Anda di halaman 1dari 28

Laporan kasus

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Oleh:
Muhammad Kokoh Saputra, S.Ked 04084821719189
Puspa Anggraini, S.Ked 04054821820013
Nyayu Firda, S.Ked 04054821820047

Pembimbing:
dr. Zainie Hassan A.R, Sp.KJ(K)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA ERNALDI BAHAR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

1
2018

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Skizofrenia Hebefrenik

Disusun oleh :
Muhammad Kokoh Saputra, S.Ked 04084821719189
Puspa Anggraini, S.Ked 04054821820013
Nyayu Firda, S.Ked 04054821820047

Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RS Jiwa Ernaldi Bahar,
Periode 22 Oktober – 26 November 2018.

Palembang, Oktober 2018


Pembimbing

dr. Zainie Hassan A.R, Sp.KJ(K)

2
KATA PENGANTAR

Pujian syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Skizofrenia
Hebefrenik” untuk memenuhi tugas laporan kasus yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dr. Zainie
Hassan A.R, Sp.KJ(K) selaku pembimbing yang telah membantu memberikan ajaran
dan masukan sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa yang
akan datang. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat dan pelajaran
bagi kita semua.

Palembang, Oktober 2018

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

Skizofrenia adalah gangguan kesehatan mental yang berat dan bertahan lama
yang sering didiagnosis pada akhir masa remaja atau dewasa muda. Skizofrenia dapat
hadir dengan berbagai gejala yang mendistorsi baik bentuk maupun isi dari pemikiran
dan persepsi, yang dapat menyebabkan berkembangnya perilaku aneh. Skizofrenia
dapat menjadi kronis atau kambuh maupun remisi.
World Health Organization (WHO) menyebutkan 7 dari 1000 populasi
penduduk dewasa yang sebagian besar berada dalam rentang usia 15 sampai 35 tahun
merupakan penderita skizofrenia. Hal ini menunjukan bahwa 24 juta penduduk dunia
adalah penderita sizofrenia. Sedangkan di indonesia sendiri telah mencapai 2,5 persen
dari total penduduk dengan 80 persennya tidak diobati.1 Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 mencatat, prevalensi gangguan mental berat di Lampung mencapai
0,8 jiwa per 1000 penduduk.
Gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan persepsi dan perilaku yang
terdistorsi atau skizofrenia memiliki dua kategori gejala yaitu positif dan negatif.
Gejala positif menyebabkan kelebihan fungsi kognitif yang termasuk delusi dan
halusinasi. Gejala negatif menekan fungsi normal seperti apatis dan aktivitas sosial
yang buruk.3 Skizofrenia adalah gangguan yang berlangsungselama minimal 6 bulan
dan mencakup setidaknya 1 bulan gejala fase aktif. Terdapat beberapa tipe dari
skizofrenia (paranoid, hiberfrenik, katatonik, undifferentiated, dan Residual).
Skizofrenia hebefrenik merupakan gangguan kepribadian dengan kemunduran
perilaku dan prognosis buruk. Skizofrenia hebefrenik cenderung memiliki onset awal.
Delusi dan halusinasi muncul relatif kecil, dan gambaran klinis didominasi oleh
perilaku aneh, asosiasi longgar, dan bizzare. Keseluruhan perilaku pasien tampak
kekanak-kanakan. Tanpa alasan mereka mungkin sibuk sendiri, tanpa tujuan, sering

4
bertingkah konyol dan tertawa dangkal. Di lain waktu mereka menarik diri dan tidak
dapat diakses. Beberapa mungkin menampilkan asosiasi longgar menuju inkoherensi.
Diagnosis skizofrenia ditegakkan berdasarkan kriteria dari International
Classification of Disease 10 (ICD-10). Pasien juga dapat diklasifikasikan ke dalam
jenis skizofrenia berdasarkan gejala yang dominan. Satu episode psikosis tidak cukup
untuk mendiagnosis skizofrenia, dan kondisi medis lainnya (misalnya, hipertiroidisme)
atau obat-obatan (misalnya, levodopa) harus disingkirkan sebagai penyebab psikosis.

BAB II

5
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Ny. T
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Suku/Bangsa : Sumatera selatan
Pendidikan : SD (tamat)
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Karya Jaya, Kertapati, Palembang
Datang ke RS : Kamis, 25 Oktober 2018
Cara ke RS : Diantar orang tua
Tempat Pemeriksaan : Poli RSUD BARI Palembang

II. ANAMNESIS
A. AUTOANAMNESIS DAN ALLOANAMNESIS (25-10-2018)
a. Keluhan utama
Pasien sulit tidur sejak 3 hari SMRS.
b. Sebab utama
Pasien sering berjalan-jalan tanpa arah dirumah.
c. Riwayat perjalanan penyakit
Kurang lebih 3 hari yang lalu pasien sulit tidur. Keluarga pasien
sering melihat pasien berjalan-jalan tanpa tujuan di rumah pada malam hari.
Pasien mudah merasa tersinggung dan marah jika ditegur oleh keluarga.
Pasien sering meminta uang kepada keluarganya dan jika tidak dituruti pasien
akan marah dan mengamuk. Pasien sering membeli banyak makanan untuk

6
anaknya dari uang tersebut seperti bakso, nasi goreng, model dan tekwan.
Terkadang uang tersebut sering diberikan orang lain. Pasien mulai
berperilaku aneh seperti senyum sendiri dan sering berbicara sendiri semenjak
remaja. Pasien sehari-hari masih mandiri dalam beraktifitas rumah tangga,
seperti mengurus anak, mencuci pakaian, memasak, membersihkan rumah.
Mendengar bisikan gaib pernah dirasakan oleh pasien.
Pasien sudah menikah pada tahun 2010 dan melahirkan seorang anak
perempuan. Pasien diceraikan oleh suami setelah anaknya lahir. Sebelum
bercerai pasien sering bertengkar dengan suaminya dan mengalami kekerasan
dalam rumah tangga.
Lebih kurang 1 hari sebelum dibawa ke RS pasien masih merasakan
gejala yang sama. Sulit tidur dan sering berjalan tanpa tujuan pada malam hari
semakin sering. Pasien masih mau beraktivitas seperti biasa, seperti mengurus
anak, rumah tangga, memasak, mencuci, makan, minum dan mandi. Lalu
pasien dibawa berobat ke poli RSUD BARI Palembang.

d. Riwayat penyakit dahulu

- Riwayat Penyakit : Pasien terdiagnosa gangguan psikiatri


pada tahun 2003
- Riwayat kejang : ada (pasien terdiagnosis epilepsi sejak
balita)
- Riwayat trauma : tidak ada
- Riwayat diabetes mellitus : tidak ada
- Riwayat hipertensi : tidak ada
- Riwayat asma : ada
- Riwayat alergi : ada (alergi makanan laut)
e. Riwayat pengobatan

7
Pasien pernah ada gangguan psikiatri sebelumnya, pasien pernah berobat ke
rumah sakit jiwa pada tahun 2003, minum obat hanya satu bulan dan tidak
pernah kontrol lagi hingga sekarang.

f. Riwayat premorbid
- Lahir : lahir spontan, langsung menangis
- Bayi : tumbuh kembang baik
- Anak-anak : sosialisasi kurang baik
- Remaja : sosialisasi kurang baik
- Dewasa : sosialisasi kurang baik
- Riwayat minum alkohol (-)
- Riwayat NAPZA (-)

g. Riwayat keluarga
- Pasien merupakan anak 4 dari 5 bersaudara. Pasien memiliki satu orang
adik laki-laki.
- Anggota keluarga dengan gangguan jiwa ada yaitu ibu pasien.
- Riwayat pada keluarga dengan keluhan yang sama ada.
- Hubungan dengan anggota keluarga kurang baik yaitu ayah pasien.
- Ayah bekerja sebagai petani. Pasien mengaku ayah kandungnya tegas,
namun ayahnya sudah meninggal 5 tahun yang lalu.
- Ibu merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien mengaku ibunya sosok
yang penyabar, penyayang, dan tidak pilih kasih. Ibu juga sudah
meninggal 1 bulan yang lalu.
- Adik kandung lelaki pasien diakuinya adalah seseorang yang akrab
dengan pasien. Pasien mengakui bahwa adik kandung lelakinya tidak ada
riwayat penyakit yang sama seperti pasien maupun kedua orang tuanya.

8
Keterangan:
: Pasien

:Laki-laki
D
a
l : Perempuan
a
h. Riwayat m
pendidikan
SD (tamat)
K
e
i. Riwayat dpekerjaan
Ibu Rumah
o Tangga.
k
j. Riwayat tgaya hidup
Pasien sering
e jajan sembarangan dan makan mie instant
r
k. Riwayat aperkawinan
Menikahn(bercerai sejak tahun 2010)
,
s
l. Keadaanesosial ekonomi
Pasien tinggal
b bersama keluarganya dan saudaranya di rumah orang tuanya.
Rumahnya
a sederhana dengan model rumah panggung. Terdapat 1 ruang tamu,
g
i
a
n 9
b
2 kamar mandi, 1 dapur, dan 3 kamar tidur. Pendapatan yang didapatkan oleh
saudaranya sebagai pedagang. Dalam satu bulan, bisa mendapatkan
penghasilan sekitar Rp. 1.500.000 – Rp. 2000.000.

III. Autoanamnesis dan Observasi


Wawancara dan observasi dilakukan pada hari kamis, 25 oktober 2018
pukul 10.00 WIB di Poli RSUD BARI Palembang. Autoanamnesis dan juga
observasi menilai sikap dan tingkah laku pasien (bagaimana ekspresi wajah,
sikap dan tingkah laku pasien selama berbicara atau menjawab pertanyaan yang
diajukan).
Pasien dan pemeriksa berhadapan dengan posisi pasien duduk di kursi.
Pasien memakai pakaian yang sopan dengan kesadaran compos mentis dan
pasien kooperatif.
Autoanamnesis menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien dan
jawaban pasien sedapat-dapatnya ditulis dalam kata-kata asli dari pasien
(secara verbatim). Gejala-gejala psikopatologi yang tidak muncul secara
spontan dapat dilakukkan wawancara secara terpimpin, namun diusahakan
tidak bersifat sugestif.
Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol, tulislah yang
perlu -perlu saja. Cerita pasien yang tidak perlu diberi tanda “.......” yang
memisahkan antara bagian cerita yang ditulis sebelum dan sesudahnya.
Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol seperti di bawah
ini: Kalimat ucapan ditulis dalam tanda petik (“......”) dan hasil observasi yang
berkaitan ditulis dalam tanda kurung ( ) di belakang kalimat tersebut.

INTERPRETASI
PEMERIKSA PASIEN
PSIKOPATOLOGI

10
“Selamat pagi ibu, “Pagi dokter” (tersenyum Kontak fisik, mata, verbal
perkenalkan saya kokoh dan membalas jabatan baik.
dan ini teman saya yudha tangan)
dan edwin, dokter muda
bagian jiwa.” (tersenyum
dan mengulurkan tangan)

Sebelumnya, saya izin mau “Iya, boleh” Bicara lancar dan jelas.
tanya-tanya sedikit ya bu
tentang keluhan ibu. Boleh
ya bu?

“Namanya siapa pak?” “Ny. T” Perhatian baik, konsentrasi


baik.

“Ibu umurnya berapa tahun “lahir tahun 1985, 33 Sikap kooperatif.


sekarang?” tahun”

“Tinggalnya dimana bu?” “Di kertapati, dok” Daya ingat baik.

“Ibu sudah menikah?” “Sudah dok”

“Ibu bekerja dimana ya “Saya Sehari-hari


pak?” mengurus anak dan Rumah
dok”

“Ibu anak ke berapa dari “Saya anak ke 4 dokter,


berapa saudara ?” dari 5 bersaudara.

11
“Ibu tau gak, sekarang kita “Tau dok, di RS jalan
ada dimana?” Panca Usaha BARI” Orientasi tempat,
“Hari ini hari apa ya bu?” “Hari kamis dok” waktu, dan orang
“Siapa yang mengantar ibu “Saudara perempuan saya baik.
kesini ?” dok”

“Kalau boleh tau, ibu bisa “ Susah tidur dok.” Discriminative insight
disini kenapa ibu?” baik.

“sejak kapan susah “sudah 3 hari dok” Pasien kooperatif dan


tidurnya?” menjawab pertanyaan
dengan terbuka.

“Pernah dengar suara-suara “ada dok suara yang Halusinasi auditorik(+)


bisikan gaib?” mengajak ngobrol tapi
Kalo pernah kapan?” tidak ada orangny”, satu
tahun yang lalu dok”

“Bisikannya seperti apa bu “tidak dok Cuma nanya Waham dipengaruhi dan
contohnya? Apakah kabar sehari-hari saja dikendalikan (-)
mengancam, memerintah
atau menghina?” Perilaku tidak terkendali
(disorganized) (-)

“Ibu pernah tidak ngerasa “Nggak dok” Waham Grandiosa (-)


punya kekuatan dan

12
kedudukan yang bisa
mengendalikan orang?”

“Apakah akhir-akhir ini ibu “Nggak dok” Waham Tak Berdaya (-)
merasa lemas atau tidak
bersemangat beraktivitas?

“Ibu merasa ada orang lain


yang jahat sama ibu gak?” “Nggak dok” “Waham Curiga (-)

“Ibu selama ini pernah


kejang, asma atau “kalo cuaca dingin suka Riwayat penyakit fisik Ada
kepalanya terbentur tidak?” sesak dok”

“Sebelum susah tidur, ada


masalah dirumah tidak Stressor dari masalah
bu?” “Nggak dok” (pengakuan keluarga (+)
saudara pasien, pasien
sering bertengkar dengan
“Pernah konsumsi narkoba, suami sebelum bercerai)
rokok dan alkohol ga bu?” Riwayat konsumsi NAPZA
“Nggak dok” (-)
Riwayat Merokok (-)
“selain sulit tidur ada Riwayat Minum Alkohol (-
keluhan lain ga bu?” )
Gejala skizofrenia
“Nggak dok”, (pengakuan hebefrenik
dari saudara pasien, pasien

13
sering tersenyum sendiri
“ibu sudah mencoba dari remaja hingga
berobat sebelumnya?” sekarang)
Riwayat pengobatan ke
“Dulu ibu pernah sakit “pernah dok tahun 2003” dokter (+)
begini gak?”
Riwayat keluhan yang
“aku ngga sakit dok” (dari sama ada
pengakuan saudara pasien,
pasien terdiagnosa
“Di keluarga ada yang sakit gangguan jiwa pada tahun
seperti ini juga?” 2003)
Riwayat penyakit yang
“Nggak dok” ( dari sama dalam keluarga (+)
pengakuan saudara pasien,
“Sekarang masih ada gak ibunya memiliki penyakit
bisikan itu?” seperti ini)
Halusinasi visual dan
“Baiklah ibu, makasih ya “Nggak ada lagi dok auditorik sudah tidak ada
sudah berbagi cerita ibu” sekarang” lagi

IV. PEMERIKSAAN
A. STATUS INTERNUS
1) Keadaan Umum

14
Sensorium : Compos Mentis
Frekuensi nadi : 98 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,50 C
Frekuensi napas : 20 x/menit

B. STATUS NEUROLOGIKUS
1) Urat syaraf kepala (panca indera) : tidak ada kelainan
2) Gejala rangsang meningeal : tidak ada kelainan
3) Mata:
Gerakan : baik kesegala arah
Persepsimata : baik, diplopia tidakada, visus normal
Pupil :bentukbulat, sentral, isokor, Ø
3mm/3mm
Refleks cahaya : +/+
Refleks kornea : +/+
Pemeriksaan oftalmoskopi : tidak dilakukan

4) Motorik
Fungsi Motorik Lengan Tungkai

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Normal

Kekuatan 5/5

Tonus Eutonik Eutonik Eutonik Eutonik

Klonus - - - -

15
Refleks fisiologis + + + +

Refleks patologis - - - -

5) Sensibilitas : normal
6) Susunan syaraf vegetatif : tidak ada kelainan
7) Fungsi luhur : tidak ada kelainan
8) Kelainan khusus : tidak ada

C. STATUS PSIKIATRIKUS
KEADAAN UMUM
a. Penampilan : Perempuan berusia 33 tahun, paras wajah
sesuai dengan umur
b. Sensorium : Compos Mentis
c. Perhatian : Atensi adekuat
d. Sikap : Kooperatif
e. Inisiatif : Adekuat
f. Tingkah laku motorik : Normal
g. Ekspresi fasial : Wajar
h. Cara bicara : Lancar
i. Kontak psikis : adekuat
j. Kontak fisik : adekuat
k. Kontak mata : adekuat
l. Kontak verbal : adekuat

KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)


a. Keadaan afektif
Afek : labil

16
Mood : irritable

b. Hidup emosi
Stabilitas : stabil
Dalam-dangkal : normal
Pengendalian : terkendali
Adekuat-Inadekuat : adekuat
Echt-unecht :Echt
Skala diferensiasi : normal
Einfuhlung : bisa dirasakan
Arus emosi : stabil

c. Keadaan dan fungsi intelektual


Daya ingat : baik
Daya konsentrasi : baik
Orientasi orang/waktu/tempat : baik
Luas pengetahuan umum : sulit dinilai
Discriminative judgement : baik
Discriminative insight : baik
Dugaan taraf intelegensi : sulit dinilai
Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada

d. Kelainan sensasi dan persepsi


Ilusi : tidak ada
Halusinasi : ada (+), auditorik

KEADAAN PROSES BERFIKIR


A. Arus pikiran
Flight of ideas : tidak ada

17
Asosiasi longgar : ada
Inkoherensi : tidak ada
Sirkumstansial : tidak ada
Tangensial : tidak ada
Terhalang (blocking) : tidak ada
Terhambat (inhibition) : tidak ada
Perseverasi : tidak ada
Verbigerasi : tidak ada

B. Isi Pikiran
Waham : tidak ada
Pola Sentral : tidak ada
Fobia : tidak ada
Konfabulasi : tidak ada
Perasaan inferior : tidak ada
Kecurigaan : tidak ada
Rasa permusuhan : tidak ada
Perasaan berdosa : tidak ada
Hipokondria : tidak ada
Ide bunuh diri : tidak ada
Ide melukai diri : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

Pemilikan pikiran
Obsesi : tidak ada
Aliensi : tidak ada
C. Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan
Hipobulia : tidak ada
Vagabondage : tidak ada

18
Stupor : tidak ada
Pyromania : tidak ada
Raptus/Impulsivitas : tidak ada
Mannerisme : tidak ada
Kegaduhan umum : tidak ada
Autisme : tidak ada
Deviasi seksual : tidak ada
Logore : tidak ada
Ekopraksi : tidak ada
Mutisme : tidak ada
Ekolalia : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
Kecemasan : tidak ada

D. Dekorum
Kebersihan : cukup
Cara berpakaian : cukup
Sopan santun : cukup

E. Reality testing ability : RTA terganggu

D. PEMERIKSAAN LAIN
a. Pemeriksaan radiologi/foto thoraks : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan radiologi/ CT scan : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan darah rutin : tidak dilakukan
d. Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
e. Pemeriksaan urin : tidak dilakukan
f. Pemeriksaan LCS : tidak dilakukan
g. Pemeriksaan elektroensefalogram : tidak dilakukan

19
V. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Penyakit sistem pernapasan (Asma)
Aksis IV : Tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF scale saat ini 70-61

VI. DIAGNOSIS DIFFERENSIAL


1) F20.0 Skizofrenia Paranoid
2) F20.2 Skizofrenia Katatonik
3) F20.4 Depresi Pasca-skizofrenia

VII. TERAPI
a. Psikofarmaka
- Risperidon 2 x 2 mg
- THP 2 x 2 mg

- Clorpromazin 1 x 50 mg

b. Psikoterapi
Suportif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi
penyakit.
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur.

Kognitif

20
- Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara
berpikir yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap masalah
yang dihadapi.

Keluarga
- Memberikan pengertian kepada keluarga tentang penyakit pasien
sehingga diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung
kesembuhan pasien.

Religius
- Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai
ajaran agama yang dianutnya, yaitu menjalankan solat lima waktu,
menegakkan amalan sunah seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada
Allah SWT.

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

21
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.
3.10.
3.11.
3.12.
3.13.
3.14.
3.15.
3.16.
3.17.
3.18.
3.19.
3.20.
3.21.
3.22.
3.23.
3.24.
3.25.
BAB IV
ANALISIS KASUS

22
Ny T, 33 tahun, datang ke Poli RSUD BARI Palembang diantar oleh
keluarganya karena sering berjalan-jalan tanpa arah di rumah dan sulit tidur sejak 3
hari sebelum datang ke rumah sakit. Wawancara dan observasi dilakukan pada 25
Oktober 2018 pukul 10.00 WIB di Poliklinik RSUD BARI Palembang. Wawancara
yang dilakukan berupa autoanamnesis dan alloanamnesis. Pemeriksa dan pasien
berhadapan dengan posisi duduk di kursi. Wawancara dilakukan dengan menggunakan
bahasa Indonesia dan bahasa Palembang.
Berdasarkan alloanamnesis, alasan pasien dibawa berobat ke poli RSUD
BARI Palembang yaitu kurang lebih 3 hari yang lalu pasien sulit tidur. Keluarga pasien
sering melihat pasien berjalan-jalan tanpa tujuan di rumah pada malam hari. Pasien
mudah merasa tersinggung dan marah jika ditegur oleh keluarga. Pasien sering
meminta uang kepada keluarganya dan jika tidak dituruti pasien akan marah dan
mengamuk. Pasien sering membeli banyak makanan untuk anaknya dari uang tersebut
seperti bakso, nasi goreng, model dan tekwan. Terkadang uang tersebut sering
diberikan orang lain. Pasien mulai berperilaku aneh seperti senyum sendiri dan sering
berbicara sendiri. Pasien sehari-hari masih mandiri dalam beraktifitas rumah tangga,
seperti mengurus anak, mencuci pakaian, memasak, membersihkan rumah.
Lebih kurang 1 hari sebelum dibawa ke RS pasien masih merasakan gejala
yang sama. Sulit tidur dan sering berjalan tanpa tujuan pada malam hari semakin sering.
Pasien masih mau beraktivitas seperti biasa, seperti mengurus anak, rumah tangga,
memasak, mencuci, makan, minum dan mandi.
Pasien pernah ada gangguan psikiatri sebelumnya, pasien pernah berobat ke
rumah sakit jiwa pada tahun 2003, minum obat hanya satu bulan dan tidak pernah
kontrol lagi hingga sekarang.
Pasien sudah menikah pada tahun 2010 dan melahirkan seorang anak
perempuan. Pasien diceraikan oleh suami setelah anaknya lahir. Sebelum bercerai
pasien sering bertengkar dengan suaminya dan mengalami kekerasan dalam rumah
tangga.

23
Status internus dan neurologikus dalam batas normal. Pada status psikiatrikus,
keadaan umum dalam batas normal. Pada keadaan khusus, afek labil, Mood irritable,
enfuhlung dapat dirasakan, arus emosi stabil.
Pada keadaan dan fungsi intelektual, discriminative judgementdan
discriminative insightpasien ini baik.
Kelainan sensasi dan persepsi terdapat halusinasi auditorik. Pada keadaan
proses berpikir, ditemukan adanya arus pikiran asosiasi longgar, isi pikiran dalam batas
normal. Kepemilikan pikiran, keadaan dorongan instinktual dan perbuatan dalam batas
normal. Dekorum cukup dan RTA terganggu. Pemeriksaan lain tidak dilakukan pada
pasien.
Penilaian diagnosis dinilai secara multiaksial menurut DSM V, yaitu:
1) Aksis I
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis, Untuk mendiagnosis skizofrenia
hebefrenik menurut DCM V harus memenuhi kriteria dari skizofrenia secara
umum yaitu terdapat sedikitnya satu gejala ini yang amat jelas (1) Thought echo /
insertion atauwithdrawal / broadcasting (2) Delusion ofcontrol, influence atau
passivity, pikiran spesifik, aksi atau sensasi atau delusional perception (3)
Halusinasi auditorik (4) Waham-waham menetap lainnya. Atau paling sedikit dua
gejala dari: (1) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja (2) Neologisme
dan inkoherensi (3) Perilaku katatonik (4) Gejala negatif. Gejala-gejala khas
tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan.
Setelah itu, untuk mendiagnosis skizofrenia hebefrenik harus ditemui baik
(1) atau (2) yaitu: (1) Pendataran dan kedangkalan afek yang pasti dan
berkelanjutan (2) Keganjilan atau ketidaktepatan afek yang pasti dan
berkelanjutan. Kemudian diikuti baik (1) atau (2) yaitu: (1) Perilaku yang tanpa
tujuan dan terputus-putus (2) Gangguan pikiran yang pasti, bermanifestasi sebagai
perkataan yang terputus-putus, bertele-tele atau inkoheren. Selain itu pada
skizofrenia hebefrenik, halusinasi atau delusi tidak harus mendominasi gambaran
klinis, meskipun terkadang muncul dalam derajat yang ringan.

24
2) Aksis II
Tidak ada diagnosis
3) Aksis III
Penyakit sistem pernapasan (Asma)
4) Aksis IV
Tidak ada diagnosis
5) Aksis V
Pasien mengalami beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik. GAF Scale 70-61.
Pengobatan yang dilakukan kepada pasien ini yaitu dengan dua pengobatan.
Pengobatan psikoterapi dan juga dengan pengobatan farmako. Pengobatan psikososial
dapat berupa psikoterapi keluarga yaitu edukasi kepada keluarga dan pasien mengenai
penyakita yang diderita dan pentingnya dukungan keluarga agar dapat membantu
kesembuhan pasien serta psikoterapi suportif yaitu memotivasi pasien agar meminum
obat secara teratur dan rutin kontrol setelah pulang dari perawatan di rumah sakit.
Pengobatan farmako diberikan risperidon 2x2 mg, risperidon merupakan
antipsikosis golongan II yaitu golongan atipikal. Antipsikosis golongan II merupakan
golongan obat yang memiliki efek untuk mengurangi gejala negatif maupun positif.
Jika dibandingkan dengan antipsikosis golongan I, risperidon mempunyai efektivitas
yang lebih baik dalam mengontrol gejala negatif dan positif. Sindrom psikosis
berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter Dopamine yang mengikat (hiperreaktivitas
system dopaminergik sentral). Risperidon mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor
serotonin (5HT2) dan aktivitas menengah terhadap reseptor dopamin (D2), α1 dan α2
adrenergik, serta histamin. Risperidon dapat memblokade reseptor pasca sinaptik
neuron di otak sehingga dopamin terblokade, khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal (Dopamine D2 Receptor Antagonist). Risperidon merupakan obat
yang efektif baik untuk gejala positif (halusinasi, gangguan proses pikir) maupun gejala
negatif (upaya pasien yang menarik diri dari lingkungan). Metabolisme risperidon
terletak dihati dan diekskresikan lewat urin. Berdasarkan hal tersebut maka setiap

25
pemberian risperidon perlu diadakan pengawasan terhadap fungsi hati. Dosis anjuran
risperidon adalah 2-6 mg/hari. THP 2x2 mg, triheksiphenidil merupakan obat yang
sering digunakan apabila didapatkan sindrom ekstrapiramidal sebagai akibat
penggunaan antipsikotik. Obat ini lebih dikenal sebagai antiparkinson. Antipsikotik
mengurangi aktivitas dopamin di jalur nigrostriatal (melalui blokade reseptor
dopamin), sehingga tanda ekstrapiramidal dan gejalanya mirip penyakit Parkinson’s.
Triheksiphenidil bekerja melalui neuron dopaminergik. Mekanismenya mungkin
melibatkan peningkatan pelepasan dopamin dari vesikel prasinaptik, penghambatan
ambilan kembali dopamin ke dalam terminal saraf prasinaptik atau menimbulkan suatu
efek agonis pada reseptor dopamin pascasinaptik Triheksiphenidil memiliki efek
menekan dan menghambat reseptor muskarinik sehingga menghambat sistem saraf
parasimpatetik, dan juga memblok reseptor muskarinik pada sambungan saraf otot
sehingga terjadi relaksasi. Pemberian secara oral triheksiphenidil diabsorbsi cukup baik
dan tidak terakumulasi dijaringan. Ekskresi terutama bersama urin dalam bentuk
metabolitnya. Clorpromazin 1 x 50 mg, clorpromazin adalah antipsikotik tipikal atau
golongan I. Pada kasus ini clorpromazin digunakan sebagai antipsikotik dan
mengambil efek sedatifnya. Pada kasus ini pasien mengalami sulit tidur sehingga
dibutuhkan sedatif untuk membantunya beristirahat.Selain itu, clorpromazin
merupakan inhibitor enzim CYP2D6 yang dapat meningkatkan efek dari risperidon.
Prognosis kekambuhan pada pasien ini yaitu dubia ad malam karena pasien
saat pertama kali timbul atau terdiagnosis mempunyai gangguan jiwa yaitu pada usia
18 tahun, tidak ada faktor pencetus, riwayat sosial pada masa anak-anak, remaja dan
dewasa yang kurang baik dan adanya perceraian dalam pernikahan.

Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya,


prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% pasien
dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat
prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah
pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada

26
diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi
dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset kesehatan dasar


(RISKESDAS) 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013.

27
2. DSM-IV-TR. Schizophrenia [internet]. Diakses tanggal 27 oktober 2018. Tersedia
dari:https://www.brown.edu/Courses/BI_278/Other/Clerkship/Didactics/Reading
s/Schizophrenia.pdf.
3. Fiona K. Pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup penderita skizofrenia.
Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial Universitas Airlangga. 2013; 2(3):106-
13.
4. Hendarsyah F. Diagnosis dan tatalaksana skizofrenia paranoid dengan gejala-
gejala positif dan negatif. J Medula Unila. 2016; 4(3):58-63.
5. Septa Tendry, dkk. Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia Hebefrenik Putus Obat
dengan Logorrhea. J Medula Unila. 2017; 7(2):17-20.
6. Sie M. Schizophrenia clinical features and diagnosis. Clin Pharm. 2011; 3(1):41-
4.

28

Anda mungkin juga menyukai