Anda di halaman 1dari 4

ILEUS PARALITIK

1. Definisi
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/ tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya tanpa adanya
obstruksi mekanik. Ileus paralitik sering disebut ileus yang terjadi lebih dari tiga
hari (72 jam) sesudah tindakan operasi.

2. Etiologi
Penyebab yang paling sering dari ileus paralitik adalah gangguan
metabolik dan gangguan elektrolit. Penyebab ileus paralitik dapat dibagi
menjadi dua yaitu penyebab intra abdomen dan ekstra abdomen.
 Penyebab intraabdomen
 Hambatan refleks
Laparotomi,Trauma abdomen,Transplantasi renal
 Proses Inflamasi
Luka penetrasi, Peritonitis cairan empedu, Peritonitis cairan
kimia,Perdarahan intraperitoneal, Pankreatitis akut, Kolesistitis akut,
Penyakit Celiac, Inflammatory bowel disease
 Infeksi
Peritonitis bakteri, Appendicitis, Diverticulitis, Herpes Zoster virus
 Proses iskemik
Insufisiensi arteri, Trombosis vena, Arteritis mesenteric, Obstruksi
strangulasi
 Trauma radiasi akut
Radiasi abdomen, Proses retroperitoneal, Batu ureteropelvik,
Pyelonefritis, Perdarahan retroperitoneal, Keganasan
 Penyebab ekstra abdomen
 Hambatan refleks
Kraniotomi,Fraktur iga, tulang belakang atau pelvis, Infark miokard,
Coronary bypass, Operasi bedah jantung, Pneumonia, emboli paru, Luka
bakar, Gigitan labalaba janda hitam
 Obat
Antikolinergik/antagonis ganglionik, Opiat, Agen kemoterapeutik,
Tricyclic antidepressants, Phenotiazines
 Abnormalitas Metabolik
Sepsis, Diabetes mellitus, Hipotiroid, Ketidakseimbangan elektrolit
(hiperkalemia,hipokalemi,hipofosfatemia), Keracunan logam berat
(merkuri) Porfiria, Uremia, Ketoasidosis diabetic, Penyakit sistemik
seperti SLE.

3. Patofisiologi
Ileus paralitik dibedakan menjadi 2, yaitu ileus post operatif dan pseudo
obstruksi kolon (Ogilvie syndrome). Dari berbagai penyebab di atas,
terangsangnya sistem saraf simpatis dapat menghambat aktivitas dalam traktus
gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang
ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Setelah operasi abdomen, gerakan usus
akan kembali normal pada usus kecil 24 jam, lambung 24-48 jam dan kolon 48-
72 jam. Pada pseudo obstruksi kolon, gangguan motilitas hanya terganggu di
kolon akibat menurunnya kerja sistem saraf parasimpatik tanpa adanya obstruksi
mekanik.

4. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang tepat. Pada anamnesis pasien mengeluh perut
kembung, mual dan dapat disertai muntah dan tidak bisa BAB maupun flatus.
Pada anamnesis juga dapat ditanyakan riwayat operasi dalam waktu dekat,
penyakit metabolik dn riwayat menggunakan obat-obatan yang menjadi faktor
resiko.
Pada inspeksi dapat ditemukan tanda dehidrasi, seperti kehilangan turgor
kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya
distensi dan parut abdomen. Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi
peritoneum apapun atau nyeri tekan. Pada perkusi dapat ditemukan hipertimpani
pada abdomen. Pada auskultasi didapatkan bising usus lemah atau tidak ada
sama sekali (silent abdomen).

5. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa
penyakit. Pemeriksaan yang penting untuk dimintakan adalah leukosit darah,
kadar elektrolit, ureum, dan glukosa darah. Hasilnya dapat berupa
peningkatan atau penurunan dari komponen tersebut, tergantung penyakit
yang mendasarinya.
 Radiologi
Foto polos abdomen sangat membantu untuk menegakkan diagnosis. Pada
ileus paralitik akan ditemukan distensi lambung, usus halus dan usus besar.
Air fluid level ditemukan berupa suatu gambaran line up (segaris). Hal ini
berbeda dengan air fluid level pada ileus obstruktif yang memberikan
gambaran stepladder (seperti anak tangga).

Ileus Paralitik
6. Tatalaksana
Tindakan yang diberikan berupa dekompresi, menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit, dan mencari serta mengobati kausa. Dekompresi dilakukan
dengan pemasangan pipa nasogastrik. Pemberian cairan, koreksi gangguan
elektrolit dan nutrisi parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan
dan prinsip-prinsip pemberian nutrisi parenteral. Pasien juga dipasang kateter
untuk menghitung balance cairan. Selain itu, pasien juga dipuasakan. Operasi
laparotomi dapat dilakukan setelah kondisi pasien stabil.

Anda mungkin juga menyukai