1.3 - Potongan Materi PDF
1.3 - Potongan Materi PDF
A. Sumber-sumber Sejarah
Seseorang yang mempelajari sejarah, harus memiliki cara pandang yang benar
tentang sejarah. Sejarah bukan serangkaian fakta yang kering dan mati, melainkan
memiliki makna yang dalam bagi kehidupan manusia. Sejarah adalah rekonstruksi
masa lalu, melalui sumber dan data yang diolah menjadi fakta-fakta yang kemudian
dijalin menjadi sebuah penjelasan yang kronologis tentang sesuatu, peristiwa maupun
tentang seseorang. Sumber sejarah seringkali disebut juga “data sejarah”. Data sejarah
itu sendiri berarti bahan sejarah yang memerlukan pengolahan, penyeleksian, dan
pengkatagorian. Adapun klasifikasi sumber sejarah itu dapat dibedakan menurut
bahannya, asal usul atau urutan penyampaiannya, dan tujuan sumber itu dibuat. Jenis
sumber sejarah berdasarkan bahannya.
Sumber tertulis
Kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan, dalam arti sempit biasa disebut dengan
dokumen. Adapun dokumen dalam arti yang luas meliputi monument, artefak, foto-
foto, dan sebagainya. Data yang tercantum dalam bahan-bahan documenter itu pada
dasarnya merupakan alat untuk mempelajari permasalahan tertentu, terutama tentang
permasalahan yang tidaka dapat diobservasi lagi atau tidak dapat diingat lagi.
Pengkategorian dokumen tertulis secara luaslagi ditunjukkan louis Gottschalk (1983:
60-77) menjadi 8 jenis sebagai berikut: (1) rekaman sejaman: instruksi, rekaman
stenografis dan fonografis, surat-surat keluarga, dan buku-buku catatan dan memori
pribadi, (2) Laporan konfidensial: berita resmi militer dan diplomatik, jurnal atau
buku harian, dan surat-surat pribadi, (3) laporan umum: surat-surat kabar, memoir dan
otobiografi, sejarah resmi atau diotorisasi, (4) Questionnare tertulis tentang informasi
dan opini, (5) Dokumen-dokumen pemerintah: laporan badan pemerintahan, undang-
undang dan peraturan-peraturan, (6) pernyataan Opini: tajuk rencana, esei, pidato,
1
2
brosur, surat kepada redaksi, dan sebagainya, (7)Fiksi, nyanyian, dan puisi, (8) cerita
rakyat atau folklore, nama-nama tempat, dan pepatah atau peribahsa. Hubungan
antara konsep dan data dari dokumen-dokumen, digambarkan oleh sartono kartodirjo
bahwa data social secara konseptual bisal dilihat dari ciri-ciri setiap bentuk bahan
documenter dibawah ini.
a. Otobiografi. Data otobiografi sangat berguna bagi psikologi, karena di dalam
dokumen seperti itu termuat faktor-faktor subyektif, seperti segi-segi affektif,
motivasi, harapan-harapan, dan pengalaman, termasuk juga di dalamnya
interpretasi serta konseptualisasi terhadap faktor-faktor itu. Otobiografi dapat pula
memberikan data tentang factor-faktor obyektif, umpamanya nilai sosial, proses
sosial, situasi sosial, dan perubahan sosial. Contoh otobiografi Muhammad Natsir
karya Yusuf Abdullah Puar.
b. Surat pribadi, catatan atau buku harian dan memoirs. Surat pribadi sebgai
bahan dokumenter biasanya memuat hal-hal yang penting. Contoh yang paling
akrab dengan sejarah masyarakat Indonesia adalah surat-surat R.A. Kartini
kepada nyonya Abendanon, yang terkumpul dalam buku Habis gelap Terbitlah
Terang. Buku harian merupakan dokumen yang sangat pribadi sifatnya. Dokumen
semacam ini jarang sekali didapatkan, apalagi untuk masa lampau boleh dikatakan
tidak ada sama sekali. Satu contoh diantara catatan harian yang langka ialah
Jakarta diary dari Mochtar Lubis, yang banyak memuat data tentang situasi
masyarakat Indonesia pada masa demokrasi terpimpin. Memoirs merupakan kiah
perjalanan, sehingga bisa didapatkan data tentang keadaan suatu negeri, kota, atau
daerah. Misalnya kisah perjalanan yang ditulis oleh Tome Pires dalam Suma
Oriental.
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
3
c. Surat Kabar. Data yang dimuat dalam surat kabar kadang telah menunjukkan
fakta, disamping juga merupakan opini, interpretasi, dan pikiran-pikiran
spekulatif. Subjektivitas surat kabar cukup jelas, karena pada umumnya
merupakan penyaluran aspirasi dari golongan politik atau social tertentu.
Bagaimanapun surat kabat tetap berguna untuk melengkapi dokumen-dokumen
lain, bahkan merupakan dokumen inti untuk membantu penentuan tanggal dari
sumber lain.
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
4
e. Cerita Roman. Karya sastra seperti roman dan novel pada dasarnya bukan hanya
merupakan karya ekspresif seseorang pengarang, tetapi didalamnya juga kadang
terungkap data yang menyangkut keadaan sosial dari periode tertentu. Bahkan
penggambaran keadaan sosial itu cenderung lebih mendekati kenyataan dan tidak
dilukiskan semata-mata menurut fantasia tau imajinasi yang bebas. Misalnya serat
musyawaratan para wali, tokoh-tokoh dalam cerita ini menunjukkan struktur
keagamaan, serat centini yaitu karangan yang menggambarkan kehidupan sosial
dari periode awal dan pertengahan Mataram.
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
5
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
6
Fr. Thomas Rosica dalam sebuah wawancara sebagai CEO the Salt and Light
Catholic Media Foundation, dalam program acara WITNESS di kanal TV CBS
Sejarah Lisan
Sejarah lisan secara sederhana dapat dipahami sebagai peristiwa-peristiwa sejarah
terpilih yang terdapat di dalam ingatan hampir setiap individu manusia. Dengan
pemahaman seperti itu, menjadi jelas ada di mana sebenarnya sejarah lisan. Sejarah
lisan ada di dalam memori manusia. Untuk itu, agar sejarah lisan dapat digunakan
sebagai sumber sejarah, perlu ada upaya untuk mengeluarkannya dari memori
individu manusia. Tanpa itu, bisa jadi sejarah lisan tidak akan pernah bisa digunakan
sebagai sumber sejarah dan akan menjadi hak milik abadi sang pemilik kisah. Dalam
kaitannya dengan upaya untuk mengeluarkan sejarah lisan dari memori individu
manusia maka akan sampailah pada pembicaraan tentang cara, teknik, atau metode
untuk mengeluarkannya. Cara, teknik, atau metode untuk mengeluarkan sejarah lisan
ini untuk mudahnya bisa disebut sebagai metode sejarah lisan.
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
7
yangmengarah ke subyek masyarakat berupa orng kecil dalam peristiwa kecil yang
biasanya tidak meninggalkan jejak berupa dokumen.
Wawancara adalah kegiatan melakukan tanya jawab dengan narasumber untuk
mendapatkan keterangan tertentu. Wawacara merupakan teknik pengumpulan data
yang amat penting dalam penelitian survey selain teknik utama berupa Observasi.
Oleh karena itu, dalam penelitian survei, teknik wawancara merupakan pembantu
utama dari metode Observasi. Adapun teknik pengumpulan data dengan wawancara
terbagi menjadi tiga macam:
a. Poll Type Interview. Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
dengan jawaban yang telah ditentukan, narasumber tinggal memilih jawaban yang
ada.
b. Open Type Interview. Wawancara dilakuakn dengan cara pertanyaan ditentukan
terlebih dahulu, sedangkan narasumber dapat menjawab bebas.
c. Nonstructured Interview. Wawancara dilakukan dengan cara pertanyaan ataupun
jawaban tidak ditentukan sebelumnya. Teknik wawancara merupakan teknik yang
bersifat pelengkap artinya wawancara digunakan untuk melengkapi data atau
informasi yang berasal dari sumber dokumen. amun apabila dumber dokumen
tidak ada barulah informasi hasil wawancara dapat dianggap sebagai bahan pokok
penelitian.
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
8
b. Dongeng (tale) suatu cerita yang berkaitan dengan waktu, tempat dan actor yang
tidak menentu. Contohnya Dongeng Si Kabayan.
c. Mitos (myth) suatu cerita atau sejenisnya yang bersumber seperti halnya sejarah,
tetapi sarat dengan khayalan. Contohnya kisah para wali yang seringkali
mengarah kepada bentuk mitos logis oleh para pengagumnya.
d. Legenda (legend) suatu cerita yang dalam berbagai hal berisi kebenaran, termasuk
di dalamnya elemen-elemen historis seringkali mengandung isi aktual. Contohnya
situs kota Troya Lama diketemukan berdasarkan legenda Helen of Troy atau
Great Horse of Troy.
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
9
e. Saga, yaitu cerita yang berpusat pada tokoh pahlawan. Saga biasanya merupakan
cerita yang diambil dari fakta atau kebenaran dalam literatur dengan
mengungkapkan tokoh-tokoh pahlawan dan nilai-nilai kepahlawanannya.
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
10
interpretasi, dan historiografi. Sebelum keempat langkah ini sebenarnya ada satu
kegiatan penting, yang oleh Kuntowijoyo (1995:98) ditambahkannya menjadi lima
tahap penelitian sejarah, yaitu pemilihan topik dan rencana penelitian.
a. Pemilihan Topik Penelitian. Topik penelitian adalah masalah atau objek yang
harus dipecahkan atau diatasi melalui penelitian ilmiah. Topik tidak sama dengan
judul, karena yang dimaksud dengan judul adalah abstraksi dari maslaah atau topic
yang dirumuskan dalam bentuk kalimat. Kuntowijoyo (1996:90) topik sebaiknya
dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Dua syarat ini
dapat dipahami, bahwa topik itu bisa ditemukan atas (1) kegemaran tertentu atau
pengenalan yang lebih dekat tentang hal yang terjadi disekitarnya atau pengalaman
peneliti, dan (2) keterkaitan peneliti dengan disiplin ilmu atau aktivitasnya dalam
masyarakat.
b. Teknik penyusunan Rencana Penelitian. Rencana penelitian bis ajuga disebut
usul atau proposal penelitian. Perencanaan penellitian pada pokoknya
merupakanserentetan petunjuk yang disusun secara logis dan sistematis. Suatu
perencanaan penelitian dalam bidang ilmiah apapapun, dan khususnya bidang
sejarah, membutuhkan pemikiran yang seksama sehingga seringkali memakan
waktu yang tidak sebentar. Isi proposal penelitian pada umumnya terdiri atas:
1) Latar Belakang. Dalam latar belakang biasanya diidentikkan dengan suatu
masalah yang akan diteliti. Dalam hal ini uraian mengenai latar belakang suatu
politik hayalah garis besarnya saja. Dalam latar belakang perlu dikemukakan
keaslian penelitian, yaitu menjelaskan bahwa masalah yang perlu dihadapi
belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu, atau dinyatakan tegas beda
penelitian ini dengan yang sudah pernah dilakukan.
2) Perumusan masalah. Bentuk perumusan masalah pada umumnya berupa
kalimat pertanyaan, tetapi bisa juga dalam kalimat pernyataan yang bersifat
menggugah perhatian.
3) Tujuan dan Kegunaan Penelitian. Tujuan penelitian adalah tindak lanjut
terhadap masalah yang diidentifikasikan, sehingga apa yang dituju hendaklah
sesuai dengan urutan masalah yang telah dirumuskan.
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
11
4) Lingkup Penelitian. Hal ini dimaksudkan agar peneliti tidak terjerumus dalam
sekian banyak data yang diteliti. Oleh karena itu luasan dan batsan penelitian
dalam tempat dan waktu perlu dijelaskan.
5) Tinjauan Pustaka. Bagian ini berisi uraian sistematis tentang hasil-hasil
penelitian terdahulu dan yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan
dilakukan.
6) Landasan Teori. Penyusunan landasan teori pada umumnya dapat berbentuk
uraian kualitatif, model matematis, atau persamaan-persamaan yang langsung
berkaitan dengan bidang ilmu yang diteliti.
7) Hipotesis. Isi hipotesis adalah kesimpulan sementara yang dinyatakan dari
landasan teori atau tinjauan pustaka.
8) Metode Penelitian. Dalam penyusunan rencana penelitian, peneliti akan
dihadapkan pada tahap pemilihan metode atau teknik pelaksanaan penelitian.
Sedikitnya ada lima macam metode penelitian yang bisa dipilih: historis,
deskriptif, korelasional, eksperimental, dan kuasi-eksperimental (surakhmad,
1984). Metode historis bertumpu pada empat langkah kegiatan: heuristik,
kritik, interpretasi, dan historiografi.
c. Teknik pengumpulan sumber. Teknik yang dimaksud bisa dinamakan heuristik,
yaitu suatu teknik, suatu seni, bukan suatu ilmu. Heuristic seringkali merupakan
suatu keterampilan dalam menemukan, menangani, dan memperinci bibliografi,
atau mengklarifikasi dan merawat catatan-catatan.
d. Teknik Verifikasi; Kritik Sumber. Seorang peneliti sejarah perlu meneliti
dengan cermat semua teks dari sumber-sumber itu serta merasa yakin dalam
memahami kata perkata serta ungkapan teks-teks itu dengan benar, baik yang
masih berupa manuskrip maupun yang sudah dicetak, sebelum peneliti
memanfaatkan segala informasi yang terdapat di dalam teks-teks tadi. Dalam hal
ini yang juga harus diuji adalah keabsahan tentang keaslian sumber (otentitas) yang
dilakukan melalui kritik ekstern, dan keabsahan tentang kesahihan sumber
(kredibilitas)yang ditelusuri melalui kritik intern.
1) Keaslian sumber (Otensitas). Peneliti melakukan pengujian atas alsli da
tidaknya sumber berarti ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang
ditemukan. Otentitas itu minimal dapat diuji berdasarkan lima pernyataan
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
12
pokok yaitu: kapan sumber itu dibuat?, dimana sumber dibuat?, siapa yang
membuat?, dari bahan apa sumber dibuat?, apakah sumber itu dalam bentuk
asli?
2) Kesahihan sumber. Penyebab kesahihan sumber sangatlah kompleks, selain
kekeliruan bisa juga karena perspeksi perasaan, karena ilusi dan halusinasi,
sintesis dari kenyataan yang dirasakan dalam reporoduksi dan komunikasi,
dan kekeliruan lebih sering terjadi dalam catatan sejarah.
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
13
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
14
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
15
yang lebih legkap atau sempurna. Koherensi yang dihasilkan dianggap mampu
menunjukkkan kebenaran secara lengkap daripada hanya sebagai kumpulan dari
bagian-bagaian. Istilah sintesis juga merujuk pada peningkatan derajat kebenaran
yang mengkombinasikan kebenaran tesis dan antitesis dalam filsafat dialektika Hegel
berkebangsaan Jerman abad ke-19. Filsafat Jean-Paul Sartre menekankan jenis
eksistensi sintesis. Dalam Being and Nothingness, kesadaran (pour-soi) selalu
mencoba menjadi ada (en-soi), untuk mencapai sebuah sintesis sebagaimana adanya
antara ke-ada-an dan ketiadaan. Dengan demikian, jelaslah kiranya bahwa analisis
dan sintesis merupakan bentuk kegiatan berpikir atau berlogika yang menggunakan
bahasa dan referensinya sebagai alat bedah nalar bagi proposisi untuk menyatakan
kebenaran sebuah pernyataan.
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
16
melintasi serta menggunakan berbagai bidang disiplin atau ilmu untuk menunjang
studi dan penelitiannya, yang di dalam ilmu sejarah sudah sejak awal telah dikenalnya
dan disebut sebagai Ilmu-ilmu Bantu Sejarah (sciences auxiliary to history).
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
17
makna subjektif dari seorang individu (pemimpin atau tokoh), dan bukannya
perilaku massa. Pendekatan sosiologi dalam ilmu sejarah menghasilkan sejarah
sosial. Bidang garapannya pun sangat luas dan beraneka ragam. Kebanyakan
sejarah sosial berkaitan erat dengan sejarah sosial-ekonomi. Tulisan Marc Bloch
mengenai French Rural History, Sartono Kartodirdjo tentang Peasants' Revolt of
Banten. Kelas sosial, terutama kaum buruh, menjadi bidang garapan juga bagi
sejarah sosial di Inggris. Demikian pula proses transformasi sosial dengan
berkembangnya pembagian kerja sosial yang kian rumit dan diferensiasi sosial
yang menjadi sangat bervariasi dan terbentuknya aneka ragam institusi sosial juga
tidak pernah luput dari pengamatan sejarwan sosial. Tema-tema seperti :
kemiskinan, perbanditan, kekerasan dan, kriminalitas dapat menjadi bahan tulisan
sejarah sosial. Di pihak lain seperti kesalehan, kekesatriaan, pertumbuhan
penduduk, migrasi, urbanisasi, transportsasi, kesejahteraan, dan lain-lain telah
banyak dikaji dan semakin menarik minat para peneliti sejarah (Kuntowijoyo,
1993 : 42-43).
d. Pendekatan Antropologi. Pendekatan antropologi mengungkapkan nilai-nilai,
status dan gaya hidup, sistem kepercayaan dan pola hidup, yang mendasari
perilaku tokoh sejarah (Sartono Kartodirdjo, 1992 : 4). Antropologi dan sejarah
pada hakikatnya memiliki objek kajian yang sama, ialah manusia dan pelbagai
dimensi kehidupannya. Hanya bedanya sejarah lebih membatasi diri kajiannya
pada peristiwa-peristiwa masa lampau, sedang antropologi lebih tertuju pada
unsur-unsur kebudayaannya. Kedua disiplin ilmu itu dapat dikatakan hampir
tumpang tindih, sehingga seorang antropolog terkemuka, Evans-Pritchard,
menyatakan bahwa "Antropologi adalah Sejarah". Hal yang sama dikemukakan
pula oleh Arnold J. Toynbee (1889-1975) yang menyatakan bahwa tugas seorang
sejarawan tidak jauh berbeda dari seorang antropolog, ialah melalui studi
komparasi berusaha mempelajari siklus kehidupan masyarakat, kemudian dari
masing-masing kebudayaan dan peradaban mereka ditarik sifat-sifatnya yang
universal (umum). Fakta yang dikaji dari kedua disiplin ilmu, antropologi dan
sejarah, adalah sama pula. Terdapat tiga jenis fakta, ialah : artifact, socifact, dan
mentifact. Fakta menunjuk kepada kejadian atau peristiwa sejarah. Sebagai suatu
konstruk, fakta sejarah pada dasarnya sebagai hasil strukturisasi seseorang
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
18
terhadap suatu peristiwa sejarah. Maka artifact sebagai benda fisik adalah konkret
dan merupakan hasil buatan. Sebagai proses artifact menunjuk hasil proses
pembuatan yang telah terjadi di masa lampau. Analog dengan hal itu maka
socifact menunjuk kepada peristiwa sosial yang telah mengkristalisasi dalam
pranata, lembaga, organisasi dan lain sebagainya. Sedang mentifact menunjuk
kepada produk ide dan pikiran manusia. Ketiganya, artifact, socifact, dan
mentifact, adalah produk masa lampau atau sejarah, dan hanya dapat dipahami
oleh keduanya, antropologi dan sejarah, dengan melacak proses
perkembangannya melalui sejarah. Studi ini jelas menunjukkan titik temu dan titik
konvergensi pendekatan antropologi dan pendekatan sejarah.
Secara metodologis pendekatan antropologi memperluas jangkauan kajian
sejarah yang mencakup (Sartono Kartodirdjo, 1992 : 156):
1) kehidupan masyarakat secara komprehensif dengan mencakup pelbagai
dimensi kehidupan sebagai totalitas sejarah;
2) aspek-aspek kehidupan (ekonomi, sosial, politik) dengan mencakup nilai-
nilai yang menjadi landasan aspek-aspek kehidupan tersebut;
3) golongan-golongan sosial beserta subkulturnya yang merupakan satu
identitas kelompoknya;
4) sejarah kesenian dalam pelbagai aspek dan dimensinya, serta melacak ikatan
kebudayaan sosialnya;
5) sejarah unsur-unsur kebudayaan : sastra, senitari, senirupa, arsitektur, dan lain
sebagainya;
6) pelbagai gaya hidup, antara lain : jenis makanan, mode pakaian, permainan,
hiburan, etos kerja, dan lain sebagainya.
Pendek kata segala bidang kegiatan manusia dapat dicakup dalam sejarah
kebudayaan. Dalam sejarah kebudayaan dimensi politik tidak termasuk di
dalamnya, meskipun menurut definisi yang luas kehidupan politik pun termasuk
dalam kebudayaan.
e. Pendekatan Ilmu Politik. Pengertian politik dapat bermacam-macam sesuai dari
sudut mana memandangnya. Namun pada umumnya definisi politik menyangkut
kegiatan yang berhubungan dengan negara dan pemerintahan. Fokus perhatian
ilmu politik, karenanya, lebih tertuju pada gejala-gejala masyarakat seperti
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
19
pengaruh dan kekuasaan, kepentingan dan partai politik, keputusan dan kebijakan,
konflik dan konsesnsus, rekrutmen dan perilaku kepemimpinan, masa dan
pemilih, budaya politik, sosialisasi politik, masa dan pemilih, dan lain sebagainya.
Apabila politik diartikan sebagai polity (kebijakan), maka definisi politik lebih
dikaitkan dengan pola distribusi kekuasaan. Jelas pula bahwa pola pembagian
kekuasaan akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sosial, ekonomi, dan
kultural. Posisi sosial, status ekonomi, dan otoritas kepemimpinan sesorang dapat
memberi peluang untuk memperoleh kekuasaan. Otoritas kepemimpinan
senantiasa menjadi faktor kunci dalam proses politik. Max Weber membedakan
tiga jenis otoritas : (1) Otoritas karismatik, yakni berdasarkan pengaruh dan
kewibawaan pribadi; (2) Otoritas tradisional, yakni berdasarkan pewarisan; dan
(3) Otoritas legal-rasional, yakni berdasarkan jabatan serta kemampuannya.
Semula politik menjadi tulang punggung sejarah. Politics is the backbone of
history. Pernyataan ini menunjukkan peranan politik dalam penulisan sejarah pada
masa lampau. . Pada saat sekarang sejarah politik nampak masih menonjol, namun
tidak sedominan seperti dahulu. Maka ungkapannya pun bergeser menjadi
"History is past politics, politics is present history." Sejarah adalah politik masa
lalu, politik adalah sejarah masa kini.
Pendekatan politik dalam penulisan sejarah menghasilkan sejarah politik.
Sejarah politik dapat menggunakan berbagai pendekatan sesuai dengan topik yang
dipilih. Setidaknya terdapat 8 (delapan) macam pendekatan, meskipun antara
pendekatan yang satu dengan lainnya sering saling tumpang-tidih (Kuntowijoyo,
1993 : 177-182), ialah sebagai berikut.
1) Sejarah intelektual. Aspirasi pokok sejarah intelektual ialah adanya Zeitgeist
(jiwa zaman) dan pandangan sejarah idealistik yang berpendapat bahwa
pikiran-pikiran mempengaruhi perilaku. Contoh tulisan Herbert Feith dan
Lance Castle yang berjudul : Pemikiran Politik Indonesia, 1945-1965.
(Jakarta : LP3ES, 1988).
2) Sejarah konstitusional. Dari konstitusi suatu bangsa dapat diketahui filsafat
hidup, dasar pemikiran waktu membangun bangsa, dan struktur pemerintahan
yang dibangun. Dalam konstitusi juga terlihat kepentingan, konsensus, dan
konsesi yang diberikan kepada masing-masing kepentingan. Contohnya ialah
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
20
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
21
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
22
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
23
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
24
mengandalkan mitos, dan yang sudah mengenal tulisan umum nya mengandalkan
sejarah. ada setidaknya dua sikap terhadap sejarah setelah orang mengetahui masa
lampau nya, yaitu (1) melestarikan, atau (2) menolak.
c. Sejarah sebagai pernyataan pendapat. Banyak penulis sejarah yang
menggunakan ilmu nya untuk menyatakan pendapat. bentuk pernyataan pendapat
ada dua, yaitu (1) konsensus, dan (2) konflik. Pertama, aliran yang menekankan
konsensus diantaranya terdapat dalam tesis garis depan dan tesis tentang
individualisme. tesis garis depan (frontier thesis) mengatakan bahwa Amerika
selalu menghadapi garis depan. sejak kedatangan nya di tempat baru, yang terjadi
ialah masyarakat yang selalu memperluas daerah nya. demikianlah, kepergian
orang orang Amerika ke seluruh dunia hanya lah kelanjutan dari garis depan itu.
yang terjadi dengan individualisme juga demikian. sejak dulu kedatangan orang
Amerika di daerah baru adalah untuk memperoleh kemerdekaan individual. mula
mula individualisme Amerika berupa kemerdekaan beragama. kalau kemerdekaan
individual kemudian berarti kebebasan berusaha, hal itu hanyalah bentuk lain dari
individualisme. juga kalau kemudian Amerika jadi pembela dunia merdeka.
Kedua, aliran yang menekankan konflik biasanya mengajukan tesis
persengkongkolan (conspiracy). demikianlah, misalnya, perang saudara di
Amerika adalah hasil persengkongkolan kaum industrialis dan kaum politisi.
semboyan "free soil, free Labor" adalah dalih kaum industrialis untuk
mendapatkan tenaga. perang itu terjadi karena pihak Utara melakukan provokasi.
juga ada persengkongkolan pada perang dunia II. Amerika memasuki PD II adalah
akibat dari " military industrial complex" yang merupakan hasil persengkongkolan
kaum industrialis dengan kaum militer. menjelang PD II sebenarnya Amerika
Hawai tidak dalam bahaya ("no clear and present danger"), sehingga sebenarnya
tak ada alasan untuk berperang.
d. Sejarah sebagai profesi. Tidak semua lulusan sejarah dapat terampung dalam
profesi kesejarahan. Ada lulusan yang jadi karyawan pengusaha sepatu,
pengalengan ikan, perusahaan farmasi, dan tidak sedikit yang jadi guru diluar
ilmunya. Semua tempat itu tentu saja memerlukan orang yang dapat menulis
sejarah, tetapi kita tidak dapat mengharapkan semua orang untuk mempunyai
idealisme.
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
25
Guna Ekstrinsik
Sejarah dapat digunakan sebagai liberal educatio untuk mempersiapkan peserta didik
supaya mereka siap secara filosofis. Secara umum sejarah mempunyai fungsi
pendidikan, yaitu sebagai pendidikan (a) moral, (b) penalaran, (c) politik, (d)
kebijakan, (e) perubahan, (f) masa depan, (g) keindahan, dan (h) ilmu bantu. selain
sebagai pendidikan, sejarah juga berfungsi sebagai (i) latar belakang, (j) rujukan, dan
(k) bukti.
a. Sejarah sebagai pendidikan moral. Sejarah yang diajarkan melalui pelajaran
kewarganegaraan di sekolah maupun dulu lewat penataran P-4 pada masyarakat
mempunyai maksud agar pancasila menjadi tolak ukur benar-salah, baik-buruk,
berhak-tidak, merdeka-terjajah, cinta-benci, dermawan-pelit, serta berani-takut
dalam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi, sejarah tidak boleh
bersikap hitam-putih seperti itu. Kalau pendidikan moral harus berbicara benar-
salah, dan sastra hanya tergantung pada imajinasi pengarang, maka sejarah harus
berbicara dengan fakta.
b. Sejarah sebagai pendidikan penalaran. Seorang yang belajar sejarah tidak akan
berpikir monokausal, pikiran yang menyatakan bahwa sebab terjadinya peistiwa
itu hanya satu. Sejarah harus berpikir [lurikausal, yang menjadi penyeab itu banyal.
Dengan demikian akan melihat segala sesuatu mempunyai banyak segi. Dengan
kata lain, sejarawan harus berpikir secara multidimensi. Sejarah memaksa orang
memperhitungkan waktu. Berpikir secara sejarah berarti berpikir berdasarkan
perkembangan. Orang harus memperhitungkan msa lalu untuk dapat
membicarakan masa kini, dan masa kini untuk masa depan. Sejarah dapat menjadi
ilmu manajemen perkembangan.
c. Sejarah sebagai pendidikan politik. Tujuan dari opendidikan politik itu ialah
dukungan atas politik kekuasaan dengan mendorong perbuatan-perbuatan
revolusioner dan menyingkirkan kaum kontrarevolusi.
d. Sejarah sebagai pendidikan kebijakan. Sejarah semacam ini diperlukan oleh
semua lembaga penelitian. Untuk menentukan suatu kebijakan, dibutuhkan
pandangan tentang lingkungan alam, masyarakat, dan sejarah. Kita juga tidak bisa
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
26
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
27
D. Rangkuman
Selamat, Anda telah berhasil menyelesaikan modul tentang Sumbe dan Metode
Penelitian Sejarah. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam modul ini adalah
sebagai berikut.
1. Sumber sejarah seringkali disebut juga “data sejarah”. Data sejarah itu sendiri
berarti bahan sejarah yang memerlukan pengolahan, penyeleksian, dan
pengkatagorian. Adapun klasifikasi sumber sejarah itu dapat dibedakan menurut
bahannya, asal usul atau urutan penyampaiannya, dan tujuan sumber itu
dibuat.Jenis sumber sejarah berdasarkan bahannya dipisahkan menjadi dua,
sumber tertulis dan sumber tak tertulis. Melalui proses penyaringan dan uji
validitas dari sumber sejarah maka didapatkanlah sejumlah fakta. Fakta sejarah
merupakan keterangan yang disimpulkan dari bahan sejarah melalui kritik sejarah.
Dalam pada itu, berbagai dokumen peristiwa sejarah merupakan fakta sejarah,
yang disebut data. Data merupakan bahan yang perlu diolah, diseleksi dan
dikategorikan atas dasar kriteria seleksi tertentu baru kemudian menjadi fakta.
Pengolahan data Sejarah menggunakan metode khusus yang disebut metode
penelitian Sejarah.
2. Metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk
mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis,
dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis.
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
28
Secara lebih ringkas, setiap langkah ini berturut-turut biasa juga diistilahkan
dengan heuristic, kritik atau verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sebelum
keempat langkah ini sebenarnya ada satu kegiatan penting, yang oleh
Kuntowijoyo (1995:98) ditambahkannya menjadi lima tahap penelitian sejarah,
yaitu pemilihan topic dan rencana penelitian.
3. Sejarah mempunyai kegunaan secara intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik,
sejarah itu berguna sebagai pengetahuan, sedangkan secara ekstrinsik yaitu
kebermanfaatan di luar dirinya.
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
29
DAFTAR PUSTAKA
~ Nina Witasari ~
Pendalaman Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan
© Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia