Oleh:
Dokter Muda Stase Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Periode 15 April 2019 – 20 Mei 2019
Laporan Kasus
Disusun oleh :
Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RS Jiwa Ernaldi Bahar,
Periode 15 April – 20 Mei 2019.
Pujian syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Gangguan
Suasana Perasaan: Depresi Sedang” untuk memenuhi tugas laporan kasus yang
merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya Bagian
Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dr.
Diyaz Syauki Ikhsan, Sp.KJ selaku pembimbing yang telah membantu memberikan
ajaran dan masukan sehingga referat ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa
yang akan datang. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat dan
pelajaran bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Ny. MM
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Suku/Bangsa : Komering
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Wirausaha
Agama : Islam
Alamat : Baturaja
ke RS : 11 April 2019
Cara ke RS : Diantar Keluarga (suami dan anaknya)
Tempat Pemeriksaan : IGD RS Ernaldi Bahar Palembang
II. ANAMNESIS
A. ANAMNESIS (Dilakka alloanamnesis dengan suami dan autoanamesis
pasien pada tanggal 11 April 2019)
a. Sebab utama
Pasien dibawa ke RS Ernaldi Bahar karena sering marah-marah dan
akhir-akhir inisering memecahkan barang.
b. Keluhan utama
Pasien terus- menerus sedih atas kematian ibu mertuanya.
c. Riwayat perjalanan penyakit
Kurang lebih sejak 2 minggu yang lalu, pasien mulai berubah tingkah
lakunya, pasien tampak marah-marah dengan suaminya, gelisah, kesal, dan
sering menangis.
Menurut suami pasien, perubahan perilaku pasien didahului dengan
kematian ibu mertua pasien yaitu 3 minggu SMRS. Sejak kematian
mertuanya, pasien sering menangis dan marah-marah. Pasien sering
menuduh suaminya tidak sedih atas kematian ibu mertuanya.
Sejak 2 minggu yang lalu pasien tidak lagi berjualan, pasien hanya
diam di rumah tidak melakukan aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari.
Kadang tanpa sebab pasien tiba-tiba menangis.
Sejak 3 hari yang lalu pada malam hari pasien semakin kesulitan untuk
tidur sehingga pasien baru tidur pada saat pagi hari selama 2-3 jam. Selain
itu nafsu makan pasien menurun (sebelumnya pasien bisa menghabiskan 1
piring makan namun sekarang setangah piring terkadang tidak habis).
Pasien sering merasa putus asa, cemas, gampang emosi dan mudah
tersinggung.
Menurut pasien, keluarga suaminya tidak sayang terhadap ibu
mertuanya, sehingga pasien marah terhadap suaminya. Pasien juga merasa
sangat sedih sejak 3 minggu yang lalu atas kematian ibu mertuanya. Pasien
sering menangis ketika tidak ada orang yang bersama dia karena dia merasa
hampa, namun ketika pasien berkumpul dengan temannya yang lain pasien
suka tidak ingat atas kesedihannya. Pasien merasa suami dan keluarga pihak
suaminya membenci dia. Selain itu, pasien mengeluh tidak nafsu makan dan
kesulitan tidur karena sedih ketika mengingat mertuanya. Akibatnya pasien
merasa tidak bersemangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari seperti
berjualan, mengikuti pengajian dan mengisi acara-acara pernikahan
seseorang untuk bernyanyi, pasien mengatakan ia senang bernyanyi dan
memiliki suara yang bagus.
Pasien kemudian akhirnya dibawa ke IGD Rumah Sakit Ernaldi Bahar
karena terus menerus mengamuk semenjak pagi hari dan mulai membanting
barang.
Pedigree
Keterangan : = Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
g. Riwayat pendidikan
Pasien tamat SD dan tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
dikarenakan tidak ada biaya untuk melajutkan pendidikan. Namun jika ada
biaya, pasien ingin melanjutkan pendidikan.
h. Riwayat pekerjaan
Pasien merupakan penjual gorengan sejak 2 tahun yang lalu. Pasien
berjualan gorengan dikarenakan ingin mengisi waktu kosong saat pagi hari
daripada hanya berdiam diri saja. Pasien juga mengatakan alasan dia
berjualan untuk membantu ekonomi keluarga. Namun semenjak kematian
mertuanya, pasien tidak berjualan lagi.
i. Riwayat gaya hidup
Makan teratur tiga kali sehari yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam
hari. Tidak ada kebiasaan minum kopi, teh dan merokok.
j. Riwayat perkawinan
Os sudah menikah
k. Keadaan sosial ekonomi
Pasien tinggal bersama suami dan mertuanya. Terdapat 1 ruang tamu, 1
kamar mandi, 1 dapur, dan 3 kamar tidur. Ukuran rumah sekitar 10 x 15 m2.
Suami pasien merupakan PNS di kelurahan dengan penghasilan Rp.
3.500.000,-/bulan. Pasien merasa cukup dengan pendapatan keluarganya
saat ini.
B. STATUS INTERNUS
1) Keadaan Umum
Sensorium : Compos Mentis
Frekuensi nadi : 92 x/menit
Tekanan darah : 130/89 mmHg
Suhu : 360 C
Frekuensi napas : 20 x/menit
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Status Gizi : 25,39 (obesitas I)
- Sistem Kardiovaskular : tidak ada kelainan
- Sisem Respiratorik : tidak ada kelainan
- Sistem Gastrointestinal : tidak ada kelainan
- Sistem Urogenital : tidak ada kelainan
- Kelainan Khusus : tidak ada kelainan
C. STATUS NEUROLOGIKUS
1) Urat syaraf kepala (pancaindera) : tidak ada kelainan
2) Gejala rangsang meningeal :tidak ada kelainan
3) Mata:
Gerakan : baik kesegala arah
Persepsi mata : baik, visus normal
Refleks cahaya : +/+
Refleks kornea : +/+
Pemeriksaan oftalmoskopi : tidak dilakukan
4) Motorik
Fungsi Motorik Lengan Tungkai
Gerakan Normal
Kekuatan 5/5
Klonus - - - -
Refleks fisiologis + + + +
Refleks patologis - - - -
5) Sensibilitas : normal
6) Susunan syaraf vegetatif ` : tidak ada kelainan
7) Fungsi luhur : tidak ada kelainan
8) Kelainan khusus : tidak ada
D. STATUS PSIKIATRIKUS
KEADAAN UMUM
a. Sensorium : Compos Mentis
b. Penampilan : Rapi
c. Perhatian : Atensi adekuat
d. Sikap : Cukup kooperatif
e. Inisiatif : Adekuat
f. Tingkah laku motorik : Normoaktif
g. Ekspresi fasial : Wajar
h. Cara bicara : Lancar dan aktif
i. Kontak psikis : Kontak fisik : adekuat
Kontak mata : ada, kurang adekuat
Kontak verbal: adekuat
KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)
a. Suasana/ Perasaan
Afek : Tumpul
Mood : Disforik, hipotimik
Keserasian : Serasi
b. Emosi
Stabilitas : labil
Pengendalian : kurang terkendali
Echt-unecht : Echt
Skala diferensiasi : normal
Einfuhlung : bisa dirasakan
Arus emosi : labil
c. Keadaan dan fungsi intelektual
Daya ingat : baik
Daya konsentrasi : baik
Orientasi orang/waktu/tempat : kurang
Luas pengetahuan umum : cukup baik
Discriminative judgement : baik
Discriminative insight : derajat 1
Dugaan taraf intelegensi : sulit dinilai
Kemunduran intelektual : tidak ada
d. Kelainan sensasi dan persepsi
Ilusi : disangkal
Halusinasi : disangkal
KEADAAN PROSES BERFIKIR
a. Arus pikiran
Flight of ideas : tidak ada
Inkoherensi : tidak ada
Sirkumstansial : tidak ada
Tangensial : tidak ada
Terhalang (blocking) : tidak ada
Terhambat (inhibition) : tidak ada
Perseverasi : tidak ada
Verbigerasi : tidak ada
b. Isi Pikiran
Waham : tidak ada
Pola Sentral : tidak ada
Fobia : tidak ada
Konfabulasi : tidak ada
Perasaan inferior : tidak ada
Kecurigaan : ada
Rasa permusuhan : tidak ada
Perasaan berdosa : tidak ada
Hipokondria : tidak ada
Ide bunuh diri : tidak ada
Ide melukai diri : tidak ada
Lain-lain :-
c. Pemilikan pikiran
Obsesi : tidak ada
Aliensi : tidak ada
d. Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan
Hipobulia : tidak ada
Vagabondage : tidak ada
Stupor : tidak ada
Pyromania : tidak ada
Raptus/Impulsivitas : tidak ada
Mannerisme : tidak ada
Kegaduhan umum : tidak ada
Autisme : tidak ada
Deviasi seksual : tidak ada
Logore : tidak ada
Ekopraksi : tidak ada
Mutisme : tidak ada
Ekolalia : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
e. Kecemasan : tidak ada
f. Dekorum
Kebersihan : baik
Cara berpakaian : rapi
Sopan santun : cukup
g. Reality testing ability : tidak terganggu
E. PEMERIKSAAN LAIN
a. Pemeriksaan radiologi/foto thoraks : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan radiologi/ CT scan : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan darah rutin : tidak dilakukan
d. Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
e. Pemeriksaan urin : tidak dilakukan
f. Pemeriksaan LCS : tidak dilakukan
g. Pemeriksaan elektroensefalogram : tidak dilakukan
V. TERAPI
a. Psikofarmaka
- Fluoxetin 1x20 mg
- Merlopam 2x0,5 mg
b. Psikoterapi
Suportif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya dan jelaskan
rencana pengobatan yang akan dilakukan.
- Memotivasi pasien agar minum obat dan kontrol secara teratur agar
terapi yang diberikan akan berhasil.
Keluarga
- Memberikan informasi kepada keluarga tentang penyakit pasien
sehingga diharapkan keluarga dapat turut serta membantu dan
mendukung kesembuhan pasien.
- Memberikan informasi mengenai rencana terapi pada pasien dan
menjelaskan peran serta keluarga dalam melakukan pengobatan.
c. Diet
Pada pasien ini perlu diperhatikan dalam pemberian gizi sehari-hari
dikarenkana pasien masuk dalam kelompok Obesitas derajat I. Pada
pasien ini bisa diberikan makanan yang bisa meningkatkan serotonin.
Meski memang sebenarnya serotonin tidak bisa didapatkan seutuhnya dari
makanan, tetapi ada makanan yang mengandung zat tertentu yang dapat
meningkatkan serotonin yaitu asam amino triptofan. Makanan yang
mengandung triptofan seperti : tahu, susu beserta olahan lainnya, kacang-
kacangan, tahu, ikan salmon, kentang, pisang dan pepaya.
VI. PROGNOSIS
1. Faktor Penghambat :
2. Faktor Pendukung :
a. Definisi
Depresi merupakan salah satu gangguan mood. Gangguan mood dianggap
sebagai sindrom, yang terdiri atas sekelompok tanda dan gejala bertahan selama
berminggu-minggu, berbulan-bulan yang menunjukkan penyimpangan nyata
fungsi habitual seseorang serta kecenderungan untuk kambuh, sering dalam bentuk
periodik atau siklik.3 Pasien dengan mood terdepresi (yaitu, depresi) merasakan
hilangnya energi dan minat, perasan bersalah, sulit berkonsentrasi, hilang nafsu
makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri.4 Berdasarkan WHO Depresi
merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan
mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau
nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi.
Episode depresi sedang harus ada setidaknya 2 minggu dan seseorang yang
didiagnosis memiliki episode depresif sedang terutama juga harus mengalami tiga
gejala dari daftar yang mencakup perubahan berat badan dan nafsu makan,
perubahan tidur dan aktivitas, tidak ada energi, rasa bersalah, masalah dalam,
berpikir dan membuat keputusan.1
afek depresif
kehilangan minat dan kegembiraan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.
• Gejala lainnya:
SSRIs merupakan golongan obat yang sering sekali digunakan sebagai obat
lini pertama pada depresi. Obat golongan SSRIs dipilih karena efektif, mudah
digunakan, dan relatif kurang efek sampingnya, meskipun pada dosis tinggi. Obat-
obatan yang dapat menimbulkan efek samping dalam dosis tinggi yaitu golongan
trisiklik, tetrasiklik dan MAOI. Pemilihan SSRIs juga dipertimbangkan karena
tidak menimbulkan hipotensi seperti obat golongan trisiklik dan tetrasiklik.
Sehingga golongan SSRIs aman diberikan pada orang tua. Sedangkan golongan
MAOI jarang dipilih dikarenakan dapat menyebabkan hipertensi krisis jika pasien
mengonsumsi makanan dengan kandungan tiramin yang tinggi. Sehingga pada
pemberian MAOI dibutuhkan kepatuhan ketat terhadap rangkaian panduan diet.3,7
Psikoterapi
Terapi keluarga juga bisa diberikan pada pasien depresi, namun terapi
keluarga umumnya tidak dipandang sebagai terapi primer. Tetapi bukti yang
semakin banyak menunjukkan terapi keluarga memberikan dampak postif terhadap
pasien depresi. Terapi keluarga diindikasikan jika gangguan merusak perkawinan
pasien atau jika gangguan mood bertambah atau dipertahankan oleh situasi
keluarga. Terapi keluarga memeriksa peranan anggota keluarga yang mengalami
gangguan mood di dalam kesejahteraan psikologis seluruh keluarga; terapi
keluarga juga memeriksa peranan seluruh keluarga di dalam mempertahankan
gejala pasien.3
BAB IV
ANALISIS KASUS
Ny. MM, 59 tahun datang ke IGD RS Ernaldi Bahar diantar oleh keluarganya
karena sering marah-marah dan memecahkan barang. Wawancara dan observasi
dilakukan pada tanggal 11 Apeil 2019 di IGD RS Ernaldi Bahar Palembang.
Wawancara dilakukan berupa autoanamnesis dan alloanamnesis.
Berdasarkan anamnesis, Kurang lebih sejak 2 minggu yang lalu, pasien mulai
berubah tingkah lakunya, pasien tampak marah-marah dengan suaminya, gelisah,
kesal, dan sering menangis.
Menurut suami pasien, perubahan perilaku pasien didahului dengan kematian
ibu mertua pasien yaitu 3 minggu SMRS. Sejak kematian mertuanya, pasien sering
menangis dan marah-marah. Pasien sering menuduh suaminya tidak sedih atas
kematian ibu mertuanya.
Sejak 2 minggu yang lalu pasien tidak lagi berjualan, pasien hanya diam di
rumah tidak melakukan aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari. Kadang tanpa
sebab pasien tiba-tiba menangis.
Sejak 3 hari yang lalu pada malam hari pasien semakin kesulitan untuk tidur
sehingga pasien baru tidur pada saat pagi hari selama 2-3 jam. Selain itu nafsu makan
pasien menurun (sebelumnya pasien bisa menghabiskan 1 piring makan namun
sekarang setangah piring terkadang tidak habis). Pasien sering merasa putus asa,
cemas, gampang emosi dan mudah tersinggung.
Menurut pasien, keluarga suaminya tidak sayang terhadap ibu mertuanya,
sehingga pasien marah terhadap suaminya. Pasien juga merasa sangat sedih sejak 3
minggu yang lalu atas kematian ibu mertuanya. Pasien sering menangis ketika tidak
ada orang yang bersama dia karena dia merasa hampa, namun ketika pasien
berkumpul dengan temannya yang lain pasien suka tidak ingat atas kesedihannya.
Pasien merasa suami dan keluarga pihak suaminya membenci dia. Selain itu,
pasien mengeluh tidak nafsu makan dan kesulitan tidur karena sedih ketika mengingat
mertuanya. Akibatnya pasien merasa tidak bersemangat untuk menjalani aktivitas
sehari-hari seperti berjualan, mengikuti pengajian dan mengisi acara-acara pernikahan
seseorang untuk bernyanyi, pasien mengatakan ia senang bernyanyi dan memiliki
suara yang bagus.
Status internus dan neurologikus dalam batas normal. Pada status psikiatrikus,
keadaan umum dalam batas normal. Pada keadaan khusus, suasana perasaan, afek
datar dan mood disforik, hipotimik, emosi labil, enfuhlung dapat dirarasakan. Pada
pemeriksaan pikiran tidak ada gangguan. Dekorum baik dan RTA tidak terganggu.
Pemeriksaan lain tidak dilakukan pada pasien.
Penilaian diagnosis dinilai secara multiaksial menurut PPDGJ-III, yaitu:
1) Aksis I: F 32.1 Episode Depresi Sedang
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis, dapat disimpulkan bahwa pasien
menderita Depresi Sedang. Hal ini didasarkan pada:
a. Sering menangis ketika mengingat mertuanya yang telah meninggal
b. Tidak lagi mengerjakan aktivitas sehari-hari
c. Pasien merasa putus asa, mudah kecewa dan terus menerus cemas
d. Nafsu makan berkurang
e. Sulit tidur
f. Merasa suaminya membenci Os
Hal ini sesuai dengan kriteria penegakkan diagnosis depresi menurut PPDGJ-
III.
2) Aksis II : Ciri kepribadian narsistik
Selama autoanamnesis pasien mengaku memiliki suara yang bagus sehingga
pasien sering diundang dalam acara pernikahan dan pengajian oleh tetangganya.
3) Aksis III : Obesitas derajat I
IMT pada pasien ini adalah 25,39. Termasuk dalam kelompok Obesitas
derajat I menurut Kemenkes RI tahun 2003.
4) Aksis IV : Ibu mertua perempuan yang meninggal
Dari hasil anamnesis semua gejala yang timbul didahului oleh meninggalnya
mertua pasien.
5) Aksis V : GAF scale saat ini 65
Formulasi Diagnostik pada Pasien
No Gejala Pada Pasien
Ya Tidak
1 Afek depresif