Laporan Praktikum 7 Elektronika-Dioda Pe PDF
Laporan Praktikum 7 Elektronika-Dioda Pe PDF
Asisten Praktikum:
Muhammad Arif Syarifudin
Muhammad Bagus Arifin
Oleh :
Dwitha Fajri Ramadhani 160533611410
S1 PTI OFF B
1.2 Pendahuluan
Hampir semua peralatan elektronika memerlukan sumber arus searah. Penyearah
digunakan untuk mendapatkan arus searah dari suatu arus bolak-balik. Arus atau tegangan
tersebut harus benar-benar rata tidak boleh berdenyut-denyut agar tidak menimbulkan
gangguan bagi peralatan yang dicatu.
Dioda sebagai salah satu komponen aktif sangat popular digunakan dalam rangkaian
elektronika, karena bentuknya sederhana dan penggunaannya sangat luas. Ada beberapa
macam rangkaian dioda, diantaranya: penyearah setengah gelombang (Half-Wafe Rectifier),
penyearah gelombang penuh (Full-Wave Rectifier), rangkaian pemotong (Clipper), rangkaian
penjepit (Clamper) maupun pengganda tegangan (Voltage Multiplier).
Setelah mengetahui konstruksi, karakteristik dan model dari diode semikonduktor,
diharapkan mahasiswa dapat memahami pula konfigurasi dengan menggunakan model dalam
aplikasinya dirangkaian elektronik.
Pada kesempatan ini, akan dibahas mengenai penerapan dari beberapa aplikasi diode
tersebut, diantaranya Dioda penyearah Half Wave dan Full Wave.
2
Jika sebuah Dioda dialiri arus Bolak-balik (AC), maka Dioda tersebut hanya akan
melewatkan setengah gelombang, sedangkan setengah gelombangnya lagi diblokir/dipotong
(tidak terlihat).
3
sedangkan D2 yang mendapatkan sinyal Negatif (-) akan berada dalam kondisi Reverse Bias
(Bias Terbalik) sehingga menghambat sisi sinyal Negatifnya.
Sebaliknya, pada saat gelombang AC pada Terminal Pertama berubah menjadi sinyal
Negatif maka D1 akan berada dalam kondisi Reverse Bias dan menghambatnya. Terminal
Kedua yang berbeda fasa 180° akan berubah menjadi sinyal Positif sehingga D2 berubah
menjadi kondisi Forward Bias yang melewatkan sisi sinyal Positif tersebut.
Berdasarkan gambar 4. jika Transformer mengeluarkan output sisi sinyal Positif (+)
maka Output maka D1 dan D2 akan berada dalam kondisi Forward Bias sehingga melewatkan
sinyal Positif tersebut sedangakan D3 dan D4 akan menghambat sinyal sisi Negatifnya.
Kemudian pada saat Output Transformer berubah menjadi sisi sinyal Negatif (-) maka D3 dan
D4 akan berada dalam kondisi Forward Bias sehingga melewatkan sinyal sisi Positif (+)
tersebut sedangkan D1 dan D2 akan menghambat sinyal Negatifnya.
4
1.3.3 Konsep Dasar Penyearah
1.3.3.1 Half Wave
Nilai tegangan puncak Tegangan rata-rata DC pada penyearah Frekuensi output :
input transformator : setengah gelombang adalah :
𝑉𝑝 𝑉𝑝 fOUT = fIN
VRMS = VDC = = 0,318 𝑥 𝑉𝑝
√2 𝜋
5
Saat titik A mendapatkan tegangan positif (+) dan B negative (-), Dioda dalam kondisi
dipanjar maju (Forward Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan positif. Karena diode
dalam kondisi On, maka Arus akan mengalir dari titik A – Dioda – R dan kembali ketitik B-.
karena arus mengalir melewati R, maka pada R akan timbul tegangan sebesar Vin x 0.386.
Tegangan yang timbul pada R merupakan tegangan output (Vout).
Saat titik A mendapatkan tegangan negative (-) dan B positif (+), Dioda dalam kondisi
dipanjar terbalik (Reverse Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan negatif. Sehingga diode
dalam kondisi off, maka tidak ada Arus yang mengalir .Kondisi menyebakan tegangan pada
keluaran/output sama dengan 0/tidak ada.
2. Jelaskan cara kerja rangkaian penyearah gelombang penuh center tap? Gambarkan rangkaian
dan bentuk gelombang input/outputnya!
Jawab :
Penyearah tegang dengan menggunakan 2 buah diode memerlukan transformator/trafo yang
mempunyai terminal CT (center tep/titik tengah). Dioda akan bekerja secara bergantian.
Sehingga tegangan pada output akan selalu ada. Prinsip kerja rangkaian bias dijelaskan sbb :
Saat titik A mendapatkan tegangan positif (+) dan B negative (-), Dioda D1 dalam kondisi
dipanjar maju (Forward Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan positif dan D2 dalam
kondisi dipanjar terbalik (Reverse Bias) (off). Karena diode D1 dalam kondisi On, maka Arus
akan mengalir dari titik A – D1 – R dan kembali ketitik CT. Karena arus mengalir melewati R,
maka pada R akan timbul tegangan sebesar Vin x 0.636. Tegangan yang timbul pada R
merupakan tegangan output (Vout).
Saat titik A mendapatkan tegangan negative (-) dan B positif (+), Dioda D2 dalam kondisi
dipanjar maju (Forward Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan Positif dan D2 dalam
kondisi dipanjar maju (On). Karena diode D2 dalam kondisi On, maka Arus akan mengalir dari
titik B – D2 – R dan kembali ketitik CT. Karena arus mengalir melewati R, maka pada R akan
timbul tegangan sebesar Vin x 0.636. Tegangan yang timbul pada R merupakan tegangan
output (Vout).
6
Gambar 2.2 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Center Tap Arus D2
Saat titik A mendapatkan tegangan positif (+) dan B negative (-), Dioda D1 dalam kondisi
dipanjar maju (Forward Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan positif dan D2 dalam
kondisi dipanjar terbalik (Reverse Bias) (off). Karena diode D1 dalam kondisi On, maka Arus
akan mengalir dari titik A – D1 – R dan kembali ketitik CT. Karena arus mengalir melewati R,
maka pada R akan timbul tegangan sebesar Vin x 0.636. Tegangan yang timbul pada R
merupakan tegangan output (Vout).
Saat titik A mendapatkan tegangan negative (-) dan B positif (+), Dioda D2 dalam kondisi
dipanjar terbalik (Reverse Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan negative (off) dan D2
dalam kondisi dipanjar maju (Forward Bias) (On). Karena diode D2 dalam kondisi On, maka
Arus akan mengalir dari titik B – D2 – R dan kembali ketitik CT. Karena arus mengalir
melewati R, maka pada R akan timbul tegangan sebesar Vin x 0.636. Tegangan yang timbul
pada R merupakan tegangan output (Vout).
Gambar 2.3 Gelombang Input Output Dioda Penyearah Full Wave Center Tap
7
3. Jelaskan cara kerja rangkaian penyearah gelombang penuh dengan jembatan dioda (diode
bridge)? Gambarkan rangkaian dan bentuk gelombang input/outputnya!
Jawab :
Prinsip kerja penyearah dengan 4 buah diode sama dengan penyearah gelombang penuh
menggunakan 2 buah diode, hanya pada penyearah system bridge ini transformator yang
digunakan tidak harus CT. Dioda akan bekerja secara berpasangan, jika D1 &D3 On, D2 & D3
off, begitu juga sebaliknya.
Saat titik A mendapatkan tegangan positif (+) dan B negative (-), Dioda D1 & D3 dalam
kondisi dipanjar maju (Forward Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan positif dan D2
& D3 dalam kondisi dipanjar terbalik (Reverse Bias) (off). Karena diode D1 & D3 dalam
kondisi On, maka Arus akan mengalir dari titik A – D1 – R- D3 dan kembali ketitik B-. Karena
arus mengalir melewati R, maka pada R akan timbul tegangan sebesar Vin x 0.636. Tegangan
yang timbul pada R merupakan tegangan output (Vout).
8
Saat titik A mendapatkan tegangan negative (-) dan B positif (+), Dioda D2 & D4 dalam
kondisi dipanjar maju (Forward Bias) karena kaki anoda mendapat tegangan positif (On) dan
D1 & D3 dalam kondisi dipanjar terbalik (Reverse Bias) (Off). Karena diode D2 & D4 dalam
kondisi On, maka Arus akan mengalir dari titik B – D2 – R- D4 dan kembali ketitik A-. Karena
arus mengalir melewati R, maka pada R akan timbul tegangan sebesar Vin x 0.636. Tegangan
yang timbul pada R merupakan tegangan output (Vout).
Gambar 3.3 Gelombang Input Output Dioda Penyearah Full Wave Bridge
9
b.1 Mengukur besar tegangan keluaran pada T1 menggunakan multimeter
1.Melakukan kalibrasi pada multimeter dengan cara memutar range switch selector pada posisi
ohm lalu menempelkan probe + dengan negatif .
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )
3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.
4.Siapkan multimeter yang telah terkalibrasi, karena trafo yang digunakan 12 V maka putar
range switch selector pada posisi 50 ACV, hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan T1 dengan menempelkan probe multimeter positif pada trafo 12 V dan
probe multimeter negatif pada trafo CT atau jumper yang terhubung dengan trafo CT.
10
b.2 Mengukur besar tegangan keluaran pada R1 menggunakan multimeter
1.Melakukan kalibrasi pada multimeter dengan cara memutar range switch selector pada posisi
ohm lalu menempelkan probe + dengan negatif .
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )
3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.
4.Siapkan multimeter yang telah terkalibrasi, karena trafo yang digunakan 12 V maka putar
range switch selector pada posisi 50 DCV, hubungkan kabel trafo pada saklar.
5. Mengukur tegangan R1 dengan menempelkan probe multimeter positif pada kaki resistor
yang dialiri arus positif dan probe multimeter negatif pada ground kaki resistor.
11
b.3 Mengukur besar tegangan keluaran pada T1 menggunakan osiloskop
1.Melakukan kalibrasi pada osiloskop dengan cara tekan tombol power osiloskop dan pastikan
semua tombol pada posisi tengah. Hubungkan probe pada CH1 kemudian probe pengait
dihubungkan pada tombol cal. Posisikan garis pada posisi tengah garis horizontal (0). Atur
volt/div pada posisi 1V, dan time/div pada posisi 0,5 ms. Atur div vertikal 2 kotak, div
horizontal 1 kotak, sehingga menghasilkan 2 div dan 1 ms. Osiloskop siap digunakan.
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )
3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.
4.Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi dan hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan T1 dengan menempelkan probe pengait pada jumper yang terhubung
pada trafo 12 V dan probe hitam pada jumper yang terhubung dengan CT.
12
b.4 Mengukur besar tegangan keluaran pada R1 menggunakan osiloskop
1.Melakukan kalibrasi pada osiloskop dengan cara tekan tombol power osiloskop dan pastikan
semua tombol pada posisi tengah. Hubungkan probe pada CH1 kemudian probe pengait
dihubungkan pada tombol cal. Posisikan garis pada posisi tengah garis horizontal (0). Atur
volt/div pada posisi 1V, dan time/div pada posisi 0,5 ms. Atur div vertikal 2 kotak, div
horizontal 1 kotak, sehingga menghasilkan 2 div dan 1 ms. Osiloskop siap digunakan.
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )
3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.
4.Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi dan hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan R1 dengan menempelkan probe pengait pada jumper yang terhubung
pada kaki katoda dioda dan probe hitam pada jumper yang terhubung dengan ground.
13
b.5 Simulasi rangkaian dengan program EWB
1. T1 Osiloskop
2. R1 Osiloskop
14
6. Transformator : 1 buah
7. Project board : 1 buah
8. Jumper : Beberapa Utas
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )
3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 2 sumber.
4.Siapkan multimeter yang telah terkalibrasi, karena trafo yang digunakan 12 V maka putar
range switch selector pada posisi 50 ACV, hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan T1 dengan menempelkan probe multimeter positif pada trafo 12 V dan
probe multimeter negatif pada trafo CT.
15
7.Jadi besar tegangan pada T1 menggunakan multimeter adalah 13 V.
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )
3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 2 sumber.
4.Siapkan multimeter yang telah terkalibrasi, karena trafo yang digunakan 12 V maka putar
range switch selector pada posisi 50 DCV, hubungkan kabel trafo pada saklar.
5. Mengukur tegangan R1 dengan menempelkan probe multimeter positif pada kaki resistor
yang dialiri arus positif dan probe multimeter negatif pada ground kaki resistor.
16
b.3 Mengukur besar tegangan keluaran pada T1 menggunakan osiloskop
1.Melakukan kalibrasi pada osiloskop dengan cara tekan tombol power osiloskop dan pastikan
semua tombol pada posisi tengah. Hubungkan probe pada CH1 kemudian probe pengait
dihubungkan pada tombol cal. Posisikan garis pada posisi tengah garis horizontal (0). Atur
volt/div pada posisi 1V, dan time/div pada posisi 0,5 ms. Atur div vertikal 2 kotak, div
horizontal 1 kotak, sehingga menghasilkan 2 div dan 1 ms. Osiloskop siap digunakan.
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )
3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 2 sumber.
4.Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi dan hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan T1 dengan menempelkan probe pengait pada jumper yang terhubung
pada trafo 12 V dan probe hitam pada jumper yang terhubung dengan CT.
17
b.4 Mengukur besar tegangan keluaran pada R1 menggunakan osiloskop
1.Melakukan kalibrasi pada osiloskop dengan cara tekan tombol power osiloskop dan pastikan
semua tombol pada posisi tengah. Hubungkan probe pada CH1 kemudian probe pengait
dihubungkan pada tombol cal. Posisikan garis pada posisi tengah garis horizontal (0). Atur
volt/div pada posisi 1V, dan time/div pada posisi 0,5 ms. Atur div vertikal 2 kotak, div
horizontal 1 kotak, sehingga menghasilkan 2 div dan 1 ms. Osiloskop siap digunakan.
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )
3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 2 sumber.
4.Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi dan hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan R1 dengan menempelkan probe pengait pada jumper yang terhubung
pada kaki katoda dioda dan probe hitam pada jumper yang terhubung dengan ground.
18
b.5 Simulasi rangkaian dengan program EWB
1. T1 Osiloskop
2. R1 Osiloskop
19
b.1 Mengukur besar tegangan keluaran pada T1 menggunakan multimeter
1.Melakukan kalibrasi pada multimeter dengan cara memutar range switch selector pada posisi
ohm lalu menempelkan probe + dengan negatif .
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )
3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.
4.Siapkan multimeter yang telah terkalibrasi, karena trafo yang digunakan 12 V maka putar
range switch selector pada posisi 50 ACV, hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan T1 dengan menempelkan probe multimeter positif pada trafo 12 V dan
probe multimeter negatif pada trafo CT.
20
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )
3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.
4.Siapkan multimeter yang telah terkalibrasi, karena trafo yang digunakan 12 V maka putar
range switch selector pada posisi 50 DCV, hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan R1 dengan menempelkan probe multimeter positif pada kaki resistor
yang dialiri arus positif dan probe multimeter negatif pada ground kaki resistor.
21
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )
3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.
4.Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi dan hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan T1 dengan menempelkan probe pengait pada jumper yang terhubung
pada trafo 12 V dan probe hitam pada jumper yang terhubung dengan CT.
2.Mengecek kondisi trafo dengan mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer –
kumparan sekunder, kumparan primer – inti besi, kumparan sekunder – inti besi. Trafo
dikatakan baik apabila tahanan isolasi berukuran tak hingga ( ∞ )
3.Merangkai komponen dioda, trafo, dan resistor sesuai gambar, menggunakan 1 sumber.
22
4.Siapkan osiloskop yang telah terkalibrasi dan hubungkan kabel trafo pada saklar.
5.Mengukur tegangan R1 dengan menempelkan probe pengait pada jumper yang terhubung
pada kaki katoda dioda dan probe hitam pada jumper yang terhubung dengan ground.
23
2. R1 Osiloskop
24
1.6 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa :
- Dioda merupakan komponen aktif yang dapat menyearahkan arus AC menjadi arus DC
pada keadaan berpanjar maju.
- Adapun prinsip kerja dari half-Wafe Rectifier adalah pada saat tegangan bolak balik
positif dioda akan panjar maju. Saat itu arus akan mengalir dari transformator ke dioda,
beban dan kembali ke transformator sehingga pada ujung-ujung beban akan terdapat
beda tegangan yang bentuknya sama dengan tegangan masukan. Setengah periode
berikutnya dioda akan dipanjar mundur, saat itu tidak ada arus yang mengalir sehingga
pada ujung-ujung beban tidak ada tegangan.
- Pada penyearah gelombang penuh membalikkan masing-masing putaran setengah
negatif sehingga mendapatkan jumlah dua kali putaran positif pada isyarat
keluarannya.
25