Anda di halaman 1dari 3

HIDUP HAKEKAT

Posted: 07 Nov 2012 02:31 PM PST

MAKSUD AJAKAN ALLOH DAN ROSULULLOH

Kemudian ajakan Alloh dan Rosululloh yang ada di Al Qur-an yakni orang beriman diperintah
mendatangi atau menerima sesuatu yang sesuatu itu bisa menghidupkan orang mukmin, ini hidup yang
bagaimana maksudnya?

 Apakah hidup 'idhofiyyah ?


 Apakah hidup shifatiyyah ?
 Apakah yang dimaksud hidup tersebut hidup yang ditandai oleh perkembangan atau hidup
yang ditandai oleh keluar masuknya nafas atau hidup sandaran ?

Yang dimaksud hidup disini adalah bukan hidup ‘Idhofiyyah. Sebab kalau hidup ‘idhofiyyah, maka kucing
itu saja sudah hidup ‘idhofiyyah, kerbau juga begitu yakni hidupnya ditandai oleh keluar masuknya nafas.

Jadi kalau yang dimaksud hidup disitu adalah hidup hubungan antara jasmani dan ruhani maka ini
tahsilul hasil. Sebab orang mukmin sebelum diperintah hidup tersebutpun sudah hidup, tidak ada
bedanya dengan hidupnya orang dholimin, kafirin, musyrikin, fasiqin. Jadi yang dimaksud bukan hidup
sandaran.

Lalu kalau bukan hidup sandaran, apakah hidup shifatiyyah ?

Jawabnya inipun bukan, itu mustahil, itu tahsilul hasil. Sebab semua ruh, apakah itu ruhnya orang
mukmin atau ruhnya orang kafir, pokoknya semua ruh itu hidup dengan sifat.

Kalau begitu yang dimaksud itu kita ini supaya menyambut ajakan Alloh dan Rosululloh itu supaya kita
bisa hidup, lalu hidup yang bagaimana?

Ini jawabannya yang jelas bukan hidup ‘idhofiyyah, bukan hidup shifatiyyah tapi hidup hakekat atau
hidup haqiqiyyah. Makanya dalam Al Qur-an surat An-Naml diterangkan bahwa orang kafir itu disebut
mati. Dalam ayat tersebut Kanjeng Nabi didawuhi oleh Alloh Ta’ala :

INNAKA LAA TUSMI’ULMAUTA WALAA TUS-MI’USHSHUMMADDU’AA-A IDZAA WALLAU


MUDBIRIIN (An-Naml / 80).

Artinya : (Muhammad !) Kamu tidak bisa membuat mendengar orang yang mati dan orang
yang tuli dan ketika orang mati itu berpaling dengan mungkur (tolah-toleh dengan
membelakang).
Saudara angan-angan, ada orang mati kok bisa membelakangi dan tolah-toleh. Jadi orang kafir itu masih
mati, jangankan orang kafir, orang mukminpun masih disebut mati kalau selama belum hidup hakekat.
Disebut mati bukan dari segi shifatiyyah, mati bukan segi ‘idhofiyyah tapi mati dari segi haqiqiyyah.

Jadi selama kita ini belum minum Ma-ul Hayat atau air yang dimaksud dalam surat Al-Anfal :

“Limaa Yuhyiikum”, maka kita masih mati.

(Limaa) : Untuk sesuatu.

(Yuhyiikum) : Untuk menghi-dupkan kamu semua.

Kalimat “Limaa”, Maa-nya ditambah huruf hamzah maka menjadi “Maa-un” yang artinya air.

Kalimat “Yuhyiikum” diambil kalimat hayatnya maka kalau digabung menjadi kalimat : (Maa-ul
Hayat).

Jadi kita ini hukumnya masih mati, selama kita ini belum minum Maa-ul Hayat. Jadi kalau dilihat dari
segi hidup hakekat, maka mayit itu banyak sekali tidak bisa dihitung.

 Ada mayit bertengkar.


 Ada mayit berjualan.
 Ada mayit berpidato.
 Ada mayit mengaji.
 Ada mayit berpolitik.
 Ada mayit memerintah.
 Ada mayit mendapat piala.

Ini kalau dilihat dari segi hidup hakekat. Kalau kita belum bisa mencapai hidup haqiqiyyah, kita hanya
hidup shifatiyyah saja, maka apa bedanya hidup kita dengan hidupnya orang kafir ?

Kalau hidup kita hanya hidup 'idhofi, maka hewanpun hidup 'idhofi, kalau begitu apa bedanya kita
dengan hayawan ?

Kita sebagai orang mukmin, hidup kita haruslah berbeda dengan hidupnya orang kafir, haruslah berbeda
dengan hayawan. Dan kalau kita belum hidup hakekat itu artinya kita belum menyambut ajakan Alloh
dan ajakan Rosululloh. Lalu kalau begitu ajakan siapakah yang kita sambut ?

Ya berarti ajakan iblislah yang kita sambut.

Ajakannya siapakah, kalau bukan ajakannya Alloh dan Rosululloh yang kita sambut itu ?
Dan kapan kita menyambutnya ?

Kapan ?

Kapan ?

Apakah menunggu masuk alam barzakh ?

Itu tidaklah mungkin !

Jadi secara mudahnya, kita itu diperintah supaya kita hidup hakekat, bukan sekedar hidup-hidupan saja,
bukan hidup jasmaniyyah dan ruhaniyyah tapi hidup hakekat. Hidup hakekat itulah sebenar-benarnya
hidup ‘Indalloh.

Kalau hidupnya jasmani, maka hayawan sapi, kambing itu juga hidup. Kalau hidup ruhaniyyah, maka
ruhaninya semua orang kafir itu juga hidup.

***

Anda mungkin juga menyukai