Pertemuan :I
Materi : Konsep Negara dan Warga Negara
Bahan Kajian : - Penjelasan RPS
- Pengertian Negara
- Teori terbentuknya Negara dan bentuk-bentuk Negara
- Pengertian Warga Negara Indonesia
2. BAHAN KAJIAN :
2.1 Pengertian Negara
Istilah Negara berasal dari kata : staat (Belanda dan Jerman), state (Inggris) dan etat
(Perancis) 1. Secara etimologi Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu
kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu
kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat 2.
Banyak ahli hukum yang mendefinisikan Negara, salah satunya adalah Kranenburg . Ia
mendefinisikan Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu organisasi
yang bertujuan untuk memelihara kepentingan dan terlebih dahulu yang harus ada adalah
kelompok manusia, sedangkan Negara adalah sekunder artinya itu menyusul kemudian3.
1
Donatus Patty, Ilmu Negara, ________, Kupang, 1995, hlm. 17
2
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat
Madani – Edisi Revisi, Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 120
3
Donatus Patty, Ilmu Negara, Op., Cit., hlm. 18
4
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)….., Op., Cit., hlm. 123
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |2
5
Ibid., hlm. 124-125
6
https://id.m.wikipedia.org?wiki/theodosius_I . Data diakses pada Minggu,3 september 2017 pukul 20.58 WITA
7
Donatus Patty, Ilmu Negara, Op., Cit., hlm. 45-46
8
Ibid., hlm. 46-48
9
Ibid., hlm. 48-49
10
Ibid., hlm 49-50
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |3
11
Ibid., hlm. 50-51
12
Ibid., hlm. 51
13
Ibid., hlm. 51-52
14
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)….., Op., Cit., hlm. 126-127
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |4
b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga
Negara Indonesia;
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara
Indonesia dan ibu warga negara asing;
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
asing dan ibu Warga Negara Indonesia;
e. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak
tersebut;
f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara
Indonesia;
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia;
h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai
anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18
(delapan belas) tahun atau belum kawin;
i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang
ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara
tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak
yang bersangkutan;
m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |6
Sedangkan tentang pilihan menjadi warga Negara bagi anak yang dimaksud pada
pasal-pasal sebelumnya dijelaskan dalam pasal 6 UU KRI yaitu :
(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf 1, dan
Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia, 18
(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan
memilih salah satu kewarganegaraannya.
(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan
melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan
perundang-undangan.
(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak
berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
3. Post Test / Kuis
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |7
Pertemuan : II
Materi : Konsep Warga Negara dan Warga Negara (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Asas-asas kewarganegaraan
- Hak dan Kewajiban Warga Negara
- Hubungan Negara dengan Warga Negara
1. Bahan Kajian
1.1 Asas-asas kewaranegaraan
Asas-asas kewarganegaraan merupakan prinsip-prinsip umum dalam penentuan suatu
kewarganegaraan. Sebagai prisnip / landasan dalam penentuan kewarganegaraan dapat
ditentukan melalui 3 asas yakni 15:
Asas Ius Sanguinis adalah asas penentuan kewaganegaraan berdasarkan pertalian
darah atau keturunan. Kewarganegaraan orangtua menjadi pokok sorotannya tanpa
mengindahkan dimana tempat dan keberadaan orangtuanya.
Asas Ius Soli adalah asas penentuan kewarganegaraan berdasarkan tempat dimana
seseorang dilahirkan. Asas Ius Soli biasanya digunakan oleh negara-negara yang
sebagian besar penduduknya berasal dari kaum imigran misalnya Amerika Serikat,
Kanada dan Australia.
Asas Campuran adalah penganutan terhadap penggunaan asas ius sanguinis dan
asas Ius Soli secara bersamaan atas dasar pertimbangan keuntungan bagi
kepentingan negara yang bersangkutan. Contoh : India dan Pakistan.
Sehubungan dengan ketiga asas tersebut maka setiap negara bebas memilih asas
mana yang hendak dipakai tergantung kepentingannya masing-masing. Dalam
penerapan ketiga asas tersebut memunculkan stelsel sebagai instrumennya, yaitu
stelsel aktif dan stelsel pasif. Stelsel aktif adalah stelsel yang mengharuskan
seseorang mengusahakan sendiri status kewarganegaraannya dengan cara
mengajukan permohonan kepada Presiden melalui menteri Hukum dan HAM.
Sedangkan stelsel pasif adalah stelsel yang tidak mengharuskan seseorang untuk
melakukan tindakan hukum tertentu untuk dapat menjadi warga negara Indonesia.
Contohnya jika orangtua kita adalah WNI maka pada saat lahir kita langsung menjadi
WNI 16.
15
Mardenis, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2016, hlm. 20
16
Ibid., hlm. 21
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |8
Selanjutnya terkait dengan kedua stelsel tersebut telah pula menimbulkan instrument
hukum yang berupa hak opsi dan hak refudiasi. Hak opsi biasanya muncul dari stelsel
aktif yakni hak untuk memilih suatu kewarganegaraan. Sedangkan hak refudiasi
biasanya muncul dalam lapangan stelsel pasif yaitu hak untuk menolak suatu
kewarganegaraan17.
Akibat dari penggunaan tiga asas kewarganegaraan di atas muncullah problem
hukum antara lain 18:
Apatride, adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak memiliki
kewarganegaraan.
Bipatride, adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kewarganegaraan
rangkap atau dua kewarganegaraan. Contohnya adalah B. J. Habiebie yang
memiliki dua kewarganegaraan yakni Indonesia dan Jerman.
Multipatride adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki status
kewarganegaraan yang banyak. Misalnya Gus Hiddink, seorang pelatih sepakbola
berkewarganegaraan Belanda yang pada tahun 2002 karena berhasil membawa
tim sepakbola Korea Selatan ke semifinal Piala Dunia maka atas prestasinya itu
ia dianugerahi kewarganegaraan korea selatan. Selanjutnya pada tahun 2006 ia
berhasil lagi membawa tim nasional sepak bola Australia ke perempat final Piala
Dunia sehingga atas prestasinya itu ia dianugerahi kewarganegaraan Australia.
17
Ibid.,
18
Ibid., hlm. 21 - 22
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |9
Pasal 30 ayat (1) memuat tentang hak warga negara untuk ikut dalam usaha bela
negara;
Pasal 31 ayat (1) memuat tentang hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan
dan pengajaran.
Pasal 34 ayat (1) memuat tentang hak fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
oleh negara.
Sedangkan kewajiban warga negara adalah mematuhi semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku di NKRI. Berdasarkan UU. No. 10 tahun 2004 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan maka tata urutan perundang-undangan RI
di Indonesia adalah :
UUD 1945
Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
Peraturan Pemerintah ( PP )
Perpres (Peraturan Presiden)
Peraturan Daerah (Perda)
Selain itu sebagai warga negara kita juga wajib untuk menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya ((pasal 27 ayat 1), wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan Negara (pasal 30 ayat 1) dan wajib mematuhi semua peraturan baik
tertulis maupun tidak tertulis misalnya konvensi / living law, hukum adat, hukum agama
dan lain sebagainya 19.
2. Post Test
19
Ibid., hlm. 21-22
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 10
Pertemuan : III
Materi : Konsep Hak Asasi Manusia
Bahan Kajian : - Pengertian Dasar HAM
- Sejarah Perkembangan dan Penegakan HAM
- Jenis-Jenis HAM
- Pelanggaran dan Pengadilan HAM
- Kelompok-Kelompok Yang Rentan Terhadap Pelanggaran HAM
1. Bahan Kajian
1.1 Pengertian Dasar HAM
Terdapat berbagai istilah Hak Asasi Manusia (HAM) dalam berbagai kepustakaan yaitu
20
:
Bahasa Inggris : Fundamental rights, Human Rights ;
Bahasa Belanda : Grondrechten, Mensenrechten ;
Bahasa Indonesia : Hak Dasar Manusia, Hak Asasi Manusia .
Menurut Black’s Law Dictionary, HAM adalah suatu kebebasan/kemerdekaan, kekebalan
dan yang menguntungkan atau bermanfaat bagi manusia sesuai dengan nilai-nilai hukum
modern21. Menurut Rhoda E. Howard, HAM adalah hak yang dimiliki manusia karena
dirinya manusia. Setiap manusia mempunyai HAM dan tak seorang pun boleh diingkari
HAM-nya tanpa keputusan hukum yang adil22.
Menurut UU. No.39 Tahun 1999 tentang HAM pada pasal 1 angka (1) jo. UU. No. 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM pada pasal 1 angka 1 ditegaskan bahwa :
“ Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk TYME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. ”
20
Yohanes Saryono, 2014, Buku Ajar Berbasis Modul “Politik Hukum”, Program Studi Magister Ilmu Hukum - Program Pasca
Sarjana UNDANA, hlm. 133
21
Ibid., hlm. 134
22
Yohanes Saryono, Loc.Cit., hlm. 134
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 11
23
Ibid., hlm. 144
24
Ibid., hlm. 145-146
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 12
25
Ibid., 153-154
26
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), hlm. 154-161
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 14
27
Mardenis, Op. Cit., hlm. 58-59
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 16
Procedural Rights (hak asasi bidang prosedur peradilan), yang meliputi hak untuk
mendapatkan surat perintah penangkapan/penggeledahan, hak didampingi pembela,
dll.
1.4 Pelanggaran dan Pengadilan HAM
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM khususnya pasal 1 angka 6 menegaskan bahwa 28:
“Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang - Undang ini,
dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum yang
adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. “
28
Lihat UU. No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
29
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op. Cit., hlm. 164
30
Lihat juga pasal 66 UU. No. 26 TAhun 2000 tentang Pengadilan HAM
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 17
31
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op. Cit., hlm. 165
32
Mardenis, Op. Cit., hlm. 67 – 80
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 18
HAM. Contoh : kasus mantan Ketua Komnas HAM Munir yang dibunuh tahun 2004
dalam perjalanan dengan pesawat terbang ke Amsterdam-Belanda.
5. Penyandang Cacat ;
Indonesia telah memiliki UU. No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang cacat yang
memberikan landasan hukum bagi hak-hak penyandang cacat untuk dilindungi
Negara.
6. Pengungsi ;
Hak-hak yang melekat pada diri pengungsi adalah sebagaimana yang disebutkan
dalam berbagai konvensi internasional yang ada antara lain hak-hak sipil, politik,
ekonomi, sosial dan budaya.
Pertemuan : IV
Materi : Konsep Demokrasi
Bahan Kajian : - Konsep Dasar Demokrasi
- Norma-Norma Yang Mendasari Demokrasi
- Komponen-Komponen Penegak Demokrasi
1. Bahan Kajian
1.1 Konsep Dasar Demokrasi
Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani yakni demos yang artinya
rakyat dan cratein atau cratos yang artinya kekuasaan dan kedaulatan. Perpaduan kata
demos dan cratein atau cratos membentuk kata demokrasi yang memiliki pengertian
umum sebagai sebuah bentuk pemerintahan rakyat (government of the people) dimana
kekuasaan tertinggi terletak ditangan rakyat dan dilakukan secara langsung oleh rakyat
atau melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihan yang berlangsung secara
bebas. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu pemerintahan dari, oleh dan
untuk rakyat 33.
Definisi Demokrasi menurut para ahli 34:
Menurut Philip C. Schmitter, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana
pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakannya di wilayah publik oleh
warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama
dengan wakil-wakil mereka yang telah terpilih.
Menurut Henry B. Mayo, demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem
yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil-wakil rakyat yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan
berkala yang didasarkan atas prinsip-prinsip politik dan diselenggarakan dalam
suasana terjaminnya kebebasan politik.
33
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op., Cit., hlm. 66
34
Ibid., hlm. 67
35
Mardenis, Op., Cit., hlm. 32
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 20
diatur oleh hukum yang berlaku sehingga hukum sangat berperan dalam penerapan
demokrasi.
Kontrol sosial; Di dalam Negara demokrasi pengawasan dilaksanakan oleh rakyat,
semua kegiatan yang dilaksanakan di dalam pemerintahan mendapat pengawasan
dari rakyat.
Adanya pemilu yang bebas ; hal ini menunjukkan nilai-nilai pokok yang dijunjung oleh
demokrasi yaitu kebebsan individu dalam mengekspresikan diri. Tidak ada
pengekangan individu dalam melakukan kegiatan baik politik, hukum, sosial budaya
ataupun bidang kehidupan lainnya.
Prinsip mayoritas ; Nilai-nilai dasar demokrasi merujuk kepada kepentingan mayoritas,
bukan kepada kepentingan segelintir orang.
Adanya jaminan atas hak dan asasi manusia; Negara-negara yang menganut prinsip
demokrasi akan selalu menjunjung tinggi HAM.
Hendry B. Mayo menyatakan bahwa demokrasi itu harus didasari oleh beberapa norma
dasar yakni 36:
Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga ;
Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam masyarakat yang sedang
berubah;
Penyelenggaraan pergantian pimpinan secara teratur ;
Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum ;
Mengakui serta menganggap secara wajar adanya keanekaragaman dalam
masyarakat yang tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan serta
tingkah laku;
Menjamin tegaknya keadilan.
36
Ibid., hlm. 32-33
37
Ibid., hlm. 34-36
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 21
pelembagaan peradilan yang bebas dan imparsial (tidak memihak) dan sekaligus juga
terdapat jaminan terhadap perlindungan HAM.
2. Good Governance ;
Demokrasi sangat ditopang oleh pemerintahan yang baik (good governance) yang
pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien, responsif terhadap
kebutuhan rakyat dalam suasana demokratis, akuntabel serta transparan.
3. Badan pemegang kekuasaan Legislatif ;
Di Indonesia badan ini adalah DPR RI yang memiliki fungsi budgeting, controlling dan
regulating ( pasal 20A ayat (1) UUD 1945 ).
4. Peradilan yang bebas dan mandiri ;
Peran dunia peradilan yang bebas, tidak terpengaruh oleh tekanan dan kepentingan
kekuasaan.
5. Masyarakat madani ;
Masyarakat madani antara lain dicirikan dengan masyarakat yang terbuka dan
berperadaban, bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara, kritis,
berpartisipasi aktif serta egaliter. Ia memiliki peran penting bagi tegaknya demokrasi,
karena demokrasi membutuhkan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan suatu
keputusan oleh negara / pemerintah.
6. Pers yang bebas dan bertanggung jawab ;
Berkembangnya demokrasi pada suatu negara membutuhkan pengawasan oleh pers
yang bebas, dalam arti tidak berada di bawah pengaruh dan tekanan kekuasaan dari
pihak manapun namun tetap dilandasi tanggung jawab kepada masyarakat dan
bangsa berdasarkan fakta-fakta.
7. Infrastuktur Politik ;
Infrastruktur politik adalah lembaga-lembaga yang berperan memberikan masukan
dalam suatu proses politik, seperti partai politik, LSM, perguruan tinggi, pers,dll.
2. SGD Kel. 2
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 22
Pertemuan :V
Materi : Konsep Demokrasi (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Parameter Tatanan Kehidupan Demokrasi
- Demokrasi di Indonesia
- Demokrasi dan Korupsi
Bahan Kajian
1.1 Parameter Tatanan Kehidupan Demokrasi
Parameter tatanan kehidupan demokrasi dapat diketahui melalui unsur-unsur berikut 38:
a. Hak dan kewajiban politik dapat dinikmati dan dilaksanakan oleh warga negara
berdasarkan prinsip-prinsip dasar HAM yang menjamin adanya kebebasan,
kemerdekaan dan rasa merdeka ;
b. Penegakan hukum yang berasaskan pada prinsip supremasi hukum (supremacy of
law), kesamaan di depan hukum (equality before the law) dan jaminan terhadap HAM;
c. Kesamaan hak dan kewajiban anggota masyarakat ;
d. Pers yang bebas dan bertanggung jawab ;
e. Pengakuan terhadap hak minoritas ;
f. Pembuatan kebijakan negara yang berlandaskan pada asas pelayanan,
pemberdayaan dan pencerdasan ;
g. Sistem kerja yang kooperatif dan kolaboratif ;
h. Keseimbangan dan keharmonisan ;
i. Tentara yang professional sebagai kekuatan pertahanan ;
j. Lembaga peradilan yang independen .
Selanjutnya dalam pandangan Robert A. Dahl, terdapat tujuh prinsip yang harus ada
dalam sistem demokrasi yaitu : kontrol atas keputusan pemerintah, pemilihan umum yang
jujur, hak memilih dan dipilih, kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman,
kebebasan mengakses informasi dan kebebasan berserikat 39.
38
Ibid., hlm. 36-37
39
Ibid., hlm. 36
40
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op., Cit., hlm. 75-78
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 23
41
Mardenis, Op., Cit., hlm. 39-41
42
Ibid., hlm. 40-41
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 24
Pertemuan : VI
Materi : Konsep Masyarakat Madani (Civil society )
Bahan Kajian : - Pengertian Masyarakat Madani
- Sejarah Singkat Masyarakat Madani
- Karakteristik Masyarakat Madani
1. Bahan Kajian
1.1 Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat madani adalah kata dari terjemahan bahasa inggris “civil society”. Civil
membentuk kata “civilization” yang berarti peradaban dan “society” yang artinya masyarakat.
Kata civil society sendiri berasal dari bahasa latin yaitu civitas dei artinya kota Ilahi. Oleh
karena itu kata “civil society” dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota yakni
masyarakat yang telah berperadapan maju43.
Istilah masyarakat madani dimunculkan pertama kali oleh Datuk Anwar Ibrahim yang berarti
sebuah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan
antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat. Ciri-ciri masyarakat madani adalah
kemajemukan budaya, hubungan timbal balik dan sikap saling memahami dan menghargai
44
.
43
Mardenis., Op.Cit., hlm. 138-139
44
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Op.Cit., hlm. 216
45
Ibid., hlm. 217 - 225
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 26
Terkait dengan sejarah masyarakat madani maka terdapat beberapa ahli yang menyatakan
pemikirannya antara lain :
Filsuf Yunani yakni Aristoteles (384-322 SM) memandang konsep civil society
(masyarakat sipil) sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri.
Konsep civil society pada masa ini dikenal sebagai istilah koinonia politike, yaitu sebuah
komunitas politik tempat warga negara dapat terlibat langsung dalam berbagai percaturan
ekonomi politik dan pengambilan keputusan. Istilah ini oleh Aristoteles digunakan untuk
menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis di mana warga negara di dalamnya
berkedudukan sama di depan hukum46.
Berbeda dengan itu, negarawan Romawi yakni Cicero (106-43 SM) mengistilahkan
masyarakat sipil dengan societies civilizes yaitu sebuah komunitas yang mendominasi
komunitas yang lain dengan tradisi politik kota sebagai komponen utamanya. Cicero lebih
menekankan pada konsep negara kota (city-state), kota bukan hanya konsentrasi
penduduk tetapi sebagai pusat kebudayaan dan pemerintahan47.
Selanjutnya, Thomas Hobbes (1588-1679 M) yang mengatakan bahwa sebagai entitas
negara, civil society mempunyai peran untuk meredam konflik dalam masyarakat
sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak yang mampu mengontrol dan mengawasi
secara ketat pola-pola interaksi (perilaku politik) setiap warga negara.
Kemudian Jhon Locke (1632-1704 M) yang mengatakan bahwa kehadiran civil society
adalah untuk melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga negara.
Pada perkembangan selanjutnya, Adam Ferguson (1776) yang mengkontekstualisasikan
civil society dengan konteks sosial politik di Skotlandia. Ferguson menekankan visi etis
pada civil society dalam kehidupan sosial.
Thomas Paine (1737-1809) yaitu seorang aktivis politik asal Inggris-Amerika yang
memaknai civil society sebagai ruang dimana warga negara dapat mengembangkan
kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentingannya secara bebas tanpa
paksaan.
G.W.F. Hegel (1770-1831) yang memandang civil society sebagai kelompok subordinatif
terhadap negara. Baginya, intervensi negara terhadap masyarakat sipil bukanlah tindakan
illegal karena hanya pada level negaralah politik bisa berlangsung secara murni dan utuh.
46
Ibid., hlm. 217
47
Ibid., hlm.218
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 27
Karl Marx (1818-1883) memandang civil society sebagai masyarakat borjuis. Civil society
harus dilenyapkan untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas.
Antonio Gramsci (1837-1891) mengartikan cvil society sebagai tempat perebutan posisi
hegemoni di luar kekuatan negara, aparat mengembangkan hegemoni untuk membentuk
konsensus dalam masyarakat.
Alexis de Tocqueville (1805-1859) memandang civil society sebagai kelompok
penyeimbang kekuatan negara. Civil society adalah sesuatu yang tidak apriori maupun
tersubordinasi dari lembaga negara. Civil society bersifat otonom dan memiliki kapasitas
politik tinggi sehingga mampu menjadi kekuatan penyeimbang terhadap kecenderungan
intervensi negara atas warga negara.
Dari sejumlah model dan pandangan tentang civil society di atas maka mazhab
Gramscian dan Tocqueville telah menginspirasi gerakan prodemokrasi di Eropa Timur
dan Eropa tengah serta cendekiawan Indonesia M. Dawam Rahardjo. Rahardjo
mengelaborasi pemikiran ahli-ahli sebelumnya menjadi :
1. Pasar (market) sangat berperan menentukan unsur-unsur dalam masyarakat madani
(negara dan hubungan sosial yang bersifat sukarela/voluntary) ;
2. Adanya ruang publik yang bebas (lembaga sosial, media masa, sekolah, partai politik,
lembaga yang dibentuk negara) memungkinkan warga negara melakukan kegiatan
berpendapat,berserikat dan berkumpul secara merdeka;
3. Pola hubungan kerja antara Pemerintah, masyarakat madani dan swasta (pasar)
berada dalam kerangka keseimbangan peran masing-masing.
4. Kedudukan komponen moral dalam konstelasi hubungan antara tiga komponen dalam
masyarakat madani (Pemerintah/Negara, sektor swasta dan rakyat) adalah ditengah-
tengah sebagai pengubung ketiga komponen tersebut.
48
Ibid., hlm. 225-226
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 28
2. Demokrasi, adalah prasyarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil society yang murni
(genuine) ;
3. Toleransi, dalam masyarakat madani sikap-sikap toleransi untuk menerima keberagaman
pandangan politik adalah bukan sekedar tuntutan sosial masyarakat tetapi bagian dari
pelaksanaan ajaran moral agama ;
4. Kemajemukan, adalah sesuatu yang alamiah dan merupakan rahmat Tuhan bagi
kehidupan masyarakat. Kemajemukan adalah pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan
keadaban (genuine engagement of diversities within the bonds of civility).
2. SGD
Pertemuan : VII
Materi : Konsep Masyarakat Madani (Civil society ) – Lanjutan
Bahan Kajian : - Masyarakat Madani di Indonesia : Paradigma dan Praktek
- Gerakan Sosial Untuk Memperkuat Masyarakat Madani
- Organisasi Non-Pemerintah Dalam Ranah Masyarakat Madani
1. Bahan Kajian
1.1 Masyarakat Madani di Indonesia : Paradigma dan Praktek 49
Indonesia memiliki tradisi kuat masyarakat madani / civil society . Bahkan civil society
telah berkembang pesat yang diwakili oleh organisasi sosial keagamaan dan pergerakan
nasional dalam merebut kemerdekaan, misalnya organisasi berbasis islam seperti
Syarikat Islam (SI), Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah.
Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana
seharusnya masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia yaitu :
1. Pandangan integrasi nasional dan politik. Sistem demokrasi tanpa kesadaran
berbangsa dan bernegara yang kuat di kalangan warga negara justru akan
menimbulkan tindakan anarkis yang berpotensi kekacauan.
2. Pandangan reformasi sistem politik demokrasi yang menekankan bahwa demokrasi
tidak perlu bergantung pada pembangunan ekonomi.
3. Paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan
demokrasi. Pandangan ini menekankan proses pendidikan dan penyadaran politik
49
Ibid., hlm. 237 - 230
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 29
warga negara sehingga melahirkan tatanan masyarakat yang secara ekonomi dan
politik mandiri.
Tiga paradigma di atas dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi melalui
cara :
1. Memperluas kesempatan bagi kelas menengah untuk berkembang menjadi kelompok
masyarakat madani yang mandiri secara politik dan ekonomi dan negara menjadi
regulator dan fasilitator bagi pengembangan ekonomi nasional ;
2. Mereformasi sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-lembaga
demokrasi yang ada sesuai prinsip-prinsip demokrasi ;
3. Penyelenggaraan pendidikan politik dan demokrasi bagi warga negara secara
keseluruhan.
50
Ibid., hlm. 231 - 232
51
Ibid., hlm. 232-234
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 30
government) dan bekerja tidak untuk mencari keuntungan (non-profit), tidak melayani diri
sendiri atau anggota-anggota (self-serving), tetapi melayani kepentingan masyarakat
yang membutuhkannya.
Organisasi non-pemerintah ini ada yang berbadan hukum dan ada yang tidak berbadan
hukum bahkan ada yang bersifat sementara seperti forum, koalisi, aliansi, konsorsium,
asosiasi, jaringan, solidaritas, dll.
2. SGD