Anda di halaman 1dari 33

LANGKAH-LANGKAH PENYELIDIKAN WABAH MALARIA DI KOTA

KUPANG
MATA KULIAH MANAGEMENT KLB DAN BENCANA

Disusun oleh :
Denilay Richardo Rambing
101814305511

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER EPIDEMIOLOGI
SURABAYA
2018

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul/Cover.............................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
Daftar Gambar.......................................................................................................iii
BAB I Tahap Penyelidikan Wabah dari Dinas Kesehatan Kota Kupang
A. Persiapan............................................................................................1
B. Pemastian Diagnostik.........................................................................3
C. Strategi Penelusuran Kasus................................................................7
D. Pemastian KLB...................................................................................8
E. Identifikasi Penyebab KLB.................................................................9
F. Penanggulangan yang Sudah Dilakukan.............................................11
G. Cara Memastikan KLB Berakhir........................................................16
H. Analisis Kritis terhadap Kelemahan Tahapan yang dilakukan Dinas
Kesehatan Kota Kupang.....................................................................17
BAB II Laporan Survei
A. Survei Penderita dan Suspect ............................................................19
B. Survei Lingkungan (Survei Jentik / Penangkapan Jentik)..................23
C. Survei Masyarakat untuk Identifikasi Faktor Lain Penyebab KLB. . .26
BAB III Penutup
A. Kesimpulan.........................................................................................30
B. Saran...................................................................................................30
Daftar Pustaka...................................................................................................32
Lampiran...........................................................................................................33

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Penggunaan Kelambu Berinsektisida...............................................12


Gambar 1.2. Bahan Insektisida untuk IRS............................................................13
Gambar 1.3. Pengenceran Insektisida ..................................................................14
Gambar 1.4. Kegiatan Penyemprotan IRS............................................................14
Gambar 1.5. Kolam Penduduk yang Tidak Terawat..............................................16
Gambar 2.1. Tempat Tinggal Penderita Berdekatan dengan Sawah......................24
Gambar 2.2. Tempat tinggal Penderita Berdekatan dengan Kandang Hewan.......24
Gambar 2.3. Sungai di Alak .................................................................................24
Gambar 2.4. Lingkungan Rumah Penuh Tanaman................................................25
Gambar 2.5. Genangan Air di Kolam Tidak Terawat............................................25
Gambar 2.6. Genangan Air di Bekas Lindasan Ban..............................................25

iii
BAB I

TAHAP PENYELIDIKAN WABAH DARI DKK KUPANG

1.1 latar Belakang

Provinsi NTT merupakan daerah endemis malaria termasuk Kota


Kupang. Berdasarkan evaluasi kinerja surveilens terhadap kasus malaria
menunjukan setiap tahun mengalami penurunan kasus. Tahun 2017 diperoleh
Annual Paracite Incidens (API) sebesar 0,13 per 1000 penduduk, yang artinya
dari 1000 penduduk yang ada di Kota Kupang ditemukan kurang dari 1 orang
positif malaria (Lampiran Tabel 1). Jumlah kasus malaria yang ditemukan
selama Tahun 2017 sebanyak 53 kasus malaria positif malaria, dengan kasus
terbanyak pada kelompok umur 15 tahun ke atas.

A. Persiapan
Sebelum penyelidikan KLB dilaksanakan, perlu adanya persiapan dan
rencana kerja. Persiapan lapangan sebaiknya dikerjakan secepat mungkin,
dalam 24 jam pertama sesudah adanya informasi. Namun pada praktikum
penyelidikan KLB malaria Kupang yang dilakukan mahasiswa Epidemiologi,
persiapan dilakukan setelah Dinas Kesehatan Kota Kupang menetapkan KLB
malaria di kota Kupang (Imaginatif). Persiapan dapat dikelompokkan menjadi
3 kategori, yaitu:
a. Persiapan investigasi yaitu pengetahuan perlengkapan dan alat
untuk penyelidikan malaria.
Hal yang termasuk dalam kategori ini adalah :
 Persiapan pengetahuan mengenai penyakit malaria meliputi
penyebab, gejala klinis, cara penularan, masa inkubasi,
diagnosis, kriteria KLB malaria, dan bionomik vektor
 Pengetahuan tentang keterampilan melakukan investigasi
lapangan, termasuk pengetahuan dan teknik pengumpulan data
serta manajemen spesimen
 Pengetahuan dan keterampilan melakukan analisis data dengan
komputer
 Dukungan tinjauan kepustakaan ilmiah yang memadai
 Material instrumen investigasi, seperti kuesioner, peralatan yang
dibutuhkan untuk pengambilan sampel darah penduduk,
peralatan tes RDT, serta berbagai alat yang dapat digunakan
untuk mengamati bionomik vektor seperti ciduk dan pipet.
b. Persiapan administrasi yaitu prosedur administrasi termasuk izin
dan pengaturan perjalanan (imaginative) .
Hal yang dilakukan dalam persiapan administrasi adalah
mempersiapkan aspek administratif dari investigasi, seperti penyediaan
perizinan, surat-surat atau dokumen formal/legal dalam melakukan
investigasi, penyediaan dana yang memadai, transportasi, penginapan,
dan konsumsi yang dapat digunakan, persiapan dokumentasi, pembagian
tugas dan koordinasi dalam tim.
Perizinan dapat ditujukan kepada Dinas kesehatan atau Puskesmas
terkait, yang berada di wilayah yang akan diselidiki. Perizinan ini
bertujuan untuk legalitas kegiatan dan bentuk koordinasi agar dapat
dilakukan pertimbangan dalam penetapan status KLB suatu penyakit di
wilayah tersebut.
c. Persiapan kosultasi : peran masing-masing petugas yang turun ke
lapangan( Imaginatif).
Pada tahap ini harus dipikirkan mengenai peran dan posisi kami
dalam proses investigasi. Peran kami dalam praktikum penyelidikan
KLB malaria Kupang adalah membantu petugas DKK Kupang dan
Puskesmas dalam melakukan penyelidikan KLB malaria di puskesmas
Alak, Kecamatan Alak. Langkah-langkah persiapan yaitu :
a. Konfimasi Informasi. Pemastian terlebih dahulu, penyakit yang
sedang mewabah, apakah malaria atau bukan. Pemastian ini dapat
dilakukan dengan mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan
primer atau analisis sistem kewaspadaan dini daerah tersebut
dengan memeriksa data yang tersedia misalnya gejala dan hasil
laboratorium. Gejala yang terjadi saat terkena malaria diantaranya
anemia, demam, menggigil, nyeri kepala, mual, dan muntah.
Kemudian mempelajari keadaan geografis dan bagaimana
transportasi ke daerah KLB.
b. Pembuatan rencana kerja oleh Dinas Kesehatan Kota Kupang
dengan melakukan rapat koordinasi. Dari informasi tersebut
kemudian ditetapkan tujuan penyelidikan KLB dan membuat
rencana kerja. Rencana kerja meliputi :
1) Pembuatan definisi kasus awal. Definisi kasus sangat penting
karena akan menjadi pedoman bagi tim penyidik lapangan
dalam penemuan kasus. Definisi kasus harus bersifat tegas,
disertai data klinik dan epidemiologi (nama penyakit, tanda dan
gejala, lingkungan epidemiologi yang berkaitan dengan kasus
dan hasil laboratorium).
2) Hipotesis awal mengenai agen penyebab, sumber dan cara
penularan
3) Macam dan sumber data yang diperlukan
4) Strategi penemuan kasus
5) Sarana dan tenaga yang diperlukan.
B. Pemastian Diagnostic
Sebelum dipastikan adanya KLB malaria pada kelompok masyarakat,
langkah pemastian diagnostik penyakit perlu dilakukan pada tiap individu di
wilayah tersebut. Tujuan diagnosis penyakit adalah untuk memastikan
diagnosis penyakit yang terjadi dan mencegah kemungkinan kesalahan
laporan. Malaria harus cepat terdiagnosis untuk mencegah penyebaran lebih
lanjut di masyarakat terutama melalui infeksi lokal. Diagnosis malaria
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.
Langkah pemastian diagnostik didasarkan pada kasus dan dilakukan
secara spesifik untuk penentuan kasus selanjutnya. Langkah-langkah
pemastian diagnostik meliputi:
a. Pemeriksaan
1) Anamnesis
Anamnesis dilakukan berdasarkan :
 Gejala awal pada penyakit malaria yaitu :
o Demam
o Menggigil
o Berkeringat
o Sakit kepala
o Nyeri otot
o Mual
o Muntah
o Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu ke daerah
endemik malaria.
o Riwayat sakit malaria.
o Riwayat transfusi darah.
o Riwayat minum obat malaria 1 bulan terakhir.
2) Pemeriksaan Fisik
 Badan lemah
 Pucat
 Kebingungan
 Koma
 Anemia berat
 Sulit bernafas
Pada penderita malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala
berikut :

1. Temperature axilla > 400C


2. Nadi cepat dan lemah
3. Tekanan darah sistolik < 70 mmHg pada dewasa dan < 50
mmHg pada anak-anak
4. Frekuensi nafas > 35 x per menit pada dewasa, > 40 x per
menit pada balita dan > 50 x per menit pada anak dibawah 1
tahun
5. Penurunan derajat kesadaran
6. Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, hematom)
7. Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit
berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang)
8. Tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak tangan pucat,
lidah pucat, dll)
9. Terlihat mata kuning/ikterik
10. Ada ronchi pada kedua paru
11. Pembesaran limpa dan atau hepar
12. Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria
13. Gejala neurologi (kaku kuduk, reflek patologik)

3) Pengambilan darah sampel


 Pemeriksaan mikroskopis
Merupakan gold standard dalam mengonfirmasi diagnosis
malaria. Pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis, pada
umumnya dilakukan pada penderita dengan gejala klinis umum
malaria yaitu panas dan demam berkala. Pemeriksaan ini
dilakukan secara rutin oleh penyedia layanan kesehatan.
Pemeriksaan spesimen darah diawali dengan mengumpulkan
sediaan darah tebal dan tipis yang kemudian dikirim ke
laboratorium. Dilakukan pada specimen darah yang diambil dari
darah tepi, biasanya dari ujung jari tangan atau jempol kaki.
Spesimen darah dibuat preparat pada slide glass dan dibuat
bentuk lingkaran dengan diameter 1 cm, setelah kering
selanjutnya diwarnai dengan Giemsa dengan pewarnaan cepat
atau lambat. Setelah dicuci dengan air yang mengalir, selanjutnya
diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 100 kali.
Dianjurkan untuk membuat sediaan darah tipis untuk melihat
morfologi parasit dalam menentukan spesiesnya dan tebal untuk
menentukan kepadatannya. Pemeriksaan dilakukan paling sedikit
200 sampai 300 lapangan pandang dengan minyak emersi atau
anisol sebelum menyimpulkan negative, serta dilakukan
pemeriksaan ulang 36 jam kemudian.
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis ini
dilakukan untuk menentukan :
a. Keberadaan parasit (positif atau negatif)
b. Spesies dan stadium Plasmodium
c. Kepadatan parasit

a) Semi kuantitatif
(-) = negative (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) = positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) = positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100
LPB)
(+++) = positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) = positif 4 (ditemukan >10 parsit dalam 1 LPB)
Hasil positif malaria akan menunjukkan parasit
plasmodium yang menginfeksi sel darah merah.
b) Kuantitatif
Kepadatan parasit dihitung pada tetes darah tebal
dengan menghitung jumlah parasit per 200 lekosit atau
dihitung melalui sediaan darah tipis per 1000 eritrosit.
Untuk penderita malaria berat perlu memperhatikan
hal-hal berikut :
a. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu
pemeriksaan ulang setiap 6 jam selama 3 hari berturut-
turut
b. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3
hari berturut-turut tidak ditemukan lagi parasit maka
diagnosis malaria disingkirkan

 Pemeriksaan dengan RDT malaria


RDT malaria adalah tes kit yang digunakan untuk
mendeteksi antigen yang berasal dari parasit malaria. RDT
digunakan sebagai alternatif pemeriksaan pada situasi dimana
pemeriksaan diagnosis perlu dilakukan secara cepat. Di
Kabupaten Purworejo RDT dilakukan pada penduduk yang
mengalami gejala klinis. Walaupun sudah melakukan diagnosis
menggunakan RDT, pemeriksaan mikroskopis tetap dilakukan
sebagai pemastian diagnostik.

b. Pembuatan distribusi frekuensi gejala klinis dan tanda berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil RDT serta pemeriksaan
mikroskopis yang didapatkan.

C. Strategi Penelusuran Kasus


Pada kegiatan penyidikan wabah malaria di Alak (imaginative),
pertimbangan penetapan strategi yang tepat tidak hanya didasarkan pada
bagaimana memperoleh informasi yang akurat tetapi juga harus
mempertimbangkan waktu, sarana, tenaga dan sumber daya yang ada. Oleh
karena itu strategi penemuan kasus yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap
responden dengan kasus malaria, observasi bionomik nyamuk Anopheles
sp disekitar lingkungan kasus, serta MBS (Mass Blood Survey) untuk
menemukan kasus baru di lingkungan Alak.
2. Waktu yang digunakan dalam penyidikan wabah ini adalah 2 hari yang
mana hari pertama digunakan untuk turun ke lapangan menyelidiki kasus
malaria di Alak dan hari kedua digunakan untuk berdiskusi dengan Dinas
Kesehatan setempat terkait penemuan yang didapatkan di lapangan
sehingga memperoleh hasil penyidikan wabah yang lebih akurat
3. Sarana yang digunakan antara lain untuk MBS adalah RDT, Blood Lancet
ACT, Primakuin, Kapas, alkohol 70%, sarung tangan karet, alat tulis, dan
daftar hadir penduduk serta untuk wawancara kelompok kasus sarana yang
dibutuhkan antara lain kuesioner dan kamera untuk dokumentasi.
Sedangkan dalam observasi bionomik vector malaria sarana yang
dibutuhkan antara lain cidukan dan pipet jentik serta alat penyemprot dan
karbamat dalam melakukan IRS.
4. Tenaga dan sumberdaya yang digunakan berasal dari mahasiswa
Peminatan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga (imaginative) yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok
yang melakukan wawancara terhadap kasus dan kontak (termasuk
melakukan MBS) serta kelompok yang melakukan observasi terhadap
lingkungan sekitar kasus untuk menemukan bionomik vektor malaria yaitu
nyamuk Anopheles sp (termasuk melakukan IRS pada rumah kasus).
D. Pemastian KLB
Pemastian terjadinya KLB malaria di wilayah Puskesmas Alak
Kecamatan Alak khususnya diwilayah Alak dilakukan, dengan cara:
1. Analisis bedasarkan data dari puskesmas yaitu menurunnya
kunjungan kasus kejadian malaria tahun 2017. Alak didapatkan data
kesakitan dengan malaria positip Plasmodium falciparum sebanyak 14
kasus (laki dan perempuan )dengan jumlah penduduk sebanyak 63.389
kk.jika dihitung Angka Api Alak pada tahun 2017 sebesar 6.2 %.
2. Pengambilan dan pemeriksaan sediaan darah (SD) pada
penderita demam (MFS) dari seluruh kelompok umur. Pemeriksaan
secara mikroskopis maupun secara cepat dengan RDT langsung di
lapangan.
3. Penyelidikan epidemiologi terhadap semua kasus positif
malaria berdasarkan aspek waktu (mulai dari lamanya kejadian), aspek
tempat (luasnya wilayah penularan) dan aspek manusia/orang (golongan
umur yang terkena risiko, jenis kelamin, kelompok pekerja ) yaitu:.
o Jarak antara rumah dengan sawah (breeding) Tempat perindukan
dengan jarak sekitar ± 100 meter
o Keluarga enggan menggunakan rapelant
o Ventilasi rumah dibiarkan terbuka ( kassa)
o Maasyarakat masih banyak tidur tidak menggunakan kelambu
4. Penyelidikan perilaku masyarakat pada malam hari dan perilaku
masyarakat dalam mencari pengobatan.
o Aktivitas saat malam hari
1. Kebiasaan mencari ikan saat malam hari di sungai (jam
18:00-04:00 WIB)
2. Pengajian ( 19.30 – 22.00 WIB)
o Ketidak teraturan dan kepatuhan minum obat
5. Pengamatan vektor untuk mengetahui vektor yang berperan, perilaku
vektor dan tempat perindukan potensial.
6. Pengamatan terhadap adanya perubahan lingkungan karena banyaknya
persawahan disekitar perumahan warga serta terdapatnya kandang ternak
7. Pengamatan terhadap iklim dan curah hujan dan pada saat terjadinya
wabah didapatkan perubahan iklim dan curah hujan yang meningkat
sehingga memudahkan vector untuk berkembang biak dan membuat
wadah atau tempat perindukan

E. Identifikasi Penyebab KLB


Identifikasi kasus KLB malaria dapat dipastikan apabila memenuhi
kriteria KLB yang sudah ditetapkan. Untuk mengidentifikasi kasus malaria
tidak hanya dilakukan analisis kasus namun dilakukan juga identifikasi
faktor-faktor lain yaitu informasi tentang vektor, lingkungan dan perilaku
penduduk. Pada identifikasi kasus malaria perlu dilakukan pengamatan
terhadap vektor Anopheles yang mempunyai tempat perindukan yang
berhubungan dengan lingkungan seperti genangan air, tambak liar, kobangan,
persawahan dan lain-lain. Selain itu dipengaruhi juga dengan perilaku
penduduk yang tidak tidur menggunakan kelambu, sering berpergian di
daerah endemis malaria dan sering keluar malam hari tanpa menggunakan
baju pelindung.
Adapun langkah identifikasi kasus KLB tersebut adalah :
a. Melakukan kunjungan ke tempat daerah endemik atau pandemik
dengan melakukan perlindungan diri terlebih dahulu.
b. Melakukan survey terhadap penderita, sehingga diketahui bahwa
seorang tersebut menderita penyakit malaria.
c. Mencari tahu penyebab penyakit. Pathogen atau agent penyakit apa
yang menyebabkan terjadinya penyakit malaria. Malaria disebabkan
oleh protozoa dari genus Plasmodium. Pada manusia, Plasmodium
terdiri dari 4 spesies, yaitu Plasmodium falciparium, Plasmodium vivax,
Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
d. Mencari tahu riwayat alamiah penyakit dengan mengetahui patogenesis
plasmodium serta dihubungkan dengan waktu atau musim pra, saat
kejadian berlangsung. Periode paroksisme biasanya terdiri dari tiga
stadium yang berurutan yakni stadium dingin (cold stage), stadium
demam (hot stage), stadium berkeringat (sweating stage). Biasanya
penularan terjadi saat malam hari.
e. Mencari tahu mekanisme penularan penyakit malaria. Malaria dapat
ditularkan melalui dua cara yaitu cara alamiah dan bukan alamiah.
1) Penularan secara alamiah (natural infection), melalui gigitan
nyamuk Anopheles.
2) Penularan bukan alamiah, dapat dibagi menurut cara penularannya,
yaitu :
a) Malaria bawaan, disebabkan adanya kelaianan pada sawar
plasenta.
b) Penularan secara mekanik terjadi melalui transfuse darah atau
jarum suntik.
c) Penularan secara oral.
f. Mencari batasan area penularan sehingga dapat ditetapkan daerah
endemik atau pandemik suatu penyakit. Misalnya daerah endemik
malaria termasuk daerah dengan letak Astronomi dan geografi yang
seperti apa dan sehingga aspek lingkungan masuk ke dalam
penyelidikan epidemiologi yang cukup penting.
g. Mencari tahu kegiatan atau pekerjaan, usia, kebiasaan, makanan serta
tingkat perekonomian penduduk sekitar. Sehingga diketahui area
beraktivitas dan kehidupan para penduduknya. Kemungkinan menjadi
faktor-faktor penyakit dan penularan.
h. Mencari tahu lokasi pemberian pelayanan kesehatan dan lokasi dari
daerah endemik. Karena hal ini erat kaitannya dengan kualitas
kesehatan masyarakanya. Apabila ditemui keluhan penderita bahawa
jauhnya atau bahkan terbatasanya pusat pelyanan kesehatan maka hal
ini penyedia pelayanan kesehatan dapat pula menjadi tersangka
penularan penyakit malaria.
i. Setelah mengumpulkan data yang dibutuhkan, dapat dibuat semacam
peta area penyebaran penyakit. Serta prosentase penularan masing-
masing daerah dengan jumlah penduduk yang ada.
j. Lalu dapat disimpulkan bahawa area tersebut dengan letak astronomi,
geografi, jenis penduduk dengan segala macam karakteristik, kondisi
lingkungan dan pelayanan kesehatan serta sumber penyakit adalah
penyebab terjadinya suatu kejadian timbulnya penularan penyakit.
k. Dengan analisis dan identifikasi penyebab KLB yang sedemikian rupa,
dibuatlah tindakan pengobatan dan yang paling utama adalah
pembatasan penularan dengan cara pencegahan bagi warga yang belum
terkena penyakit malaria.

F. Penanggulangan Yang Sudah Dilakukan


Pemerintah melalui Dinas Kesehatan Kota Kupang (Imanginatif) telah
melakukan berbagai upaya penanggulangan kasus malaria yang berkembang
di daerah tersebut. Upaya penanggulangan dilakukan oleh dinas kesehatan
sendiri maupun bekerjasama dengan sektor lain seperti dinas peternakan dan
pertanian maupun dinas perikanan setempat. Berikut ini merupakan upaya
penanggulangan malaria yang telah dilakukan oleh DKK Kupang:
a. Pemberian kelambu berinsektisida
Kelambu berinsektisida merupakan kelambu yang telah dilapisi
oleh bahan insektisida anti nyamuk yang tidak berbahaya bagi manusia
karena telah mendapatkan rekomendasi dari WHO dan dinyatakan aman
untuk digunakan. Pemakaian kelambu ini saat tidur diharapkan dapat
mengurangi risiko penularan penyakit malaria melalui gigitan nyamuk
dimalam hari. Bahan insektisida pada kelambu dapat berfungsi sebagai
pengusir nyamuk sehingga nyamuk tidak akan mendekat pada kelambu
dan apabila nyamuk menempel pada kelambu nyamuk akan mati.
Pemberian kelambu gratis oleh Dinas Kesehatan Kota Kupang
(imaginative)dilakukan 3 tahun sekali, hal ini mengingat masa efektifitas
dari kelambu tersebut. Kelambu berinsektisida terutama diberikan pada
penduduk yang dinyatakan positif malaria, ibu hamil dan bayi.
Pemberian kelambu pada ibu hamil dan bayi karena pada masa tersebut
sangat rentan terhadap penularan malaria. Ibu hamil yang terserang
malaria dapat berdampak buruk pada ibu maupun bayi yang dikandung.
Bayi dapat mengalami kelahiran dengan berat rendah bahkan dapat
menimbulkan kematian janin, hal ini dapat meningkatkan tingkat
morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin.
Penggunaan kelambu berinsektisida di Purworejo telah
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan setempat cukup lama namun
pemasangan atau penggunaannya masih belum berjalan optimal. Hal ini
karena masih terdapat masyarakat yang enggan untuk memasang
kelambu yang telah diberikan. Kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
menggunakan kelambu masih kurang, sehingga diperlukan kegiatan
monitoring oleh petugas kesehatan setempat. Berikut ini contoh
penggunaan kelambu oleh penduduk, khususnya di Alak.

Gambar 1.1. Penggunaan Kelambu Berinsektisida


b. IRS (Indoor Residual Spraying)
IRS dilakukan dengan menyemprotkan racun serangga dengan
dosis tertentu pada permukaan dinding secara merata. Tujuannya adalah
untuk memutus rantai penularan penyakit. Nyamuk vektor malaria
biasanya setelah menghisap darah akan beristirahat di permukaan dinding
rumah, jadi jika permukaan dinding tersebut disemprot dengan racun
(insektisida) nyamuk yang menempel tersebut akan mati sebelum
mentransfer parasit malarianya.
Pelaksanaan IRS dalam upaya pencegahan dan pengendalian
malaria perlu dilakukan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan
evaluasi dapat dilakukan terhadap cakupan bangunan harus mencapai
minimal 80% dari jumlah rumah di desa tersebut, sedangkan cakupan
permukaan yang disemprot minimal 90% dari semua bagian rumah yang
seharusnya disemprot.
IRS di Kupang khususnya di Alak dilakukan oleh petugas yang
telah mendapatkan pelatihan dengan sasaran satu petugas mampu
menyemprot 8 rumah/hari. Bahan insektisida yang digunakan salah
satunya adalah Icon 100 CS yang berwarna putih kecoklatan dengan
bahan aktif Lamdasihalotrin. Bahan ini memiliki daya repellent dan
mampu membunuh nyamuk. Dosis penggunaan (pengenceran) yang
tertera pada label adalah sebanyak 53 ml dalam 8,5 liter air, namun dalam
pelaksanaannya zat insektisida 25 ml dilarutkan dalam 8 liter air.
Sehingga kemungkinan hal tersebut dapat mempengaruhi efektifitas IRS
didaerah tersebut. Menurut petugas pelaksana efektifitas IRS dapat
berlangsung selama 3,5 bulan.
Metode penyemprotan oleh petugas sebaiknya dilakukan dari atas
kebawah agar bahan tidak terhirup, namun beberapa petugas melakukan
penyemprotan dengan arah zig-zag atas bawah. Selain itu petugas
penyemprot tidak menggunakan alas kaki ketika menyemprot didalam
rumah. Efek samping paparan zat tersebut terhadap kulit dapat
menimbulkan rasa panas beberapa saat. Berikut ini beberapa contoh
pelaksanaan IRS di Kupang, Alak (imaginative)

Gambar 1.2. Bahan Insektisida untuk IRS


Gambar 1.3. Pengenceran Insektisida

Gambar 1.4. Kegiatan Penyemprotan IRS

c. Bekerjasama dengan Lintas Sektor


Dinas Kesehatan Kota Kupang telah melakukan berbagai
kerjasama lintas sektor sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit malaria. Namun kerjasama tersebut menurut petugas kesehatan
setempat masih kurang karena dampak dari kerjasama tersebut belum
terlihat jelas. Berikut ini beberapa contoh program kerjasama lintas
sektor yang pernah dilakukan:
 Tanam berkat abadi Padi bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan
Perikanan
Teknologi berkat abadi merupakan rekayasa teknik tanam
dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan
sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan melebar
jarak antar barisan. Penanaman padi dilakukan dengan dengan
perbandingan 5:1 yaitu setelah 5 baris tanam terdapat lorong yang
tidak ditanami padi. Pada sela-sela atau lorong tersebut dapat
digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan. Ikan-ikan ini
diharapkan dapat mengurangi jentik nyamuk vektor malaria. Namun
program tersebut tidak berjalan karena kurangnya sosialisasi
program pada masyarkat.
 Bekerjasama dengan Jasa Tiket Bus
Dinas Kesehatan telah melakukan kerjasama dengan jasa
tiket bus untuk memudahkan dalam mendeteksi keberadaan
penderita (kasus). Dinas kesehatan dapat memperoleh data mengenai
penduduk yang berpergian (bermalam) didaerah endemis. Hal ini
berkaitan dengan kasus impor yang terjadi.
Di Alak sebagian penduduknya berprofesi sebagai sopir bus
maupun truk AKAP yang berisiko terkena malaria ketika singgah
dan bermalam didaerah endemis. Sopir AKAP biasanya juga
membawa penumpang yang kemungkinan pernah singgah didaerah
endemis yang kemudian terinfeksi malaria. Penderita tersebut dapat
berperan sebagai penerima maupun pembawa parasit. Sehingga
diharapkan melalui kerjasama ini petugas kesehatan dapat dengan
cepat melakukan pendeteksian adanya kasus malaria. Selain itu
untuk mencegah dan menanggulangi penularan malaria lebih luas
Dinas Kesehatan juga telah melakukan sosialisasi dengan sasaran
utama sopir yang melakukan perjalanan antar daerah yang berpotensi
membawa kasus impor.
 Bekerjasama dengan Dinas Pariwisata
Dinas Kesehatan bersama Dinas Pariwisata melakukan
sosialisasi tentang kesehatan dan malaria. Sosialisasi ini disajikan
dalam bentuk hiburan rakyat. Sehingga selain bernilai edukasi juga
dapat memberikan hiburan pada masyarakat setempat.
 Bekerjasama dengan Dinas Perikanan
Kerjasama yang dilakukan adalah dengan melakukan
sosialisi dan pemberian bibit ikan pada masyarakat yang memiliki
kolam agar melakukan pemeliharaan ikan pada kolam tersebut.
Pemeliharaan ikan pada kolam ditujukan untuk mengurangi
keberadaan jentik pada kolam. Namun saat ini sebagian besar
masyarakat sudah tidak menjalankan program tersebut. Sehingga
sebagian besar kolam penduduk tidak terawat dan berpotensi sebagai
tempat perindukan nyamuk malaria. Berikut ini contoh kolam
penduduk yang berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk.

Gambar 1.5. Kolam Penduduk yang Tidak Terawat (imaginatif)

G. Cara Memastikan KLB Berakhir


Mengumumkan bahwa wabah sudah berakhir jika,
 Jumlah kasus baru kembali ke tingkat semula
 Tidak terjadi risiko kesehatan masyarakat yang lebih lanjut
 Kasusnya sudah berhenti
Pemeriksaan wabah

Tim Pengendali Wabah harus secara formal menentukan kapan sebuah


wabah berakhir dan mengeluarkan pernyataan terhadap efek tersebut. Semua
Tim Pengendali Wabah dan semua orang yang terlibat dalam pengendalian
wabah harus mengikuti kegiatan rapat untuk tanya-jawab atau wawancara
formal setelah semua tahap penyelidikan wabah selesai. Tujuan diadakannnya
tanya-jawab yaitu untuk:
 Memastikan bahwa tindakan pengendalian untuk wabah efektif;
 Mengindentifikasi tindakan pengendalian yang terstruktur dan jangka
panjang dan rencana implementasi mereka;
 Menaksir apakah penelitian ilmiah lebih lanjut harus diselenggarakan
atau tidak;
 Mengklarifikasi kebutuhan sumber, perubahan struktural atau kebutuhan
pelatihan untuk mengoptimalkan reaksi terhadap wabah di masa depan;
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang membahayakan penelitian dan
mencari solusinya;
 Merubah panduan terbaru dan mengembangkan alat-alat baru sesuai
dengan yang dibutuhkan;
 Mendiskusikan pokok persoalan menurut undang-undang yang mungkin
dibentuk;
 Menyusun penyelesaian dari laporan akhir wabah.

H. Analisis Kritis Terhadap Kelemahan Tahapan yang Dilakukan DKK


Pengendalian malaria yang telah dilakukan DKK
Kupang(imaginative) diantaranya yaitu:
1. Melakukan kerjasama lintas sektor (seperti pertanian, perikanan, dan
jasa tiket bus lintas pada penduduk yang melintas luar pulau)
2. Pembagian kelambu insektisida
3. Melakukan IRS
Kelemahan tahapan yang dilakukan DKK terletak pada kurangnya
sumberdaya manusia dalam melaksanakan pengendalian dan penanggulangan
malaria di Puskesmas Banyuasin. Hal ini ditunjukkan dengan hanya ada satu
orang penanngggungjawab program pengendalian malaria di Dinas Kesehatan
Purworejo sehingga dalam penanggulangan dan pemberantasan penyakit
malaria terdapat kekurangan dan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Adanya penduduk yang terkena kasus malaria namun tidak mendapatkan
kelambu berinsektisida sebab akses yang sulit dicapai.
2. Sistem monitoring dalam pelaksanaan kegiatan surveilans maupun
kegiatan pengendalian dan penanggulangan malaria lainnya masih lemah.
3. Kegiatan penanggulangan malaria seperti IRS dan MBS dilakukan oleh
orang-orang yang bukan berlatarbelakang dari pendidikan kesehatan.
4. Banyakya kegiatan, namun kurang sumberdaya manusia. Program yang
dijalankan dimulai dari pengobatan hingga penanganan vektor.
5. Survei bionomik difokuskan pada genangan air pada tanah.
6. Kurangnya survei penyakit impor seperti datangnya supir dari bus AKAP
yang berasal dari luar kota terutama yang berasal dari kota endemis
malaria seperti menanyakan riwayat bepergian dan penginapan.
7. Lebih memerhatikan kandang ternak yang banyak sekali terdapat di desa
Alak karena dapat menjadi faktor resiko (resting place dan breeding
place).
Pada intinya, seorang sumberdaya saja tidak akan mampu mengontrol
dan menjalankan program penanggulangan dan pemberantasan malaria,
kekurangan sumberdaya ini merupakan salah-satu alasan Desa Alak masih
menjadi daerah endemis malaria.
BAB II
LAPORAN SURVEI
(imaginative)

A. Survei Penderita dan Suspect


1. Survei penderita
Berdasarkan survey penderita malaria yang dilakukan di Alak ada
14 penderita malaria yang teridentifikasi. 3 orang berasal dari satu
keluarga sedangkan 11 orang berasal dari keluarga berbeda.
Daftar penderita malaria :
1) Nama : Bapak Dorus
Umur : 36 Tahun
Pekerjaan : Sopir
Gejala : Demam, menggigil, mual
Mulai sakit : Awal bulan April
 Riwayat pengobatan
 Awal mula responden berobat di klinik swasta dan diberi
obat sesuai keluhan karena tidak tersedianya fasilitas
pemeriksaan malaria.
 Penderita didiagnosis malaria oleh dokter.
 Faktor risiko
 Sopir yang memiliki mobilitas tinggi ( sering tidur di
sembarang tempat). Selama 10 hari tidur di tenau untuk
menunggu muatan. tenau merupakan tempat dengan kasus
malaria tertinggi. Sehingga kemungkinan bapak Dorus
tertular di daerah tersebut.
 Jarak antara kandang dengan rumah responden ± 10 meter.
 Jarak antara genangan dengan rumah responden ± 6 meter.
( tempat di temukan jentik pertama di RW tersebut).

2) Nama : Bapak Yakobus


Umur : 56 Tahun
Pekerjaan : Petani
Gejala : Demam, menggigil, mual
Mulai sakit : sekitar 2 minggu yang lalu
 Riwayat pengobatan
Pertama kali berobat ke bidan desa, lalu berobat ke
Puskesmas Alak kemudian dirawat di rumah sakit. Obat yang
sudah diberikan adalah obat anti malaria.
 Faktor risiko
 Aktivitas saat malam hari
o Kebiasaan mencari ikan saat malam hari di sungai (jam
18:00-04:00 WIB)
o Pengajian ( 19.30 – 22.00 WIB)
 Jarak antara rumah dengan sawah (breeding)
o Dengan jarak sekitar ± 100 meter
 Keluarga enggan menggunakan rapelant
 Ventilasi rumah dibiarkan terbuka ( kassa)

3) Nama : Hendrikus
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : Petani
Mulai sakit : 11 Maret 2017
 Riwayat penyebab sakit
Pernah mondok di daerah Alak dan kemungkinan tertular
malaria saat mondok. Plasmodium di dalam tubuhnya sudah
mencapai stadium gamet. Sehingga ketika beliau pulang ke
rumah beliau menjadi sumber penularan malaria (indeks kasus).

4) Nama : Petrus
Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
Mulai sakit : 20 April 2016
5) Nama : Arnoldus
Umur : 13 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
Mulai sakit : 21 April 2017

6) Nama : Mariana
Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Mulai sakit : 20 April 2017

7) Nama : Viktor
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Petani
Mulai sakit : 20 April 2017

8) Nama : Putri
Umur : 8 Tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Mulai sakit : 21 April 2017

9) Nama : James
Umur : 24 Tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Mulai Sakit : 19 April 2017

10) Nama : Ricky


Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Mulai sakit : 22 April 2017

11) Nama : Piter


Umur : 18 Tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Mulai sakit : 20 April 2017

12) Nama : Yunus


Umur : 19 tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Mulai Sakit : 24 April 2017

13) Nama : Tinus


Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Mulai sakit : 23 April 2017

14) Nama : Stefanus


Umur : 20 tahun
Pekerjaan : tidak bekerja
Mulai Sakit : 22 April 2017

Dari daftar penderita malaria di atas hanya 12 orang yang dapat


diwawancarai karena 2 orang dalam satu keluarga sedang tidak berada di
rumah sehingga tidak bisa diwawancarai. Berdasarkan informasi yang
ada, keseluruhan kasus plasmodium berada dalam tahap gamet.
Plasmodium yang banyak ditemukan adalah Plasmodium falciparum dan
vivax.Vektor yang ditemukan adalah An. aconitus dan An. Balabacencis.

2. Survei suspect
Berdasarkan MBS (Mass Blood Survey) yang dilakukan kepada
121 penduduk dukuh Gunung Asem dengan RDT tidak ditemukan
penderita baru malaria. 5 orang warga yang dilakukan RDT tidak
menunjukkan hasil positif mengandung Plasmodium falcifarum maupun
Plasmodium vivax.

B. Survei Lingkungan
Survei lingkungan pada daerah endemis malaria bertujuan untuk
mengetahui indikasi vector penyebar malaria dan mengetahui apakah
lingkungan di sekitar rumah warga yang terserang malaria ada perindukan
nyamuk yang menyebabkan wabah malaria. Faktor risiko lingkungan yang
terkait dengan keberadaan jentik dan vektor malaria antara lain :
1. Kualitas air dalam hal ini suhu air dilokasi yang terdapat
jentik Anophelesberkisar antara 30,0 – 32,4OC, sedangkan pH anatara
3,4 – 5,7. Suhu air dan pH memungkinkan untuk terdapatnya
jentik Anopheles.
2. Kualitas udara dalam hal ini kelembaban antara 90,0 – 91,0%, suhu air
30,0 – 32,4, kecepatan angin yang 1,30 – 2,90 meter per detik
merupakan tingkat kelembaban, suhu dan kecepatan angin yang
optimum bagi perkembangan dan penyebaran nyamuk Anopheles
Menurut Yudhastuti R (2008) keadaan lingkungan sekitar tempat
tinggal seperti rawa, sawah, sungai dan kolam berperan terhadap kejadian
malaria. Hal ini disebabkan karena tempat-tempat tersebut berpotensi
sebagai tempat hidup nyamuk Anopheles.
Menurut Subki (2000) menyatakan adanya hubungan yang
bermakna antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian malaria
yaitu penduduk yang disekitar tempat tinggalnya ada tempat perindukan
nyamuk (genangan air, kolong bekas galian timah, rawa, sungai dan kebun
dengan jarak < 2 km dari tempat tinggal mempunyai resiko 2,31 kali
sampai 2,98 kali untuk terkena malaria.
Survei lingkungan yang dilakukan di Alak desa Alak kecamatan
Alak mendapatkan hasil :
1. Tempat tinggal penderita berdekatan dengan sawah, kebun, dan hutan.

Gambar 2.1. Tempat Tinggal Penderita Berdekatan dengan Sawah

Gambar 2.2. Tempat Tinggal Penderita Berdekatan dengan Kandang


Hewan
2. Di sekitar pemukiman terdapat sungai dan mata air.
Gambar 2.3. Sungai di Alak
3. Lingkungan rumah yang penuh tanaman baik pohon maupun perdu
membuat udara cukup lembab.

Gambar 2.4. Lingkungan Rumah Penuh Tanaman


4. Banyak genangan air di sekitar tempat tinggal.

Gambar 2.5. Genangan Air di Kolom Tidak Terawat


Gambar 2.6. Genangan Air di Bekas Lindasan Ban
C. Survey Masyarakat untuk Identifikasi Faktor Lain Penyebab KLB
Survei masyarakat dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang
mungkin memiliki potensi sebagai penyebab terjadinya KLB malaria di Alak.
Faktor resiko yang memiliki potensi besar yang menyebabkan besarnya
prevalensi penduduk yang terkena malaria setelah beberapa tahun menurun
diantaranya:
a. Kebiasaan Masyarakat Keluar Malam Hari
Pada umumnya nyamuk Anopheles memiliki kebiasaan menggigit
di malam hari, namun ternyata tiap spesies mempunyai sifat tertentu, ada
spesies yang aktif menggigit mulai senja hingga menjelang tengah malam
dan sampai pagi hari. An aconitus 60-70% memiliki kebiasaan menggigit
diluar rumah dan waktu menggigit secara umum merata sepanjang
malam, An maculatus 80-90% outdoor bitting dan menggigit sepanjang
malam dengan puncak pada jam 21.00-22.00 kemudian menurun sampai
tengah malam dan sedikit meningkat pada jam 02.00-03.00 sedangkan
An balabacensis memiliki kebiasaan menggigit sama dengan An
maculatus, aktivitas menggigit dan mencapai puncak pada jam 20.00-
23.00 kemudian menurun sampai jam 03.00 pagi (Marwoto dan
Sulaksono,2004).
Masyarakat di Dusun Gunung Asem sendiri memiliki beberapa
aktivitas yang sering dilakukan malam hari diantaranya yaitu memancing
dan pengajian. Kebiasaan beraktivitas di luar rumah pada malam hari
berpotensi tinggi gigitan nyamuk, apabila warga tidak memakai pakaian
pelindung gigitan nyamuk (baju dan celana panjang dan sepatu) serta
repellent. Kebiasaan berada di luar rumah sampai larut malam, dengan
vektor yang bersifat eksofilik dan eksofagik akan mempermudah gigitan
nyamuk (Solikhah,2009).
Kegiatan pengajian mungkin sudah memakai pakaian lengan
panjang, namun masih diperlukan repellent serta alas kaki tertutup
(sepatu) untuk melindungi dari gigitan nyamuk, mengingat kasus malaria
di Gunung Asem secara program sudah diklasifikasikan sebagai KLB.
Kebiasaan warga keluar pada malam hari pada rentang waktu pukul
18.00-24.00, walaupun pada waktu keluar malam telah menggunakan
pakaian pelindung dari gigitan nyamuk seperti jaket atau sarung, namun
hal tersebut masih meningkatkan risiko penularan malaria, sebab periode
waktu tersebut vector malaria mempunyai aktivitas menggigit yang
tinggi, pakaian pelindung belum dapat sepenuhnya melindungi dari
gigitan nyamuk, karena warga tidak memakai sepatu, sehingga pada
waktu di luar rumah belum sepenuhnya terlindung dari gigitan nyamuk
(Shinta, et all). Sedangkan untuk kegiatan memancing, merupakan
kegiatan yang memiliki resiko tinggi gigitan nyamuk karena berdekatan
dengan tempat breeding place nyamuk Anopheles.
b. Lokasi Geografis
Kecamatan Loano merupakan salah satu kecamatan endemis
malaria di Kota Kupang. di Kecamatan Alak merupakan wilayah yang
masih banyak ditemukan kasus malaria. Topografi Dusun Alak
merupakan wilayah persawahan, hutan, terdapat sungai dekat pemukiman
dan kolam-kolam ikan yang tidak terawat, pemukiman berdekatan
dengan kandang hewan serta cuaca yang mendukung untuk
perkembangan vector penyebaran nyamuk Anopheles. Kondisi tersebut
merupakan kondisi yang potensial sebagai tempat perindukkan nyamuk
Anopheles.
Beberapa teori dari beberapa peneliti terdahulu menyatakan bahwa
nyamuk Anopheles memiliki tempat perindukkan berupa genangan air,
baik air tawar maupun payau yang dasarnya berupa tanah, air keruh
maupun jernih yang tidak tercemar atau berpolusi, namun seiring dengan
perkembangan penelitian ditemukan bahwa terjadi pergeseran tempat
perindukan nyamuk Anopheles yang tidak hanya di air yang berdekatan
dengan tanah, namun bisa di ketiak pohon, tempurung kelapa dan ruas
potongan bambu.
Semakin dekatnya tempat perindukkan nyamuk Anopheles dengan
hunian penduduk akan meningkatkan risiko masyarakat terkena malaria.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kasus malaria
biasanya ditemukan pada radius 300 m dari habitat peridukkan nyamuk
Anopheles (Sunaryo,2012). Berdasarkan penelitian Babba di wilayah
kerja puskesmas Hamadi kota Jayapura didapatkan hasil adanya
hubungan antara jarak breeding place yang <50 m dengan kejadian
malaria (p=0,047). Dengan demikian orang yang memiliki breeding
place dari rumah yang <50 m akan berisiko untuk terkena malaria 1,77
kali dibandingkan dengan jarak breeding place dari rumah > 50 m (OR :
1,77 ; 95% CI : 1,01 – 3,10) (Babba, et all).
c. Pekerjaan
Mayoritas pekerjaan warga Alak yaitu sebagai petani dan sopir
truk.
- Petani
Daerah persawahan merupakan lokasi potensial nyamuk karena
merupakan daerah breeding place nyamuk Anopheles.
- Sopir truk
Salah satu kasus malaria yang ditemukan di Alak yaitu warga
dengan pekerjaan supir antar kota antar pulau. Pekerjaan warga
setempat sebagai supir antar kota antar pulau berpotensi tinggi
terkena gigitan nyamuk Anopheles dan penyebaran penyakit malaria.
Kebanyakan supir tidak memperhitungkan lokasi peristirahatan,
mereka biasa tidur disembarang tempat sehingga ada kemungkinan
tergigit nyamuk Anopheles yang mengandung parasit plasmodium
jika daerah tempat singgah merupakan daerah endemis malaria.
d. Pengobatan dan deteksi yang terlambat
Kasus pertama penderita malaria di Alak dapat terdeteksi setelah
penderita masuk rumah sakit, dan melalui sediaan darah penderita
diketahui sudah pada fase gamet. Apabila dalam sel darah merah
penderita mengandung plasmodium dalam bentuk gamet, kemungkinan
nyamuk Anopheles yang menggigit penderita tersebut akan berpotensi
menularkan malaria karena dalam darah mengandung plasmodium yang
siap berkembang secara aseksual (Gollin,2007).
Selain itu terdapat juga warga yang berobat ke rumah sakit swasta
dan diberi pengobatan sesuai keluhan tanpa adanya tes malaria
(pengambilan SD) karena tidak adanya alat, sehingga penderita
memperoleh pengobatan yang terlambat dengan pengobatan yang tidak
tepat.
e. Pemakaian kelambu yang tidak teratur
Salah satu program dinas kesehatan Kupang (imaginative) yaitu
pemberian kelambu bagi ibu hamil, balita serta warga yang positif
malaria. Kasus yang terjadi di Alak yaitu ada penderita malaria yang
belum menerima kelambu dan terdapat juga warga yang tidak memasang
kelambu padahal sudah mendapat kelambu insektisida dari dinas terkait.
Studi yang dilakukan di Banjarnegara menunjukkan bahwa tidak
memakai kelambu secara teratur setiap malam mempunyai risiko terkena
malaria 1,87 kali dibandingkan penduduk yang menggunakan kelambu
secara teratur (Misriyah,2001).
f. Ventilasi rumah yang tidak tertutup kasa (terbuka)
Kebanyakan rumah penduduk di Alak memiliki ventilasi terbuka
(tidak tertutup kasa) sehingga memudahkan nyamuk keluar masuk
rumah, hal ini meningkatkan resiko keberadaan nyamuk Anopheles di
dalam rumah dan dapat memudahkan nyamuk untuk mencari tempat
resting di dalam rumah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
di wilayah Jayapura yang menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang
signifikans antara pemasangan kawat kasa pada ventilasi dengan kejadian
malaria (p=0,001). Kasa yang tidak terpasang pada semua ventilasi di
rumah mempunyai risiko terkena malaria sebesar 2,27 kali daripada
orang yang memasang kasa pada semua ventilasi di rumahnya (OR :
2,27; 95% CI : 1,52 – 4,85) (Babba, et all).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1) Berdasarkan surveI penderita malaria yang dilakukan di Alak ada 14
penderita malaria yang teridentifikasi. 3 orang berasal dari satu keluarga
sedangkan 11 orang berasal dari keluarga berbeda.
2) Berdasarkan hasil surveI yang dilakukan sebagian besar responden di
Alak menunjukkan adanya riwayat kontak dengan kasus sebelumnya
seperti keluarga yang tinggal satu rumah, tetangga maupun teman di
tempat pekerjaan.
3) Survei lingkungan yang dilakukan diketahui bahwa tempat tinggal
penderita berdekatan dengan sawah, kebun, dan hutan, dekat mata air dan
banyak genangan air serta udara cukup lembab.
4) Pada survei jentik ditemukan jentik Anopheles di tempat perindukan
kolam.
5) Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan diketahui bahwa Faktor
Risiko Malaria di desa Alak antara lain yaitu kondisi geografis,
kebiasaan masyarakat keluar malam, pengobatan dan deteksi yang
terlambat, ventilasi rumah yang terbuka, dan pemakaian kelambu yang
tidak teratur.
6) Penanggulangan KLB malaria yang telah dilakukan DKK Kupang
khususnya di Desa Alak yaitu Pemberian Kelambu kepada penderita, IRS
dan Kerjasama Lintas Sektoral.

B. SARAN
1) Peningkatan Sistem Kewaspadaan Dini kasus malaria untuk mencegah
terjadinya KLB
2) Monitoring dan evaluasi terhadap pemakaian kelambu yang telah
dibagikan kepada penderita
3) Mengoptimalkan peran Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK) desa untuk
mencegah berkembangbiaknya jentik Anopheles guna mencegah KLB
malaria
4) Peran aktif msyarakat dalam memberantas breading place dan resting
place nyamuk serta menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah
berkembangbiaknya nyamuk Anopheles
DAFTAR PUSTAKA

Babba, Ikrayama, et all. Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian


Malaria (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi Kota Jayapura).
Universitas Epidemiologi: Program Studi Magister Epidemiologi diakses

Dinas Kesehatan Provinsi 2017. Prosedur Tetap Penanggukangan KLB dan

Bencana Provinsi Jawa Tengah. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah.CDC. 2015. Malaria Diagnosis.

http://www.cdc.gov/malaria/diagnosis_treatment/diagnosis.html d

Gollin D, Zimmermann C. 2007.Malaria: disease impact and long-run in come


differences. Germany: IZA Discussion Paper No.2997. Bonn: Institute for
the Study of Labor

Jurnal e-Biomedik (eBm)J. 2015. Survey Faktor Risiko Lingkungan, Faktor


Risiko Perilaku dan Survey Vektor Malaria
http://www.bbtklppbjb.freeiz.com/1_14_Bidang-Surveilans-
Epidemiologi.html diakses pada 5 juni 2016.

Solikhah.2009. Identifikasi Vektor Malaria. Yogyakarta: Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan diakses online pada
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/viewFile/12/15
Solikhah.2012. Pola penyebaran malaria di Kecamatan Kokap Kabupaten
Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2009. BuletinSistem
Informasi Kesehatan.

Sunaryo, Benediktus X W. 2012. Distribusi Spasial Kasus Malaria di Kecamatan


Pagedongan Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Diakses online
http://kesmas.unsoed.ac.id/sites/default/files/file-unggah/sunaryo23.pdf
World Health Organization (WHO). 2008. Foodborne Disease Ourbreaks:
Guidlines for Investigation and control. WHO Library Catalouging.

Yudhastuti, R. 2008. Gambaran faktor lingkungan daerah endemis malaria


berbatasan. Kesehatan lingkungan.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/viewFile/7428/6971
diakses pada 5 juni 2016.

Anda mungkin juga menyukai