Anda di halaman 1dari 30

Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |1

Pertemuan :I
Materi : Konsep Negara dan Warga Negara
Bahan Kajian : - Penjelasan RPS
- Pengertian Negara
- Teori terbentuknya Negara dan bentuk-bentuk Negara
- Pengertian Warga Negara Indonesia

1. Penjelasan RPS meliputi :


Jumlah Dosen yang mengasuh MK ini dengan pembagian tertera dalam RPS ; Buku referensi
yang digunakan ; MK menggunakan metode ceramah (penyajian materi oleh Dosen), diskusi
(tanya jawab dan presentasi tugas), Kuis (Post Test) ; Penjelasan tentang pembagian
kelompok untuk tugas makalah (judul makalah untuk tiap kelompok dan criteria penilaian) ;
Bobot penilaian MK ; Penyampaian Kontrak kuliah ; dll.

2. BAHAN KAJIAN :
2.1 Pengertian Negara
Istilah Negara berasal dari kata : staat (Belanda dan Jerman), state (Inggris) dan etat
(Perancis) 1. Secara etimologi Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu
kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu
kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat 2.
Banyak ahli hukum yang mendefinisikan Negara, salah satunya adalah Kranenburg . Ia
mendefinisikan Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu organisasi
yang bertujuan untuk memelihara kepentingan dan terlebih dahulu yang harus ada adalah
kelompok manusia, sedangkan Negara adalah sekunder artinya itu menyusul kemudian3.

2.2 Teori Terbentuknya Negara


2.2.1 Teori kontrak sosial (Social Contract)
Teori ini beranggapan bahwa Negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian
masyarakat dalam tradisi sosial masyarakat. Penganut teori ini antara lain Thomas
Hobbes, Jhon Locke dan J.J. Rousseau4.

1
Donatus Patty, Ilmu Negara, ________, Kupang, 1995, hlm. 17
2
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat
Madani – Edisi Revisi, Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 120
3
Donatus Patty, Ilmu Negara, Op., Cit., hlm. 18
4
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)….., Op., Cit., hlm. 123
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |2

2.2.2 Teori Ketuhanan (Teokrasi)


Teori ini berpandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para Raja berasal dari
Tuhan. Mereka mendapat mandate dari Tuhan untuk bertakhta sebagai penguasa
5
. Teori ini berawal dari tumbuhnya agama Kristen dalam Pemerintahan Roma yang
tidak menerima adanya aliran lain. Theodosius Agung (379-395 Masehi) kemudian
meresmikan agama Kristen Nicea sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi6.
Penganut teori ini antara lain Agustinus (354-430 Masehi) dan Thomas Aquinas
(1225-1274 Masehi). Menurut Agustinus, keadilan hanya mungkin dicapai dalam
Negara yang diperintah oleh agama Kristen yaitu dalam Civitas Dei (Negara
Tuhan). Selanjutnya menurut Thomas Aquinas, Tuhan adalah Principiun dari
semua kekuasaan. Raja dianggap sebagai wakil Tuhan dan pelanggaran terhadap
kekuasaan Raja merupakan pelanggaran terhadap Tuhan 7.
2.2.3 Teori Kekuatan
Teori ini berpendapat bahwa melalui proses penaklukan dan pendudukan oleh
kelompok tertentu maka terbentuklah sebuah Negara atau dengan kata lain
terbentuknya suatu Negara adalah karena pertarungan kekuatan dimana yang
menang memiliki kekuatan untuk membentuk sebuah Negara. Kekuatan menjadi
pembenaran (raison d’etre) dari terbentuknya Negara. Adapun penganut teori ini
antara lain F. Oppenheimer, Karl Marx, H.J. Laski dan Leon Duguit 8.
2.2.4 Teori Patriarkhal dan Teori Matriarkhal
Menurut teori Patriarkhal, Negara adalah pengelompokkan beberapa suku yang
ditarik menurut gens kaum laki-laki. Sedangkan menurut teori Matriarkhal , Negara
terbentuk dari beberapa suku yang ditarik dari clan Ibu9.
2.2.5 Teori Organis
Menurut teori ini Negara dipersamakan dengan makhluk hidup (manusia dan atau
binatang) dan individu (baca:warga Negara) dianggap sebagai sel-sel dari makhluk
hidup. Penganut teori ini antara lain Plato, Cicero dan Nicholas dari Cusal (1401-
1464 Masehi)10.

5
Ibid., hlm. 124-125
6
https://id.m.wikipedia.org?wiki/theodosius_I . Data diakses pada Minggu,3 september 2017 pukul 20.58 WITA
7
Donatus Patty, Ilmu Negara, Op., Cit., hlm. 45-46
8
Ibid., hlm. 46-48
9
Ibid., hlm. 48-49
10
Ibid., hlm 49-50
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |3

2.2.6 Teori Daluwarsa


Menurut teori ini, Negara timbul karena adanya milik yang sudah lama yang
kemudian melahirkan hak milik. Raja bertakhta bukan karena kekuasaan
berdasarkan hak-hak Ketuhanan atau jure divino tetapi berdasarkan kebiasaan
atau jure consuetudinario. Penganut teori ini antara lain Jean Bodin dan Loysean.
2.2.7 Teori Alamiah
Teori ini pertama-tama dikemukakan oleh Aristoteles. Terbentuknya Negara
menurut teori ini adalah karena ciptaan alam dan manusia yang awalnya
merupakan makhluk politik (zoon politican) ditakdirkan untuk hidup bernegara11.
2.2.8 Teori Idealistis
Menurut teori ini Negara sebagai suatu kesatuan yang harus ada dan sebagai
kesatuan yang mistis yang bersifat supranatural. Negara memiliki hakekat
tersendiri terlepas dari komponennya, ia bukan ciptaan mekanistis tetapi suatu
kesatuan ideal yang melambangkan manusia dalam bentuknya yang megah dan
sempurna12.
2.2.9 Teori Historis
Menurut teori ini, Negara tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan manusia guna memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri yang tidak luput
dari pengaruhi tempat, waktu dan tuntutan zaman13.
2.3 Bentuk-Bentuk Negara 14
2.3.1 Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah Negara yang merdeka dan berdaulat dengan satu
pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Dalam
pelaksanaannya, Negara Kesatuan terbagi ke dalam dua sistem pemerintahan
yakni sentralisasi dan desentralisasi.
Negara Kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem pemerintahan yang
langsung dipimpin oleh pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
melaksanakan kebijakan pusat. Sedangkan Negara Kesatuan dengan sistem
desentralisasi adalah sistem pemerintahan yang member kesempatan dan
kewenangan kepada Kepala Daerah untuk mengurus urusan Pemerintah di
wilayahnya sendiri. Sistem ini dikenal dengan istilah Otonomi Daerah.

11
Ibid., hlm. 50-51
12
Ibid., hlm. 51
13
Ibid., hlm. 51-52
14
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)….., Op., Cit., hlm. 126-127
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |4

2.3.2 Negara Serikat


Negara serikat adalah negara gabungan yang terdiri dari beberapa negara bagian
dari sebuah negara serikat. Pada mulanya negara bagian tersebut merupakan
Negara yang merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri tetapi kemudian
menggabungkan diri dengan negara serikat sehingga dengan sendirinya Negara
tersebut menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada negara serikat.
2.3.3 Negara Monarkhi
Negara monarki adalah negara yang pemerintahannya dikepalai oleh Raja atau
Ratu. Dalam praktek, Negara monarki terdiri dari dua jenis yakni monarki absolut
dan monarki konstitusional.
Monarki absolut adalah negara yang kekuasaan tertingginya berada di tangan satu
orang raja atau ratu. Contoh: Arab Saudi. Sedangkan monarki konstitusional
merupakan negara yang kepala pemerintahannya adalah perdana menteri yang
dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi negara dan kedudukan Raja hanya
sebatas symbol belaka. Contoh: Malaysia, Thailand, Jepang dan Inggris.
2.3.4 Negara Oligarki
Negara oligarki adalah negara yang pemerintahannya dijalankan oleh beberapa
orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.
2.3.5 Negara Demokrasi
Negara demokrasi adalah Negara yang pemerintahannya bersandar pada
kedaulatan rakyat atau mendasarkan kekuasaannya pada pilihan dan kehendak
rakyat melalui mekanisme Pemilu.

2.4 Pengertian Warga Negara Indonesia


2.4.1 Pengertian Warga Negara Indonesia
Dalam pasal 26 ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa warga negara Indonesia
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Sedangkan menurut
Undang - Undang RI No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia (UU KRI) khususnya pasal 4, 5 dan 6.
Dalam pasal 4 disebutkan bahwa Warga Negara Indonesia adalah:
a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |5

b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga
Negara Indonesia;
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara
Indonesia dan ibu warga negara asing;
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
asing dan ibu Warga Negara Indonesia;
e. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak
tersebut;
f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara
Indonesia;
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia;
h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai
anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18
(delapan belas) tahun atau belum kawin;
i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang
ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara
tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak
yang bersangkutan;
m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |6

Selanjutnya pasal 5 UU KRI tentang status anak warga Negara Indonesia


menyatakan bahwa :
(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum
berusia 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin diakui secara sah oleh
ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga Negara
Indonesia.
(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat
secara sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan
pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.

Sedangkan tentang pilihan menjadi warga Negara bagi anak yang dimaksud pada
pasal-pasal sebelumnya dijelaskan dalam pasal 6 UU KRI yaitu :
(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf 1, dan
Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia, 18
(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan
memilih salah satu kewarganegaraannya.
(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan
melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan
perundang-undangan.
(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak
berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
3. Post Test / Kuis
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |7

Pertemuan : II
Materi : Konsep Warga Negara dan Warga Negara (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Asas-asas kewarganegaraan
- Hak dan Kewajiban Warga Negara
- Hubungan Negara dengan Warga Negara

1. Bahan Kajian
1.1 Asas-asas kewaranegaraan
Asas-asas kewarganegaraan merupakan prinsip-prinsip umum dalam penentuan suatu
kewarganegaraan. Sebagai prisnip / landasan dalam penentuan kewarganegaraan dapat
ditentukan melalui 3 asas yakni 15:
 Asas Ius Sanguinis adalah asas penentuan kewaganegaraan berdasarkan pertalian
darah atau keturunan. Kewarganegaraan orangtua menjadi pokok sorotannya tanpa
mengindahkan dimana tempat dan keberadaan orangtuanya.
 Asas Ius Soli adalah asas penentuan kewarganegaraan berdasarkan tempat dimana
seseorang dilahirkan. Asas Ius Soli biasanya digunakan oleh negara-negara yang
sebagian besar penduduknya berasal dari kaum imigran misalnya Amerika Serikat,
Kanada dan Australia.
 Asas Campuran adalah penganutan terhadap penggunaan asas ius sanguinis dan
asas Ius Soli secara bersamaan atas dasar pertimbangan keuntungan bagi
kepentingan negara yang bersangkutan. Contoh : India dan Pakistan.

Sehubungan dengan ketiga asas tersebut maka setiap negara bebas memilih asas
mana yang hendak dipakai tergantung kepentingannya masing-masing. Dalam
penerapan ketiga asas tersebut memunculkan stelsel sebagai instrumennya, yaitu
stelsel aktif dan stelsel pasif. Stelsel aktif adalah stelsel yang mengharuskan
seseorang mengusahakan sendiri status kewarganegaraannya dengan cara
mengajukan permohonan kepada Presiden melalui menteri Hukum dan HAM.
Sedangkan stelsel pasif adalah stelsel yang tidak mengharuskan seseorang untuk
melakukan tindakan hukum tertentu untuk dapat menjadi warga negara Indonesia.
Contohnya jika orangtua kita adalah WNI maka pada saat lahir kita langsung menjadi
WNI 16.

15
Mardenis, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2016, hlm. 20
16
Ibid., hlm. 21
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |8

Selanjutnya terkait dengan kedua stelsel tersebut telah pula menimbulkan instrument
hukum yang berupa hak opsi dan hak refudiasi. Hak opsi biasanya muncul dari stelsel
aktif yakni hak untuk memilih suatu kewarganegaraan. Sedangkan hak refudiasi
biasanya muncul dalam lapangan stelsel pasif yaitu hak untuk menolak suatu
kewarganegaraan17.
Akibat dari penggunaan tiga asas kewarganegaraan di atas muncullah problem
hukum antara lain 18:
 Apatride, adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak memiliki
kewarganegaraan.
 Bipatride, adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kewarganegaraan
rangkap atau dua kewarganegaraan. Contohnya adalah B. J. Habiebie yang
memiliki dua kewarganegaraan yakni Indonesia dan Jerman.
 Multipatride adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki status
kewarganegaraan yang banyak. Misalnya Gus Hiddink, seorang pelatih sepakbola
berkewarganegaraan Belanda yang pada tahun 2002 karena berhasil membawa
tim sepakbola Korea Selatan ke semifinal Piala Dunia maka atas prestasinya itu
ia dianugerahi kewarganegaraan korea selatan. Selanjutnya pada tahun 2006 ia
berhasil lagi membawa tim nasional sepak bola Australia ke perempat final Piala
Dunia sehingga atas prestasinya itu ia dianugerahi kewarganegaraan Australia.

1.2 Hak dan Kewajiban WN


Hak-hak warganegara RI secara umum dapat kita temukan dalam UUD 1945 yaitu :
 Pasal 27 ayat (1) memuat tentang hak warga negara untuk diperlakukan sama
di depan hukum dan pemerintahan.
 Pasal 27 ayat (2) memuat tentang hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
 Pasal 28 memuat tentang hak warga negara untuk bebas berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan.
 Pasal 29 memuat tentang hak warga negara untuk memeluk agamanya masing-
masing ;

17
Ibid.,
18
Ibid., hlm. 21 - 22
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |9

 Pasal 30 ayat (1) memuat tentang hak warga negara untuk ikut dalam usaha bela
negara;
 Pasal 31 ayat (1) memuat tentang hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan
dan pengajaran.
 Pasal 34 ayat (1) memuat tentang hak fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
oleh negara.
Sedangkan kewajiban warga negara adalah mematuhi semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku di NKRI. Berdasarkan UU. No. 10 tahun 2004 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan maka tata urutan perundang-undangan RI
di Indonesia adalah :
 UUD 1945
 Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
 Peraturan Pemerintah ( PP )
 Perpres (Peraturan Presiden)
 Peraturan Daerah (Perda)
Selain itu sebagai warga negara kita juga wajib untuk menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya ((pasal 27 ayat 1), wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan Negara (pasal 30 ayat 1) dan wajib mematuhi semua peraturan baik
tertulis maupun tidak tertulis misalnya konvensi / living law, hukum adat, hukum agama
dan lain sebagainya 19.

1.3 Hubungan Negara dengan WN


Hubungan antara negara dan warga negara adalah timbal balik dan sangat erat. Negara
misalnya memiliki kewajiban untuk memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar maka
di sisi lain warga negara punya kewajiban untuk membayar pajak yang nantinya akan
digunakan negara untuk mengembangkan sistem jaminan sosial dan menyediakan
fasilitas publik bagi warga negaranya. Hubungan ini diharapkan berjalan seimbang
(balance).

2. Post Test

19
Ibid., hlm. 21-22
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 10

Pertemuan : III
Materi : Konsep Hak Asasi Manusia
Bahan Kajian : - Pengertian Dasar HAM
- Sejarah Perkembangan dan Penegakan HAM
- Jenis-Jenis HAM
- Pelanggaran dan Pengadilan HAM
- Kelompok-Kelompok Yang Rentan Terhadap Pelanggaran HAM

1. Bahan Kajian
1.1 Pengertian Dasar HAM
Terdapat berbagai istilah Hak Asasi Manusia (HAM) dalam berbagai kepustakaan yaitu
20
:
 Bahasa Inggris : Fundamental rights, Human Rights ;
 Bahasa Belanda : Grondrechten, Mensenrechten ;
 Bahasa Indonesia : Hak Dasar Manusia, Hak Asasi Manusia .
Menurut Black’s Law Dictionary, HAM adalah suatu kebebasan/kemerdekaan, kekebalan
dan yang menguntungkan atau bermanfaat bagi manusia sesuai dengan nilai-nilai hukum
modern21. Menurut Rhoda E. Howard, HAM adalah hak yang dimiliki manusia karena
dirinya manusia. Setiap manusia mempunyai HAM dan tak seorang pun boleh diingkari
HAM-nya tanpa keputusan hukum yang adil22.

Menurut UU. No.39 Tahun 1999 tentang HAM pada pasal 1 angka (1) jo. UU. No. 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM pada pasal 1 angka 1 ditegaskan bahwa :
“ Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk TYME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. ”

20
Yohanes Saryono, 2014, Buku Ajar Berbasis Modul “Politik Hukum”, Program Studi Magister Ilmu Hukum - Program Pasca
Sarjana UNDANA, hlm. 133
21
Ibid., hlm. 134
22
Yohanes Saryono, Loc.Cit., hlm. 134
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 11

1.2 Sejarah Perkembangan dan Penegakan HAM


1.2.1 Sejarah Perkembangan dan Penegakan HAM di Dunia ;
Lahirnya HAM adalah bersamaan dengan adanya manusia yang diciptakan oleh
TYME di dunia ini. HAM melekat dalam diri setiap manusia sebagai karunia dari
TYME. Ditinjau dari sejarah lahirnya HAM terdapat beberapa pendapat yaitu23 :
 Menurut hukum kodrat : HAM berasal dari Tuhan yang dibawanya sejak lahir
sebagai anugerah TYME ;
 Menurut Kaum Positifisme/Realisme : HAM ada dan lahir ketika
dikukuhkannya HAM ke dalam konstitusi atau UUD, Deklarasi, Bills, Act,
Konvensi dan UU HAM, baik yang berlaku dalam suatu Negara maupun di
dunia internasional.
Sejarah HAM berkembang melalui beberapa tahap yaitu24 :
1. Pada tahun 1215 Raja John Lackland terpaksa menandatangani dan
menyiarkan Magna Charta. Isinya ialah penarikan pajak harus seijin Great
Council yang anggota-anggotanya adalah kepala-kepala daerah , orang-orang
bebas tidak boleh ditahan, dipenjarakan, dibuang atau dihukum mati tanpa
pertimbangan hukum dan perlindungan hukum tertulis.
2. Pada tahun 1628 Parlemen Inggris mengajukan Petition of Rights. Isi petisi
tersebut kemudian menimbulkan ketegangan antara Raja Charles dengan
parlemen. Dalam “clash” tersebut akhirnya Parlemen menang dan
mengeluarkan petisi sebagai berikut :
- Penerapan pajak dan pungutan-pungutan istimewa harus dengan
persetujuan parlemen ;
- Seseorang tidak boleh ditahan tanpa tuduhan yang sah dan tanpa alasan
;
- Tentara tidak diperbolehkan menggunakan Hukum Perang dalam keadaan
damai.
3. Pada tahun 1679 Raja Charles II dari kerajaan inggris menandatangai Habeas
Corups Act. Dalam Undang-Undang tersebut HAM dikembangkan lebih lanjut.
4. Dalam tahun 1689 terjadi revolusi di Inggris yang akhirnya membawa dampak
positif yaitu ditetapkannya Bill of Rights pada 1689. Isi Bill of Rights adalah :

23
Ibid., hlm. 144
24
Ibid., hlm. 145-146
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 12

 Pemilihan anggota parlemen harus dilakukan dengan asas bebas dan


rahasia ;
 Adanya pengakuan terhadap kebebasan berbicara dan kebebasan
mengeluarkan pendapat ;
 Warganegara Inggris mempunyai hak untuk memeluk agamanya masing-
masing dan beribadat menurut kepercayaannya itu.
5. Pada tahun 1776 wakil dari 13 daerah di Amerika Utara mengeluarkan
Declaration of Independence (pernyataan kemerdekaan). Dalam pernyataan
itu dikatakan :
“ kami percaya bahwa semua kebenaran itu adalah bukti nyata, bahwa semua
orang diciptakan sama, bahwa mereka dikaruniai oleh Pencipta hak-hak
tertentu yang tidak dapat diganggu gugat, bahwa diantaranya adalah
hidup,kebebasan dan pengejaran kebahagiaan. Bahwa untuk menjamin hak-
hak ini dibentuk Pemerintah diantara orang-orang yang memperoleh
kekuasaan mereka yang adil dengan ijin dari yang diperintah. “
6. Tahun 1789 di Perancis terjadi Revolusi yang menghasilkan Declaration des
Droits de l’ Home et du Cityen (Pernyataan hak-hak asasi manusia dan
warganegara). Deklarasi ini menghasilkan semboyan yang terkenal yakni
Liberte (Kebebasan), Egalite (Persamaan) dan Fraternite (Persaudaraan).
7. Tanggal 10 desember 1948 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) mengeluarkan The Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia / DUHAM) yang intinya adalah :
 Setiap orang berhak akan hidup, kemerdekaan, keamanan bagi dirinya ;
 Tidak seorangpun boleh dikenakan hukuman tahanan atau pembuangan
yang sewenang-wenang ;
 Setiap orang berhak mendapatkan pekerjaan yang layak.
Adanya DUHAM sebagaimana disebutkan di atas merupakan suatu manifestasi
dan reaksi atas berbagai tindakan pemerintahan yang otoriter sebelum dan
selama perang dunia kedua berlangsung yang mengabaikan perlindungan hukum
terhadap HAM. Jhon Locke yang dikenal sebagai Bapak Hak Asasi Manusia,
mengemukakan bahwa manusia dalam keadaan bebas dalam hukum alam adalah
bebas dan sederajat, tetap mempunyai hak-hak alamiah yang tidak dapat
diserahkan kepada kelompok masyarakat lainnya kecuali lewat perjanjian
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 13

masyarakat. Hak-hak tersebut tidak dapat diserahkan kepada


masyarakat/publik/penguasa25.

1.2.2 Sejarah Perkembangan dan Penegakan HAM di Indonesia ;


Secara garis besar, perkembangan HAM di Indonesia dapat dibagi dalam dua
periode yakni 26:
1. Periode Sebelum Kemerdekaan (1908-1945) ;
Pemikiran HAM pada masa ini dimulai dengan kemunculan organisasi
pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo (1908). Organisasi ini muncul
karena pelanggaran HAM yang dilakukan oleh penguasa kolonial terhadap
masyarakat Indonesia ketika itu. Organisasi ini memperjuangkan kebebasan
berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui organisasi massa dan konsep
perwakilan rakyat. Kemudian muncul organisasi Perhimpunan Indonesia
(1925) yang menekankan perjuangan HAM melalui wacana hak menentukan
nasib sendiri (the right of self determination).
2. Periode Setelah Kemerdekaan ;
Periode ini terbagi lagi menjadi 5 periode yakni :
 Periode 1945-1950 :
Pemikiran HAM pada periode awal pasca kemerdekaan masih
menekankan pada wacana hak untuk merdeka, hak kebebasan untuk
berserikat melalui organisasi politik yang didirikan, serta hak kebebasan
untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen.
 Periode 1950-1959 :
Periode ini merupakan masa gemilang sejarah HAM di Indonesia yang
tercermin pada 5 indikator yaitu :
 Munculnya partai-partai politik dengan beragam ideology ;
 Adanya kebebasan Pers
 Pelaksanaan Pemilu secara aman, bebas dan demokratis
 Kontrol parlemen atas Eksekutif
 Perdebatan HAM secara bebas dan demokratis
Di periode ini Indonesia meratifikasi dua konvensi internasional HAM yaitu:

25
Ibid., 153-154
26
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), hlm. 154-161
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 14

 Konvensi Genewa (1949) yang mencakup perlindungan hak bagi


korban perang, tawanan perang dan perlindungan sipil di waktu perang.
 Konvensi tentang hak politik perempuan yang mencakup hak
perempuan untuk memilih dan dipilih tanpa perlakuan diskriminasi, serta
hak perempuan untuk menempati jabatan publik.
 Periode 1959-1966 :
Periode ini ditandai dengan bergantinya sistem pemerintahan menjadi
Demokrasi Terpimpin dimana kekuasaan terpusat di tangan Presiden. Hal
ini mengakibatkan terpasungnya hak-hak asasi warga negara.
 Periode 1966-1998 :
Periode ini adalah masa Orde Baru yang awalnya menjanjikan harapan
baru bagi penegakan HAM di Indonesia namun sama halnya dengan
periode sebelumnya (Orde Lama), Pemimpin dimasa ini juga memandang
HAM dan demokrasi sebagai produk barat yang bertentangan dengan
budaya bangsa Indonesia. Pelanggaran HAM pemerintah Orde Baru dapat
dilihat dari kebijakan politik yang sentralistis dan cara-cara kekerasan yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip HAM. Contohnya kasus Tanjung Priok,
Kedung Ombo, Lampung dan Aceh.
Kemudian di awal tahun 1990 karena kuatnya tuntutan penegakan HAM
dari kalangan organisasi pemerintahan atau LSM maka pemerintah Orde
Baru membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
melalui Keputusan Presiden (Keppres). Sayangnya Komnas HAM juga
tidak berdaya mengungkap pelanggaran-pelanggaran HAM berat yang
ada.
 Periode Pasca Orde Baru (Reformasi) :
Pada periode ini perhatian Pemerintah terhadap penegakan HAM terlihat
dari beberapa hal berikut :
 Lahirnya TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM
 Sejumlah konvensi HAM juga diratifikasi diantaranya konvensi tentang
penyiksaan dan perlakuan kejam, konvensi penghapusan segala bentuk
diskriminasi rasial, konvensi penghapusan kerja paksa, dll.
 Pemerintahan B.J.Habiebie mencanangkan program Rencana Aksi
Nasional HAM pada agustus 1998 ;
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 15

 Pengesahan UU. No.39 Tahun 1999 tentang HAM serta pembentukan


Departemen Kehakiman dan HAM ;
 Penambahan pasal-pasal khusus tentang HAM dalam amandemen
UUD 1945 ;
 Pengesahan UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM ;
 Keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang penghapusan
sistem tenaga kontrak (outsourcing) ;
 Judicial Review atas UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang
berkaitan dengan status anak di luar pernikahan yang sah (anak
tersebut tidak hanya punya hubungan keperdataan dengan Ibunya dan
keluarga Ibunya tetapi juga dengan laki-laki yang adalah ayahnya
selama dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah,
termasuk dengan keluarga ayahnya. Dengan demikian anak di luar
perkawinan berhak mendapat akta lahir dan hak waris ;

1.3 Jenis-Jenis HAM


Menurut the international bill of human rights, HAM dapat dibedakan menjadi 27 :
 Personal rights (hak-hak asasi pribadi) yang meliputi kebebasan pendapat, memeluk
agama, bergerak, dll.
 Property Rights (hak-hak asasi bidang ekonomi) yang meliputi hak untuk memiliki
sesuatu, membeli, menjual dan menikmati.
 Rights of Legal Equality (hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam
hukum dan pemerintahan).
 Political Rights (hak asasi bidang politik) yang meliputi hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam Pemilu), hak mendirikan partai
politik, dll.
 Social and Culture Rights (hak asasi bidang sosial dan kebudayaan) yang meliputi
hak memilih pendidikan, mengembangkan kebudayaan, dll.

27
Mardenis, Op. Cit., hlm. 58-59
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 16

 Procedural Rights (hak asasi bidang prosedur peradilan), yang meliputi hak untuk
mendapatkan surat perintah penangkapan/penggeledahan, hak didampingi pembela,
dll.
1.4 Pelanggaran dan Pengadilan HAM
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM khususnya pasal 1 angka 6 menegaskan bahwa 28:
“Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang - Undang ini,
dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum yang
adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. “

Selanjutnya HAM dikelompokkan menjadi dua bentuk yaitu :


 Pelanggaran HAM berat, meliputi kejahatan genosida (memusnahkan seluruh atau
sebagian bangsa/ras/etnis/agama tertentu) dan kejahatan kemanusiaan (dilakukan
dengan serangan yang meluas dan sistematis terhadap penduduk sipil dengan cara
pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran, penyiksaan, pemerkosaan,
penganiyaan, penghilangan orang secara paksa, kejahatan apartheid);
 Pelanggaran HAM ringan.

Terhadap pelanggaran HAM dapat dilakukan proses peradilan melalui tahap


penyelidikan, penyidikan dan penuntutan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan
khusus yang berada di lingkungan peradilan umum. Pengadilan atas pelanggaran HAM
berat diberlakukan asas retroaktif yaitu pelanggaran HAM berat dapat diadili dengan
membentuk pengadilan HAM Ad Hoc yang dibentuk berdasar atas usul DPR dengan
Keppres dan berada di lingkungan Peradilan Umum 29.
Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur di bawah 18 tahun pada saat
kejahatan dilakukan (pasal 6 UU. No. 26 / 2000) 30.
Upaya mengungkap pelanggaran HAM dapat melibatkan masyarakat umum melalui
pengembangan komunitas HAM atau penyelenggaraan tribunal (forum kesaksian untuk

28
Lihat UU. No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
29
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op. Cit., hlm. 164
30
Lihat juga pasal 66 UU. No. 26 TAhun 2000 tentang Pengadilan HAM
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 17

mengungkapkan dan menginvestigasi sebuah kasus secara mendalam) tentang


pelanggaran HAM 31.

1.5 Kelompok-Kelompok Yang Rentan Terhadap Pelanggaran HAM


Secara garis besar ada 6 kelompok yang rentan terhadap pelanggaran HAM yaitu 32:
1. Anak-Anak ;
Kerentanan anak-anak terhadap pelanggaran HAM adalah sebagai konsekuensi dari
anak sebagai manusia yang lemah. Usia dan faktor kematangan psikologis dan
mental membuatnya kerap terpinggirkan. Convention on the rights of the child
menegaskan ada 4 butir pengakuan masyarakat internasional atas hak-hak anak
yaitu:
 Hak terhadap kelangsungan hidup anak (survival rights) ;
 Hak terhadap perlindungan (protection rights) ;
 Hak untuk tumbuh berkembang (development rights) ;
 Hak untuk berpartisipasi (participation rights) ;
Selain itu, Indonesia juga telah memiliki UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Menurut UU ini, pada hakikatnya perlindungan anak harus mampu menjamin
terselenggaranya hak-hak anak terhadap agama (pasal 42 dan 43), kesehatan (pasal
44 sampai 47), pendidikan (pasal 48 sampai 53), Sosial (pasal 55 samapi 57),
perlindungan khusus (pasal 59 dan 60).
2. Perempuan ;
Kekerasan terhadap perempuan antara lain kekerasan fisik serta pembakaran,
penyiksaan mental, deprivasi ekonomi (tidak diberi nafkah secara rutin dalam jumlah
yang cukup untuk kebutuhan wajar sehari-hari), Diskriminasi (pendidikan, pekerjaan,
upah / gaji, dll), serangan seksual, perdagangan perempuan.
3. Masyarakat Adat ;
Pasal 28 i ayat (3) UUD 1945 dan pasal 6 UU. No. 39 Tahun 1999 tentang HAM sama-
sama menegaskan bahwa identitas budaya masyarakat hukum adat termasuk hak
ulayat dilindungi oleh hukum, masyarakat dan pemerintah.
4. Pembela HAM ;
Pembela HAM merupakan garda terdepan dalam perjuangan penegakan HAM
sehingga mereka terkategori kedalam kelompok yang rentan terhadap pelanggaran

31
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op. Cit., hlm. 165
32
Mardenis, Op. Cit., hlm. 67 – 80
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 18

HAM. Contoh : kasus mantan Ketua Komnas HAM Munir yang dibunuh tahun 2004
dalam perjalanan dengan pesawat terbang ke Amsterdam-Belanda.
5. Penyandang Cacat ;
Indonesia telah memiliki UU. No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang cacat yang
memberikan landasan hukum bagi hak-hak penyandang cacat untuk dilindungi
Negara.
6. Pengungsi ;
Hak-hak yang melekat pada diri pengungsi adalah sebagaimana yang disebutkan
dalam berbagai konvensi internasional yang ada antara lain hak-hak sipil, politik,
ekonomi, sosial dan budaya.

2. Soal Post Test :


B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 19

Pertemuan : IV
Materi : Konsep Demokrasi
Bahan Kajian : - Konsep Dasar Demokrasi
- Norma-Norma Yang Mendasari Demokrasi
- Komponen-Komponen Penegak Demokrasi
1. Bahan Kajian
1.1 Konsep Dasar Demokrasi
Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani yakni demos yang artinya
rakyat dan cratein atau cratos yang artinya kekuasaan dan kedaulatan. Perpaduan kata
demos dan cratein atau cratos membentuk kata demokrasi yang memiliki pengertian
umum sebagai sebuah bentuk pemerintahan rakyat (government of the people) dimana
kekuasaan tertinggi terletak ditangan rakyat dan dilakukan secara langsung oleh rakyat
atau melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihan yang berlangsung secara
bebas. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu pemerintahan dari, oleh dan
untuk rakyat 33.
Definisi Demokrasi menurut para ahli 34:
 Menurut Philip C. Schmitter, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana
pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakannya di wilayah publik oleh
warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama
dengan wakil-wakil mereka yang telah terpilih.
 Menurut Henry B. Mayo, demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem
yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil-wakil rakyat yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan
berkala yang didasarkan atas prinsip-prinsip politik dan diselenggarakan dalam
suasana terjaminnya kebebasan politik.

1.2 Norma-Norma Yang Mendasari Demokrasi


Menurut Frans Magnis Suseno, setidaknya ada lima prinsip Negara demokrasi yaitu 35:
 Menganut sistem Negara hukum; Dengan kata lain negara demokrasi tidak mengenal
keabsolutan. Tidak ada satu pihak di dalam pemerintahan yang mempunyai
kekuasaan yang mutlak. Kekuasaan di Negara demokrasi berada di tangan rakyat dan

33
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op., Cit., hlm. 66
34
Ibid., hlm. 67
35
Mardenis, Op., Cit., hlm. 32
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 20

diatur oleh hukum yang berlaku sehingga hukum sangat berperan dalam penerapan
demokrasi.
 Kontrol sosial; Di dalam Negara demokrasi pengawasan dilaksanakan oleh rakyat,
semua kegiatan yang dilaksanakan di dalam pemerintahan mendapat pengawasan
dari rakyat.
 Adanya pemilu yang bebas ; hal ini menunjukkan nilai-nilai pokok yang dijunjung oleh
demokrasi yaitu kebebsan individu dalam mengekspresikan diri. Tidak ada
pengekangan individu dalam melakukan kegiatan baik politik, hukum, sosial budaya
ataupun bidang kehidupan lainnya.
 Prinsip mayoritas ; Nilai-nilai dasar demokrasi merujuk kepada kepentingan mayoritas,
bukan kepada kepentingan segelintir orang.
 Adanya jaminan atas hak dan asasi manusia; Negara-negara yang menganut prinsip
demokrasi akan selalu menjunjung tinggi HAM.
Hendry B. Mayo menyatakan bahwa demokrasi itu harus didasari oleh beberapa norma
dasar yakni 36:
 Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga ;
 Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam masyarakat yang sedang
berubah;
 Penyelenggaraan pergantian pimpinan secara teratur ;
 Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum ;
 Mengakui serta menganggap secara wajar adanya keanekaragaman dalam
masyarakat yang tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan serta
tingkah laku;
 Menjamin tegaknya keadilan.

1.3 Komponen-Komponen Penegak Demokrasi


Tegaknya demokrasi pada suatu Negara sangat bergantung pada komponen-komponen
berikut 37:
1. Negara Hukum ;
Negara hukum adalah salah satu unsur demokrasi. Negara hukum yang dimaksudkan
adalah negara yang memberikan perlindungan hukum bagi warga negaranya melalui

36
Ibid., hlm. 32-33
37
Ibid., hlm. 34-36
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 21

pelembagaan peradilan yang bebas dan imparsial (tidak memihak) dan sekaligus juga
terdapat jaminan terhadap perlindungan HAM.
2. Good Governance ;
Demokrasi sangat ditopang oleh pemerintahan yang baik (good governance) yang
pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien, responsif terhadap
kebutuhan rakyat dalam suasana demokratis, akuntabel serta transparan.
3. Badan pemegang kekuasaan Legislatif ;
Di Indonesia badan ini adalah DPR RI yang memiliki fungsi budgeting, controlling dan
regulating ( pasal 20A ayat (1) UUD 1945 ).
4. Peradilan yang bebas dan mandiri ;
Peran dunia peradilan yang bebas, tidak terpengaruh oleh tekanan dan kepentingan
kekuasaan.
5. Masyarakat madani ;
Masyarakat madani antara lain dicirikan dengan masyarakat yang terbuka dan
berperadaban, bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara, kritis,
berpartisipasi aktif serta egaliter. Ia memiliki peran penting bagi tegaknya demokrasi,
karena demokrasi membutuhkan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan suatu
keputusan oleh negara / pemerintah.
6. Pers yang bebas dan bertanggung jawab ;
Berkembangnya demokrasi pada suatu negara membutuhkan pengawasan oleh pers
yang bebas, dalam arti tidak berada di bawah pengaruh dan tekanan kekuasaan dari
pihak manapun namun tetap dilandasi tanggung jawab kepada masyarakat dan
bangsa berdasarkan fakta-fakta.
7. Infrastuktur Politik ;
Infrastruktur politik adalah lembaga-lembaga yang berperan memberikan masukan
dalam suatu proses politik, seperti partai politik, LSM, perguruan tinggi, pers,dll.

2. SGD Kel. 2
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 22

Pertemuan :V
Materi : Konsep Demokrasi (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Parameter Tatanan Kehidupan Demokrasi
- Demokrasi di Indonesia
- Demokrasi dan Korupsi
Bahan Kajian
1.1 Parameter Tatanan Kehidupan Demokrasi
Parameter tatanan kehidupan demokrasi dapat diketahui melalui unsur-unsur berikut 38:
a. Hak dan kewajiban politik dapat dinikmati dan dilaksanakan oleh warga negara
berdasarkan prinsip-prinsip dasar HAM yang menjamin adanya kebebasan,
kemerdekaan dan rasa merdeka ;
b. Penegakan hukum yang berasaskan pada prinsip supremasi hukum (supremacy of
law), kesamaan di depan hukum (equality before the law) dan jaminan terhadap HAM;
c. Kesamaan hak dan kewajiban anggota masyarakat ;
d. Pers yang bebas dan bertanggung jawab ;
e. Pengakuan terhadap hak minoritas ;
f. Pembuatan kebijakan negara yang berlandaskan pada asas pelayanan,
pemberdayaan dan pencerdasan ;
g. Sistem kerja yang kooperatif dan kolaboratif ;
h. Keseimbangan dan keharmonisan ;
i. Tentara yang professional sebagai kekuatan pertahanan ;
j. Lembaga peradilan yang independen .

Selanjutnya dalam pandangan Robert A. Dahl, terdapat tujuh prinsip yang harus ada
dalam sistem demokrasi yaitu : kontrol atas keputusan pemerintah, pemilihan umum yang
jujur, hak memilih dan dipilih, kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman,
kebebasan mengakses informasi dan kebebasan berserikat 39.

1.2 Demokrasi di Indonesia


Sejarah demokrasi di Indonesia dibagi dalam 4 periode yaitu40 :

38
Ibid., hlm. 36-37
39
Ibid., hlm. 36
40
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op., Cit., hlm. 75-78
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 23

1. Periode 1945 – 1959 ;


Demokrasi pada jaman ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Parlementer. Namun
model demokrasi ini tidak cocok dengan Indonesia karena partai-partai politik
mendominasi kehidupan sosial politik sehingga mengakibatkan destabilisasi politik
nasional yang mengancam integrasi nasional.
2. Periode 1959 – 1965 ;
Periode ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Terpimpin. Ciri-ciri demokrasi ini
adalah dominasi politik presiden dan berkembangnya pengaruh komunis dan peran
ABRI dalam panggung politik nasional. Kepemimpinan Presiden yang tanpa batas
muncul ketika Presiden Soekrano mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
salah satu isinya adalah Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil Pemilu yang
mana hal ini adalah inkonstitusional.
3. Periode 1965 – 1998 ;
Demokrasi pada periode ini adalah Demokrasi Pancasila. Secara garis besar
Demokrasi Pancasila yang ditawarkan oleh Pemerintah Orde Baru adalah demokrasi
dalam bidang politik dan ekonomi. Namun hal ini ternyata hanya sebatas retorika
politik belaka karena nyatanya pemerintah Orde Baru bertindak jauh dari prinsip-
prinsip demokrasi, misalnya sentralisasi pengambilan keputusan politik, dominannya
peran militer (ABRI), campur tangan pemerintah terhadap partai politik.
4. Periode Pasca Orde Baru ;
Demokrasi pada periode ini erat kaitannya dengan masyarakat madani (civil society)
dan penegakan HAM.

1.3 Demokrasi dan Korupsi 41


Membahas hubungan demokrasi dan korupsi maka ada aksioma yang popular dari Lord
Acton yakni “Power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely” (kekuasaan
cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut maka korupnya juga absolut). Dengan
demikian absolutisme berbanding lurus dengan korupsi sebaliknya demokrasi berbanding
terbalik dengan korupsi. Namun di Indonesia hal ini tidak berlaku. Inilah yang disebut
dengan anomali demokrasi atau dengan kata lain yang terjadi di Indonesia adalah sesuatu
yang abnormal.
Hal ini setidaknya disebabkan oleh 3 hal 42 :

41
Mardenis, Op., Cit., hlm. 39-41
42
Ibid., hlm. 40-41
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 24

 Pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejauh ini cenderung menekankan pada


demokrasi formal ketimbang substantif. Demokrasi formal contohnya Pemilu secara
langsung, pembentukan lembaga-lembaga penunjang sistem demokrasi. Sedangkan
demokrasi substantif contohnya Kontrol sosial, akuntabilitas, kesejahteraan sosial,
transparansi, dll.
 Pelaksanaan demokrasi membutuhkan ongkos yang sangat besar (high cost
democracy). Contoh money politic untuk mendongrak kapasitas dan integritas para
politisi sehingga saat menduduki jabatan publik maka mereka harus mengembalikan
modal tersebut (bisa jadi dengan cara korupsi).
 Perjalanan demokrasi justru mengarah ke oligarkhi yakni sistem demokrasi yang
dikuasai oleh satu kelompok elit. Sistem ini sarat dengan KKN yang bertolak belakang
dari spirit demokrasi.

2. Soal Post Test :


B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 25

Pertemuan : VI
Materi : Konsep Masyarakat Madani (Civil society )
Bahan Kajian : - Pengertian Masyarakat Madani
- Sejarah Singkat Masyarakat Madani
- Karakteristik Masyarakat Madani

1. Bahan Kajian
1.1 Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat madani adalah kata dari terjemahan bahasa inggris “civil society”. Civil
membentuk kata “civilization” yang berarti peradaban dan “society” yang artinya masyarakat.
Kata civil society sendiri berasal dari bahasa latin yaitu civitas dei artinya kota Ilahi. Oleh
karena itu kata “civil society” dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota yakni
masyarakat yang telah berperadapan maju43.
Istilah masyarakat madani dimunculkan pertama kali oleh Datuk Anwar Ibrahim yang berarti
sebuah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan
antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat. Ciri-ciri masyarakat madani adalah
kemajemukan budaya, hubungan timbal balik dan sikap saling memahami dan menghargai
44
.

1.2 Sejarah singkat Masyarakat Madani 45

43
Mardenis., Op.Cit., hlm. 138-139
44
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Op.Cit., hlm. 216
45
Ibid., hlm. 217 - 225
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 26

Terkait dengan sejarah masyarakat madani maka terdapat beberapa ahli yang menyatakan
pemikirannya antara lain :
 Filsuf Yunani yakni Aristoteles (384-322 SM) memandang konsep civil society
(masyarakat sipil) sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri.
Konsep civil society pada masa ini dikenal sebagai istilah koinonia politike, yaitu sebuah
komunitas politik tempat warga negara dapat terlibat langsung dalam berbagai percaturan
ekonomi politik dan pengambilan keputusan. Istilah ini oleh Aristoteles digunakan untuk
menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis di mana warga negara di dalamnya
berkedudukan sama di depan hukum46.
 Berbeda dengan itu, negarawan Romawi yakni Cicero (106-43 SM) mengistilahkan
masyarakat sipil dengan societies civilizes yaitu sebuah komunitas yang mendominasi
komunitas yang lain dengan tradisi politik kota sebagai komponen utamanya. Cicero lebih
menekankan pada konsep negara kota (city-state), kota bukan hanya konsentrasi
penduduk tetapi sebagai pusat kebudayaan dan pemerintahan47.
 Selanjutnya, Thomas Hobbes (1588-1679 M) yang mengatakan bahwa sebagai entitas
negara, civil society mempunyai peran untuk meredam konflik dalam masyarakat
sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak yang mampu mengontrol dan mengawasi
secara ketat pola-pola interaksi (perilaku politik) setiap warga negara.
 Kemudian Jhon Locke (1632-1704 M) yang mengatakan bahwa kehadiran civil society
adalah untuk melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga negara.
 Pada perkembangan selanjutnya, Adam Ferguson (1776) yang mengkontekstualisasikan
civil society dengan konteks sosial politik di Skotlandia. Ferguson menekankan visi etis
pada civil society dalam kehidupan sosial.
 Thomas Paine (1737-1809) yaitu seorang aktivis politik asal Inggris-Amerika yang
memaknai civil society sebagai ruang dimana warga negara dapat mengembangkan
kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentingannya secara bebas tanpa
paksaan.
 G.W.F. Hegel (1770-1831) yang memandang civil society sebagai kelompok subordinatif
terhadap negara. Baginya, intervensi negara terhadap masyarakat sipil bukanlah tindakan
illegal karena hanya pada level negaralah politik bisa berlangsung secara murni dan utuh.

46
Ibid., hlm. 217
47
Ibid., hlm.218
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 27

 Karl Marx (1818-1883) memandang civil society sebagai masyarakat borjuis. Civil society
harus dilenyapkan untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas.
 Antonio Gramsci (1837-1891) mengartikan cvil society sebagai tempat perebutan posisi
hegemoni di luar kekuatan negara, aparat mengembangkan hegemoni untuk membentuk
konsensus dalam masyarakat.
 Alexis de Tocqueville (1805-1859) memandang civil society sebagai kelompok
penyeimbang kekuatan negara. Civil society adalah sesuatu yang tidak apriori maupun
tersubordinasi dari lembaga negara. Civil society bersifat otonom dan memiliki kapasitas
politik tinggi sehingga mampu menjadi kekuatan penyeimbang terhadap kecenderungan
intervensi negara atas warga negara.
Dari sejumlah model dan pandangan tentang civil society di atas maka mazhab
Gramscian dan Tocqueville telah menginspirasi gerakan prodemokrasi di Eropa Timur
dan Eropa tengah serta cendekiawan Indonesia M. Dawam Rahardjo. Rahardjo
mengelaborasi pemikiran ahli-ahli sebelumnya menjadi :
1. Pasar (market) sangat berperan menentukan unsur-unsur dalam masyarakat madani
(negara dan hubungan sosial yang bersifat sukarela/voluntary) ;
2. Adanya ruang publik yang bebas (lembaga sosial, media masa, sekolah, partai politik,
lembaga yang dibentuk negara) memungkinkan warga negara melakukan kegiatan
berpendapat,berserikat dan berkumpul secara merdeka;
3. Pola hubungan kerja antara Pemerintah, masyarakat madani dan swasta (pasar)
berada dalam kerangka keseimbangan peran masing-masing.
4. Kedudukan komponen moral dalam konstelasi hubungan antara tiga komponen dalam
masyarakat madani (Pemerintah/Negara, sektor swasta dan rakyat) adalah ditengah-
tengah sebagai pengubung ketiga komponen tersebut.

1.3 Karakteristik Masyarakat Madani48


Beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh masyarakat madani adalah :
1. Wilayah publik yang bebas (free public sphere), adalah ruang publik yang bebas sebagai
sarana untuk mengemukakan pendapat warga masyarakat dan semua warga memiliki
posisi dan hak yang sama untuk melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasa takut
dan terancam oleh kekuatan di luar civil society .

48
Ibid., hlm. 225-226
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 28

2. Demokrasi, adalah prasyarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil society yang murni
(genuine) ;
3. Toleransi, dalam masyarakat madani sikap-sikap toleransi untuk menerima keberagaman
pandangan politik adalah bukan sekedar tuntutan sosial masyarakat tetapi bagian dari
pelaksanaan ajaran moral agama ;
4. Kemajemukan, adalah sesuatu yang alamiah dan merupakan rahmat Tuhan bagi
kehidupan masyarakat. Kemajemukan adalah pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan
keadaban (genuine engagement of diversities within the bonds of civility).
2. SGD

Pertemuan : VII
Materi : Konsep Masyarakat Madani (Civil society ) – Lanjutan
Bahan Kajian : - Masyarakat Madani di Indonesia : Paradigma dan Praktek
- Gerakan Sosial Untuk Memperkuat Masyarakat Madani
- Organisasi Non-Pemerintah Dalam Ranah Masyarakat Madani

1. Bahan Kajian
1.1 Masyarakat Madani di Indonesia : Paradigma dan Praktek 49
Indonesia memiliki tradisi kuat masyarakat madani / civil society . Bahkan civil society
telah berkembang pesat yang diwakili oleh organisasi sosial keagamaan dan pergerakan
nasional dalam merebut kemerdekaan, misalnya organisasi berbasis islam seperti
Syarikat Islam (SI), Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah.
Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana
seharusnya masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia yaitu :
1. Pandangan integrasi nasional dan politik. Sistem demokrasi tanpa kesadaran
berbangsa dan bernegara yang kuat di kalangan warga negara justru akan
menimbulkan tindakan anarkis yang berpotensi kekacauan.
2. Pandangan reformasi sistem politik demokrasi yang menekankan bahwa demokrasi
tidak perlu bergantung pada pembangunan ekonomi.
3. Paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan
demokrasi. Pandangan ini menekankan proses pendidikan dan penyadaran politik

49
Ibid., hlm. 237 - 230
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 29

warga negara sehingga melahirkan tatanan masyarakat yang secara ekonomi dan
politik mandiri.
Tiga paradigma di atas dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi melalui
cara :
1. Memperluas kesempatan bagi kelas menengah untuk berkembang menjadi kelompok
masyarakat madani yang mandiri secara politik dan ekonomi dan negara menjadi
regulator dan fasilitator bagi pengembangan ekonomi nasional ;
2. Mereformasi sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-lembaga
demokrasi yang ada sesuai prinsip-prinsip demokrasi ;
3. Penyelenggaraan pendidikan politik dan demokrasi bagi warga negara secara
keseluruhan.

1.2 Gerakan Sosial Untuk Memperkuat Masyarakat Madani 50


Keberadaan masyarakat madani tidak terlepas dari peran gerakan sosial. Gerakan sosial
dapat dipadankan dengan perubahan sosial yang didasari oleh tiga ranah yaitu negara
(state), perusahaan/pasar (corporation/market) dan masyarakat sipil. Aktor pada ranah
politik adalah partai politik, aktor di ranah pasar adalah lobbyist dan perusahaan dan aktor
di ranah masyarakat sipil adalah organisasi atau kelompok sosial. Ketiga aktor dalam
ranah tersebut di atas saling bersinergi, sebagai contoh gerakan sosial oleh masyarakat
sipil baik yang pro maupun kontra terhadap RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU
APP) mempunyai kaitan dengan kelompok atau parpol di ranah politik maupun kelompok
bisnis pada sisi lain.

1.3 Organisasi Non-Pemerintah Dalam Ranah Masyarakat Madani51


Istilah organisasi non-pemerintah adalah terjemahan harafiah NGO (Non-Governmental
Organization). Istilah NGO merujuk pada organisasi non-negara yang mempunyai kaitan
dengan badan-badan PBB atau mitra organisasi ini ketika berinteraksi dengan organisasi
non-pemerintah. Di Indonesia NGO diterjemahkan menjadi Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan NGO lebih merupakan organisasi yang berhubungan langsung
dengan pembangunan.
LP3ES mendefinisikan organisasi non-pemerintah sebagai organisasi atau kelompok
dalam masyarakat yang secara hukum bukan merupakan bagian dari pemerintah (non-

50
Ibid., hlm. 231 - 232
51
Ibid., hlm. 232-234
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 30

government) dan bekerja tidak untuk mencari keuntungan (non-profit), tidak melayani diri
sendiri atau anggota-anggota (self-serving), tetapi melayani kepentingan masyarakat
yang membutuhkannya.
Organisasi non-pemerintah ini ada yang berbadan hukum dan ada yang tidak berbadan
hukum bahkan ada yang bersifat sementara seperti forum, koalisi, aliansi, konsorsium,
asosiasi, jaringan, solidaritas, dll.

2. SGD

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    yeventiaaurelia
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii-1
    Bab Iii-1
    Dokumen4 halaman
    Bab Iii-1
    yeventiaaurelia
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    yeventiaaurelia
    Belum ada peringkat
  • Istilah Kelarutan
    Istilah Kelarutan
    Dokumen1 halaman
    Istilah Kelarutan
    yeventiaaurelia
    Belum ada peringkat