SKRIPSI
MIFTAHUL HAQ
0305020594
PEMINATAN GEOFISIKA
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2009
Segala puji hanya milik Allah SWT atas limpahan hidayah, taufik, dan
keberkahan ilmu kepada penulis, sehingga penulis dapat merampungkan laporan
tugas akhir yang berjudul: “Analisa Atribut Amplitudo Seismik Untuk
Karekterisasi Reservoar Pada Cekungan Sumatera Selatan” dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada Baginda Muhammad, beserta
segenap keluarga, sahabat dan pengikut setia beliau hingga hari kemudian.
Laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar kesarjanaan di Departemen Fisika, Universitas Indonesia. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sulitlah kiranya bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1. Bapak Dr. rer. nat. Abdul Haris dan Bapak Tino Febriwan, selaku
Pembimbing Tugas Akhir yang telah rela mengorbankan banyak waktunya
untuk memberikan pengarahan dan pengertian kepada penulis.
2. Bapak Dr. Santoso, selaku ketua Departemen Fisika FMIPA UI
3. Bapak Dr. Yunus Daud, selaku penguji I dan Ketua Program peminatan
Geofisika FMIPA UI, yang telah memberikan arahan semenjak penulis
menapakkan kaki di peminatan geofisika.
4. Dr. Samsul Hidayat selaku penguji II atas waktunya untuk berdisuksi dan
segala masukan serta koreksinya dalam laporan tugas akhir ini
5. Bapak Dr. Budhy Kurniawan, selaku ketua sidang yang telah membantu
dalam sidang skripsi penulis.
6. Pihak PT. MEDCO E&P INDONESIA yang telah memberikan fasilitas
kepada penulis.
7. Orang tua dan saudara-saudara atas doa dan dukungannya selama penulis
mengerjakan Tugas Akhir ini.
Semoga Allah membalas jasa semua pihak tersebut diatas dengan sebaik-
baiknya balasan. Penulis juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu perlulah kiranya saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan pada masa mendatang. Semoga laporan ini membawa faedah bagi penulis
pribadi maupun bagi pembaca.
Penulis
Analisa seismik atribut telah digunakan untuk data seismik 3D pada cekungan
Sumatera Selatan. Analisa ini bertujuan untuk memetakan distribusi dari reservoar
karbonat, yang bersasosiasi dengan lingkungan pengendapan. Atribut seismik yang
digunakan pada interpretasi reservoar karbonat adalah amplitudo rms, amplitudo
maksimum, amplitudo minimum, dan amplitudo palung rata-rata. Lebih lanjut,
Seismik amplitudo ini digunakan untuk mendapatkan peta porositas, dengan
melakukan cross plot antara log porositas dan log amplitudo. Analisa ditunjukkan
dari semua peta atribut ini. Dengan konteks lingkungan pengendapan, kita dapat
mengidentifikasi batas yang jelas antara reef dengan lagoon, khususnya pada formasi
Baturaja. Ini berarti bahwa persebaran facies sangat jelas di perlihatkan pada semua
peta atribut.
Seismic attribute analysis has been applied to 3D seismic data of South Sumatera
Basin. This analysis is intended to map carbonate reservoir distribution, which is
associated with depositional environment. The seismic attributes, which is used in
interpreting the carbonate reservoir, are rms amplitude, maximum amplitude,
minimum amplitude, and average trough amplitude. In addition, this seismic
amplitude is used to derive the porosity map, by applying the cross plot between
porosity log and amplitude. The analysis is performed by generating map of all of
these attributes. In the context of depositional environment, we can identify sharp
boundary between the reef and lagoon, particularly in Baturaja formation. This mean
that the facies distribution is clearly seen in all attributes map.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
1.3. Batasan Masalah ................................................................................. 2
1.5. Metode Penelitian ............................................................................... 4
1.6. Sistematika Penulisan ......................................................................... 5
DAFTAR ACUAN
PEDAHULUA
Hal yang menarik didalam karakterisasi reservoar di fokuskan pada kebutuhan untuk
deleniasi dan mereduksi ketidakpastian yang berasosiasi dengan model geologi untuk
prospek yang berbeda di area eksplorasi dan produksi (Vargas, et. Al., 2004).
Penentuan posisi sumur eksplorasi pada jaman dahulu, hanya di tentukan berdasarkan
informasi struktur geologi saja. Tetapi kenyataannya saat ini, struktur geologi yang
dianggap dapat mengandung hidrokarbon belum tentu mengandung hidrokarbon yang
ekonomis. Maka diperlukan suatu ide baru untuk mengidentifikasi keberadaan
reservoar hidrokarbon tersebut, sehingga kesalahan dalam penentuan posisi sumur
bor dapat diminimumkan.
Dengan mengintegrasikan data sumur dan data seismik akan diperoleh informasi
bawah permukaan yang baik. Karena masing-masing data tersebut memiliki
kelebihan sehingga bisa saling melengkapi. Salah satu metode yang merupakan
integrasi dari data sumur dan data seismik adalah metoda atribut seismik.
Metoda Atribut seismik mulai digunakan sekitar akhir tahun 1960-an seiring dengan
meningkatnya aktivitas pencarian anomali daerah terang (bright-spot). Pada saat itu
dimulai disadari bahwa data seismik dapat dimanipulasi displainya untuk
mempermudah interpretasi geologi.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
2
Integrasi atribut seismik dan sifat-sifat fisika batuan merupakan metodologi efektif
dalam memberikan informasi geologi bawah permukaan termasuk analisa pemisahan
litologi dan mengindikasikan parameter akumulasi gas dan fluida yang dapat
digunakan untuk usulan lokasi pemboran.
Pada studi ini analisa karakterisasi reservoar dilakukan dengan beberapa pembatasan
masalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
3
Lapangan “X”
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
4
Secara garis besar metodologi dari studi ini secara detail dapat di gambarkan oleh
Gambar 1.2.
Loading data
sumur
Geologi
Loading regional
checkshot Interpretasi
seismik
Sintetik
seismogram Map griding
Crossplot atribut
dengan porositas
Porositas model
Analisa atribut
terhadap geologi
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
5
Tinjauan geologi regional dari daerah penelitian dibahas pada bab dua yang meliputi
kondisi geologi regional , sejarah struktural, tinjauan stratigrafi, batuan sumber,
migrasi hidrokarbon dari batuan sumber menuju reservoar, reservoar, dan konsep
petroleum sistem.
Bab tiga menerangkan mengenai teori dasar yang berhubungan dengan penelitian
yang mencakup teori dasar penjalaran gelombang seismik, pembuatan sintetik
seismogram, atribut seismik untuk mendukung interpretasi, porositas.
Pembahasan mengenai proses pengolahan data sampai siap untuk dianalisa dijabarkan
pada bab empat yaitu dengan melakukan korelasi tiap sumur, pembuatan sintetik
seismogram, seismik well tie, picking horizon, picking struktural, ekstrak atribut,
melakukan crossplot atribut dengan porositas, serta pembuatan peta persebaran
porositas.
Proses selanjutnya pada bab lima adalah menganalisa dan membahasa semua hasil
atribut yang telah diekstrak, dioverlay terhadap kontur topografi, dan melihat nilai
persebaran dari porositas sehingga didapatkan zona prospek untuk di ajukan
pemboran sumur berikutnya.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
BAB II
TIJAUA UMUM KODISI GEOLOGI
Gambar 2.1 Lokasi Cekungan Sumatra Selatan dan batas-batasnya (Pertamina BPPKA)
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
7
Sejarah dari pembentukan cekungan dapat dibagi dalam tiga tectonic megasequences
yang dijelaskan di bawah ini dan diilustrasikan oleh berikut :
Gambar 2.2 Skema chronostratigraphic untuk cekungan Sumatera Selatan (Ginger, 2005)
Sebagai hasil dari subduksi di sepanjang Parit Sumatra Barat, kerak kontinental di
Sumatera Selatan menjadi sasaran dari kegiatan ektensional utama dari waktu Eocene
ke awal Oligocene. Ekstensi ini mengakibatkan membukanya sejumlah half-grabens
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
8
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
9
Transgresi marine berlanjut di awal Miocene dengan kondisi pengendapan laut dalam
melalui daerah graben, dan kondisi laut dangkal melalui intrabasinal highs dan
banyak dari sisi timur cekungan. Produksi karbonat berkembang saat ini dan
mengakibatkan endapan limestones pada platform di pinggiran cekungan, dan sebagai
reef pada intra-basinal highs. Kualitas tinggi reservoar carbonate umumnya di sebelah
selatan dari basin, tetapi di Jambi sub-basin terletak di utara. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan endapan prediksi dan lebih ke arah utara peningkatkan eksposur
bioherms meningkatkan porositas ke dua ke selatan dan timur.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
10
Gambar 2.3 Menunjukkan distribusi facies selama periode di awal Miocene.(Ginger, 2005)
Formasi Talang Akar dipercaya sebagai sumber yang dominan untuk sumber
hidrokarbon di cekungan Sumatra Selatan. Interval Talang Akar di bor pada graben
margin yang hanya berisi batuan sumber gasprone berkualitas rendah sedangkan
kedua paralic shales dan horizon batu bara mempunyai kualitas batuan sumber yang
signifikan di bagian paling tebal di subbasin Palembang tengah, Parit Benakat
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
11
(Sarjono dan Sarjito, 1989; Kamal, 1999; Argakoesoemah dan Kamal, 2004) dan
sumur dari Sub Basin Jambi. Di Senyerang-1, sebagai contoh, di utara dari cekungan,
nilai TOC di bagian Upper Talang Akar adalah tetap, tetapi dapat menjadi tinggi
hingga 36% dengan nilai Hydrogen Index (HI) antara 200 dan 350 mgHC / g. Di
daerah Parit Benakat shales telah dilaporkan dengan nilai TOC 5% dan nilai HI
berkisar 110 hingga 400 mgHC / g, sedangkan coals dilaporkan dengan nilai HI 400-
470 mgHC / g. Batuan source ini mirip dengan jenis D / E menggunakan klasifikasi
Pepper and Corvi (1995).
Analisa minyak dari basin Sumatera Selatan dapat dibagi menjadi tiga jenis:
(a). Minyak berasal dari bumi (terrestrial) Jenis D / E kerogens (setara dengan
Group (iii) dari Schiefelbein dan Cameron (1997) dan Resinitic / Oleanic oil
dari Rashid dkk, 1998)
(b). Minyak berasal dari danau (lacustrine) Tipe C kerogens (setara dengan Group (i)
dari Schiefelbein dan Cameron (1997) dan minyak Akuatik dari Rashid dkk,
1998)
(c). Minyak berasal dari campuran (mixed) Tipe D / E dan Tipe C kerogens (setara
dengan Group (ii) dari Schiefelbein dan Cameron (1997) dan minyak deltaic
dari Rashid dkk, 1998).
Minyak yang berasal dari batuan sumber laut Tipe A dan B diidentifikasi oleh Rashid
dkk, (1998) adalah tambahan jenis minyak yang dibatasi oleh daerah dan tidak
teramati di tempat lain di dalam Basin.
Ada kecenderungan yang jelas dari daerah sumber minyak bumi (terrestrial) ke
sumber minyak akuatik (lacustrine). Jenis minyak diatas telah diidentifikasi
berdasarkan data geochemical. Diketahui minyak bumi dari cekungan Mahakam dan
Ardjuna juga telah diplot untuk perbandingan dan mengetahui minyak lacustrine dari
cekungan Sunda dan Pusat Sumatera.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
12
Minyak yang berasal dari kelompok data geochemical juga memiliki hubungan
spasial. Minyak yang berasal dari batuan sumber terrigenous ditemukan di timur laut
dan tenggara, sedangkan minyak lacustrine muncul secara umum di sebelah barat dan
khususnya bagian barat daya dari cekungan. Minyak yang berasal dari sumber mixed
terrigenous atau lacustrine terletak di timur pusat daerah cekungan. Selama
Oligocene dan awal Miocene daerah yang memiliki masukan sedimen tertinggi
adalah sistem fluvio-deltaic di timur laut dan tenggara bagian dari basin, sehingga
menghasilkan dominasi dari kerogen teresterial berasal dari sumber material lokasi
tersebut. Antara kedua sistem delta ini, dan menuju pusat cekungan, input sedimen
terendah diberikan formasi daerah non-marine dan marginal marine lakes dan rawa-
rawa sehingga terjadi campuran komposisi kerogen. Lebih jauh ke barat, input
terrestrial telah diabaikan, dan lacustrine kerogen mendominasi.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
13
sebagai pengecualian) dan arus harga hingga 4300 bopd dan 33 mmscfd telah
tercapai.
Daerah formasi baturaja yang terbukti menjadi konsep rute terletak di sebelah timur
dan selatan dari cekungan. Faktor penting untuk konsep adalah keberadaan atau
efektivitas reservoar (porositas reservoar karbonat tinggi terkonsentrasi di sebelah
timur dan selatan dari cekungan dengan terlalu banyak masukan endapan ke utara dan
porositas kedua rendah ke barat) dan seal (dengan tes gagal baturaja di ekstrim timur
sebelah basin, pada batas Gumai Formasi seal).
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
BAB III
TEORI DASAR
Metoda seismik adalah salah satu metoda eksplorasi yang didasarkan pada
pengukuran respon gelombang elastik yang dikirimkan ke dalam tanah dan kemudian
direleksikan sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas batuan. Sumber
gelombang seismik yang digunakan di darat umumnya adalah ledakan dinamit,
sedangkan di laut menggunakan sumber getar berupa air gun. Respon yang
tertangkap dari tanah diukur dengan sensor yang disebut geofon atau hidrofon. Data
yang direkam oleh reciever ini ialah waktu tempuh gelombang pantul, yang akan
memberikan informasi kecepatan rambat gelombang pada lapisan batuan tersebut.
Selain hal tersebut variable lain yang dapat dimanfaatkan ialah amplitudo, frekuensi
dan fasa gelombang.
Penyelidikan seismik dilakukan dengan cara membuat getaran dari suatu sumber
getar. Getaran tersebut akan merambat ke segala arah di bawah permukaan sebagai
gelombang getar. Gelombang yang datang mengenai lapisan-lapisan batuan akan
mengalami pemantulan, pembiasan, dan penyerapan. Respon batuan terhadap
gelombang yang datang akan berbeda-beda tergantung sifat fisik batuan yang
meliputi densitas, porositas, umur batuan, kepadatan, dan kedalama batuan.
Galombang yang dipantulkan akan ditangkap oleh geophone di permukaan dan
diteruskan ke instrument untuk direkam. Hasil rekaman akan mendapatkan
penampang seismik.
Universitas Indonesia
Gelombang seismik mempunyai respon yang sama dengan respon gelombang cahaya,
sehingga hukum-hukum yang berlaku untuk gelombang cahaya berlaku juga untuk
gelombang seismik. Hukum-hukum tersebut antara lain, Prinsip Huygens yang
mengatakan bahwa gelombang menyebar dari sebuah titik sumber gelombang ke
segala arah dengan bentuk bola. Kemudian Snellius mengembangkannya dan
menyatakan bahwa bila suatu gelombang jatuh di atas bidang batas dua medium yang
mempunyai perbedaan densitas, maka gelombang tersebut akan dibiaskan jika sudut
datang gelombang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya.
Gambar 3.2 Pemantulan dan pembiasan gelombang pada bidang batas (Oktavinta, 2008)
Universitas Indonesia
(1)
dimana v1 dan v2 adalah kecepatan gelombang pada medium 1 (n1) dan medium 2
(n2), sedangkan θ1 = Sudut pantul gelombang dan θ2 = Sudut bias gelombang P.
Universitas Indonesia
Semakin keras suatu batuan maka Impedansi akustiknya semakin besar pula, sebagai
contoh: batupasir yang sangat kompak memiliki Impedansi Akustik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan batu lempung.
Koefisien refleksi adalah suatu nilai yang mempresentasikan bidang batas antara dua
medium yang memiliki impedansi akustik yang berbeda. Untuk gelombang yang
mengenai batas lapisan pada normal impedans, koefisien refleksinya dapat ditulis :
(3)
3.2.3 Polaritas
(peak), dan akan mendapatkan palung (trough) jika Z2<Z1. Karena terdapat
ketidakpastian dari bentuk gelombang seismik yang direkam maka dilakukan
pendekatan bentuk polaritas yang berbeda yaitu polaritas normal dan polaritas
Universitas Indonesia
terbalik (reverse). Saat ini terdapat dua jenis konvesi polaritas: Standar SEG (Society
of Exporation Geophysicist) dan Standar Eropa dan keduanya saling berkebalikan.
3.2.4 Fasa
Sebuah wavelet memiliki panjang yang terbatas dengan fasa tertentu. Didalam istilah
eksplorasi seismik, fasa sebuah wavelet dikenal sebagai fasa minimum, fasa nol dan
fasa maksimum.
Universitas Indonesia
Sebagaimana ditunjukkan oleh gambar di atas, fasa minimum dicirikan jika sebagian
besar energi amplitudo wavelet berada diawal, fasa nol dengan simetris di tengah-
tengah dan fasa maksimum diakhir wavelet.
Gambar 3.6 Resolusi dan deteksi dari seismik ditunjukkan dengan persamaan gelombang seismik
Universitas Indonesia
Sedangkan deteksi seismik dapat dirumuskan hingga λ/30. artinya jika ketabalan dari
reservoar masih diatas seismik deteksinya, maka reservoar tersebut masih dapat
dideteksi oleh seiosmik.
Resolusi ini sangat penting untuk diketahui karena sebagai justifikasi selanjutnya
dalam tahap interpretasi selanjutnya, seperti picking well bottom, picking horizone,
dan analisa window pada analisa atribut seismik. Karena pada tahap tersebut perlu
diketahui apakah pada ketebalan reservoar diatas resolusi seismiknya. Jika tebalnya
diatas resolusinya, maka kita bisa membuat picking well bottom dan picking bottom
reservoar di seismik. Sedangkan pada analisa atribut kita bisa menggunakan analisa
window antar horizon.
3.2.6 Wavelet
Wavelet adalah gelombang mini atau ’pulsa’ yang memiliki komponen amplitude,
panjang gelombang, frekuensi dan fasa. Dapat juga diartikan wavelet adalah
gelombang yang merepresentasikan satu reflektor yang terekam oleh satu geophone.
1 2
3 4
Gambar 3.7 Jenis-jenis wavelet 1) Zero Phase Wavelet, 2)Maximum Phase Wavelet, 3)Minimum Phase
Wavelet, 4) Mixed Phase Wavelet (Sukmono, 1999)
Universitas Indonesia
Sintetik Seismogram adalah data seismik buatan yang di buat dari data sumur, yaitu
log kecepatan, densitas dan wavelet dari data seismik. Dengan mengalikan kecepatan
dengan densitas maka kita akan mendapatkan deret koefisien refleksi. Koefisien
refleksi ini kemudian dikonvolusikan dengan wavelet sehingga akan didapatkan
seismogram sintetik pada daerah sumur tersebut.
Seimogram sintetik ini digunakan untuk mengikat data sumur dengan data seismik.
Sebagaimana yang kita ketahui, data seismik umumnya berada dalam domain waktu
(TWT) sedangkan data sumur berada dalam domain kedalaman (depth). Sehingga,
sebelum kita melakukan pengikatan, langkah awal yang harus kita lakukan adalah
konversi data sumur ke domain waktu dengan cara membuat sintetik seismogram dari
sumur.
Gambar 3.8 Sintetik seismogram yang didapat dengan mengkonvolusikan koefisien refleksi dengan
wavelet (Sukmono,1999)
Universitas Indonesia
Tujuan dari survei checkshot adalah untuk mendapatkan hubangan domain waktu dan
kedalaman yang digunakan untuk melakukan proses pengikatan data sumur dengan
data seismik. Akusisi data chekshot dapat dilihat pada gambar berikut,
Pada prinsipnya survey checkshot sama seperti survey pada seismik, akan tetapi letak
geofon pada checkshot di letakkan pada sumur. Sehingga di dapatkan waktu one way
time yang direkam oleh geofon pada kedalaman tertentu. Dari sinilah dapat diketahui
hubungan waktu penjalaran gelombang seismik pada sumur tersebut.
Atribut seismik dapat didefinisikan sebagai semua informasi berupa besaran spesifik
dari geometri, kinematika, dinamika atau statistik yang diperoleh dari data seismik,
yang diperoleh melalui pengukuran langsung maupun logis atau berdasarkan
pengalaman (Chien dan sidney, 1997).
Universitas Indonesia
Data seismik tidak selalu memberikan informasi parameter petrofisika atau geologi.
Keberadaan data well-log dapat membantu memperlihatkan relasi antara data seismik
dan parameter log, namun relasi ini sangat sulit ditentukan. Dalam hal ini atribut
seismik dapat memberikan bantuan yang berarti. Jika terdapat relasi antara parameter
geologi dan atribut seismik pada suatu titik well-log maka parameter geologi diluar
titik well-log ini dapat diekstrapolasi. Oleh karena itu atribut seismik menyediakan
tambahan informasi parameter petrofisika atau geologi yang penting bagi para
interpreter untuk meningkatkan kesensitifan data seismik.
Semua atribut horison dan formasi tidak independen satu sama lainnya. Perbedaannya
hanya dalam hal detil analisisnya pada informasi dasar gelombang seismik terkait
dengan display hasilnya. Informasi dasar tersebut adalah waktu, amplitudo, frekuensi,
dan atenuasi, yang kemudian digunakan sebagai dasar klasifikasi atribut (Brown,
2000).
Setiap atribut seismik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada sifat
reservoar tertentu, beberapa atribut lebih sensitif dibandingkan dengan atribut
lainnya, sedangkan atribut yang lain mungkin juga dapat menampilkan informasi
bawah permukaan yang mula-mula tersembunyi menjadi lebih baik, atau bahkan
dapat mendeteksi Direct Hydrocarbon Indicator (DHI).
Universitas Indonesia
Atribut paling dasar dalam tras seismik adalah amplitudo. Pada awalnya data seismik
digunakan hanya untuk menganalisan struktur saja, karena amplitudo hanya dilihat
berdasarkan kehadirannya saja bukan kontras nilai pada time. Akan tetapi pada saat
ini nilai amplitudo asli (atribut amplitudo) dapat diturunkan dari data seismik. Atribut
amplitudo tersebut dapat mengidentifikasi parameter-parameter seperti akumulasi gas
dan fluida, gros litologi, ketidakselarasan, efek tuning, dan perubahan stratigrafi
sekuen. Oleh karena itu atribut amplitudo dapat digunakan untuk pemetaan fasies dan
sifat reservoar.
Universitas Indonesia
Pada umumnya respon amplitudo memiliki nilai yang tinggi jika lingkungan tersebut
kaya akan pasir dibandingkan dengan lingkungan yang kaya akan serpih. Dengan
demikian peta amplitudo dapat melihat perbedaan rasio batupasir-batuserpih dengan
lebih mudah.
Berikut ini adalah berbagai jenis atribut amplitudo dan perhitungannya yang
digunakan dalam skripsi ini,
1. Amplitudo RMS
Amplitudo RMS dihitung dengan menggunakan persamaan :
Universitas Indonesia
3. Amplitudo minimum
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Data Seismik 3D
Data seismik yang di gunakan adalah post-stack time migration (PSTM) dengan
jumlah inline 370 (115-485), jumlah crossline 380 (665-1045), besarnya bin 15 x 15
meter, dan sampling rates sebesar 2 ms
2. Data sumur
Dalam penelitian ini digunakan 5 data sumur yang sudah diproduksi. Masing-masing
sumur memiliki memiliki berbagai macam data Log, akan tetapi yang akan di
gunakan dalam penelitian ini hanya sebatas log gamma ray, resistivity, density,
sonic, dan neutron porosity.
3. Data checkshot
Data checkshot digunakan untuk mendapatkan hubungan waktu dengan kedalaman.
Karena data sumur sudah dalam domain kedalaman, sedangkan data seismic masih
dalam domain waktu. Oleh karena itu data checkshot ini digunakan untuk mengikat
sumur dengan seismik (well tie to seismic).
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
29
Korelasi sumur adalah menentukan marker untuk melihat batas atas dan batas bawah
reservoar masing-masing sumur. Dengan demikian kita dapat tahu korelasi ketebalan
rata-rata dari masing-masing sumur.
Korelasi ini dilakukan dengan melihat log gamma ray yang dikombinasikan dengan
log resistivity dan densitas. Dengan melihat pola yang sama dari sumur satu dengan
sumur berikutnya pada data log tersebut, dapat ditarik korelasi yang menunjukan
bahwa zona tersebut merupakan satu formasi.
Gambar 4.1 Korelasi sumur menggunakan log gamma ray, resistivity, dan densitas pada formasi
Baturaja
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
30
Reservoar pada daerah penelitian ini adalah karbonat formasi Baturaja. Dengan
melihat pola beberapa log, reservoar karbonat ini yang direpresentasikan oleh
gamma ray yang rendah, nilai resistivity yang tinggi, dan densitas yang tinggi
sehingga dapat diketahui kedalaman, dan korelasinya. Dari hasil korelasi ini juga
dapat diketahui ketebalan rata-rata dari formasi tersebut. Ketebalan dari reservoar
formasi batu raja ini rata-rata adalah 30 feet pada kedalaman sekitar 1950 feet.
Korelasi log ini sangat berguna sebagai informasi dasar yang dibutuhkan untuk
penentuan parameter proses selanjutnya pada tahap well tie to seismic dan analisa
window atribut seismik.
Well-seismic tie adalah proses pengikatan data sumur dengan data seismik. Proses ini
dilakukan untuk menyamakan domain sumur dengan seismik, karena domain sumur
adalah kedalaman sedangkan domain seismik adalah waktu. Yang dirubah domainnya
adalah sumur menjadi domain waktu. Tujuan akhir dari proses pengikatan ini adalah
untuk mengetahui posisi atau horizon reservoar karbonat (Baturaja) pada data
seismik. Hal ini sangat penting untuk proses interpretasi selanjutnya.
Karena yang dirubah adalah domain data sumur, maka perlu dilakukan pembuatan
sintetik seismogram pada masing-masing sumur. Sintetik seismogram dibuat dengan
cara mengkonvolusikan koefisien refleksi dengan wavelet.
a. Ekstraksi Wavelet
Wavelet di dapatkan dari ekstraksi data seismik pada jendela disekitar zona reservoar.
Jendela yang digunakan pada ekstraksi ini adalah 500 ms sampai dengan 700 ms.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang mendekati sebenarnya. Karena
frekuensi gelombang seismik menjadi semakin kecil seiring dengan berubahnya
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
31
Lebar jendela
200 ms
Polaritas Normal,
zerophase
Panjang wavelet
64 ms
Lebar jendela yang digunakan adalah sebesar 200 ms pada daerah sekitar reservoir.
Sedangkan panjang wavelet yang diekstrak sebesar 64 ms. Lebar jendela ini tidak
boleh lebih kecil dari pada lebar wavelet ang diekstraksi agar sintetik seismogram
yang didapatkan cukup menggambarkan sebenarnya. Kurang lebih lebar jendela tiga
kali lebih besar dari panjang wavelet, agar wavelet yang didapatkan tepat. Frekuensi
dominan yang digunakan pada wavelet ini adalah 50 Hz, sedangkan fasa yang
digunakan adalah zerophase. Polaritas yang digunakan pada ekstraksi wavelet ini
adalah polaritas normal.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
32
Sebelum dilakukan kalibrasi perlu dilakukan koreksi data log sonic. Karena pada
dasarnya data log sonic membaca nilai kecepatan gelombang di batuan formasi, akan
tetapi pada kenyataanya saat awal pengambilan data ikut terekam pula chasing pada
lubang sumur, sehingga mempengaruhi curva log sonic. Oleh karena itu data tersebut
perlu dipotong agar tidak mempengaruhi hasil seismogram yang akan dibuat.
Berikut adalah gambar kurva log sonic sebelum dan sesudah dikoreksi. Kurva sonic
yang merekam chasing lubang sumur biasanya menunjukan nilai yang sangat tinggi
dibandingkan batuan formasi sekitar.
a b
Gambar 4.3 (a) log sonic sebelum di koreksi (b) log sonic setelah di koreksi
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
33
Proses kalibrasi data sonic terhadap data checkshot dapat direpresentasikan oleh
gambar 4.4 Pada kolom pertama dan kedua terdapat titik-titik merah yang
menggambarkan data checkshot dan garis biru yang menggambarkan data sonic. Pada
proses selanjutnya kurva sonic akan dikalibrasi mengikuti checkshot sesuai dengan
besar perbedaan keduanya (drift) yg direpresentasikan pada kolom kedua. Hal ini
dikarenakan data checkshot lebih akurat dari data sonic, akan tetapi jumlah data
checkshot tidak sedetail data sonic. Untuk itu perlu dilakukan kalibrasi data sonic
terhadap checkshot.
Hasil dari kalibrasi tersebut adalah garis merah pada kolom ketiga. Hasil koreksi ini
dapat dibandingkan dengan kurva sonic aslinya yang digambarkan oleh garis hitam
pada kolom ketiga.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
34
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
35
Gambar diatas hasil dari seismic-well tie pada sumur 3. Untuk mengetahui hasil
korelasi dari proses ini hanya dengan visualisasi, karena pada software Geoframe 4.2
yang digunakan tidak ada tool untuk melihat besarnya korelasi seperti yang terdapat
pada software Hampson Russel.
Setelah itu log sonic perlu dikoreksi dengan data checkshot agar didapatkan data
kecepatan yang mendekati sebenarnya.
Analisa tuning bertujuan untuk mengetahui ketebalan minimal dari reservoar yang
masih dapat dibedakan oleh gelombang seismik. Besarnya adalah seperempat
gelombang seismik. Hal ini sangat penting sebagai dasar penentuan parameter dalam
proses selanjutnya yaitu picking horizon dan analisa window pada ekstraksi atribut.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
36
Analisa tuning ini adalah sebagai parameter untuk menentukan prose picking horizon
dan analisa jendela pada ekstraksi atribut seismik.
Picking horizon dilakukan dengan cara membuat garis horizon pada kemenerusan
lapisan pada penampang seismik. Informasi mengenai keadaan geologi, lingkungan
pengendapan dan arah penyebaran dari reservoar sangat dibutuhkan dalam melakukan
picking horizon ini.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
37
Gambar 4.6 Hasil picking horizon inline 272 pada formasi Baturaja
Sebelum melakukan picking horizon, sumur hasil seismic-well tie di display pada
penampang seismik untuk mengetahui horizon mana yang akan di pick. Karena pada
penelitian ini menggunakan wavelet zerophase, maka proses picking horizon
dilakukan pada peak dari amplitudo seismik.
Line yang pertama kali di lakukan picking adalah line yang berpotongan dengan
sumur, dan line tersebut sebagai acuan untuk melakukan picking horizon pada line
berikutnya.
Untuk quality control pada proses ini adalah dengan melihat marker sumur yang
berwarna biru dan log gamma ray yang berwarna hijau dari sumur yang terletak pada
peak dari data seismik. Selain itu perlu dilakukan cross check dengan data completion
log agar horizon yang akan kita pick sudah tepat yang menggambarkan formasi dari
Baturaja.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
38
Sesar merupakan rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran, sehingga
sesar dalam seismik ditunjukkan dengan terpotongnya horizon seismik oleh bidang
sesar. Picking sesar dilakukan mulai dari pergeseran horison yang tampak jelas dan
diteruskan pada zona pergeseran itu secara vertikal.
Pada studi ini picking sesar dilakukan setelah melakukan picking horizon agar lebih
mudah menentukan kemenerusan dan arah dari sesar tersebut. Setelah melakukan
picking horizon maka akan di dapatkan basemap dari waktu yang mempresentasikan
struktur dari reservoar. Dari basemap ini kita dapat melihat kemenerusan dan pola
dari sesar.
Gambar 4.7 menunjukan struktur dari reservoar. Warna merah menunjukan time
yang rendah artinya topografi pada daerah tersebut tinggi. Karena adanya perbedaan
topografi yang signifikan, maka kita dapat mencurigai pada daerah tersebut terdapat
sesar.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
39
Gambar 4.7 Peta biner menunjukan struktur dari reservoar hasil picking horizon
Selain itu sebagai acuan untuk melihat kemenerusan dari sesar dapat menggunakan
atribut varian atau disimilaritas yang di ekstraksi dari basemap peta waktu. Hasil dari
peta disimilaritas ini sangat jelas dalam memperlihatkan pola dari sesar.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
40
Terlihat dalam gambar 4.8 terdapat garis hitam yang memanjang dari selatan ke
utara. Artinya terdapat disimilaritas yang menunjukan perbedaan lithologi yang
sangat drastis. Adanya perbedaan lithologi yang sangat signifikan inilah yang
mengindikasikan sesar. Oleh karena hasil peta atribut disimilaritas ini sangat berguna
dalam acuan picking sesar.
Dengan acuan peta disimilaritas inilah dilakukan picking sesar dari selatan ke utara
dengan spasi setiap 10 line. Picking sesar tersebut dilakukan di penampang seismik
yang ditunjukan pada gambar 4.9.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
41
Pemetaan bawah permukaan ini adalah memetakan struktur waktu pada top reservoir
formasi Baturaja. Pemetaan ini dilakukan dari hasil picking horizon dengan
melakukan griding sebesar 75 x 75 meter. Besar kecilnya griding dipengaruhi oleh
jarak antara seismik line yg diinterpretasikan.
Jarak antar line pada penelitian ini adalah 15 meter, sedangkan line yang
diinterpretasikan adalah tiap 10 line. Jadi jarak antar line yang di interpretasikan
adalah 150 meter sehingga griding yang yang dilakukan minimal setengah dari jarak
antar line yang diinterpretasikan yaitu 75 x 75 meter.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
42
Atribut amplitudo ini didapatkan dengan mengekstraksi dari peta struktur waktu yang
dihasilkan dari picking horizon sebelumnya. Menentukan parameter jendela, dan jenis
atribut merupakan hal yang sangat penting dalam tahapan ini, karena sangat
mempengaruhi hasil yang akan didapat.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
43
Perubahan ketebalan reservoar pada area penelitian relatif sama berdasarkan korelasi
yg dibuat. Sehingga perubahan amplitudo yg terjadi diasumsikan bukan karena
perubahan ketebalan yang tipis formasi diatasnya yg mengakibatkan interferensi
tetapi terjadi karena perubahan properti dari batuan reservoir itu sendiri.
Karena tebal reservoar lebih kecil dari resolusi seismik, maka analisa jendela yang
digunakan adalah single horizon yang dipusatkan pada horizon. Lebar jendela yang
digunakan untuk amplitude rms dan maksimum adalah 5 ms diatas horizon dan 5 ms
di bawah horizon, sedangkan untuk amplitude minimum dan palung rata-rata adalah
15 ms dibawah horizon. Sampling rate yang digunakan adalah 2 ms.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
44
Gambar 4.11 Peta beberapa atribut seismik dengan jendela (a) Amplitudo rms (±5ms) (b) Amplitudo
minimum(-15ms) (c) amplitudo maksimum(±5ms) (d) Amplitudo palung rata-rata(-15ms)
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
45
Crossplot adalah membuat grafik untuk mencari hubungan nilai atribut yang
dihasilkan dengan nilai porositas pada data sumur. Dengan sumbu Y adalah nilai
porositas dari tiap sumur dan sumbu X adalah nilai atribut seismic pada masing-
masing sumur.
Dengan melihat koefisien korelasinya (R2), maka kita dapat mengetahui atribut mana
yang paling mempresentasikan porositas. Setelah itu kita dapat mengetahui hubungan
atau persamaan antara atribut tersebut dengan porositas sehingga kita dapat membuat
peta persebaran porositasnya. Gambar dibawah merupakan crossplot antara porositas
dengan atribut seismic.
0.35
0.3
0.25
y = -0.0064x + 0.3164
Porositas
0.2
R2 = 0.7651
0.15
0.1
0.05
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Amplitudo rms
(a)
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
46
(b)
0.35
0.3
0.25
Porositas
0.2
y = 0.0037x + 0.3141
0.15
R2 = 0.7485
0.1
0.05
0
-30 -25 -20 -15 -10 -5 0
Amplitudo minimum
(c)
0.3
0.25
0.2
Porositas
y = 0.0032x + 0.2964
0.15
R2 = 0.6805
0.1
0.05
0
-25 -20 -15 -10 -5 0
Amplitudo palung rata-rata
(d)
Gambar 4.12 Hasil crossplot (a) Amplitudo Rms vs Porositas (b) Amplitudo maximum vs Porositas (c)
Amplitudo minimum vs Porositas (e) Amplitudo palung rata-rata vs Porositas
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
47
Terlihat bahwa koefisien korelasi yang paling besar adalah pada atribut amplitudo
rms, artinya atribut tersebut paling mempresentasikan hubungan dengan porositas.
Peta porositas didapatkan dengan cara mengalikan hubungan yang didapatkan dari
hasil crossplot dengan atribut seismik tersebut. Karena atribut amplitudo rms
mempunyai koefisien korelasi yang paling besar, maka kita mengambil persamaan
atau hubungannya tersebut untuk membuat peta porositas.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
BAB V
HASIL DA
PEMBAHASA
Dari informasi beberapa log densitas, terlihat bahwa rata-rata zona Baturaja memiliki
nilai densitas yang tinggi dibandingkan formasi diatasnya. Log densitas ditunjukan
log RHOB gambar 5.1. Warna hijau menunjukkan nilai densitas yang lebih tinggi
dibandingkan warna cokelat.
Karena formasi batu raja memiliki densitas yang tinggi, maka formasi tersebut juga
memiliki nilai akustik impedans yang tinggi pula. Perbedaan nilai akustik impedans
inilah yang akan mempengaruhi nilai koefisien refleksi sehingga respon dari
gelombang seismik pada formasi batu raja ini memiliki polaritas yang positif.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
49
Pada penampang seismik gambar 5.2, formasi baturaja ditunjukkan oleh peak.
Semakin besar perbedaan nilai akustik impedans formasi Baturaja dengan formasi
diatasnya, semakin besar pula nilai koefisien refleksinya. Hal tersebut juga akan
mempengaruhi besar nilai amplitudonya. Karena nilai koefisien refleksi yang tinggi
akan menyebabkan nilai amplitudo yang tinggi.
Koefisien refleksi
pada formasi baturaja
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
50
Pada gambar 5.3 menunjukkan nilai koefisien refleksi dari semua sumur. Koefisien
refleksi yang tinggi menunjukkan adanya perubahan akustik impedans yang tinggi
yang berasosiasi pada perbedaan litologi.
Berdasarkan horizon yang berwarna biru yang ditunjukkan oleh gambar 5.2 itulah
dilakukan ekstraksi atribut amplitudo. Atribut amplitudo tersebut dapat melihat
perubahan lateral amplitudo yang dapat digunakan untuk analisa stratigrafi yang
membedakan satu facies dengan facies lain.
Dalam penelitian ini terlihat beberapa peta persebaran dari amplitudo, yaitu
amplitudo rms, amplitude maksimum, amplitude minimum, dan amplitude palung
rata-rata (gambar 5.4). Teknik perhitungan dalam mendapatkan nilai-nilai atribut
amplitudo tersebut telah dijabarkan pada Bab 3.
Terlihat pola yang relatif sama dari keempat atribut amplitudo tersebut. Artinya
amplitudo tersebut memiliki korelasi baik. Amplitudo rms dan maksimum diekstrak
dalam lebar jendela 10 ms untuk melihat persebaran dari amplitudo yang mewakili
formasi lithologi formasi Baturaja. Sedangkan amplitudo minimum dan palung rata-
rata diekstrak dengan lebar jendela 15 ms untuk melihat perubahan amplitudo karena
litologi formasi Baturaja beserta litologi dibawahnya.
Warna merah menunjukkan nilai amplitudo yang tinggi, sedangkan warna hitam
menunjukkan nilai amplitudo yang rendah. Titik-titik berwarna biru menunjukkan
sumur yang telah dibor.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
51
Gambar 5.4 Peta beberapa atribut seismik dengan jendela (a) Amplitudo rms (±5ms) (b) Amplitudo
minimum(-15ms) (c) amplitudo maksimum(±5ms) (d) Amplitudo palung rata-rata(-15ms)
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
52
Jika dianalisa menggunakan penampang seismik dengan line yang melewati semua
sumur, maka akan dapat dilihat perubahan dari besarnya amplitudo.
Gambar 5.5 Penampang seismik dengan line yang melewati semua sumur menunjukkan daerah
perubahan amplitudo.
Pada gambar 5.5 menunjukkan penampang seismik dengan line yang melewati
setiap sumur. Terdapat kesamaan karakter seismik pada sumur 3, 2 karena pada
sumur tersebut amplitudonya lebih kuat dibandingkan dengan sumur 1, 4 dan 5.
Dari peta amplitudo ini dapat digunakan untuk analisa persebaran facies, yaitu
dengan mengkorelasi nilai amplitudo di seismik dengan data sumur. Dari data sumur
(completion log), dapat diketahui ketebalan dan litologi formasi Baturaja pada
masing-masing sumur.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
53
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
54
Pada gambar Gambar 5.6 menunjukkan lithologi formasi Baturaja untuk masing-
masing sumur. Pada sumur 2 dan sumur 3 terdapat kesamaan lithologi pada formasi
Baturaja. Lithologi pada sumur tersebut adalah limestone yang cukup tebal. Dan
dibawah formasi terdapat persilangan antara sand, limestone dan shale yang tipis.
Karena persilangan lapisan yang tipis dibawah inilah yang menyebabkan amplitudo
di seismik menjadi rendah karena terjadi interferensi pada gelombanga seismik.
Sedangkan lithologi pada sumur 4 dan 5 adalah calcareous sand stone, yaitu
kandungan sand pada formasi tersebut lebih banyak dibandingkan kandungan
limestone. Selain itu pada diskripsi lithologi disebutkan pada daerah ini ada pengaruh
dari marine serta memiliki permeabilitas yang tinggi. Pada sumur 1 tidak ada data
mengenai lithologinya.
Dengan melihat peta amplitudo rms dan lithologi tiap sumur, terdapat korelasi antara
sumur 3, 2 dengan amplitudo rendah dan sumur 4, 5 dengan amplitudo tinggi. Jadi
dapat diprediksi kemungkinan amplitudo yang rendah menunjukkan persebaran dari
body dari karbonat karena pada sumur 3 dan 2 terdapat litologi limestone yang tebal.
Sedangkan amplitudo yang tinggi sudah diluar body karbonat karena litologi pasir
sudah mendominasi dibandingkan limestone.
Pada daerah fore reef, memiliki energi yang tinggi sehingga karbonat akan tererosi
menyebabkan di daerah ini akan banyak dijumpai butiran limestone dibandingkan
pasir. Akan tetapi pada daerah lagoon yaitu di back reef memiliki energi yang rendah,
serta supply pasir yang cukup tinggi sehingga kandungan pasir di daerah ini akan
lebih banyak dibandingkan butiran karbonat. Oleh karena itu jika dilihat dari lithologi
pada tiap sumur, lingkungan pengendapan pada daerah yang memiliki amplitude
tinggi adalah di daerah lagoon atau back reef. Sedangkan pada amplitudo yang
rendah adalah daerah body dari karbonat.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
55
Dengan melakukan crossplot antara porositas pada tiap sumur dengan nilai
atributnya, kita dapat mengetahui korelasi antara porositas dengan atribut yang tepat.
Dari hasil crossplot dapat didapat bahwa atribut amplitudo rms memiliki hubungan
yang paling baik dengan porositas dengan melihat nilai korelasinya. Dari hubungan
ini dapat dipetakan persebaran dari porositas dengan cara mengalikan dengan nilai
atribut rms. Keakuratan dalam perhitungan persebaran dari peta porositas dikontrol
oleh porositas tiap sumur.
.
Pada Gambar 5.7, warna merah menunjukkan porositas yang rendah, sedangkan warna
merah menunjukkan porositas yang tinggi. Dan pada daerah yang memiliki amplitudo
tinggi, cenderung memiliki porositas yang rendah. Hal ini mungkin disebabkan pada
daerah itu, terjadi percampuran antara butiran limestone dengan sand sehingga saat
proses pengendapan porositas menjadi lebih rendah.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
56
Dengan mendapatkan peta dari porositas ini, semakin terlihat persebaran dari facies
yang mengindikasikan perbedaan lingkungan pengendapan didaerah penelitian ini.
Dari studi geologi regional dan juga data beberapa sumur, terdapat perbedaan facies
yang mengindikasikan lingkungan pengendapan. Yaitu pada body dari karbonat itu
sendiri dan juga lagoon.
Dari peta struktur terlihat adanya sesar normal yang memiliki kemenerusan dari arah
tenggara ke arah barat laut. Karena adanya sesar normal tersebut maka terjadi jebakan
hidrokarbon berupa antiklin yang ditunjukkan dengan daerah topografi tinggi.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
57
Terlihat dari gambar 5.8 bahwa pada daerah jebakan berupa antiklin memiliki nilai
atribut amplitudo yang tinggi. Dengan demikian pada daerah ini merupakan daerah
yang berprospek. Sedangkan pada daerah yang dibatasi patahan sebelah timur dari
patahan juga memilki nilai amplitudo rms yang tinggi, akan tetapi jika dilihat dari
strukturnya, daerah ini tidak memiliki perangkap hidrokarbon. Jadi meskipun ada
hidrokarbon yang bermigrasi, pasti hidrokarbon tersebut akan kepermukaan karena
tidak memiliki perangkap. Oleh karena itu pada daerah tersebut tidak
direkomendasikan untuk di lakukan sumur pemboran.
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
BAB VI
KESIMPULA
DA
SARA
6.1 Kesimpulan
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
59
6.2 Saran
Jika dilihat dari peta struktur, daerah timur dari patahan tidak ada jebakan struktur
sehingga tidak direkomendasikan untuk dilakukan sumur pemboran. Kemungkinan
daerah yang prospek untuk dilakukan eksplorasi selanjutnya adalah daerah fore reef,
yaitu sebelah barat, karena daerah tersebut diharapkan ada jebakan stratigrafi.
Gambar 6.1 Model jebakan stratigrafi pada penampang pada inline 272
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.
DAFTAR ACUA
Ginger, David., 2005 The Petroleum System And Future Potensial Of The South
Sumatera Basin. Indonesian Petroluem Association
Universitas Indonesia
Analisa atribut..., Miftahul Haq, FMIPA UI, 2009.