Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa cahaya memiliki


berbagai macam sifat, adapun sifat-sifat tersebut diantaranya adalah
bahwa cahaya dapat memantul, membias, merambat, membelok, dan
masih banyak lagi sifat cahaya lainnya. Sementara itu kemampuan
cahaya dalam merambat pada dua atau lebih medium yang berbeda
disebut dengan indeks bias cahaya. Dimana perambatan yang terjadi
berlangsung pada medium-medium yang dilalui cahaya. Pada masalah
ini salah satu faktor yang mempengaruhi indeks bias adalah suhu pada
masing-masing medium yang dilewati cahaya. Kemampuan cahaya
dalam merambat pada suatu bidang adalah indeks bias. Perambatan
cahaya dapat terjadi pada medium padat,cair dan gas. Untuk percobaan
kita kali ini yang akan kita lakukan adalah mempelajari indeks bias
pada zat cair dan pengaruh suhu terhadap indeks bias zat cair yang kita
amati.

Pembiasaan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas


cahayamelewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya.
Indeks biasmutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya
di ruang hampadengan kecepatan cahaya di bahan tersebut
(Swastikayana, 2009).Hukum Snellius adalah rumus matematika yang
memberikan hubunganantara sudut datang dan sudut bias pada cahaya
atau gelombang lainnya yangmelalui batas antara dua medium isotropik
berbeda, seperti udara dan gelas. Hukumini juga dikenal sebagai Hukum
Descartes atau Hukum Pembiasan Indeks bias suatu zat adalah
perbandingan cepat rambat cahaya dalam hampa udara (c) terhadap
cepat rambat cahaya dalam zat tersebut (v), atau perbandingan sinus
sudut datang terhadap sinus sudut bias. Harga indeks bias berubah-
ubah tergantung pada panjang gelombang cahaya dan suhu.

Refraktometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur


indeks bias suatu zat. Definisi indeks bias suatu zat adalah
perbandingan cepat rambat cahaya dalam ruang hampa (c) dengan cepat
rambat cahaya dalam zat tersebut (n). Hal ini disebabkan oleh redaman
osilasi dari atom-atom dalam medium tersebut. Jika cahaya masuk dari
suatu medium ke medium lain frekuensi cahaya tidak berubah tetapi
cepat rambatnya akan berubah. Standar ini berisi antara lain prosedur
penentu indeks bias (n) relative mineral transparan dalam bentuk
butiran atau pecahan mineral transparan berukuran (+/-) 0,6 mm atau
berat kir-kira 0,01 g dalam bentuk medium rendam yang diketahui
indeks biasnya dengan menggunakan mikroskop dan ilminasi piring.
Kecepatan cahaya dalam sebuah vakum adalah 299.792.458 meter
perdetik (m/s) atau 1.079.252.848,8 kilometer perjam (km/h).

Kebanyakan yang dapat kita amati, tampak karena obyek tersebut


memantulkan cahaya kemata kita. Pada pantulan yang paling umum
terjadi, ketika cahaya memantul kesemua arah yang disebut pantulan
baur. Untuk keperluan cukup kita melukiskan satu sinar saja, mustahil
ada atau hanya merupakan abstrasi geometrical saja.

Indeks bias suatu zat merupakan perbandingan kecepatan cahaya


dalam hampa udara terhadap kecepatan cahaya dalam zat tersebut.
Sedangkan viskositas dalam istilah orang awam adalah ukuran
kekentalan suatu cairan. Semakin besar nilai viskositas suatu zat cair
maka semakin besar pula kekentalan cairan tersebut. Secara umum
viskositas terdapat pada zat alir (fluida) seperti zat cair dan gas. Alat
pengukur viskositas suatu cairan disebut viskosimeter (viscometer).
Pengukuran viskositas lebih banyak digunakan orang untuk zat cair
ketimbang zat gas, seperti viskositas oli pelumas mesin, produk susu,
cat, air minum, darah, minyak goreng, sirup dan sangat jarang
digunakan untuk zat gas. Ini berarti tidak sedikit bidang profesi yang
membutuhkan data viskositas diantaranya fisikawan, kimiawan, analis
kimia industri, dokter, kimia farmasi, kimia lingkungan, perminyakan,
biokimia dan sebagainya

1.2. Tujuan
1. Mengetahui prinsip kerja refraktometer
2. Dapat mengukur indeks bias suatu bahan
II. TINJAUAN PUSTAKA

Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/


konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dsb. Prinsip
kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan
refraksi cahaya. Bila seberkas sinar dilewatkan dari satu medium ke
medium yang Lain, akan terjadi perubahan kecepatan sinar. Perubahan
kecepatan sinar ini disebut dengan pembiasan. Perbandingan kecepatan
sinar didalam medium vakum de-ngan dalam medium zat disebut
dengan indekbias (n) dari zat.( Suparno. 1994)

Besarnya harga indek bias zat tergantung pada densiti,


temperatur dan macam medium yang dilewati sinar, serta panjang
gelombang sinar yang dipakai. lndek bias dapat juga disebut sebagai
perbandinaan sinus sudut datang dengan (t) sinus sudut bias (r). Jadi
refaktometri adalah analisa yang didasarkan pada pungukuran indek
bias (n) dari suatu zat, dimana besaran merupakan fungsi dari
komponen. Larutan dari dua cairan (biner) yang berbeda indek biasnya
dapat ditentukan kornposisinya dengan rnelakukan pengukuran harga
indek bias dan dengan bantuan kurva kalibrasi dari larutan standar
dengan komponen yang sarna.( Khopkar, 2007)

Alat yang digunakan dalam refaktometris, yaitu :

1. Sistem prisma, menggunakan pencapaian pemantulan total di


harapkan cahaya keluar ke udara sehingga kita dapat
mendeteksinya di udara
2. Sistem Lensa, menentukan titik focus lensa (terbuat dari kaca)
3. Pemantulan total, keadaan dimana sudut biasnya tepat pada
sudut 90 derajat. Contoh : fatamorgana

Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara


dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi
untuk identifikasi zat kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada
suhu 20oC dan suhu tersebut harus benar-benar diatur dan
dipertahankan karena sangat mempengaruhi indeks bias.
(Zemansky,1994)

Harga indeks bias dinyatakan dalam farmakope Indonesia edisi


empat dinyatakan garis (D) cahaya natrium pada panjang gelombang
589,0 nm dan 589,6 nm. Umumnya alat dirancang untuk digunakan
dengan cahaya putih. Alat yang digunakan untuk mengukur indeks bias
adalah refraktometer ABBE. Untuk mencapai kestabilan, alat harus
dikalibrasi dengan menggunakan plat glass standart (joo, 2004)

Metode standard dalam pengukuran indeks bias yang paling


sederhana yaitu dengan mengukur sudut pembelokan cahaya yang
melewati wadah berbentuk prisma berisi larutan uji. Meskipun metode
ini akurat, namun membutuhkan ruangan yang cukup besar

Pengukuran indeks bias dapat dilakukan dengan menggunakan


refraktometer maupun metode interferometri. Dalam penelitian
digunakan metode prisma refraktometri dan refraktometer Abbe. Hasil
pengukuran indeks bias dari keduanya kemudian dibandingkan dengan
indeks bias standar. Sampel yang digunakan adalah cairan murni yaitu
aquades, alkohol, aseton, toluene, bensin, minyak tanah, solar, paraffin
oil dan paraffin liquid dan campuran cairan yaitu bensin murni-minyak
tanah, bensin SPBU swasta-minyak tanah dan solar-minyak tanah.
Campuran cairan dibuat dengan variasi konsentrasi 3%, 5%, 8%, 13%,
15%, 18%, 20%, 23%, 25%. Dari hasil percobaan disimpulkan metode
prisma refraktometri cukup akurat dalam pengukuran indeks bias
cairan maupun campuran cairan. Pengaruh perubahan konsentrasi
terhadap indeks bias campuran dapat ditunjukkan dengan baik. Metode
ini juga cukup peka terhadap ketidakmurnian cairan (Shyam,2002)

Nilai indeks bias diperlukan untuk menginterpretasi suatu jenis


data. Spektroskopi indeks bias dari suatu bahan atau larutan
merupakan parameter karakteristik yang sangat penting dan berkaitan
erat dengan parameter-parameter lain seperti temperatur, konsentrasi
dan lain-lain yang digunakan dalam optik, kimia dan industri obat-
obatan. Refraktometer bekerja menggunakan prinsip pembiasan cahaya
ketika melalui suatu larutan. Ketika cahaya datang dari udara ke dalam
larutan maka kecepatannya akan berkurang. Refraktometer memakai
prinsip ini untuk menentukan jumlah zat terlarut dalam larutan dengan
melewatkan cahaya ke dalamnya. Metode analisis kuantitatif
refraktometrik pada berbagai media cair berkembang lebih pesat dan
lebih luas, menggantikan metode yang volumetrik dan gravimetri yang
lebih banyak memakan waktu dan kurang akurat. Refraktometer
modern berbeda-beda antara satu dengan yang lain dalam berbagai
aspek jangkauan pengukuran, tingkat akurasi, metode yang digunakan
untuk merekam pergeseran cahaya, metode pengukuran indeks bias,
sifat dari sumber cahaya, pembuatan perangkat sampling, pengukuran
sel dan lain-lain.

Indeks bias mutlak suatu medium adalah rasio dari kecepatan


gelombang elektromagnetik dalam ruang hampa dengan kecepatannya
dalam media tersebut. Indeks bias relatif adalah rasio dari kecepatan
cahaya dalam satu medium ke dalam medium lain yang berdekatan.
Refraksi terjadi pada semua jenis gelombang tetapi umumnya terjadi
pada gelombang cahaya. Indeks bias medium memiliki panjang
gelombang yang berbeda-beda. Efek dispersi, memungkinkan prisma
memisahkan cahaya putih menjadi warna penyusunnya. Untuk warna
tertentu, indeks bias medium bergantung pada kerapatan medium, yang
juga merupakan fungsi dari konsentrasi. Nilai indeks bias refraktometer,
juga dikenal sebagai nilai oBrix (BV), adalah konstan untuk suatu zat
pada kondisi suhu dan tekanan standar (Indra,2009)

Indeks bias zat cair yang akan diamati harus lebih kecil dari
indeks bias n. Besar n tergantung daripada panjang gelombang cahaya
monokromatik yang digunakan. Cahaya yang digunakan adalah cahaya
kuning. Cahaya kuning yang melewati kompensator akan diteruskan
tanpa mengalami deviasi. Dispersi dapat menjadi nol, bila alas kedua
prisma amici ini sejajar dan saling terbalik. Tiap kali pengukuran n,
kompensator disetel sedemikian rupa sehingga batas terang dan gelap
dalam teleskop tidak terlihat adanya warna lagi. Bila suatu bahan
dengan indeks bias n ditempelkan pada gelas prisma yang mempunyai
indeks bias ng dan sudut bias A.( Yunus,2009)

faktor-faktor penting yang harus diperhitungkan pada semua


pengukuran refraksi ialah temperatur cairan dan jarak gelombang
cahaya yang dipergunakan untuk mengukur n. Pengaruh temperatur
terhadap indeks bias gelas adalah sangat kecil, tetapi cukup besar
terhadap cairan dan terhadap kebanyakan bahan plastik yang perlu
diketahui indeksnya. (Purnawati. 2006)

Karena pada suhu tinggi kerapatan optik suatu zat itu berkurang,
indeks biasnya akan berkurang. Perubahan per oC berkisar antara 5.10-
5 sampai 5.10-4. Pengukuran yang seksama sampai desimal yang ke-4
hanya berarti apabila suhu diketahui dengan seksama pula.

Perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut bias adalah


konstan. Ini dinamakan hukum Snell, dinamakan sesuai nama
matematikawan Belanda Willebrod Snell Von Royen (1591-1626), dan
dinyatakan oleh:

Sin θ isin θ r = n2

Konstanta n21 disebut indeks bias medium (2) relatif terhadap


medium. Nilai numerik konstanta itu tergantung pada sifat dasar
gelombang dan pada sifat-sifat kedua media. Indeks refraksi larutan gula
tergantung jumlah zat-zat yang terlarut, dan densitas suatu zat cair,
meskipun demikian dapat digunakan untuk mengukur kandungan gula.
Cara ini valid untuk pengukuran gula murni, karena adanya zat selain
gula mempengaruhi refraksi terhadap sukrosa. Oleh sebab itu,
pengukuran indeks refraksi dapat digunakan untuk memperkirakan
penentuan kandungan zat kering larutan terutama sukrosa Larutan dari
dua cairan (biner) yang berbeda indek biasnya dapat ditentukan
kornposisinya dengan rnelakukan pengukuran harga indek bias dan
dengan bantuan kurva ka-librasi dari larutan standar dengan komponen
yang sarna.
III. PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Batang Pengaduk berfungsi untuk mengaduk larutan.
2. Beaker Glass 200 mL berfungsi sebagai tempat
aquades
3. Beaker Glass 100 mL berfungsi sebagai wadah larutan
yang ingin di uji.
4. Botol Semprot 100 mL berfungsi untuk memindahkan
aquades agar lebih mudah dan praktis.
5. Pipet tetes berfungsi untuk meletakkan larutan ke
prisma refrakto untuk diuji.
6. Refraktometer berfungsi sebagai alat uji larutan.
7. Neraca Dua lengan untuk menimbang bahan uji.
8. Tissu untuk membersihkan prisma refraktometer.
3.2.1 Bahan
1. Aquades berfungsi sebagai pelarut serbuk uji.
2. Bubuk Kopi Luwak sebagai bahan yang di uji.
3. Gula sebagai bahan yang di uji.
3.2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan Glass Beaker 50 mL 5 buah.
3. Disiapkan aquades pada Glass Beaker 200 mL
4. Disiapkan bahan yang akan di uji, yang pertama
menggunakan bubuk kopi luwak.
5. Ditimbang bubuk kopi luwak menggunakan neraca dua
lengan, masing-masing 2 gr, 4 gr, 6 gr, 8 gr.
6. Diletakkan masing-masing bubuk kopi pada Glass Beaker
50 mL, yang di dapatkan menjadi 4 gelas. Yaitu berat 2 gr,
4 gr, 6 gr dan 8 gr.
7. Ditambahkan aquades pada masing-masing bubuk kopi
luwak sebanyak 20 mL.
8. Diaduk sampai larut, menggunakan batang pengaduk.
9. Dibersihkan prisma refraktometer menggunakan tisu.
10. Diteteskan larutan kopi berat 2 gr sebanyak 1 tetes
menggunakan pipet tetes pada prisma refaktometer.
11. Ditutup prisma dengan Day Light Plate agar larutan
terbaca pada skala dan tidak tumpah.
12. Dilihat skala di lubang yang terdapat pada refraktometer.
13. Dicatat skala yang terlihat, dihitung besar Brix dan indeks
biasnya.
14. Diulangi percobaan 10-13 untuk berat larutan 4 gr, 6 gr,
8 gr, dan 10 gr.
15. Dicatat hasil.
3.3 Gambar Alat
1. Interferometer Michelson
.
1

Keterangan :
1. Skala
2. Celah untuk melihat skala
3. Pegangan
4. Day Light Plate
5. Prisma
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1 Larutan Kopi Luwak
Berat (gr) Brix (%) Indeks Bias
2 10,3 1,348285
4 18 1,36054
6 20,3 1,36413
8 31,2 Tidak Terbaca
4.1.2 Larutan Gula (Agak kekuningan)
Berat (gr) Brix (%) Indeks Bias
2 10,2 1,346596
4 18 1,36054
6 25,2 1,372503
8 31,2 1,383324
10 - Tidak Terbaca
4.2. Perhitungan
4.2.1 Data Larutan Bubuk Kopi Luwak
1. Berat 2 gr °Brix 10,3%
 1,34937  1,34782 
nD1=   3   1,34782 =1,348285
 10 
2. Berat 4 gr °Brix 18%
nD2==1,36054
3. Berat 6 gr °Brix 20,3%
 1,36551  1,3638 
nD3=   3   1,3638 =1,36413
 10 
4. Berat 8 gr °Brix 31,4%
nD4 = Tidak terbaca
4.2.2 Data Larutan Gula (Warna Kekuningan)
1. Berat 2 gr °Brix 10,2%
 1,34782  1,34629 
nD1=   2   1,34629 =1,346596
 10 
2. Berat 4 gr °Brix 18%
nD2=1,36054
3. Berat 6 gr °Brix 25,2%
 1,37406  1,37233 
nD3=   3   1,37233 =1,372503
 10 
4. Berat 8 gr °Brix 31,2%
nD4 = 1,383324
5. Berat 10 gr °Brix Tidak terbaca
nD4 = Tidak Terbaca
4.3 Ralat
Larutan Kopi Luwak
X ̅
X-𝐗 ̅ )2
(X-𝐗
1,34829 0,33005 0,1089
1,36054 0,3423 0,1172
1,36413 0,34589 0,1196
Tidak
Tidak terbaca Tidak Terbaca
Terbaca
̅ = 1,01824
𝐗 ̅)2= 0,3457
∑(X-𝐗
= 0,3395

 X  X 
2 RM
RN =  100%
RM = X
n 1
0,3395
0,34577 =  100%
= 1,01824
3
=33,33%

Larutan Gula
X ̅
X-𝐗 ̅)2
(X-𝐗
1,346596 0,254 0,06452
1,36054 0,2679 0,0718
1,372503 0,2799 0,07835
1,383324 0,2907 0,08452
Tidak Tidak
Tidak Terbaca
Terbaca Terbaca
̅)2=
∑(X-𝐗
̅ = 1,0926
𝐗
0,2992
 X  X 
2

RM =
n 1

0,2992
=
4
= 0,2735

RM
RN =  100%
X
0,2735
=  100%
1,0926
4.4. Pembahasan

Indeks bias merupakan perbandingan laju cahaya di ruang hampa


terhadap laju cahaya didalam medium berdasarkan hasil yang telah
dilakukan. Menggunakan sebuah lensa yang berguna untuk mengatur
besar kecilnya cahaya yang keluar dari tabung cahaya. Dengan cara
memutar-mutar posisi dan ketinggian tabung sumber cahaya.

Satuan yang digunakan dalam instrument refractometer ini adalah refractive index
(RI). Aldof Brix, ilmuan dari jerman kemudian membuat konversi dari nilai
refractive index tersebut ke satuan brix yang diambil dari namanya. Brix sendiri
didefinisikan sebagai banyaknya sucrose murni per 100 gram air. Sebagai contoh :
10 gram sucrose murni di dalam 90 gram air akan menghasilkan nilai 10 % brix.
Pada praktek analisa di laboratorium, pengukuran % brix sangat dipengaruhi oleh
suhu lingkungan, sehingga hal ini teramat sangat penting untuk diperhatikan.
Tabel conversi nilai temperature tersebut bisa didapatkan dari ICUMSA,
Appendix 2, SPS – 3 (1998) halaman 8. Dimana dalam tabel tersebut
digambarkan pengaruh perubahan suhu dari 15 derajat celcius s/d 40 derajat
celsius untuk nilai brix dari 0 – 85 % brix untuk setiap perubahan 5 % brix.
Sebagai contoh Nilai brix dari sucrosa 10 % adalah 10 % pada suhu 20 derajat
celsius tetapi nilai tersebut akan bertambah 0.36 % jika analisa dilakukan pada
suhu 25 derajat celsius sehingga menjadi 10.36 % brix. Demikian signifikannya
pengaruh perubahan suhu pada pengukuran refraktometer sehingga hal ini sangat
penting untuk diperhatikan.

Dalam melakukan verivikasi refractometer dapat menggunakan air yang


tentunya bebas dari pengotor di suhu 20 dimana hasilnya harus menunjukkan nilai
0% brix plus minus nilai akurasi alat yang biasanya bisa dapatkan dari manual
book alat bersangkutan.

Jenis jenis refraktor:

Refraktometer Abbe

Merupakan alat untuk determinasi secara cepat konsentrasi,


kemurnian, kualitas dispersi dari sampel cair, padat, dan plastik.
Dapat digunakan untuk mengukur bermacam – macam indeks
bias suatu larutan. Dapat juga digunakan untuk mengukur kadar
tetapi kita harus membuat kurva standar.
Bagian refraktormeter abbe yaitu mempunyai dua lubang
pengamatan. Contoh sampel yang dapat digunakan untuk
dianalisis dengan refraktometer abbe adalah
a) Larutan: alkohol dan eter
b) Minyak : wax(lilin)
c) Minuman : sari buah, sirup

Gambar 1. Refraktometer Abbe


 Refraktometer Brix
Refraktometer Brix digunakan untuk mengkur
konsentrasi padatan terlarut dari gula,garam, protein, dan
lebih spesifiknya untuk makanan dan cairan ideal untuk
control kualitas. Hand refraktometer brix digunakan untuk
gula 0-32%.
Gambar 2. Refraktometer Brix

 Refraktometer Salt
Refraktometer Salt digunakan untuk mengukur kada
garam pada bagian perseribu atau ppt dan berat jenis atau
persen salinitas(kadar garam) tergantung pada model.
Refraktmeter salt digunakan untuk mengukur konsentrasi
garam dari air atau air garam. Hand refraktometer salt untuk NaCl
0-28%.
Gambar 3. Refraktometer Salt

 Refraktometer tangan/hand refractometer


Refraktometer tangan hanya untuk mengukur kadar zat tertentu
saja. Bagian hand refraktometer hanya mempunyai satu luang pengamatan
saja.
Ada dua jenis refraktometer tangan/genggam yaitu analog dan digital.

Gambar 4. Refraktometer tangan/hand refractometer


Prinsip kerja dari refraktometer analog maupun digital yaitu cahaya yang
masuk ke prisma memiliki karakteristik yang unik. Setiap karakteristik cahaya
memiliki nilai pada skala dalam satuan yang dikenal sebagai ° Brix. Indikasi
bahwa lampu tidak diganggu saat melewati prisma yaitu ketika cahaya masuk ke
dalam prisma dengan kondisi yang kering, bidang pandang pada refraktor analog
secara keseluruhan akan berwarna biru (Gambar 2 ).

Sedangkan pada refraktometer digital , ditandai dengan pesan error atau


tidak yang akan muncul. Untuk pengukuran air murni pada refraktometer harus
menghasilkan pembacaan nol (Gambar 3 ) . Suatu larutan yang mengandung
sukrosa ( gula meja atau jus buah ) jika ditempatkan pada permukaan prisma
maka akan mengubah arah cahayanya secara signifikan . Tergantung pada jumlah
sukrosa dalam larutan, º Brix akan berkisar dari 0 sampai 25 + untuk pengukuran
kadar gula pada tanaman pertanian. Pada Gambar 4 , sebuah refraktometer analog
menampilkan pembacaan dari sampel yaitu 17 º Brix .
Refraktometer analog Handheld nyaman karena tidak memerlukan sumber
energi. Namun, mereka mungkin tidak akurat jika digunakan di luar rentang suhu
tertentu. Refraktometer yang sudah tua akan memberikan pembacaan yang akurat
hanya ketika suhu berada pada 68 º F ( 20 º C ) . Ketika suhu berada di atas atau di
bawah optimal , meja koreksi (corrections table) diperlukan untuk menentukan º
Brix sebenarnya . Pembacaan pada refraktometer bisa menurun hingga 0,89 º Brix
ketika suhu 50 º F ( 10 º C ) jika faktor koreksi tidak dilakukan.
Portable Brix Meter mempunyai manfaat selain dari sekedar sebagai alat untuk
menentukan konsentrasi saja, salah satunya dapat digunakan untuk memprediksi
viskositas larutan Portable Brix Meter merupakan alat yang dapat digunakan
untuk mengukur besarnya konsentrasi larutan yang terkandung di dalam suatu
larutan. Satuan skala pembacaan Portable Brix Meter adalah %Brix. Brix adalah
zat padat kering yang terlarut dalam suatu larutan yang dihitung sebagai sukrosa.
Brix juga dapat didefinisikan sebagai prosentase massa sukrosa yang terkandung
di dalam massa larutan sukrosa. Sedangkan massa larutan sukrosa adalah massa
sukrosa yang ditambah dengan massa pelarutnya.
Terdapat 3 bagian yaitu : Sample, Prisma dan Papan Skala. Refractive index
prisma jauh lebih besar dibandingkan dengan sample.

2. Jika sample merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut refraksi
akan lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sample besar. Maka
pada papan skala sinar “a” akan jatuh pada skala rendah.

3. Jika sample merupakan larutan pekat / konsentrasi tinggi, maka sudut refraksi
akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan sample kecil. Pada gambar
terlihar sinar “b” jatuh pada skala besar

4. Dari penjelasan di atas jelas bahwa konsentrasi larutan akan berpengaruh secara
proporsional terhadap sudut refraksi. Pada prakteknya Refractometer akan ditera
pada skala sesuai dengan penggunaannya. Sebagai contoh Refractometer yang
dipakai untuk mengukur konsentrasi larutan gula akan ditera pada skala gula.
Begitu juga dengan refractometer untuk larutan garam, protein dll.

5. Konsentrasi bahan terlarut sering dinyatakan dalam satuan Brix(%) yaitu


merupakan pronsentasi dari bahan terlarut dalam sample (larutan air). Kadar
bahan terlarut merupakan total dari semua bahan dalam air, termasuk gula, garam,
protein, asam dsb. Pada dasarnya Brix(%) dinyatakan sebagai jumlah gram dari
cane sugar yang terdapat dalam larutan 100g cane sugar. Jadi pada saat mengukur
larutan gula, Brix(%) harus benar-benar tepat sesuai dengan konsentrasinya.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Praktikan mengetahui prinsip kerja refraktometer
2. Praktikan dapat mengukur indeks bias suatu bahan
DAFTAR PUSTAKA

Indra Sapkota, Drabindra Pandit, Rajan Prajapati. 2009.“Study of


concentration dependence of refractive index of liquids using a
minimum deviation method”, ST.Xavier’s Journal of Science, Vol.
1, Issue 1pp. 1-4.

Joo Hin Chong, Ping Shum, H. Haryono, A. Yohana, M.K. Rao, Chao Lu,
Yinian Zhu.2004. Measurements of refractive index sensitivity
using long-period grating refractometer, Optics Communications
229 65– 69.

Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.


Purnawati, D. 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan
Asam Sitrat Terhadap Mutu Sabun Transparan (Skripsi). Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Shyam, Singh. 2002, “Refractive Index Measurement and Its


Applications”, Physics Scripta, Vol. 65 pp. 167-180.

Suparno. 1994. Fisika Dasar 2. Jakarta : Erlangga.

Yunus, W. M.M., Y.W. Fen dan L.M. Yee. 2009. Refractive Index and
Fourier Transform Infrared Spectra of Virgin Coconut Oil and
Virgin Olive Oil. American Journal of Applied Sciences. Vol 6. No.
2. Hal. 328-331

Zemansky, Sears. 1994. Fisika Untuk Universitas 3 Optika. Jakarta :


Bina Cipta.

Anda mungkin juga menyukai