Anda di halaman 1dari 5

ALERGI MAKANAN

No.Dokumen : SOP/PJRI-UKP
SOP No.Revisi : 00
Tanggal Terbit :
Jumlah halaman : 3

PUSKESMAS
TTD Kepala Puskesmas: drg. Filma Espin
KELURAHAN
NIP. 195909091989032002
PENJARINGAN I

1. Pengertian 1. Alergi makanan adalah suatu respons normal terhadap makanan yang
dicetuskan oleh suatu reaksi yang spesifik didalam suatu sistem imun dan
diekspresikan dalam berbagai gejala yang muncul dalam hitungan menit
setelah makanan masuk; namun gejala dapat muncul hingga beberapa jam
kemudian.
2. Reaksi berikut bukan termasuk alergi: intoleransi makanan seperti laktosa
atau susu, keracunan makanan, reaksi toksik.
3. Kebanyakan reaksi hipersensitivitas disebabkan oleh susu, kacang, telur,
kedelai, ikan, kerang, gandum.
4. Pada alergi susu dan telur akan berkurang dengan bertambahnya usia. Alergi
kacang dan makanan laut sering pada dewasa.
5. Kebanyakan alergi makanan adalah reaksi hipersensitivitas tipe I (IgE
mediated) atau tipe lambat (late-phase IgE-mediated,immune
complexmediated,cell-mediated).
6. Reaksi anafilaksis merupakan manifestasi paling berat.
7. Alergi makanan tidak berhubungan dengan IBS ,namun harus
dipertimbangkan untuk pasien atopi. Tidak ada bukti kuat bahwa alergi
makanan dalam patogenesis IBD (Irritation Bowel Disease).
8. Kriteria pasti untuk diagnosis alergi makanan adalah cetusan berulang dari
gejala pasien setelah makan makanan tertentu diikuti bukti adanya suatu
mekanisme imunologi.

2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah untuk tatalaksana anemia di Puskesmas


Kelurahan Penjaringan I
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 475 Tahun 2015 tentang Pelayanan
Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 1. Alat:
a. Tensimeter
b. Stetoskop

ALERGI MAKANAN
SOP/PJRI-UKP/ 1/5
Rev 00
c. Senter
2. Bahan:
-
6. Langkah- 1. Petugas melakukan anamnesis dan menggalinya, berkaitan dengan:
langkah
a. Pada kulit: eksim, urtikaria.

b. Pada saluran pernapasan: rinitis, asma.

c. Pada saluran pencernaan: gejala gastrointestinal non spesifik dan


berkisar dari edema, pruritus bibir, mukosa pipi, mukosa faring,
muntah, kram, distensi, diare.

d. Sindroma alergi mulut melibatkan mukosa pipi atau lidah tidak


berhubungan dengan gejala gastrointestinal lainnya.

e. Diare kronis dan malabsorbsi terjadi akibat reaksi hipersensitivitas


lambat non Ig-E-mediated seperti pada enteropati protein makanan
dan penyakit seliak

f. Hipersensitivitas susu sapi pada bayi menyebabkan occult bleeding


atau frank colitis.

g. Faktor risiko: terdapat riwayat alergi di keluarga

2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik status generalis dan lokalis kulit,


paru dan mukosa.

3. Petugas melakukan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


fisik.

4. Petugas melakukan tatalaksana sesuai penyakit dan tingkat keparahan.

a. Riwayat reaksi alergi berat atau anafilaksis:

i. Hindari makanan penyebab

ii. Jangan lakukan uji kulit atau uji provokasi makanan

iii. Gunakan pemeriksaan in vitro (tes radioalergosorbent-


RAST) (tidak tersedia)

b. Rujukan pemeriksaan

i. Uji kulit langsung dengan teknik Prick dengan ekstrak


makanan dan cairan kontrol

ii. Uji provokasi makanan: menunjukkan apakah gejala yang


ada hubungan dengan makanan tertentu. Kontraindikasi
untuk pasien dengan riwayat anafilaksis yang berkaitan

ALERGI MAKANAN
SOP/PJRI-UKP/ 2/5
Rev 00
dengan makanan.

iii. Eliminasi makanan: eliminasi sistemik makanan yang


berbeda dengan pencatatan membantu mengidentifikasi
makananan apa yang menyebabkan alergi

c. Rencana Tindak Lanjut

i. Edukasi pasien untuk kepatuhan diet pasien

ii. Menghindari makanan yang bersifat alergen sengaja mapun


tidak sengaja (perlu konsultasi dengan ahli gizi)

iii. Perhatikan label makanan

iv. Menyusui bayi sampai usia 6 bulan menimbulkan efek


protektif terhadap alergi makanan

d. Simptomatik saat ada gejala dengan antihistamin dan


kortikosteroid.

5. Petugas melakukan rujukan dengan kriteria:

a. pemeriksaan uji kulit, uji provokasi dan eliminasi makanan terjadi


reaksi anafilaksis.

b. Petugas melakukan Konseling dan Edukasi kepada keluarga untuk


turut menjaga higiene keluarga dan pasien.

7. Dokumen 1. Kartu berobat pasien


terkait 2. Rekam medis
3. Buku registrasi
8. Hal-hal yang Pemantauan berkala kondisi pasien
perlu
diperhatikan
9. Unit terkait
10 Riwayat No Tanggal Mulai
Yang diubah Isi Perubahan
. perubahan . Diberlakukan
dokumen

ALERGI MAKANAN
SOP/PJRI-UKP/ 3/5
Rev 00
DAFTAR TILIK DOKUMEN

No. Langkah-langkah Ya Tidak Keterangan

1. 1. Petugas melakukan anamnesis dan menggalinya,


berkaitan dengan:

a. Pada kulit: eksim, urtikaria.

b. Pada saluran pernapasan: rinitis, asma.

c. Pada saluran pencernaan: gejala gastrointestinal


non spesifik dan berkisar dari edema, pruritus
bibir, mukosa pipi, mukosa faring, muntah, kram,
distensi, diare.

d. Sindroma alergi mulut melibatkan mukosa pipi


atau lidah tidak berhubungan dengan gejala
gastrointestinal lainnya.

e. Diare kronis dan malabsorbsi terjadi akibat reaksi


hipersensitivitas lambat non Ig-E-mediated seperti
pada enteropati protein makanan dan penyakit
seliak

f. Hipersensitivitas susu sapi pada bayi


menyebabkan occult bleeding atau
frank colitis.

g. Faktor risiko: terdapat riwayat alergi di keluarga

2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik status generalis dan


lokalis kulit, paru dan mukosa.

3. Petugas melakukan diagnosis berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaan fisik.

4. Petugas melakukan tatalaksana sesuai penyakit dan


tingkat keparahan.

a. Riwayat reaksi alergi berat atau anafilaksis:

i. Hindari makanan penyebab

ii. Jangan lakukan uji kulit atau uji provokasi


makanan

iii. Gunakan pemeriksaan in vitro (tes


radioalergosorbent-RAST) (tidak

ALERGI MAKANAN
SOP/PJRI-UKP/ 4/5
Rev 00
tersedia)

b. Rujukan pemeriksaan

i. Uji kulit langsung dengan teknik Prick


dengan ekstrak makanan dan cairan
kontrol

ii. Uji provokasi makanan: menunjukkan


apakah gejala yang ada hubungan dengan
makanan tertentu. Kontraindikasi untuk
pasien dengan riwayat anafilaksis yang
berkaitan dengan makanan.

iii. Eliminasi makanan: eliminasi sistemik


makanan yang berbeda dengan pencatatan
membantu mengidentifikasi makananan
apa yang menyebabkan alergi

c. Rencana Tindak Lanjut

i. Edukasi pasien untuk kepatuhan diet


pasien

ii. Menghindari makanan yang bersifat


alergen sengaja mapun tidak sengaja
(perlu konsultasi dengan ahli gizi)

iii. Perhatikan label makanan

iv. Menyusui bayi sampai usia 6 bulan


menimbulkan efek protektif terhadap
alergi makanan

d. Simptomatik saat ada gejala dengan antihistamin


dan kortikosteroid..

5. Petugas melakukan rujukan dengan kriteria:

a. pemeriksaan uji kulit, uji provokasi dan eliminasi


makanan terjadi reaksi anafilaksis.

b. Petugas melakukan Konseling dan Edukasi


kepada keluarga untuk turut menjaga higiene
keluarga dan pasien.

ALERGI MAKANAN
SOP/PJRI-UKP/ 5/5
Rev 00

Anda mungkin juga menyukai