, 2005)

Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila

tidak, beri koloid dan segera rujuk.

Non medikamentosa

1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada

keluarga

43
a. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk membersihkan rumah

b. Memberikan motivasi kepada pasien untuk keteraturan meminum obat

c. Memberikan motivasi kepada pasien untuk rajin berolahraga

d. Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga

mental pasien menjadi lebih kuat dalam menghadapi penyakit dan

masalah ekonominya.

2. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga

a. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit

demam dengue dan komplikasinya

b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk mencegah

penyakit ini dengan pola hidup sehat seperti rutin minum obat, rajin

berolahraga, kurangi makan dan minum yang mengandung banyak gula

c. Harus minum obat dengan benar.

5.2 Prevensi Bebas Penyakit Untuk Keluarga Lainnya (Orangtua, Dan

Keluarga Lainnya )

Pada prinsipnya secara pencegahan demam dengue adalah mengenai pola

hidup sehat baik terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar agar terhindar

dari berbagai penyakit.

1. Bagi keluarga biasakan menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Biasakan

makan makanan bergizi,

2. Edukasi tentang demam dengue merupakan penyakit menular karena

nyamuk sehingga keluarga dianjurkan untuk memeriksakan diri ke

pelayanan kesehatan secara teratur.

44
Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk menghindari risiko

terjadinya demam dengue bagi anggota keluarga dan tentunya pasien sendiri.

Kondisi sosial ekonomi menengah kebawah pada pasien mengakibatkan

keseriusan pasien yang kurang untuk melakukan pengobatan.

45
BAB VI

PEMBAHASAN

No Kegiatan M I V C 𝑀×𝐼×𝑉
𝑃=
𝐶
1 Fogging Focus 4 3 3 3 12

2 Kerja bakti setiap hari jumat 4 2 3 1 24

3 Pemberantasan Jentik Berkala (PJB) 4 4 3 3 16

Keterangan :

P :Prioritas penyeselaian masalah

M :Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini

dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)

I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah

V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah

C : Cost, Biaya yang diperlukan

46
Maka, prioritas jalan keluar yang terpilih adalah melakukan kerja bakti

seiap hari jumat yang dilakukan masyarakat Desa Balongbendo

47
B. Rencana Program Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)

Lokasi Tenaga Kebutuhan


No Kegiatan Sasaran Target Volume kegiatan Rincian kegiatan Jadwal
pelaksana pelaksana pelaksanaan

1. Menentuka Seluruh Terbentuknya 1 kali dalam 1. Mengumpulkan 1. Balai Kader Desa Oktober 2018 1.ruangan
n kriteria masyarakat kriteria tim bulan pertama aspirasi desa Balongbendo
Tim Kerja Desa kerja bakti 2. Kursi dan meja
masyarakat Balongb
Bakti Hari Balongbendo Desa 3. Microphone dan
Jumat Balongbendo Desa endo
perlengkapan teknik
Balongbendo
4. Papan tulis
2. Menyepakati
kriteria tim 5. Konsumsi

kerja bakti Desa 6. Buku laporan


Balongbendo

45
2 Pembentuka Seluruh Terbentuk Tim 2 kali seminggu 1. Memilih dan Balai Kader Desa Oktober 2018 1. Konsumsi
n Tim Kerja Masyarakat Kerja Bakti menyeleksi Desa Balongbendo
Bakti Hari Desa Balongb 2. Ruangan
kandidat tim
Jumat Balongbendo endo 3. LCD
kerja bakti
2. Persetujuan 4. Laptop

3. Pembentukan 5. Microphone dan


struktural perlengkapan teknik

6. Kursi

46
3. Perencanaa Seluruh Masyarakat 2x dalam Penyuluhan tentang Balai Desa Kader Desa Oktober 2018 1. Ruangan
n program Masyarakat mengetahui seminggu pelaksanaan kerja Balongbend
Kerja Bakti Desa tentang Bakti Hari Jumat 2. Kursi
o
Hari Jumat Balongbendo Program Kerja 3. Meja
Bakti Hari
Jumat 4. Microphone dan
perlengkapan teknik

5. pelaporan

47
4. Pelaksanaan Seluruh Pemberantasa 1 kali dalam Pelaksanaan Kerja Balai desa Masyarakat Oktober 2018 Alat-alat kerja bakti
Kerja Bakti Masyarakat n jentik seminggu setiap Bakti Hari Jumat Balongbend Desa untuk melakukan
Hari Jumat Desa nyamuk di hari Jumat o Balongbendo pemberantasan
Balongbendo lingkungan jentik nyamuk
sekitar Desa
Balongbendo

48
5. Evaluasi Lingkungan Berkurangnya 1 kali dalam 3 Mengadakan rapat Balai Desa Kader Desa Januari 2019 1. Transport
hasil Kerja masyarakat angka bulan pertemuan antara Balongbend dan Tenaga 2. Kuisioner
Bakti Hari Desa kejadian kader desa dan o Kesehatan
Balongbendo 3. Kamera
Jumat Dengue pihak Puskesmas terkait
Hemorargik Desa Balongbendo 4. pelaporan
Fever (DHF) di terkait
Desa pemberantasan
Balongbendo jentik nyamuk

49
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Segi Biologis:

- An. SA (8 tahun), menderita penyakit demam berdarah

- Status gizi An. SA berdasarkan IMT termasuk dalam kategori Gizi nomal.

- Rumah dan Lingkungan sekitar keluarga An. SA tidak sehat.

2. Segi Psikologis:

- Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang terjalin cukup akrab

- Pengetahuan akan demam berdarah kurang.

- Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik, mendukung untuk

penyembuhan penyakit tersebut

3. Segi Sosial:

- Pasien tidak memiliki masalah dengan orang tua dan saudaranya.

4. Segi fisik:

- Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. SA kurang bersih.

5. Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga An. SA adalah 10. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. SA dan keluarganya

dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.

50
6. Keluarga An. SA tidak mempunyai masalah dalam fungsi patologis. Hal ini menunjukkan

bahwa fungsi patologis yang dimiliki keluarga An. SA dan keluarganya dalam keadaan

baik.

7. Keluarga An. SA telah memiliki BPJS, sehingga pasien dan keluarga dapat mencapai

pelayanan kesehatan dengan cepat.

B. SARAN

1. Untuk masalah medis dilakukan langkah-langkah:

 Preventif : Penderita diharapkan untuk menjaga kesehatan terutama dengan menjaga

pola hidup, mulai dari makanan dan olahraga. Karena pasien termasuk orang dengan

factor resiko terjadinya demam berdarah jadi dianjurkan untuk lebih teratur.

 Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai demam berdarah dan

pencegahannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang menangani.

 Kuratif : saat ini penderita memasuki pengobatan dengan PSIDII dan paracetamol

 Rehabilitatif : Memotivasi pasien agar tidak putus asa dalam pengobatan karena

pengobatan demam berdarah adalah pengobatan yang tidak boleh terputus, bisa

mengakibatkan relaps.

2. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :

 Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian kesempatan memperoleh

pendapatan yang layak, dan membantu memperkuat kemampuan orang yang kurang

mampu untuk membina keluarganya, sehingga diharapkan pada masa yang akan

datang dapat terlepas dari kemiskinan. Karena dengan peningkatan pendapatan

51
memungkinkan untuk dapat membeli makanan yang lebih baik, kondisi pemukiman

yang lebih sehat, dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.

52
DAFTAR PUSTAKA

Dahlia, P. 2012.Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik dan Kebiasaan Keluarga Terhadap

Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai

Tahun 2012

Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis Penyelidikan Epidemiologi (PE) Penanggulangan Seperlunya

dan Penyemprotan Massal dalam Pemberantasan Penyakit DBD. Jakarta.

Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue.

Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Buletin jendela epidemiologi: demam berdarah dengue

volume 2. Agustus 2010. Pusat Data dan Surveilens Epidemiologi

Lestari, D.B., Gama, Z.P., Rahardi, P. 2011.Identifikasi Nyamuk Di Kelurahan Sawojajar Kota

Malang.

Tim Adaptasi Indonesia. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman Bagi

Rumah Sakir Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota, Jakarta: WHO Indonesia.

53
LAMPIRAN

FOTO

54
55

Anda mungkin juga menyukai