Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM VII

DIODA PENYEARAH (HALF WAVE DAN FULL WAVE)


Disusun untuk Memenuhi Matakuliah Elektronika
Dibimbing oleh Bapak I Made Wirawan, S.T., S.S.T, M.T.

Asisten Praktikum:
Muhammad Arif Syarifudin
Muhammad Bagus Arifin

Oleh :
Dwitha Fajri Ramadhani 160533611410
S1 PTI OFF B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
Oktober 2016
DIODA PENYEARAH (HALF WAVE DAN FULL WAVE)
1.1 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dioda sebagai penyearah.
2. Mahasiswa mampu merancang rangkaian penyearah setengah gelombang dan
gelombang penuh.
3. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian penyearah setengah gelombang dan
gelombang penuh.
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja rangkaian penyearah setengah gelombang
dan gelombang penuh.

1.2 Pendahuluan
Hampir semua peralatan elektronika memerlukan sumber arus searah. Penyearah
digunakan untuk mendapatkan arus searah dari suatu arus bolak-balik. Arus atau tegangan
tersebut harus benar-benar rata tidak boleh berdenyut-denyut agar tidak menimbulkan
gangguan bagi peralatan yang dicatu.
Dioda sebagai salah satu komponen aktif sangat popular digunakan dalam rangkaian
elektronika, karena bentuknya sederhana dan penggunaannya sangat luas. Ada beberapa
macam rangkaian dioda, diantaranya: penyearah setengah gelombang (Half-Wafe Rectifier),
penyearah gelombang penuh (Full-Wave Rectifier), rangkaian pemotong (Clipper), rangkaian
penjepit (Clamper) maupun pengganda tegangan (Voltage Multiplier).
Setelah mengetahui konstruksi, karakteristik dan model dari diode semikonduktor,
diharapkan mahasiswa dapat memahami pula konfigurasi dengan menggunakan model dalam
aplikasinya dirangkaian elektronik.
Pada kesempatan ini, akan dibahas mengenai penerapan dari beberapa aplikasi diode
tersebut, diantaranya Dioda penyearah Half Wave dan Full Wave.

1.3 Dasar Teori


1.3.1 Rectifier (Penyearah Gelombang)
Rectifier (Penyearah Gelombang) adalah suatu bagian dari Rangkaian Catu Daya atau
Power Supply yang berfungsi sebagai pengubah sinyal AC (Alternating Current) menjadi
sinyal DC (Direct Current).
Rangkaian Rectifier atau Penyearah Gelombang ini pada umumnya menggunakan Dioda
sebagai Komponen Utamanya. Hal ini dikarenakan Dioda memiliki karakteristik yang hanya
melewatkan arus listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya.

2
Jika sebuah Dioda dialiri arus Bolak-balik (AC), maka Dioda tersebut hanya akan
melewatkan setengah gelombang, sedangkan setengah gelombangnya lagi diblokir/dipotong
(tidak terlihat).

Gambar 1. Konsep Dasar Rectifier

1.3.2 Jenis-jenis Rectifier (Penyearah Gelombang)


1.3.2.1 Half Wave Rectifier (Penyearah Setengah Gelombang)
Half Wave Rectifier atau Penyearah Setengah Gelombang merupakan penyearah yang
paling sederhana karena hanya menggunakan 1 buah Dioda untuk menghambat sisi sinyal
negatif dari gelombang AC dari Power supply dan melewatkan sisi sinyal Positif-nya.
Pada prinsipnya, arus AC terdiri dari 2
sisi gelombang yakni sisi positif dan sisi
negatif yang bolak-balik. Sisi Positif
gelombang dari arus AC yang masuk ke
Gambar 2. Half Wave Rectifier Dioda akan menyebabkan Dioda men-
jadi Bias Maju (Forward Bias) sehingga melewatkannya, sedangkan sisi Negatif gelombang
arus AC yang masuk akan menjadikan Dioda dalam posisi Bias Terbalik (Reverse Bias)
sehingga menghambat sinyal negatif tersebut.

1.3.2.2 Full Wave Rectifier (Penyearah Gelombang Penuh)


Terdapat 2 cara untuk membentuk Full Wave Rectifier atau Penyearah Gelombang
Penuh. Kedua cara tersebut tetap menggunakan Dioda sebagai Penyearahnya namun dengan
jumlah Dioda yang berbeda yaitu dengan menggunakan 2 Dioda dan 4 Dioda. Penyearah
Gelombang Penuh dengan 2 Dioda harus menggunakan Transformer CT sedangkan Penyearah
4 Dioda tidak perlu menggunakan Transformer CT, Penyearah 4 Dioda sering disebut juga
dengan Full Wave Bridge Rectifier.
1.3.2.2.1 Penyearah Gelombang Penuh 2 Dioda (Center Tap)
Di saat Output Transformer CT pada Terminal Pertama memberikan sinyal Positif pada
D1, maka Terminal kedua pada Transformer CT akan memberikan sinyal Negatif (-) yang
berbeda fasa 180° dengan Terminal Pertama. D1 yang mendapatkan sinyal Positif (+) akan
berada dalam kondisi Forward Bias (Bias Maju) dan melewatkan sisi sinyal Positif (+) tersebut

3
sedangkan D2 yang mendapatkan sinyal Negatif (-) akan berada dalam kondisi Reverse Bias
(Bias Terbalik) sehingga menghambat sisi sinyal Negatifnya.

Gambar 3. Full Wave Rectifier (Center Tap)

Sebaliknya, pada saat gelombang AC pada Terminal Pertama berubah menjadi sinyal
Negatif maka D1 akan berada dalam kondisi Reverse Bias dan menghambatnya. Terminal
Kedua yang berbeda fasa 180° akan berubah menjadi sinyal Positif sehingga D2 berubah
menjadi kondisi Forward Bias yang melewatkan sisi sinyal Positif tersebut.

1.3.2.2.2 Penyearah Gelombang Penuh 4 Dioda (Bridge Rectifier)


Penyearah Gelombang Penuh dengan menggunakan 4 Dioda adalah jenis Rectifier yang
paling sering digunakan dalam rangkaian Power Supply karena memberikan kinerja
yang lebih baik dari jenis Penyearah lainnya. Penyearah Gelombang Penuh 4 Dioda ini juga
sering disebut dengan Bridge Rectifier atau Penyearah Jembatan.

Gambar 4. Full Wave Rectifier (Bridge Rectifier)

Berdasarkan gambar 4. jika Transformer mengeluarkan output sisi sinyal Positif (+)
maka Output maka D1 dan D2 akan berada dalam kondisi Forward Bias sehingga melewatkan
sinyal Positif tersebut sedangakan D3 dan D4 akan menghambat sinyal sisi Negatifnya.
Kemudian pada saat Output Transformer berubah menjadi sisi sinyal Negatif (-) maka D3 dan
D4 akan berada dalam kondisi Forward Bias sehingga melewatkan sinyal sisi Positif (+)
tersebut sedangkan D1 dan D2 akan menghambat sinyal Negatifnya.

4
1.3.3 Konsep Dasar Penyearah
1.3.3.1 Half Wave
Nilai tegangan puncak Tegangan rata-rata DC pada penyearah Frekuensi output :
input transformator : setengah gelombang adalah :
𝑉𝑝 𝑉𝑝 fOUT = fIN
VRMS = VDC = = 0,318 𝑥 𝑉𝑝
√2 𝜋

1.3.3.1 Full Wave


Tegangan rata-rata DC pada penyearah Frekuensi output :
sinyal gelombang penuh :
2𝑉𝑝 fOUT = 2.fIN
VDC = 𝜋

1.4 Data dan Analisis (Foto)


1.4.1 Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan cara kerja rangkaian penyearah setengah gelombang? Gambarkan rangkaian dan
bentuk gelombang input/outputnya!
Jawab :
Sebagai penyearah(diode rectifier) dioda berfungsi menyearahkan/merubah tegang input
yang ac (bolak-balik) menjadi dc (searah). Tegangan ac merupakan gelombang sinus bolak-
balik, yang akan berganti dari gelombang positif ke negative terus menerus. Seperti terlihat
pada gambar di bawah ini merupakan rangkaian penyearah setengah gelombang dengan
menggunakan satu buah diode. Resistor dipasang sebagai tahan beban rangkaian. Prinsip kerja
rangkaian dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang


Gambar 1.2 Gelombang Input Output Dioda
Penyearah Half Wave

5
Saat titik A mendapatkan tegangan positif (+) dan B negative (-), Dioda dalam kondisi
dipanjar maju (Forward Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan positif. Karena diode
dalam kondisi On, maka Arus akan mengalir dari titik A – Dioda – R dan kembali ketitik B-.
karena arus mengalir melewati R, maka pada R akan timbul tegangan sebesar Vin x 0.386.
Tegangan yang timbul pada R merupakan tegangan output (Vout).
Saat titik A mendapatkan tegangan negative (-) dan B positif (+), Dioda dalam kondisi
dipanjar terbalik (Reverse Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan negatif. Sehingga diode
dalam kondisi off, maka tidak ada Arus yang mengalir .Kondisi menyebakan tegangan pada
keluaran/output sama dengan 0/tidak ada.

2. Jelaskan cara kerja rangkaian penyearah gelombang penuh center tap? Gambarkan rangkaian
dan bentuk gelombang input/outputnya!
Jawab :
Penyearah tegang dengan menggunakan 2 buah diode memerlukan transformator/trafo yang
mempunyai terminal CT (center tep/titik tengah). Dioda akan bekerja secara bergantian.
Sehingga tegangan pada output akan selalu ada. Prinsip kerja rangkaian bias dijelaskan sbb :

Gambar 2.1 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Center Tap Arus D1

Saat titik A mendapatkan tegangan positif (+) dan B negative (-), Dioda D1 dalam kondisi
dipanjar maju (Forward Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan positif dan D2 dalam
kondisi dipanjar terbalik (Reverse Bias) (off). Karena diode D1 dalam kondisi On, maka Arus
akan mengalir dari titik A – D1 – R dan kembali ketitik CT. Karena arus mengalir melewati R,
maka pada R akan timbul tegangan sebesar Vin x 0.636. Tegangan yang timbul pada R
merupakan tegangan output (Vout).
Saat titik A mendapatkan tegangan negative (-) dan B positif (+), Dioda D2 dalam kondisi
dipanjar maju (Forward Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan Positif dan D2 dalam
kondisi dipanjar maju (On). Karena diode D2 dalam kondisi On, maka Arus akan mengalir dari
titik B – D2 – R dan kembali ketitik CT. Karena arus mengalir melewati R, maka pada R akan
timbul tegangan sebesar Vin x 0.636. Tegangan yang timbul pada R merupakan tegangan
output (Vout).

6
Gambar 2.2 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Center Tap Arus D2

Saat titik A mendapatkan tegangan positif (+) dan B negative (-), Dioda D1 dalam kondisi
dipanjar maju (Forward Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan positif dan D2 dalam
kondisi dipanjar terbalik (Reverse Bias) (off). Karena diode D1 dalam kondisi On, maka Arus
akan mengalir dari titik A – D1 – R dan kembali ketitik CT. Karena arus mengalir melewati R,
maka pada R akan timbul tegangan sebesar Vin x 0.636. Tegangan yang timbul pada R
merupakan tegangan output (Vout).
Saat titik A mendapatkan tegangan negative (-) dan B positif (+), Dioda D2 dalam kondisi
dipanjar terbalik (Reverse Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan negative (off) dan D2
dalam kondisi dipanjar maju (Forward Bias) (On). Karena diode D2 dalam kondisi On, maka
Arus akan mengalir dari titik B – D2 – R dan kembali ketitik CT. Karena arus mengalir
melewati R, maka pada R akan timbul tegangan sebesar Vin x 0.636. Tegangan yang timbul
pada R merupakan tegangan output (Vout).

Gambar 2.3 Gelombang Input Output Dioda Penyearah Full Wave Center Tap

7
3. Jelaskan cara kerja rangkaian penyearah gelombang penuh dengan jembatan dioda (diode
bridge)? Gambarkan rangkaian dan bentuk gelombang input/outputnya!
Jawab :
Prinsip kerja penyearah dengan 4 buah diode sama dengan penyearah gelombang penuh
menggunakan 2 buah diode, hanya pada penyearah system bridge ini transformator yang
digunakan tidak harus CT. Dioda akan bekerja secara berpasangan, jika D1 &D3 On, D2 & D3
off, begitu juga sebaliknya.

Gambar 3.1 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Dioda Bridge

Saat titik A mendapatkan tegangan positif (+) dan B negative (-), Dioda D1 & D3 dalam
kondisi dipanjar maju (Forward Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan positif dan D2
& D3 dalam kondisi dipanjar terbalik (Reverse Bias) (off). Karena diode D1 & D3 dalam
kondisi On, maka Arus akan mengalir dari titik A – D1 – R- D3 dan kembali ketitik B-. Karena
arus mengalir melewati R, maka pada R akan timbul tegangan sebesar Vin x 0.636. Tegangan
yang timbul pada R merupakan tegangan output (Vout).

Gambar 3.2 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Dioda Bridge

8
Saat titik A mendapatkan tegangan negative (-) dan B positif (+), Dioda D2 & D4 dalam
kondisi dipanjar maju (Forward Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan positif (On) dan
D1 & D3 dalam kondisi dipanjar terbalik (Reverse Bias) (Off). Karena diode D2 & D4 dalam
kondisi On, maka Arus akan mengalir dari titik B – D2 – R- D4 dan kembali ketitik A-. Karena
arus mengalir melewati R, maka pada R akan timbul tegangan sebesar Vin x 0.636. Tegangan
yang timbul pada R merupakan tegangan output (Vout).

Gambar 3.3 Gelombang Input Output Dioda Penyearah Full Wave Bridge

1.4.2 Langkah Percobaan


1.4.2.1 Penyearah Setengah Gelombang
a. Alat dan Komponen yang digunakan :
1. Osiloskop Gw INSTEK GOS630 : 1 buah
2. Multimeter SANWA YX360TRF : 1 buah
3. Probe : 1 buah
4. Resistor 1200Ω : 1 buah
5. Dioda : 1 buah
6. Transformator : 1 buah
7. Project board : 1 buah
8. Jumper : Beberapa Utas

9
b.1 Mengukur besar tegangan keluaran pada T1 menggunakan multimeter
1.Melakukan kalibrasi pada multimeter dengan cara memutar range switch selector pada posisi
ohm lalu menempelkan probe + dengan negatif .

2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )

3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.

4.Siapkan multimeter yang telah terkalibrasi, karena trafo yang digunakan 12 V maka putar
range switch selector pada posisi 50 ACV, hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan T1 dengan menempelkan probe multimeter positif pada trafo 12 V dan
probe multimeter negatif pada trafo CT atau jumper yang terhubung dengan trafo CT.

6.Hasil pengukuran pada skala multimeter jarum


menunjukkan posisi 13 karena skala yang dilihat pada
multimeter adalah skala 0 – 50 V.

7.Jadi besar tegangan pada T1 menggunakan multimeter


adalah 13 V.

10
b.2 Mengukur besar tegangan keluaran pada R1 menggunakan multimeter
1.Melakukan kalibrasi pada multimeter dengan cara memutar range switch selector pada posisi
ohm lalu menempelkan probe + dengan negatif .

2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )

3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.

4.Siapkan multimeter yang telah terkalibrasi, karena trafo yang digunakan 12 V maka putar
range switch selector pada posisi 50 DCV, hubungkan kabel trafo pada saklar.
5. Mengukur tegangan R1 dengan menempelkan probe multimeter positif pada kaki resistor
yang dialiri arus positif dan probe multimeter negatif pada ground kaki resistor.

6.Hasil pengukuran pada skala multimeter jarum


menunjukkan posisi 6 karena skala yang dilihat pada
multimeter adalah skala 0 – 50 V.

7.Jadi besar tegangan pada R1 menggunakan multimeter


adalah 6 V.

11
b.3 Mengukur besar tegangan keluaran pada T1 menggunakan osiloskop
1.Melakukan kalibrasi pada osiloskop dengan cara tekan tombol power osiloskop dan pastikan
semua tombol pada posisi tengah. Hubungkan probe pada CH1 kemudian probe pengait
dihubungkan pada tombol cal. Posisikan garis pada posisi tengah garis horizontal (0). Atur
volt/div pada posisi 1V, dan time/div pada posisi 0,5 ms. Atur div vertikal 2 kotak, div
horizontal 1 kotak, sehingga menghasilkan 2 div dan 1 ms. Osiloskop siap digunakan.

2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )

3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.

4.Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi dan hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan T1 dengan menempelkan probe pengait pada jumper yang terhubung
pada trafo 12 V dan probe hitam pada jumper yang terhubung dengan CT.

6.Hasil pengukuran pada osiloskop dengan


menggunakan 5 volt/div dan 2ms time/div, adalah
5 div vertikal.

7.Jadi besar tegangan pada T1 menggunakan


osiloskop adalah 5 x 5 = 25 Vpp

12
b.4 Mengukur besar tegangan keluaran pada R1 menggunakan osiloskop
1.Melakukan kalibrasi pada osiloskop dengan cara tekan tombol power osiloskop dan pastikan
semua tombol pada posisi tengah. Hubungkan probe pada CH1 kemudian probe pengait
dihubungkan pada tombol cal. Posisikan garis pada posisi tengah garis horizontal (0). Atur
volt/div pada posisi 1V, dan time/div pada posisi 0,5 ms. Atur div vertikal 2 kotak, div
horizontal 1 kotak, sehingga menghasilkan 2 div dan 1 ms. Osiloskop siap digunakan.

2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )

3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.

4.Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi dan hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan R1 dengan menempelkan probe pengait pada jumper yang terhubung
pada kaki katoda dioda dan probe hitam pada jumper yang terhubung dengan ground.

6.Hasil pengukuran pada osiloskop dengan menggunakan


5 volt/div dan 5ms time/div, adalah 2,6 div vertikal.
7.Jadi besar tegangan pada R1 menggunakan osiloskop
adalah 2,6 x 5 = 13 Vpp

13
b.5 Simulasi rangkaian dengan program EWB
1. T1 Osiloskop

2. R1 Osiloskop

b.6 Menghitung besar tegangan keluaran pada R1


𝑣𝑜𝑙𝑡
VR1 = 𝑉𝑝 𝑥 = 2,6 𝑥 5 = 13 𝑉𝑝 Vp = div dari zero position ke skala atas
𝑑𝑖𝑣

Jadi besar tegangan pada R1 menggunakan osiloskop adalah 2,6 x 5 = 13 V

1.4.2.2 Penyearah Gelombang Penuh Center Tap


a. Alat dan Komponen yang digunakan :
1. Osiloskop Gw INSTEK GOS630 : 1 buah
2. Multimeter SANWA YX360TRF : 1 buah
3. Probe : 1 buah
4. Resistor 1200Ω : 1 buah
5. Dioda : 2 buah

14
6. Transformator : 1 buah
7. Project board : 1 buah
8. Jumper : Beberapa Utas

b.1 Mengukur besar tegangan keluaran pada T1 menggunakan multimeter


1.Melakukan kalibrasi pada multimeter dengan cara memutar range switch selector pada posisi
ohm lalu menempelkan probe + dengan negatif .

2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )

3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 2 sumber.

4.Siapkan multimeter yang telah terkalibrasi, karena trafo yang digunakan 12 V maka putar
range switch selector pada posisi 50 ACV, hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan T1 dengan menempelkan probe multimeter positif pada trafo 12 V dan
probe multimeter negatif pada trafo CT.

6.Hasil pengukuran pada skala multimeter jarum menunjukkan


posisi 13 karena skala yang dilihat pada multimeter adalah skala
0 – 50 V.

15
7.Jadi besar tegangan pada T1 menggunakan multimeter adalah 13 V.

b.2 Mengukur besar tegangan keluaran pada R1 menggunakan multimeter


1.Melakukan kalibrasi pada multimeter dengan cara memutar range switch selector pada posisi
ohm lalu menempelkan probe + dengan negatif .

2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )

3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 2 sumber.

4.Siapkan multimeter yang telah terkalibrasi, karena trafo yang digunakan 12 V maka putar
range switch selector pada posisi 50 DCV, hubungkan kabel trafo pada saklar.
5. Mengukur tegangan R1 dengan menempelkan probe multimeter positif pada kaki resistor
yang dialiri arus positif dan probe multimeter negatif pada ground kaki resistor.

6.Hasil pengukuran pada skala multimeter jarum


menunjukkan posisi 12 karena skala yang dilihat pada
multimeter adalah skala 0 – 50 V.

7.Jadi besar tegangan pada R1 menggunakan multimeter


adalah 12 V.

16
b.3 Mengukur besar tegangan keluaran pada T1 menggunakan osiloskop
1.Melakukan kalibrasi pada osiloskop dengan cara tekan tombol power osiloskop dan pastikan
semua tombol pada posisi tengah. Hubungkan probe pada CH1 kemudian probe pengait
dihubungkan pada tombol cal. Posisikan garis pada posisi tengah garis horizontal (0). Atur
volt/div pada posisi 1V, dan time/div pada posisi 0,5 ms. Atur div vertikal 2 kotak, div
horizontal 1 kotak, sehingga menghasilkan 2 div dan 1 ms. Osiloskop siap digunakan.

2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )

3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 2 sumber.

4.Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi dan hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan T1 dengan menempelkan probe pengait pada jumper yang terhubung
pada trafo 12 V dan probe hitam pada jumper yang terhubung dengan CT.

6.Hasil pengukuran pada osiloskop dengan


menggunakan 5 volt/div dan 5ms time/div, adalah
5,2 div vertikal.
7.Jadi besar tegangan pada T1 menggunakan
osiloskop adalah 5,2 x 5 = 26 Vpp

17
b.4 Mengukur besar tegangan keluaran pada R1 menggunakan osiloskop
1.Melakukan kalibrasi pada osiloskop dengan cara tekan tombol power osiloskop dan pastikan
semua tombol pada posisi tengah. Hubungkan probe pada CH1 kemudian probe pengait
dihubungkan pada tombol cal. Posisikan garis pada posisi tengah garis horizontal (0). Atur
volt/div pada posisi 1V, dan time/div pada posisi 0,5 ms. Atur div vertikal 2 kotak, div
horizontal 1 kotak, sehingga menghasilkan 2 div dan 1 ms. Osiloskop siap digunakan.

2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )

3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 2 sumber.

4.Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi dan hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan R1 dengan menempelkan probe pengait pada jumper yang terhubung
pada kaki katoda dioda dan probe hitam pada jumper yang terhubung dengan ground.

6.Hasil pengukuran pada osiloskop dengan menggunakan 5


volt/div dan 5ms time/div, adalah 2,6 div vertikal.
7.Jadi besar tegangan pada R1 menggunakan osiloskop adalah
2,6 x 5 = 13 Vpp

18
b.5 Simulasi rangkaian dengan program EWB
1. T1 Osiloskop

2. R1 Osiloskop

b.6 Menghitung besar tegangan keluaran pada R1


𝑣𝑜𝑙𝑡
VR1 = 𝑉𝑝 𝑥 = 2,6 𝑥 5 = 13 𝑉𝑝 Vp = div dari zero position ke skala atas
𝑑𝑖𝑣

Jadi besar tegangan pada R1 menggunakan osiloskop adalah 2,6 x 5 = 13 V

1.4.2.3 Penyearah Gelombang Penuh Diode Bridge


a. Alat dan Komponen yang digunakan :
1. Osiloskop Gw INSTEK GOS630 : 1 buah
2. Multimeter SANWA YX360TRF : 1 buah
3. Probe : 1 buah
4. Resistor 1200Ω : 1 buah
5. Dioda : 4 buah
6. Transformator : 1 buah
7. Project board : 1 buah
8. Jumper : Beberapa Utas

19
b.1 Mengukur besar tegangan keluaran pada T1 menggunakan multimeter
1.Melakukan kalibrasi pada multimeter dengan cara memutar range switch selector pada posisi
ohm lalu menempelkan probe + dengan negatif .

2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )

3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.

4.Siapkan multimeter yang telah terkalibrasi, karena trafo yang digunakan 12 V maka putar
range switch selector pada posisi 50 ACV, hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan T1 dengan menempelkan probe multimeter positif pada trafo 12 V dan
probe multimeter negatif pada trafo CT.

6.Hasil pengukuran pada skala multimeter jarum menunjukkan


posisi 13 karena skala yang dilihat pada multimeter adalah
skala 0 – 50 V.
7.Jadi besar tegangan pada T1 menggunakan multimeter adalah
13 V.

b.2 Mengukur besar tegangan keluaran pada R1 menggunakan multimeter


1.Melakukan kalibrasi pada multimeter dengan cara memutar range switch selector pada posisi
ohm lalu menempelkan probe + dengan negatif .

20
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )

3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.

4.Siapkan multimeter yang telah terkalibrasi, karena trafo yang digunakan 12 V maka putar
range switch selector pada posisi 50 DCV, hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan R1 dengan menempelkan probe multimeter positif pada kaki resistor
yang dialiri arus positif dan probe multimeter negatif pada ground kaki resistor.

6.Hasil pengukuran pada skala multimeter jarum menunjukkan


posisi 11 karena skala yang dilihat pada multimeter adalah
skala 0 – 50 V.

7.Jadi besar tegangan pada R1 menggunakan multimeter adalah


11 V.

b.3 Mengukur besar tegangan keluaran pada T1 menggunakan osiloskop


1.Melakukan kalibrasi pada osiloskop dengan cara tekan tombol power osiloskop dan pastikan
semua tombol pada posisi tengah. Hubungkan probe pada CH1 kemudian probe pengait
dihubungkan pada tombol cal. Posisikan garis pada posisi tengah garis horizontal (0). Atur
volt/div pada posisi 1V, dan time/div pada posisi 0,5 ms. Atur div vertikal 2 kotak, div
horizontal 1 kotak, sehingga menghasilkan 2 div dan 1 ms. Osiloskop siap digunakan.

21
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )

3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.

4.Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi dan hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan T1 dengan menempelkan probe pengait pada jumper yang terhubung
pada trafo 12 V dan probe hitam pada jumper yang terhubung dengan CT.

6.Hasil pengukuran pada osiloskop dengan menggunakan 5


volt/div dan 5ms time/div, adalah 2,4 div vertikal.
7.Jadi besar tegangan pada T1 menggunakan osiloskop
adalah 2,4 x 5 = 12 Vpp

b.4 Mengukur besar tegangan keluaran pada R1 menggunakan osiloskop


1.Melakukan kalibrasi pada osiloskop dengan cara tekan tombol power osiloskop dan pastikan
semua tombol pada posisi tengah. Hubungkan probe pada CH1 kemudian probe pengait
dihubungkan pada tombol cal. Posisikan garis pada posisi tengah garis horizontal (0). Atur
volt/div pada posisi 1V, dan time/div pada posisi 0,5 ms. Atur div vertikal 2 kotak, div
horizontal 1 kotak, sehingga menghasilkan 2 div dan 1 ms. Osiloskop siap digunakan.

2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )

3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.

22
4.Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi dan hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan R1 dengan menempelkan probe pengait pada jumper yang terhubung
pada kaki katoda dioda dan probe hitam pada jumper yang terhubung dengan ground.

6.Hasil pengukuran pada osiloskop dengan


menggunakan 5 volt/div dan 5ms time/div, adalah 2,6
div vertikal.
7.Jadi besar tegangan pada R1 menggunakan osiloskop
adalah 2,6 x 5 = 13 Vpp

b.5 Simulasi rangkaian dengan program EWB


1. T1 Osiloskop

23
2. R1 Osiloskop

b.6 Menghitung besar tegangan keluaran pada R1


𝑣𝑜𝑙𝑡
VR1 = 𝑉𝑝 𝑥 = 2,6 𝑥 5 = 13 𝑉𝑝 Vp = div dari zero position ke skala atas
𝑑𝑖𝑣

Jadi besar tegangan pada R1 menggunakan osiloskop adalah 2,6 x 5 = 13 V

1.5 Laporan Akhir


1.5.1 Gambarkan bentuk gelombang dari percobaan yang telah dilakukan
Lampiran.

1.5.2 Lakukan analisa dari ketiga percobaan diatas.


Percobaan diatas memperoleh :
- nilai tegangan input 25 Vpp dan Output 13 Vpp pada penyearah setengah gelombang.
- nilai tegangan input 26 Vpp dan Output 13 Vpp pada penyearah gelombang penuh center tap.
- nilai tegangan input 12 Vpp dan Output 13 Vpp pada penyearah gelombang penuh dioda
bridge.

1.5.3 Berikan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan diatas.


Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, pada bagian input dari rangkaian penyearah,
dapat dilihat melalui osiloskop bahwa bentuk gelombang input adalah gelombang sinusoidal.
Gelombang ini merupakan gelombang arus bolak balik yang senantiasa berubah terhadap
waktu. Namun, setelah melalui komponen dioda, bentuk gelombang menjadi setengah dari
gelombang input. Ini menunjukkan bahwa pada saat gelombang input melewati komponen
diode maka gelombang tersebut akan disearahkan oleh diode.

24
1.6 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa :
- Dioda merupakan komponen aktif yang dapat menyearahkan arus AC menjadi arus DC
pada keadaan berpanjar maju.
- Adapun prinsip kerja dari half-Wafe Rectifier adalah pada saat tegangan bolak balik
positif dioda akan panjar maju. Saat itu arus akan mengalir dari transformator ke dioda,
beban dan kembali ke transformator sehingga pada ujung-ujung beban akan terdapat
beda tegangan yang bentuknya sama dengan tegangan masukan. Setengah periode
berikutnya dioda akan dipanjar mundur, saat itu tidak ada arus yang mengalir sehingga
pada ujung-ujung beban tidak ada tegangan.
- Pada penyearah gelombang penuh membalikkan masing-masing putaran setengah
negatif sehingga mendapatkan jumlah dua kali putaran positif pada isyarat
keluarannya.

1.7 Daftar Pustaka


Kho, Dickson, 2014 Pengertian Rectifier dan Jenis-jenisnya,
http://teknikelektronika.com/pengertian-rectifier-penyearah-gelombang-jenis-rectifier/,
diakses pada tanggal 7 November 2016, pukul 17:05 WIB

kibogowonto, 2010 Dioda sebagai penyearah,


https://kibogowonto.wordpress.com/2010/10/14/dioda-sebagai-penyearah-rectifier-dioda/,
diakses pada tanggal 8 November 2016, pukul 21:05 WIB

25

Anda mungkin juga menyukai