Anda di halaman 1dari 3

PIL KB PRIA

Nabilah Iffah (I1A016105)


Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, menunjukkan bahwa di
kalangan perempuan pemakaian kontrasepsi sebesar 98,7 persen, sedangkan untuk kontrasepsi laki-laki
hanya 1,3 persen. Bahkan data yang dikeluarkan oleh Pusat Data Informasi Kesementerian Republik
Indoneia pada tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah KB laki-laki hanya mencapai 1,81%
(Kementerian Kesehatan RI 2014). Berdasarkan SDKI 2002/2003, keikutsertaan laki-laki dalam
program KB tercatat sebesar 4,4 persen, terdiri dari penggunaan kontrasepsi modern sebesar 1,3 persen,
yaitu kondom (0,9 persen) dan vasektomi (0,4 persen), sedangkan penggunaan kontrasepsi tradisional
sebesar 3,1 persen, seperti senggama terputus (1,5 persen) dan pantang berkala (1,6 persen). Hingga
tahun 2010, meski tidak ada data yang pasti tentang keikutsertaan kaum laki-laki dalam Program KB,
tetapi disinyalir tidak ada perubahan yang berarti, karena masih ada berbagai kendala, baik secara
kultural, psikologi, ekonomi, maupun sosial yang sifatnya tak jarang kontra-produktif. Di berbagai
komunitas, masalah KB dan kesehatan reproduksi masih dipandang sebagai tanggung jawab
perempuan. Pengetahuan dan kesadaran laki-laki dan keluarga mengenai KB masih relatif rendah.
Selain itu, ada keterbatasan penerimaan dan aksesibilitas pelayanan kontrasepsi laki-laki.
Partisipasi laki-laki (suami) dalam ber-KB relatif masih rendah. Hal ini terlihat dari temuan
studi ini, yaitu dari seluruh responden (laki-laki) sebanyak 10,67 persen yang menggunakan kontrasepsi
berupa kondom dan 0,67 persen yang menggunakan kontrasepsi vasektomi, selebihnya perempuan
(istri) yang menggunakan metode kontrasepsi. Banyak laki-laki yang memandang bahwa urusan KB
adalah tanggung jawab perempuan. Meskipun demikian jika karena alasan kesehatan, misalnya
perempuan tidak dimungkinkan menggunakan alat kontrasepsi, maka laki-laki akan menggunakannya.
Beberapa kendala yang menghambat partisipasi laki-laki dalam ber-KB adalah adanya
kekhawatiran mengganggu kejantanan, impotensi, malu karena menjadi pergunjingan di masyarakat.
Studi ini juga menemukan kendala yang menghambat partisipasi laki-laki dalam ber-KB justru datang
dari istri, bahwa tidak sedikit istri (perempuan) yang tidak setuju apabila suaminya melakukan
vasektomi. Alasan yang dikemukakan istri responden antara lain, bahwa vasektomi berisiko membuka
peluang laki-laki selingkuh, dengan vasektomi dikhawatirkan laki-laki merasa lebih bebas, “aman-
aman” jika melakukan perselingkuhan, karena tidak mungkin pasangan selingkuhnya hamil. Di
lingkungan masyarakat yang patriarkhis, pertimbangan yang rasional menjadi penting.
Kesediaan responden pria untuk menggunakan metode kontrasepsi pria ternyata juga tidak
terlepas dari pertimbangan rasional. Ada resiko atau tidak --baik terhadap isteri mau pun suami--
nampaknya menjadi dasar pertimbangan serius bagi kaum pria dalam memutuskan bersedia atau tidak
untuk ber-KB. Artinya jika manfaat yang didapatkan responden ketika mereka menggunakan metode
kontrasepsi dinilai lebih kuat bagi keluarga, maka mereka akan memiliki kemungkinan kuat pula untuk
menggunakan metode kontrasepsi pria. Dalam hal ini faktor dampak terhadap kesehatan tubuh pasca
penggunaan metode kontrasepsi tampaknya menjadi salah satu pertimbangan kuat mereka, maka
perlunya dikembangkan strategi untuk meningkatkan partisipasi laki-laki dalam ber-KB.
Perkembangan kontrasepsi hormonal pria sebagai upaya menurunkan tingkat kesuburan pria jauh
lebih lambat dan memiliki tingkat keberhasilan lebih rendah dibandingkan kontrasepsi wanita. Di
samping itu, tingkat kepatuhan pria sebagai akseptor KB pun masih kurang dibandingkan wanita.
Berikut adalah beberapa kontrasepsi hormonal pada pria :

 preparat androgen/testosteron
 kombinasi androgen dan progesteron
 analog gonodropin growth hormon (GnRH)
Saat ini, sebagian besar kontrasepsi ditujukan untuk wanita. Adapun pilihan kontrasepsi pria yang
masih umum ditemukan adalah komdom pria dan vasektomi (permanen).

Para peneliti tengah mengeksplorasi opsi-opsi hormonal dan nonhormonal bagi pil KB pria. Agen-agen
hormonal yang dikaji saat ini melibatkan progestin steroid seks dan testosteron.

Opsi pil kontrol kelahiran hormonal pria sedang berada dalam tahap uji klinis pada manusia dan
mungkin semakin terbuka peluangnya untuk dipasarkan. Namun ada beberapa efek samping potensial:
selain berpotensi menyebabkan bertambahnya berat badan dan perubahan libido, pil ini memiliki
kemampuan menurunkan tingkat kolesterol baik (HDL-C) pada pria, yang bisa berpengaruh negatif
pada kesehatan jantung pengguna. Efek jangka panjang penggunaan hormon untuk kontrasepsi oral pria
tidak diketahui, dan tampaknya baru akan diketahui beberapa dekade lagi.

Pilihan lain yang memungkinkan bagi pria ialah pil kontrasepsi. Namun, jika pil kontrasepsi
hormonal, ada beberapa efek samping yang cukup mengkhawatirkan. Penggunaan pil kontrasepsi
hormonal berpotensi mengakibatkan kenaikan berat badan, perubahan libido, serta menurunkan kadar
kolesterol baik sehingga ada risiko terkena penyakit kardiovaskular.
Di Universitas Minnesota dan bekerja sama dengan Gustavo Blanco di Universitas Kansas,
sedang dikembangkan metode-metode kontrasepsi nonhormonal yang bekerja dengan
menyerang motilitas sperma—dalam pengertian biologi kami menyerang kemampuan sperma untuk
bergerak atau berenang secara efektif. Motilitas yang baik adalah syarat mutlak bagi pembuahan sel
telur perempuan. kami memusatkan perhatian pada ouabain: zat beracun yang diproduksi oleh dua jenis
tumbuh-tumbuhan Afrika. Mamalia juga menghasilkan ouabain dalam tubuh mereka, hanya saja dalam
kadar rendah dan tidak mematikan yang oleh para ilmuwan dianggap bisa membantu mengontrol
tekanan darah. Bahkan, para dokter sudah menggunakan ouabain dalam dosis sangat kecil untuk
merawat pasien dengan aritmia jantung atau yang menderita serangan jantung.

Cara kerja ouabain juga mempengaruhi jenis lain subunit pengangkut yang disebut α4, yang
hanya terdapat dalam sel-sel sperma. Protein ini diketahui sangat penting untuk fertilitas—setidak-
tidaknya pada tikus jantan. Selama 10 tahun ouabain diteliti sebagai terobosan potensial dalam upaya
kami menemukan pil KB pria. Namun, ouabain sendiri bukanlah sebuah opsi bagi kontrasepsi karena
risiko kerusakan jantung. Karena itulah peneliti mulai merancang analog-analog ouabain—versi-versi
molekul yang lebih berpeluang terikat pada protein α4 dalam sperma daripada subunit-subunit lain
dalam jaringan jantung.

Dengan teknik-teknik kimia medisinaluntuk menciptakan sebuah turunan ouabain yang ampuh
menyerang pengangkut α4 dalam sel-sel sperma pada tikus. Begitu terikat pada sel-sel tersebut, turunan
ouabain itu mengacaukan kemampuan sperma untuk berenang—sesuatu yang mendasar bagi perannya
dalam membuahi sebuah telur. Senyawa baru yang ditemukan tidak menunjukkan toksisitas pada tikus.
Karena pengangkut α4 hanya terdapat pada sel-sel sperma yang matang, efek kontraseptif bisa
dihentikan dalam waktu yang tidak lama—sel-sel sperma yang dihasilkan setelah dihentikannya
pemakaian kemungkinan tidak akan terpengaruh. Ouabain bisa juga menyodorkan opsi pil KB bagi pria
dengan lebih sedikit efek samping sistemik daripada opsi-opsi hormonal.

Saga (Abrus precatorius) merupakan salah satu tanaman yang dikenal mempunyai banyak
aktivitas farmakologi. Biji saga digunakan oleh pengobat tradisional Ayurveda sebagai bahan
kontrasepsi oral. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi fraksi biji n-heksana, fraksi
kloroform, dan fraksi biji saga sebagai bahan kontrasepsi pria. Fraksi-fraksi tersebut diberikan secara
oral dengan dosis masingmasing 75 mg/kg bb selama 20 hari. Sebanyak 20 ekor tikus jantan dengan
berat badan 200-250 g berumur 2-2,5 bulan dikelompokkan menggunakan Rancangan Acak Lengkap.
Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan jumlah, motilitas, viabilitas serta peningkatan
abnormalitas spermatozoa yang signifikan dibandingkan kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
ekstrak biji saga mempunyai efek terhadap reproduksi pria yang menunjukkan potensi tanaman ini
sebagai pengatur kesuburan pria.

Tanaman saga (Abrus precatorius Linn) termasuk dalam Famili Leguminosae merupakan
tanaman yang dapat tumbuh di wilayah tropis dan subtropis di seluruh belahan dunia. Saga merupakan
tanaman yang mempunyai berbagai aktivitas farmakologi seperti untuk pengobatan sakit kepala,
keracunan bisa ular, konjungtifits, batuk, diare, gastritis, ginggifitis dan antififertilitas (Abu et al.,
2012). Dalam pengobatan Ayurveda biji saga dimanfaatkan sebagai obat infeksi mata dan kontrasepsi
yang potensial (Jahan et al., 2009). Biji saga oleh masyarakat Indonesia banyak dikonsumsi sebagai
camilan ringan namun masih sedikit yang mengetahui potensinya sebagai antifertilitas. Senyawa yang
terkandung dalam biji saga antara lain alkaloid, steroid, lektin (abrin), flavonoid dan antosianin (Abu et
al., 2012). Salah satu senyawa alkaloid yang terdapat dalam biji saga adalah abrin. Pengaruh senyawa
abrin dari ekstrak biji saga dengan dosis 400 mg/kg BB dilaporkan mampu menurunkan konsentrasi
dan motilitas sperma tikus jantan galur wistar (Ligha dan Oyibo, 2012). Mekanisme antifertilitas lain
yang mungkin disebabkan biji saga adalah oleh kandungan steroid di dalamnya. Steroid disini mewakili
hormon-hormon yang bekerja pada mekanisme yang berperan penting untuk mencapai kadar
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591 168 testosteron yang dibutuhkan untuk
terjadinya spermatogenesis (Ganong et al., 2008). Hormon-hormon tersebut dapat ditekan produksinya
dengan adanya steroid, yaitu dengan menggantikan posisi LH, FSH, dan testosteron sehingga proses
spermatogenesis terhambat (Sinha dan Mathur, 1990; dan Talukder et al., 2012). Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan ekstrak n-heksana biji saga dapat memberikan efek
antifertilitas yang dilihat dari parameter jumlah sperma dan kualitas sperma yang terdiri dari morfologi
dan motilitas spermatozoa (Bhatt et al., 2007). Kesimpulan penelitiannya adalah semua fraksi biji saga
mempunyai efek antifertilitas. Fraksi metanol biji saga dengan dosis 75 mg/kg bb memberikan efek
antifertilitas yang paling kuat.

Anda mungkin juga menyukai