Anda di halaman 1dari 12

1

ANALISIS PRODUKSI DAN AGROINDUSTRI PISANG AMBON


DALAM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN PENDAPATAN
USAHATANI DI KABUPATEN GOWA

Palipada Palisuri
Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Bosowa Makassar

ABSTRACT
Analysis of Production and Agroindustry of Ambonese Bananas with respect
to the Increasing of Farming Income in Gowa Regency. This research aimed to
ascertain the influence of each production factor on production level of fresh
Ambonese bananas, and to know the feasibility of management handling of
Ambonese bananas product through household agroindustry activities.
The result of the analysis revealed that the composition of using production
input on the Ambonese bananas farming in Gowa regency was in the increasing
return to scale. Based on the result of statistical test, it could be indicate that
the use of seeds was relatively efficient, whereas the zuse of other production
factors were relatively unefficient. The result of the Ambonese bananas sale was
relatively profitable as stated by R/C ratio value for 4,08.

Keywords: Agroindustri, Usahatani, Produk, Pisang Ambon

A. PENDAHULUAN pada aspek perlakuan pasca panen,


Penerapan pendekatan agribisnis pengolahan dan pemasaran hasil. Hasil
khususnya subsektor agroindustri bagi penelitian Santika (1995), diketahui
produk holtikultura seperti halnya sektor bahwa kedua indeks tersebut (backward
pembangunan lainnya, merupakan dan fordward linkage indeks) untuk
subsektor yang yang kegiatannya komoditas hortikultura di Indonesia
berjalan dalam satu sistem. Sistem ini masih sangat rendah. Besaran indeks
mempunyai kaitan ke belakang yang dimiliki oleh sub sector hortikultura
(backward linkage) berupa industri hulu dalam kerangka nasional mencerminkan
yang mencakup pengadaan dan lemahnya kedudukan subsektor tersebut
penyaluran sarana produksi seperti: bibit, dilihat dari konstribusi yang diberikan
pupuk, atau lainnya. Sedangkan kaitan kepada sektor ekonomi lainnya secara
kedepan (fordward linkage) berupa timbal balik. Di lain pihak subsektor ini
industry hilir yang lebih menekankan mempunyai potensi dan peluang untuk

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


2

dikembangkan oleh pemerintah dan tambah yang memadai dapat


swasta. melenyapkan peluang memperoleh
Agroindustri adalah suatu bentuk pendapatan yang lebih tinggi. Pendekatan
agribisnis yang bertumpu pada kegiatan ini memerlukan dikembangkannya serta
pengolahan bahan baku yang berasal dari tersedianya teknologi yang tepat guna
sektor pertanian (Austin, 1991). bagi para petani, disamping ketersediaan
Agroindustri pada dasarnya mencakup alat dan bahan bantu yang diperlukan.
kegiatan pengolahan yang sangat luas, Menurut Baharsyah (1993), dalam
baik dari tahapan prosesnya maupun dari perkembangan agroindustry komoditas
jenisnya. Hal ini terlihat dari pengertian hortikultura, pemilihan dalam beberapa
Agroindustri yang dapat dijelaskan strata dapat membantu cara
sebagai suatu kegiatan industry yang pengembangannya yakni Strata
memanfaatkan produk primer hasil pertama; Pengolahan dan pengalengan
pertanian sebagai bahan bakunya untuk merupakan yang termaju. Mengingat
diolah sedemikian rupa sehingga menjadi besarnya investasi yang diperlukan, strata
produk baru, baik yang bersifat setengah agroindustri hortikultura ini pada
jadi maupun yang dapat segera umumnya melibatkan para pengusaha
dikonsumsi. Menurut Sutalaksana (1993), besar. Strata kedua; Berbagai
pergeseran pendapatan dari komoditas agroindustri hortikultura yang
primer ke produksi nilai tambah berlaku menghasilkan produk modern dengan
secara umum bagi pembangunan berbagai cita rasa buah dan berbagai
pertanian sebagai konsekwensi dari industri buah awetan. Strata ketiga;
penerapan pendekatan agribisnis Meliputi agroindustri rumah tangga yang
khususnya subsektor agroindustri. Bagi umumnya menghasilkan buah awetan
produk hortikultura yang bernilai tinggi dan produk-produk tradisional lain.
namun cepat busuk, kegiatan nilai Perbaikan dan penyehatan agroindustry
tambah yang tepat sejak dari cara panen, strata ini meliputi hampir semua aspek,
sortasi, penyimpanan sampai pada sejak dari pemilihan jenis dan kualitas
pengolahan dalam kegiatan agroindustri komoditas hortikultura yang merupakan
adalah suatu keharusan. Fluktuasi harga bahan mentah, teknologi processing, dan
yang ditimbulkan oleh sifat musiman keluarga dan diharapkan dapat
yang tidak disertai oleh kegiatan nilai meningkatkan pendapatan petani off

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


3

farm, bagi petani yang memiliki lahan berwarna putih kemerahan dan lunak,
sempit atau buruh tani yang sama sekali rasanya manis, enak dan aromanya kuat.
tidak memiliki lahan pertanian. Berat pertandan mencapai 15 – 18 kg,
Disamping itu agroindustry rumah tangga dengan jumlah sisir 8 – 12 sisir. Setiap
dapat dijadikan media untuk upaya sisir kurang lebih 20 buah. Ukuran buah
perbaikan gizi masyarakat. Bentuk 15 – 18 cm dengan diameter 3 - 3,5 cm.
teknologi tepat guna bagi industri rumah Pisang ambon putih pada saat matang
tangga dapat berupa peralatan sederhana berwarna kuning keputih-putihan dengan
atau resep-resep pengolahan disertai warna daging buah putih sampai putih
bimbingan analisa finansial dan kekuningan. Rasa daging manis sedikit
pemasaran. asam dan aromanya kuat. Selain sebagai
Menurut Munajim (1994), pisang buah meja, pisang ambon putih
yang buahnya dimakan setelah masak digunakan sebagai makanan pemula pada
(buah segar) masuk dalam golongan bayi. Berat tiap tandannya 15 – 25 kg,
Musa paradisiaca Var. Sapientum dan terdiri dari 10 – 14 sisir. Setiap sisir
Musanana L. Jenis pisang ini antara lain : terdiri dari 14 - 24 buah dengan
pisang ambon, pisang raja, dan pisang panjang 15 - 20 cm, dan diameternya
susu. Tanaman pisang ambon (Musa 3,5 – 4 cm.
paradisiaca cv. Ambon) terdiri atas
Panen dan Pascapanen Pisang Ambon
beberapa jenis yakni pisang ambon Panen Pisang Ambon dimana
lumut, pisang ambon putih, pisang
mutu pisang yang baik sangat ditentukan
ambon jepang, pisang ambon buai. oleh tingkat ketuaan buah dan
Pisang ambon termasuk jenis pisang penampakannya. Tingkat ketuaan buah
komersial yang banyak terdapat di diukur berdasar umurnya, sedang
pasaran, baik di pasar umum maupun penampakannya diperoleh dari
supermarket. Jenis pisang ini banyak penanganan pascapanen yang baik.
digemari oleh konsumen karena Secara fisik tanda-tanda ketuaan buah
keistimewaannya. Menurut Satuhu dan
pisang mudah diamati diantaranya; (a)
Supriyadi (1996), pisang ambon lumut buah tampak berisi, bagian lengir (tepi)
pada saat matang, warna kulit buah hijau buah sudah tidak ada lagi, (b) warna
atau hijau kekuningan dengan bintik- buah hijau kekuningan. Untuk buah
bintik coklat kehitaman. Daging buahnya pisang dengan tingkat kematangan

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


4

penuh, maka pada tandannya akan ada dan di supermarket. Buah pisang ambon
buah yang sudah masak (2-3 buah) dan, yang dipanen pada derajat ketuaan
(c) tangkai di putik telah gugur. komersial yang berbeda sebagai
Ciri menonjol dari kelompok perlakuan. Derajat ketuaan tersebut
pisang ambon adalah pemanenan yang adalah (a) dipanen 2 minggu sebelum
dilakukan pada tingkat ketuaan komersial Derajat Tua Komersial (DTK) dimana
‘mature green’ dan diperam terlebih kulitnya berwarna hijau muda, lingkaran
dahulu sebelum dimakan sebagai buah buah terasa masih menyiku dan kelopak
meja. Kenyataan ini memperlihatkan bunga yang mengering masih menempel,
bahwa tingkat ketuaan optimum untuk (b) dipanen pada saat DTK dimana
dipanen berlainan dengan tingkat kulitnya berwarna hijau tua, lingkaran
kematangan untuk dimakan. Untuk buah masih melekuk dan kelopak bunga
tujuan komersial terutama yang akan yang mengering mulai rontok, (c)
dijual ke tempat pemasaran yang lebih dipanen 2 minggu sesudah DTK dimana
jauh, jarang dipanen pada stadia matang kulitnya berwarna hijau kehitaman,
pohon. Hal ini disebabkan oleh sifat lingkaran buah melingkar penuh dan
rentan terhadap kerusakan fisik, kimia, kelopak bunga yang mengering hilang.
fisiologi dan mikrobiologis pasca panen.
Kandungan Gizi Buah Pisang Ambon
Dalam produksi segar, berbagai kegiatan
Pisang ambon juga memiliki kandungan
yang perlu untuk penanganan pascapanen gizi berupa serat yang secara ilmiah
adalah: (1) sortasi; dalam ukuran serta
membantu kinerja saluran percernaan.
bentuknya, warna, kemulusan dan Serat dalam saluran pencernaan bisa
beratnya. (2) Handling untuk berfungsi sebagai elemen yang
pembersihan dan penahan kematangan. membantu proses dalam mereabsorsi
(3) Pengepakan untuk individual, en juga sekresi air agar makanan mudah
gross, material (karton, peti kayu, dicerna dan sisa makanan yang akan
keranjang), beratnya per unit dan dibuang dari tubuh berupa feses tidak
penampilan. (4) Pengangkutan untuk
keras. Kandungan gizi nutrisi pisang
ketahanan terhadap kebusukan ambon khususnya kandungan kalori 99
(pendinginan), jangka waktu dan kkal cukup untuk memberi tambahan
ketahanan terhadap goncangan. (5) kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
Penyajian untuk di pasar, di kaki lima melakukan proses metabolisme,

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


5

meskipun jumlahnya tidak terlalu besar. membawa dampak positif, karena


Kalori di dalam pisang ambon bisa disamping memperoleh nilai tambah,
dijadikan alternative di saat kita sedang hasil olahan tersebut akan dapat
kelaparan. Kandungan vitamin A pada dipasarkan lebih luas. Jenis varietas yang
pisang ambon memiliki manfaat bagi cocok dan dapat menghasilkan mutu
kesehatan mata. Vitamin A bekerja yang baik dalam pembuatan sale pisang
dengan cara meningkatkan kerja dari diantaranya pisang ambon, siem, gembor,
retina mata, dimana retina mata susu, emas, dan raja bulu. Sale pisang
fungsinya cukup vital karena sebagai ambon yang diminati oleh konsumen
penerima cahaya dan bayangan dari yakni warnanya coklat kekuningan, rasa
objek yang kita lihat. manis, tekstur empuk dengan kadar air
Tabel 1. Kandungan Gizi nutrizi dalam tidak lebih dari 20 persen.
100 gram Buah Pisang Ambon
Proses Pembuatan Sale Pisang Ambon
No. Macam Zat Gizi Banyaknya
1. Kalori 99 kkal
Proses produksi sale pisang
2. Protein 1,2 gr ambon yang baik dengan dua cara yakni:
3. Lemak 0,2 gr
(a) pembuatan sale pisang secara
4. Karbohidrat 26 gr
5. Kalsium 8 mg tradisional (dalam skala kecil), dan (b)
6. Zat Besi 5 mg
pembuatan sale secara modern.
7. Fosfor 28 mg
8. Vitamin A 146 SI Pembuatan sale secara tradisional
9. Vitamin B.1 0,08 mg
dilakukan dengan cara sederhana, buah
10. Vitamin C 3 mg
11. Air 72 gr pisang yang matang dikupas dan dikerok
Diversifikasi Produk Buah Pisang permukaan daging buahnya dengan bilah
Ambon bambuatau pisau, setelah itu disusun
Diversifikasi dimaksudkan untuk diatas rak bambu dan dijemur di sinar
menciptakan produk olahan buah pisang matahari kemudian dipipihkan. Setelah
ambon dalam bentuk setengah jadi agak kering disimpan.Pemanasan ini
berupa sale pisang ataupun barang jadi dilakukan 4 – 5 hari. Biasanya sebelum
berupa kripik pisang, yang bahan dijemur, pisang diasapkan terlebih dahulu
bakunya berasal dari buah pisang ambon. dengan kayu bakar tetapi mutunya
Usaha ini diharapkan akan meningkatkan menjadi kurang baik. Pembuatan sale
nilai produk buah pisang ambon, secara agroindustri rumah tangga,
diversifikasi produk olahan buah pisang pengawetannya memakai bahan kimia
ambon kearah agroindustry akan

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


6

seperti sodium metabisulfit dan belerang. ambon sebagai berikut :


Tahap-tahap pembuatan sale pisang

Gambar 1. Bahan dasar dan Perlakuan Pembuatan Sale Pisang ambon Menurut
Strata Agroindustri Rumah Tangga (Munajim)
Bahan dasar Perlakuan Peralatan Hasil
PISANG AMBON AMBON Pengupasan Tangan/Pisau steril Pisang tanpa kulit
Pengerokan Pisau atau Bilah bambu Zat pengawet
Pengirisan Pisau steril Pisang dibelah dua/tiga
Pencelupan Pisang Wadah perendaman (dalam larutan (15 menit)
Bisulfit 1 % 1 gram bisulfit/1 liter air)
Pembilasan Wadah berlubang Ditiriskan
Pengasapan Tungku pengasapan Warna yg dikehendaki
Pengeringan Rak Bambu/Para-para Kadar Air 10 persen
(sinar matahari/selama 55 jam)
Pemipihan Wadah Penggepengan Bentuk Buah
Pengemasan Kantong plastik Kemasan Sale Pisang Ambon
SALE PISANG AMBON Berat setiap kemasan (gram)
(Daya tahan Sale 2 – 3 bulan)
Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan
C. HASIL PENELITIAN DAN
B. METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan di
Karakteristik Responden Usahatani
Kabupaten Gowa, dipilih 2 kecamatan Pisang Ambon
yakni Kecamatan Tinggimoncong. Profil pendidikan formal responden
Desa/Kelurahan Parigi, Majannang dan
sebanyak 65 persen atau 39 KK tidak
Manimbahoi. Kecamatan Tompobulu.
sekolah. Tingkat Sekolah Dasar (SD) 18,
Desa/ Kelurahan Tanete, Datara, dan
Cikoro. Jumlah responden sebanyak 60 34 persen atau 11 KK. Tingkat SLTP 10
Kepala Keluarga (KK) petani pisang persen atau 6 KK. Tingkat SLTA 6, 66
ambon yang diambil secara acak persen atau 4 KK. Hal ini menunjukkan
sederhana. bahwa tingkat pendidikan dan
Tabel 2. Produksi Buah Pisang Terbanyak
Menurut Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan pengetahuan petani tentang penerapan
Tahun 2013 (dalam Ton)
teknologi budidaya pisang dan
Kabupaten/Kota Buah Pisang
01 Gowa 15. 524, 5 pengolahannya umumnya masih kurang.
02 Sinjai 12. 657, 7
Umur rata-rata responden 26 tahun
03 Bone 16. 055, 6
04 Wajo 20. 649, 2 sampai 40 tahun sebanyak 20 orang
05 Pinrang 60. 008, 2
06 Bulukumba 7. 774, 9 (33,34 %), umur 45 sampai 57 tahun 38
07 Maros 7. 916, 8
08 Sidrap 8. 258, 5 orang (63, 34 %), umur 60 tahun 1
09 Luwu Timur 7. 665, 2
10 Bantaeng 4. 907, 5 orang (1, 66 %).
Sulawesi Selatan 186. 782, 1

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


7

Pola penjualan dan pemasaran, Sungguminasa, masing-masing dari


umumnya petani melakukan penjualan Malino Kecamatan Tinggimoncong 59
dalam bentuk segar dan matang, Km, dan dari Malakaji Kecamatan
pengemasan dan pengangkutan buah Tompobulu 130 Km.
pisang Ambon segar dilakukan oleh
Produksi dan Input pada Usahatani
pedagang pengumpul kabupaten. Untuk Pisang Ambon
pisang ambon matang pengemasan Produksi pisang ambon umumnya
dilakukan sendiri oleh petani produsen. dijual dalam bentuk tandan, setiap tandan
Pola penjualan pisang Ambon segar di rata-rata 8 sisir/tandan. Jumlah buah
dua kecamatan lokasi penelitian rata-rata 21 buah/sisir, dengan berat
umumnya sama yaitu pedagang rata-rata 12,5 kg/tandan. Berat/sisir
pengumpul kabupaten, dibantu oleh rata-rata 1,56 kg. Berat per buah 74,2
pedagang pengumpul kecamatan yang gram. Rata-rata produksi petani adalah
menjadi tengkulak dengan system 2416, 7 kg/ha/tahun. Bila produksi
pembayaran dimuka sebelum masa panen petani dikelompokkan seperti pada Tabel
denga taksiran jumlah produksi (sisir per 4. Menunjukkan bahwa produksi antara
tandan) dengan harga murah. Pedagang pisang antara 5001 - 6000 kg atau
pengumpul kecamatan pada setiap hari equivalen dengan 8 - 10 tandan/minggu
pasar menjual pisang ambon kepada adalah yang terbanyak, yaitu 31,67
pedagang pengumpul kabupaten. persen, sedangkan jumlah produksi
Pengemasan dan pengangkutan dilakukan antara 1501 – sampai 2000 kg atau
oleh pedagang pengumpul kabupaten dan equivalen dengan 2 – 3 tandan/minggu
selanjutnya kepada pengecer atau yang terkecil yaitu 8, 34 persen.
langsung pada konsumen. Penjualan Tabel 3. Produksi Pisang Ambon Segar
Petani Sampel di Kabupaten Gowa
pisang ambon matang dilakukan sendiri
Produksi (kg) Frekensi (KK) (%)
oleh petani setiap hari pasar. Hal ini 0 - 1500 6 10,00
1501 - 2000 5 8,34
dilakukan untuk membiayai 2001 - 3000 10 16,66
3001 - 4000 9 15,00
kebutuhannya sehari-hari, sebagai 4001 - 5000 11 18,33
pendapatan tambahan bagi petani 5001 - 6000 19 31,67
Jumlah 60 100,00
produsen. Jarak lokasi pemasaran dari Sumber: Data primer setelah diolah
sentra-sentra produksi pisang ambon Rata-rata luas lahan yang diusahakan
segar ke ibukota kabupaten yakni Kota petani 1,55 ha/KK. Luas lahan pisang

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


8

ambon dikelompokkan seperti pada penggunaan pupuk 401 - 600 kg adalah


Tabel 5. Menunjukkan bahwa kelompok yang terbanyak atau 30 persen. Pupuk
terbanyak adalah antara luas 0,51 - 1 ha yang digunakan petani umumnya pupuk
atau 30 persen. Sedangkan luas lahan organik dan anorganik. Pupuk organik
terkecil yakni 0,00 - 0, 50 adalah diolah dari rumput hijau, kotoran sapi
sebanyak 4 KK atau 6, 66 persen. atau kerbau. Pupuk anorganik terdiri atas
Tabel 4. Luas Lahan Pisang Ambon jenis pupuk Urea, KCl dan ZA. Rata-rata
Petani sampel di Kabupaten Gowa
penggunaan pupuk organic 1,5
Luas Lahan Frekuensi (%)
(Ha) (KK) kg/rumpun/tahun.
0,00 - 0, 50 4 6, 66
0,51 - 1, 00 18 30, 00 Tabel 5. Jumlah Curahan Tenaga Kerja
1,01 - 1, 50 12 20, 00 Usaha Tani Pisang Ambon di
1,51 - 2. 00 12 20, 00 Kabupaten Gowa
2,01 - 2. 50 14 23, 34 Hari Kerja Setara
Pria
Frekuensi (%)
Jumlah 60 100,00
Sumber: Data primer setelah diolah 0 - 90 9 15, 00
91 - 120 14 23, 33
Rata-rata jumlah bibit adalah 121 - 150 15 25, 00
151 - 180 17 28, 33
218,27 rumpun/ha/tahun. Bila jumlah
181 - 210 58, 34
bibit dikelompokkan, menunjukkan Jumlah 60 100,00
Sumber: Data primer setelah diolah
bahwa jumlah bibit 301 - 400 rumpun
Rata-rata curahan tenaga kerja
adalah yang terbanyak atau 21, 66
adalah 86, 02 HKSP/ha/tahun. Jika
persen, dengan rata-rata jumlah anakan 5
jumlah curahan tenaga kerja
pohon setiap rumpun. Bulan penanaman
dikelompokkan seperti pada Tabel 6,
pisang ambonyang dilakukan petani
menunjukkan bahwa yang terbanyak Hari
umumnya bulan oktober atau bulan april
Kerja Setara Pria (HKSP) adalah 151 -
di Kecamatan Tinggi Moncong.
180 HKSP atau 28, 33 persen. Rata-rata
Sedangkan di Kecamatan Tompobulu
penggunaan tenaga kerja sebanyak 4
bulan Januari atau bulan April. Bibit
orang terdiri dari tenaga kerja dewasa
tanaman tingginya 1 – 1,75 meter.
dan tenaga kerja usia 10 - 15 tahun.
Rata-rata penggunaan pupuk adalah
Kebutuhan tenaga kerja pada pengolahan
391, 7 kg/ha/tahun dengan rata-rata
tanah, penanaman, pemupukan,
penggunaan pupuk setiap rumpun 1.794
penyiangan, pemberantasan hama, dan
gr/rumpun/tahun atau 1, 80 kg. Bila
panen.Untuk memudahkan melakukan
jumlah penggunaan pupuk
perbandingan penggunaan tenaga kerja,
dikelompokkan, menunjukkan bahwa
maka diperlukan standarisasi satuan

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


9

tenaga kerja yang biasanya disebut produksi dimana t hitung sebesar 0,


dengan ‘hari kerja setara pria’ (HKSP). 963 dan signifikan t = 0,3397
Satuan tenaga kerja adalah satu hari kerja e. Variabel tenaga kerja secara statistik
yaitu waktunya (umumnya 8 jam) tidak berpengaruh nyata terhadap
diberikan seseorang selama satu hari. produksi dimana t hitung sebesar 0,
Penurunan penggunaan tenaga kerja 804 dan signifikan t = 0,4250. Hal
untuk pengelolaan tanaman jika adanya ini dapat disebabkan karena
penggunaan ternak atau peralatan penggunaan tenaga kerja dalam usaha
pengolahan. tani tersebut di daerah penelitian
Interprestasi mengenai t hitung dan sudah sangat berlebihan(the law of
signifikan t pada Tabel hasil pendugaan diminishing returns), disamping
fungsi produksi sebagai berikut : kurangnya pengetahuan petani dan
a. Variabel luas lahan secara statistik informasi tentang teknologi budidaya
tidak berpengaruh nyata terhadap tanaman pisang ambon.
produksi dimana t hitung sebesar 0, Analisis Pendapatan Usaha Sale
Pisang Ambon
842 dan signifikan t = 0,4035. Hal ini
Besarnya biaya-biaya dan
dapat disebabkan oleh pemanfaatan
keuntungan usaha sale pisang Ambon,
lahan yang belum optimal.
terdiri dari biaya tetap (FC) dan biaya
b. Variabel bibit secara statistik
variable (VC), pendapatan bersih dan
berpengaruh nyata terhadap produksi
R/C ratio. Yang termasuk Biaya Tetap
dimana t hitung sebesar 4, 274 dan
adalah biaya-biaya peralatan seperti
signifikan t = 0,0001. Dapat diartikan
tempayan pemeraman, wadah
bahwa penambahan bibit dalam usaha
pengupasan, wadah perendaman, wadah
tani pisang ambon dapat dilakukan
pembilasan, tungku pengesapan, rak
untuk meningkatkan produksi.
bambu, alat pengepengan, kantong
c. Variabel pupuk secara statistik tidak
plastik dan karton. Total biaya tetap
berpengaruh nyata terhadap produksi
dikurangi biaya penyusutan per kilogram.
dimana t hitung sebesar 0, 561 dan
Biaya Variabel terdiri dari harga pisang
signifikan t = 0,4306
segar, biaya pemeraman, pengupasan,
d. Variabel obat-obatan secara statistik
pengerokan dan pengirisan, perendaman,
tidak berpengaruh nyata terhadap
pembilasan, pengasapan, pengeringan,
pemipihan, pengemasan dan biaya

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


10

pemasaran per kilogram. Total biaya tidak menunjukkan pengaruh nyata


adalah Biaya Tetap ditambah Biaya (significance) namun faktor produksi
Variabel. Sedangkan perhitungan Rugi- luas lahan masih memungkinkan
Laba adalah Penerimaan kotor dikurangi dilakukan pemanfaatan lahan secara
Total Biaya, Usaha Sale Pisang Ambon. optimal.
Hasil Analisis keuntungan Usaha Sale 2. Penanganan pengolahan buah pisang
Pisang Ambon adalah relatif Ambon melalui agroindustri rumah
menguntungkan seperti ditunjukkan oleh tangga usaha sale pisang, dapat
nilai R/C ratio sebesar 4,08. R/C ratio memberikan nilai tambah yang
merupakan perbandingan antara total memadai dan memperoleh pendapatan
penerimaan dengan total biaya. Hasil usaha tani yang lebih tinggi. Dimana
perhitungan R/C ratio akan diketahui R/C ratio kelayakan usaha sale pisang
kelayakan usaha sale pisang ambon ambon sebesar 4, 08. Semakin besar
R/C ratio maka akan semakin besar
D. KESIMPULAN DAN SARAN
pula keuntungan yang diperoleh
Kesimpulan
petani.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilaksanakan, dapat disimpulkan sebagai Saran
berikut: Untuk meningkatkan produksi
1. Tingkat produksi rata-rata usaha tani pisang Ambon secara efisien, petani
pisang Ambon di Kabupaten Gowa perlu melakukan penambahan bibit
berada pada skala hasil yang semakin tanaman dengan jarak tanam per
meningkat (increasing return to rumpun/ha 3 X 3 meter. Petani pisang
scale). Penggunaan faktor produksi Ambon sebaiknya melakukan perlakuan
bibit berpengaruh nyata nyata dan pascapanen yaitu kegiatan agroindustri
positif terhadap produksi pisang rumah tangga berupa usaha sale pisang
Ambon, yang dapat diartikan bahwa Ambon yang dapat memberikan nilai
penambahan faktor produksi bibit tambah dan pendapatan petani yang lebih
dalam usaha tani pisang ambon akan tinggi.
menghasilkan kenaikan produksi yang
proporsinya lebih besar dari proporsi
penambahan input tersebut.
Penggunaan faktor produksi luas lahan

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


11

DAFTAR PUSTAKA Downey, and Ericson. 1992.


Agribusiness Management :Mc.
Anonim. 2014. Perkembangan Konsumsi
Grw – Hill Book Company New
Pisang Ambon dan Pisang Raja di
York.
Indonesia Tahun 2009-2013. Pusat
Data dan Sistem Informasi Gittinger, J. 1982. Economic analysis
Pertanian, Kementrian Pertanian, and Agriculture Project. Baltimore,
Jakarta. University Press.
Abdullah, M.1998.Pisang dalam Kadarsyan, H. W. 1998. Keuangan
kehidupan kita.CV. Pustaka Pertanian dan Pembiayaan
Aksara, Jakarta. Perusahaan Agribisnis.Gramedia
Pustaka Utama Jakarta.
Azis, Amin. 2001. Kebijakan
Pengembangan Agroindustri Kasryno, F. 1991. Pengembangan
Hortikultura. CIDES, Jakarta Hortikultura dan
Permasalahannya.Biro Pusat
Austin, J. E. 1991. Agroindustri Project
Perencanaan
Analysis. The Jhon Hopkins
University Press, London Lutony, Lukman.2001. Analisis Ekonomi
Usahatani Pisang Ambon. Pusat
BPS. 2013. Produksi Buah Pisang
Informasi Pertanian (PIP) Trubus,
Terbanyak Menurut
Jakarta.
Kabupaten/Kota di Provinsi
Sulawesi Selatan. Pusat Pelayanan Munajim. 1994. Teknologi Pengolahan
Terpadu BPSSulawesi Selatan. Pisang. Penerbit PT. Gramedia,
Jakarta.
Baharsyah.1993. Hortikultura Sebagai
Sumber Pertumbuhan Baru Sektor Nuryani, Soejono.1999. Budidaya
Pertanian. Cides, Jakarta Pisang. Penerbit Dahara Prize,
Semarang.
Bahar, A. Farid. 1999. Pemilihan dan
penerapan Teknologi Tepat Guna Pasaribu, Amudi. 2003. Pengantar
Usaha Agroindustri Buah-Buahan Statistik. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Tropis Potensial. CIDES dan PPA,
Jakarta. Rismudandar. 2003. Bertanam Pisang.
Penerbit CV. Sinar Baru, Bandung.
Coronel, R.E. 1998. Promising Fruits of
the Philippines. C.A. UPLB, Satuhu, Suyanti. 1998. Pisang :
Philippines. Budidaya, Pengolahan dan
Prospek Pasar. PT. Swadaya,
Dasuki, M. 2002. Pengaruh Derajat Jakarta.
Ketuaan Buah Pisang Ambon
terhadap Mutu Buah Matang. Soekartawi. 1995. Agribisnis : Teori
Puslitbang Hortikultura, Jakarta. dan Aplikasinya. Rajawali Offset,
Jakarta.
Drilon, J. D. 1990. Agribisnis
Management, Volume 1, Asian Santika, A. 1995.Agroindustry Structure
Productivity Organization, Tokyo. and its Constribution to Regional
Income and Employment in

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


12

Indonesia. ( A. Dissertation ): Training of the Trainers (TOT)


Michigan State University. Manajemen Agribisnis, Bogor.

Sastrowardoyo, Sanyoto. 2008. Priotitas Sutalaksana, Dahlan. 1993. Sistem


Penanaman Modal Permodalan Pengembangan
Agroindustri.CIDES, Jakarta Agroindustri Besar, Menengah,
dan Kecil, CIDES and PPA.
Siswoputranto, D. L. 2002. Sale Pisang Penerbit Bangkit, Jakarta
Bermakna Ganda.Pusat Informasi
Pertanian, Trubus. Sudjana, 2008.Metode Statistika. Edisi
ke lima, Tarsito, Bandung.
Syarief, Rizal. 2005. Pengembangan
Teknologi tepat guna dalam Vredenbregt, 1999. Metode dan Teknik
Pengembangan Agribisnis. Penelitian Masyarakat.Gramedia ,
Jakarta.

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai