___________________________________________________________________________
Pendahuluan
Keganasan pada darah dengan meningkatnya jumlah eritrosit absolut dan volume
darah total biasa dikenal dalam dunia medis dengan istilah polisitemia vera. Suku kata
polisitemia sendiri berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti poly (banyak), cyt (sel),
dan hemia (darah) adalah suatu kelainan pada sistem mieloproliferatif dimana terbentuknya
klon abnormal pada hemopoitik sel induk dengan meningkatnya sensitivitas pada growth
factors yang berbeda yang menyebabkan adanya maturasi yang mengakibatkan peningkatan
sel-sel.1
Biasanya pada polisitemia vera didapatkan viskositas darah yang sangat meningkat
sehingga pembuluh darah yang dilalui oleh aliran darah akan melambat. Selain itu akan
didapatkan volume darah yang meningkat yang mengakibatkan alur balik vena pun
meningkat. Hampir seluruh tekanan darah arteri pada penderita polisitemia didapatkan
normal, walaupun mungkin pada kira-kira sepertiga penderita polisitemia vera bisa
didapatkan tekanan darah arteri yang meningkat. Hal ini menandakan bahwa mekanisme
pengaturan tekanan darah dapat mengimbangi kenaikan viskositas darah, yang mungkin
dapat menaikkan resistensi perifer serta akan meningkatkan tekanan arteri dalam batas
tertentu. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
polisitemia vera.2,3
Anamnesa
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan
tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan
Pada kasus yang kita peroleh, kita dapat menentukan anamnesis sebagai berikut :
1. Keluhan Utama :
Seorang pria datang dengan keluhan sakit kepala hebat sejak satu bulan lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sakit kepala hebat sejak 1 bulan SMRS. Selain pusing pasien juga merasa cepat lelah
dan berdebar-debar. Pemeriksaan fisik: kulit wajah kemerahan, conjungtiva tidak
anemis, pemeriksaan lainnya dalam batas normal. Hasil lab: Hb 19g/dL.
Menanyakan kepada pasien :
- Tanyakan sejak kapan timbulnya rasa sakit ?
- Tanyakan pada pasien keluhan yang dirasakan sudah berapa lama ?
- Bagaimana sifat nyerinya, dalam bentuk serangan atau terus menerus ?
- Dimana lokasi nyeri, menetap atau berpindah dan menjalar ?
- Apakah progresif, makin lama makin berat atau makin sering ?
2 Keganasan dan Kelainan pada Darah
- Adakah gejala sistemik lain, seperti demam, berdebar-debar dan lain sebagainya ?
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami hal yang serupa ?
- Adakah riwayat kelainan darah ?
4. Riwayat Obat-obatan
- Apakah pasien sedang menjalani terapi dengan antibiotik? Atau memiliki alergi
dengan antibiotik tertentu ?
- Apakah setelah menggunakan obat, pasien bertambah baik atau semakin
memburuk ?
5. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
- Adakah riwayat kelainan darah dalam keluarga ?
6. Riwayat Sosioekonomi
- Apakah ini menganggu kehidupan atau pekerjaannya ?
Pemeriksaan Fisik
Pada penyakit polisitemia vera biasanya akan didapatkan kelainan fisik sebagai berikut:4
a. Muka penderita akan terlihat merah. Disekitar kulit muka, leher, telinga dan selaput
lendir akan terlihat gambaran pembuluh darah. Pada pemeriksaan di kedua mata,
konjungtiva pasien akan terlihat sangat merah karena adanya pelebaran dari pembuluh
darah. Dapat terlihat adanya perubahan hiperviskositas pada fundus, termasuk vena
retina yang melebar dan berkelok-kelok dan harus dicari adanya perdarahan.
b. Inspeksi lidah dapat dilakukan untuk melihat apakah terdapat sianosis sentral.
Pemeriksaan Penunjang
1. Eritrosit
Peningkatan lebih dari 6 juta/mL, dan sediaan apus eritrosit biasanya normokrom
normositik kecuali jika terdapat transisi ke arah metaplasia mieloid.
2. Granulosit
Meningkat lebih dari setengah kasus polisitemia vera, akan meningkat berkisar antara
12 hingga 25.000 /mL hingga mencapai 60.000 /mL.
3. Trombosit
Berkisar antara 450-800 ribu/mL, bahkan dapat meningkat lebih dari 1 juta/mL yang
sering didapatkan dengan morfologi trombosit yang abnormal.
4. B12 serum
B12 serum dapat meningkat tetapi dapat pula menurun, pada ± 30% kasus dan UBBC
(Unsaturated B12 Binding Capasity ) meningkat pada 75% lebih pada kasus
polisitemia vera.
9. Pemeriksaan Sitogenetik
Pada pasien policitemia yang belum mendapat pengobatan P53 atau kemoterapi
sitostatik dapat dijumpai kelainan mielodisplasia sindrom dengan kariotip deletion
20q, deletion 13q, trisomi 8, trisomi 9, trisomi 1q, deletion 5q atau monosomi 5,
deletion 7q atau monosomi 7.
Diagnosis Kerja
Untuk menegakkan diagnosis polisitemia vera harus didapatkan kriteria sebagai berikut:1-3
a. 3 kriteria mayor, atau
b. 2 kriteria mayor pertama + 2 kriteria minor
Diagnosis Polisitemia Vera harus didapatkan: Kategori A1 +A2 atau A3 atau A4 atau
Kategori A1 + A2 dan 2 kriteria kategori B. Sejak ditemukan mutasi JAK2V617F tahun 2005,
maka diusulkan pemeriksaan JAK2 sebagai kriteria diagnosis Polisitemia Vera.1-3
Diagnosis Banding
a. Polisitemia Sekunder
Biasanya tidak disertai dengan penambahan jumlah lekosit dan trombosit, pada
pemeriksaan saturasi oksigen dalam eritrosit menurun (pada PV normal). Kadar alkali
fosfatase normal (pada PV meningkat). Pada polisitemia sekunder biasanya
didapatkan kelainan dasar penyakit seperti kelainan jantung bawaan, arterio venous
shunt, penyakit paru obstruktif menahun. Penyebab lain yang jarang dijumpai seperti
tumor otak, tumor ginjal, cushing sindrome, dan lain-lain. Hipoksemia biasanya
disertai dengan sianosis dan clubbing. Pada polisitemia sekunder biasanya tidak
disertai dengan penambahan jumlah leukosit dan trombosit.
b. Polisitemia Relatif
Tidak disertai peninggian jumlah lekosit dan trombosit. Terjadi akibat berkurangnya
volume plasma karena dehidrasi atau renjatan hipovolemik, tidak terdapat peninggian
jumlah leukosit dan trombosit.
c. Polisitemia Stres
Biasanya ditemukan pada laki-laki dengan hipertensi yang labil. Secara klinis sukar
dibedakan dengan polisitemia vera stadium awal, untuk mengetahuinya diperlukan
observasi yang agak lama. Pada polisitemia stres pada riwayat penyakitnya
didapatkan adanya riwayat stres emosional.
Etiologi
Etiologi dari polisitemia vera masih belum diketahui secara pasti apakah disebabkan
adanya rangsangan ke sumsum tulang akibat adanya hipoksia atau melalui rangsangan
hormonal. Namun sebagai suatu penyakit neoplastik yang berkembang lambat, polisitemia
bisa terjadi karena adanya sebagian populasi eritrosit yang abnormal. Berbeda dengan
keadaan normalnya, sel induk darah yang abnormal ini tidak membutuhkan eritropoetin untuk
proses pematangannya. Hal ini jelas membedakannya dari eritrositosis atau polisitemia
sekunder dimana eritropoetin tersebut meningkat secara fisiologis (wajar sebagai kompensasi
atas kebutuhan oksigen yang menigkat), biasanya pada keadaan dengan saturasi oksigen
Faktor Resiko
Pada kategori resiko rendah biasanya didapatkan oleh usia muda dibawah umur 60
tahun dan tidak ada riwayat trombositosis dan jumlah trombosit kurang dari 150.000 / mm3.
Pada kategori resiko sedang biasanya mengenai umur yang sama dengan kategori resiko
rendah yaitu dibawah umur 60 tahun dan tidak ada riwayat trombositosis namun salah satu
dari platelet count dapat lebih tinggi dari 150.000 / mm3 dan bisa didapatkan adanya faktor
resiko kelainan jantung. Sedangkan pada kategori resiko tinggi akan mengenai usia 60 tahun
ke atas atau orang tua yang positif didiagnosa polisitemia vera.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Polisitemia Vera terjadi karena peningkatan jumlah total eritrosit
akan meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan menyebabkan penurunan kecepatan
aliran darah sehingga dapat menyebabkan trombosis dan penurunan laju transport oksigen.
Kedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagai gejala
dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ yaitu berupa:1-3
1. Hiperviskositas
4. Basofilia
Lima puluh persen kasus polisitemia vera datang dengan gatal (pruritus) di seluruh
tubuh terutama setelah mandi air panas, dan 10% kasus polisitemia vera datang
dengan urtikaria suatu keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya kadar histamin
dalam darah sebagai akibat meningkatnya basofilia. Terjadinya gastritis dan
perdarahan lambung terjadi karena peningkatan kadar histamin.
5. Splenomegali
Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien polisitemia vera. Splenomegali ini
terjadi sebagai akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.
6. Hepatomegali
7. Gout
Sebagai konsekuensi logis hiperaktivitas hemopoesis dan splenomegali adalah
sekuentrasi sel darah makin cepat dan banyak dengan demikian produksi asam urat
darah akan meningkat. Di sisi lain laju fitrasi gromerular menurun karena penurunan
shear rate. Artritis Gout dijumpai pada 5-10% kasus polisitemia.
Perjalanan Klinis
Perjalanan klinis dari polisitemia vera dibagi menjadi beberapa fase, yaitu:1-3
b. Fase burn out (terbakar habis ) atau spent out (terpakai habis)
Dalam fase ini kebutuhan flebotomi menurun sangat jauh atau pasien memasuki
periode panjang yang tampaknya seperti remisi, kadang-kadang timbul anemia tetapi
trombositosis dan leukositosis biasanya menetap.
c. Fase mielofibrotik
Jika terjadi sitopenia dan splenomegali progresif, manifestasi klinis dan perjalanan
klinis menjadi serupa dengan mielofibrosis dan metaplasia mieloid. Kadang-kadang
terjadi metaplasia mieloid pada limpa, hati,. kelenjar getah bening dan ginjal.
d. Fase terminal
Pada kenyataannya kematian pasien dengan polisitemia vera diakibatkan oleh
komplikasi trombosis atau perdarahan. Kematian karena mielofibrosis terjadi pada
kurang dari 15%. Kelangsungan hidup rerata pasien yang diobati berkisar antara 8 dan
15 tahun, sedangkan pada pasien yang tidak mendapat pengobatan hanya 18 bulan.
Dibandingkan dengan pengobatan flebotomi saja, resiko terjadinya leukimia akut
meningkat 5 kali jika pasien diberi pengobatan fosfor P32 dan 13 kali jika pasien
mendapat obat sitostatik seperti klorambusil.
Patogenesis
Patogenesis utama berasal dari peningkatan volume darah dan pengentalan yang
dihasilkan oleh eritrositosis. Bendungan yang melimpah pada semua jaringan dan alat tubuh
merupakan ciri khas polisitemia vera. Hati membesar dan sering mengandung fokus-fokus
metaplasi mieloid. Limpa juga agak membesar, mencapai 250 sampai 300 gram, dan sangat
kenyal. Sinus-sinus limpa dipadati oleh sel darah merah, seperti juga semua pembuluh darah
limpa. Pembuluh darah utama secara seragam melebar, biasanya karena pengentalan darah
yang kekurangan oksigen.1,3
Polisitemia vera sebagai suatu penyakit neoplastik yang berkembang lambat, terjadi
karena sebagian populasi eritrosit berasal dari satu klon sel induk darah yang abnormal.
Berbeda dengan keadaan normalnya, sel induk darah yang abnormal ini tidak membutuhkan
eritropoetin untuk proses pematangannya.1,3
Di dalam sirkulasi darah tepi pasien polisitemia vera didapati peninggian nilai
hematokrit. Terjadinya peningkatan konsentrasi eritrosit terhadap plasma dapat mencapai >
49% pada wanita (kadar Hb > 16 mg/dL) dan > 52% pada pria (kadar Hb > 17 mg/dL), serta
di dapati pula peningkatan jumlah total eritrosit (hitung eritrosit > 6 juta/mL).1-3
Polisitemia vera biasanya muncul pada usia pertengahan akhir yang mengenai pasien
pada umur 40 hingga 60 tahun, walaupun kadang-kadang ditemukan kurang lebih 5% pada
mereka yang berusia lebih muda. Angka kejadian polisitemia vera ialah 7/1.000.000
penduduk dalam setahun. Penyakit ini dapat terjadi pada semua ras atau bangsa dan terdapat
sedikit predominansi pada laki-laki.1,3
Penatalaksanaan
2. Menghindari pembedahan efektif pada fase eritrositik atau polisitemia yang belum
terkendali.
4. Menghindari obat yang mutagenik, teratogenik dan berefek sterilisasi pada pasien
usia muda.
b. Leukositosis progresif.
2. Sekitar 200 mg besi dikeluarkan pada tiap 500 mL darah. Defisiensi besi
merupakan efek samping pengobatan flebotomi berulang. Gejala defisiensi besi
seperti glositis, keilosis, disfagia dan astenia cepat hilang dengan pemberian preparat
besi.
2. Kemoterapi Sitostatika
Indikasi kemoterapi sitostatika :
a. Hanya untuk polisitemia vera.
Dengan dosis induksi 0,1 – 0,2 mg/kg BB/hari selama 3 – 6 minggu dan dosis
pemeliharaan 0,4 mg/kg BB tiap minggu.
- Tidak mendapatkan hasil, dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis pertama dan
diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.
5. Pengobatan Suportif1,3,8
a. Hiperurisemia diobati dengan alopurinol 100-300 mg/hari oral pada pasien dengan
penyakit yang aktif dengan memperlihatkan fungsi ginjal.
b. Pruritus ini disebabkan oleh adanya proliferasi sel mast dan basofil atau pelepasan
prostaglandin dan serotonin. Terapinya dapat diberikan antihistamin jika keluhan ini
muncul selepas diterapi dengan plebotomi.
c. Gastritis atau Ulkus peptikum dapat diberikan sebagai penghambat reseptor H2.
d. Trombositosis dan disfungsi trombosit dapat diberikan dosis rendah aspirin (40-100
mg perhari) untuk mencegah terjadinya trombosis.
B. Pembedahan Berencana
Pembedahaan berencana dapat dilakukan setelah pasien terkendali. Lebih dari 75%
pasien dengan polisitemia vera tidak terkendali atau belum diobati akan mengalami
perdarahan atau komplikasi trombosis pada pembedahan. Diperkirakan sepertiga dari
pasien tersebut akan meninggal. Angka komplikasi akan menurun jika eritrositosis
sudah dikendalikan sebelum pembedahan.
The European Collaboration on Low dose Aspirin in Polycythemia Vera (ECLAP)
merekomendasikan penggunaan aspirin dosis rendah untuk semua pasien polisitemia
vera kecuali pada pasien yang ada riwayat perdarahan. Diagnosa awal dan
penggunaan aspirin dan sitoreduksi menurunkan insiden tromboisis.
Komplikasi
a. Trombosis
Terjadi disebabkan oleh karena hiperviskositas, arteriosklerosis dan trombositosis.
b. Perdarahan
Disebabkan karena regangan pembuluh darah akibat adanya hipervolemia dan
gangguan fungsi trombosit.
c. Gagal jantung
Disebabkan karena beban jantung terlalu berat akibat dari hipervolemia,
hiperviskositas, hipertusi dan kemungkinan infark miokard akibat trombosis.
Prognosis
Polisitemia adalah penyakit kronis dan bila tanpa pengobatan kelangsungan hidup
penderita rata-rata 18 bulan. Dengan plebotomi kelangsungan hidup 14 tahun, dengan terapi
P32 kelangsungan hidup 12 tahun dan 9 tahun pada penderita dengan terapi klorambusil.
2. Kompilkasi perdarahan timbul 15-35 % pada pasien polisitemia vera dan 6- 30%
menyebabkan kematian.
Melalui tinjauan pustaka diatas telah dipaparkan apa yang menimbulkan keluhan pada
pasien tersebut. Diambil hipotesis bahwa pasien tersebut menderita keganasan kelainan darah
yang dikenal dengan polisitemia vera. Melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang,
differential diagnosis, working diagnosis, etiologi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis,
penatalaksanaan, komplikasi, serta prognosis, tinjauan pustaka ini mencoba untuk
menjelaskan faktor yang mempengaruhi sehingga pasien datang dengan keluhan tersebut.
Daftar Pustaka
1. Prenggono MD. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Dalam: Polisitemia vera. Edisi ke-4.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2007.h.692-5.
2. George TI. Polycythemia Vera. In: Chronic myeloproliferative syndromes. Wintrobes
Atlas of Clinical Hematology;2007.p.104-8.
3. Supandiman I, Sumahtri R. Pedoman diagnosis dan terapi hematologi onkologi
medik. Dalam: Polisitemia vera. Jakarta: EGC;2003.h.83-90.
4. Mazza, Joseph J. Classification. In: Myeloproliferative diseases. Manual of Clinical
Hematology;2002.p.93-8.
5. Hillman, Robert S, Kenneth A. Polycythemia. Hematology in Clinical
Practice;2005.p.1-25.
6. Stuart BJ, Viera AJ. Polycythemia Vera. In: Polycythemia primary and secondary.
Practical Diagnosis of Hematologyc Disorders;2000.p.221-7.
7. Tefferi A. Polycthemia Vera. In: Comprehensive review and clinical
recommendations. Mayo Clin Proc;2003.p.78,174-194.
8. Campbell PJ, Green AR. Management of polycythemia vera and essential
thrombocythemia. Washington: American Society of Hematology;2005.p.201-8.
9. Shimoda K. Myeloproliferative disorders. In: Education book. Thailand: The XXXIInd
World Congress of The International Society of Hematology;2008.p.283-5.