Anda di halaman 1dari 25

ISSN 2088-2106

PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN MEKANISME


CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE

Tita Djuitaningsih
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-22 Kuningan – Jakarta Selatan 12920
Telp.: +62-21-5261448, HP: +68122313515
e-mail: tita@bakrie.ac.id

Wahdatul A Marsyah
Alumni Prodi Akuntansi Universitas Bakrie
PT Benakat Barat Petroleum
Telp.: +62-21-54948812, HP: +685274732050
e-mail: wahda.marsyah@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh manajemen laba
dan mekanisme corporate governance terhadap corporate social responsibility disclosure.
Mekanisme corporate governance dianalisis dengan ukuran komisaris, proporsi komisaris
independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran komite audit, dan jumlah
rapat komite audit. CSR dihitung menggunakan corporate social responsibility disclosure
index (CSRI) yang didasarkan pada standar pelaporan Global Reporting Initiative (GRI)
yang diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunan dan laporan keberlanjutan. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI dan PROPER.
Total sampel adalah 63 perusahaan yang dipilih menggunakan metode purposive sampling
yang mengeluarkan laporan tahunan selama periode 2008-2010. Metode analisis data yang
digunakan adalah regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa manajemen
laba dan jumlah rapat komite audit memiliki pengaruh signifikan terhadap corporate social
responsibility disclosure. Sementara itu, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris
independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran komite audit tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap corporate social responsibility disclosure.

Kata kunci: corporate social responsibility disclosure index, manajemen laba, mekanisme
corporate governance.

Abstract

This study aims to obtain empirical evidence about the effect of earning management
and corporate governance mechanism to corporate social responsibility disclosure.
Corporate governance mechanism was analyzed by board of directors, proportion of
independent boards of directors, managerial ownership, institutional ownership, audit
committee, and number of audit committee meetings. The extent of CSR was measured
used corporate social responsibility disclosure index ( CSRI) based on Global Reporting

187
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

Initiative (GRI) reporting standard items which were disclosed in companies annual report
and sustainability report. The population in this research are all non-financial Indonesian
firms listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) and PROPER. Total samples are 63 firms
that selected using purposive sampling which were published annual report and financial
report among 2008-2010. The method of analysis of this research used multi regression.
The result of this research show that earning management and number of audit committee
meetings had a positive significant effect to corporate social responsibility disclosure.
Meanwhile, board of directors, proportion of independent boards of directors, managerial
ownership, institutional ownership and audit committee had not significant effect to
corporate social responsibility disclosure.

Keywords: corporate social responsibility disclosure index, earning management,


corporate governance mechanism.

PENDAHULUAN yang ada dan menjalin kerjasama yang aktif dengan


stakeholders demi kelangsungan hidup jangka
Perkembangan praktik dan pengungkapan panjang perusahaan. Adanya mekanisme dan
corporate social responsibility (CSR) di Indonesia struktur governance ini dapat mengurangi asimetri
dilatarbelakangi oleh dukungan pemerintah, yaitu informasi.
dengan dikeluarkannya regulasi terhadap kewajiban
Asimetri informasi antara manajemen (agen) dan
praktik dan pengungkapan CSR melalui Undang-
pemilik (prinsipal) dapat memberikan kesempatan
Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007,
kepada manajer untuk melakukan tindakan
pasal 66 dan 74. Pada pasal 66 ayat (2) bagian c
oportunis seperti manajemen laba (earnings
disebutkan bahwa selain menyampaikan laporan
management) mengenai kinerja ekonomi
keuangan, perusahaan juga diwajibkan untuk
perusahaan sehingga dapat merugikan pemilik
melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
(prinsipal). Dengan adanya masalah agensi yang
lingkungan. Sementara itu, di dalam pasal 74 disebabkan karena konflik kepentingan dan asimetri
dinyatakan bahwa kewajiban untuk melaksanakan informasi ini, maka perusahaan harus menanggung
tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi biaya keagenan (agency cost). Teori agensi mampu
perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan menjelaskan potensi konflik kepentingan di antara
dengan sumber daya alam. Selain itu, kewajiban pihak yang berkepentingan dalam perusahaan
pelaksanaan CSR juga diatur dalam Undang- tersebut (Jensen & Meckling, 1976).
Undang Penanaman Modal No.25 tahun 2007 pasal
15 bagian b, pasal 17, dan pasal 34 yang mengatur Chih, Shen dan Kang (2008) serta Prior,
setiap penanaman modal diwajibkan untuk ikut serta Surroca dan Tribo (2008) merupakan peneliti
dalam tanggung jawab sosial perusahaan (UU PT, pertama yang mengeksplorasi hubungan antara
2007). CSR dan manajemen laba. Penelitian yang dilakukan
Prior et al. (2008) menunjukkan hasil bahwa ada
Utama (2007) menyatakan bahwa praktik dan pengaruh positif dari praktik manajemen laba
pengungkapan CSR merupakan konsekuensi logis (earnings management) terhadap CSR. Prior et
dari implementasi konsep good corporate al. (2008) mengemukakan bahwa para manajer
governance (GCG), yang prinsipnya menyatakan umumnya mempunyai kecenderungan untuk
bahwa perusahaan perlu memperhatikan melakukan korupsi melalui pelaksanaan dan
kepentingan stakeholders sesuai dengan aturan pengungkapan CSR dengan menggunakan

188
Tita Djuitaningsih, Wahdatul A Marsyah, Pengaruh Manajemen Laba dan...

kelebihan keuntungan untuk konsumsi dan perilaku benar menempatkan kepentingan perusahaan di atas
oportunistik. Berbeda dengan Prior et al. (2008), kepentingan lainnya.
Chih et al. (2008) menemukan adanya hubungan
Menurut Belkaoui dan Karpik (1989)
negatif antara manajemen laba dengan CSR, ketika
perusahaan melakukan pengungkapan informasi
manajemen laba diproksikan dengan perataan laba
sosial dengan tujuan untuk membangun image pada
(income smoothing). Perusahaan yang
perusahaan dan mendapatkan perhatian dari
melaksanakan kegiatan CSR lebih diharapkan untuk
masyarakat. Perusahaan memerlukan biaya dalam
mengurangi kemungkinan perataan laba.
rangka memberikan informasi sosial, sehingga laba
Penelitian mengenai hubungan corporate yang dilaporkan dalam tahun berjalan menjadi lebih
governance (CG) dan corporate social rendah. Namun, karena kurangnya pengawasan
responsibility (CSR) juga telah banyak dilakukan pada sistem pengawasan perusahaan, manajer
di berbagai negara dan dalam kurun waktu yang dapat dengan mudah melakukan tindakan
berbeda. Said et al. (2009) menemukan bahwa manajemen laba dengan intervensi pada penyusunan
faktor kepemilikan oleh pemerintah dan komite audit laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual,
berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR di untuk itu perlu adanya penerapan CG yang
Malaysia. Namun Waryanto (2010) tidak diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba melalui
menemukan adanya hubungan antara komite audit pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan
dengan luas pengungkapan CSR. dan pelaksanaan audit eksternal (Widiatmaja,
2010).
Menurut Tarjo (2008), kepemilikan institusional
merupakan kepemilikan perusahaan yang dimiliki Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang
oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan dilakukan oleh Handajani, Sutrisno, dan Chandarin
asuransi, bank, perseroan terbatas, perusahaan (2009) yang meneliti pengaruh manajemen laba dan
investasi dan kepemilikan institusi lain. Herawaty mekanisme CG terhadap CSR disclosure, di mana
(2008) menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh pada penelitian ini yang dijadikan sampel penelitian
institusi dianggap perusahaan sebagai sophisticated adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
investor karena mereka merupakan investor yang Indonesia pada tahun 2005-2007. Penelitian ini
tidak mudah dibohongi oleh pihak manajemen menggunakan manajemen laba dan mekanisme CG
perusahaan. Oleh karena itu, dengan jumlah sebagai variabel independen di mana mekanisme
kepemilikan yang cukup signifikan, investor CG diproksikan oleh proporsi dewan komisaris
institusional dapat memonitor manajemen sehingga independen, kepemilikan institusional dan ukuran
dapat mengurangi masalah keagenan dan juga dapat komite audit. Hasil penelitian Handajani, Sutrisno,
menekan manajemen perusahaan untuk dan Chandarin (2009) menyebutkan bahwa
mengungkapkan informasi perusahaan secara manajemen laba dan ukuran komite audit
maksimal. memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
CSR.
Menurut Muntoro (2006) komposisi komisaris
independen yang semakin besar dapat mendorong Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan
dewan komisaris untuk bertindak objektif dan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handajani,
mampu melindungi stakeholders sehingga dapat Sutrisno, dan Chandarin (2009), yaitu penambahan
mendorong pengungkapn informasi CSR yang lebih variabel lain dalam mekanisme CG yang juga diduga
luas. Komisaris independen sangat diperlukan untuk mempunyai pengaruh terhadap CSR disclosure
meningkatkan independensi dewan komisaris yaitu ukuran dewan komisaris, struktur kepemilikan
terhadap kepentingan pemegang saham dan benar- manajerial, dan jumlah rapat komite audit.

189
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

Penambahan variabel lain tersebut didasarkan pada Penelitian bertujuan menguji secara empiris
penelitian yang dilakukan oleh Said et al. (2009) bagaimana pengaruh manajemen laba, ukuran
yang menemukan bahwa ukuran komite audit dan dewan komisaris, proporsi dewan komisaris,
struktur kepemilikan saham manajerial kepemilikan manajerial, dan kepemilikan
berpengaruh signifikan terhadap kualitas institusional terhadap CSR disclosure. Penelitian
pengungkapan informasi perusahaan. Perusahaan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis
dengan ukuran komite audit yang semakin besar da praktis. Kontribusi teoritis dalam
akan semakin baik dan berkualitas dalam pengembangan ilmu mengenai manajemen laba,
mengungkapkan informasi sosial perusahaan mekanisme CG, dan CSR disclosure. Kontribusi
kepada masyarakat, sementara itu semakin besar praktis dalam membantu pemecahan masalah, dan
kepemilikan saham manajerial di dalam perusahaan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan hal-
maka semakin produktif manajer dalam hal tersebut.
memaksimalkan nilai perusahaan. Penelitian ini
dilatarbelakangi masih rendahnya kualitas dan TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
kuantitas pengungkapan informasi yang berkaitan
dengan aktivitas/keadaan lingkungan perusahaan Teori Keagenan (Agency Theory)
di Indonesia. Terjadinya fenomena gap ini
Teori keagenan digunakan dalam rangka
dikarenakan perusahaan-perusahaan di Indonesia
memahami konsep GCG. Jensen dan Meckling
belum mampu secara optimal melaksanakan
(1976) mengatakan bahwa hubungan keagenan
tanggung jawab sosialnya terhadap lingkungan.
adalah sebuah hubungan kontrak antara investor
Selain itu, penelitian ini juga dimotivasi karena
adanya research gap atau ketidakkonsistenan hasil (prinsipal) dengan manajer (agen). Wewenang dan
yang terjadi pada penelitian-penelitian terdahulu. tanggung jawab agen maupun prinsipal diatur dalam
kontrak kerja atas persetujuan bersama. Pada
Berdasarkan uraian dan latar belakang yang kenyataannya prinsipal dan agen memiliki
dikemukakan di atas, maka masalah penelitian yang kepentingan yang berbeda, sehingga menyebabkan
dapat dirumuskan adalah: 1) Apakah manajemen terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan
laba berpengaruh terhadap CSR disclosure 2) agen yang memicu timbulnya biaya keagenan
Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh (agency cost).
terhadap corporate social responsibility
disclosure 3) Apakah proporsi dewan komisaris Perbedaan informasi antara manajemen dan
independen berpengaruh terhadap corporate pemilik perusahaan dapat memberikan kesempatan
social responsibility disclosure 4) Apakah kepada manajer untuk melakukan manajemen laba
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap yang dapat menyesatkan pemilik perusahaan
corporate social responsibility disclosure 5) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Menurut
Apakah kepemilikan institusional berpengaruh Richardson (1998), terdapat hubungan positif antara
terhadap corporate social responsibility asimetri informasi dengan manajemen laba. Hal ini
disclosure 6) Apakah ukuran komite audit berarti apabila manajer memiliki informasi yang lebih
berpengaruh terhadap corporate social banyak dibandingkan dengan pemegang saham
responsibility disclosure 7) Apakah jumlah rapat maka kecenderungan manajer untuk berbuat curang
komite audit berpengaruh terhadap corporate dengan praktik manajemen laba demi kepentingan
social responsibility disclosure. pribadinya akan semakin tinggi.

190
Tita Djuitaningsih, Wahdatul A Marsyah, Pengaruh Manajemen Laba dan...

Teori Legitimasi manfaat ekonomi, sosial atau politik


kepada kelompok sesuai dengan power
Lingkungan masyarakat di mana perusahaan
yang dimiliki.
berada merupakan elemen penting dalam menjaga
eksistensi dan keberlangsungan perusahaan.
Dengan demikian, legitimasi dapat dikatakan
Kesadaran akan situasi tersebut semakin meningkat
sebagai manfaat atau sumber potensial bagi
seiring dengan meningkatnya kecerdasan
perusahaan untuk bertahan hidup O’Donovan
masyarakat. Manajemen perusahaan butuh
(2002). Adapun untuk mendapatkan legitimasi
dukungan lingkungan masyarakat yang kondusif agar
perusahaan dapat beroperasi dengan tenang. tersebut, perusahaan perlu menunjukkan
Dengan kata lain, perusahaan memerlukan legitimasi tanggung jawabnya yang disebut sebagai
dari masyarakat sekitarnya. Hal ini sejalan dengan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate
legitimacy theory yang menyatakan bahwa social responsi bili ty) atau CS R. C SR
perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat menjelaskan mengenai apa yang menyebabkan
untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai perusahaan melakukan pengun gkapan
justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi tanggungjawab sosial terhadap masyarakat di
berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi mana perusahaan itu menjalankan kegiatannya.
tindakan perusahaan (Tilt, 1994, dalam Haniffa & Oleh karena itu, pada dasarnya pengungkapan
Cooke, 2005). Jika terjadi ketidakselarasan antara tanggungjawab sosial perusahaan bertujuan
sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, untuk memperlihatkan kepada masyarakat
maka perusahaan dapat kehilangan legitimasinya, aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan
yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan dan pengaruhnya terhadap masyarakat, dan
hidup perusahaan (Lindblom, 1994, dalam Haniffa tujuan akhirnya tidak lain adalah untuk
et al, 2005). menunjang tujuan utama perusahaan yaitu
mendapatkan profit maksimum. Lebih jauh lagi
Sehubungan dengan teori legitimasi, hal yang
legitimasi ini akan meningkatkan reputasi
sangat menarik adalah hal yang mendasari teori
perusahaan yang pada ak hirn ya akan
legitimasi tersebut. Menurut Ghozali, Imam dan
berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut.
Chariri (2007) yang mendasari teori legitimasi adalah
kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan
Corporate Social Responsibility
dengan masyarakat di mana perusahaan beroperasi
dan menggunakan sumber ekonomi. Selanjutnya, Menurut The World Business Council for
Shocker dan Sethi (1974, p.67) memberikan Sus tain able Devel opment (WBC SD),
penjelasan tentang konsep kontrak sosial sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) atau
berikut: tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan
Semua institusi sosial tidak terkecuali sebagai komitmen bisnis untuk memberikan
perusahaan, beroperasi di masyarakat kontribusi bagi pembangunan ekonomi
melalui kontrak sosial, baik eksplisit berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para
maupun implisit, di mana kelangsungan karyawan serta perwakilan perusahaan,
hidup dan pertumbuhan didasarkan komunitas setempat maupun masyarakat umum
pertama pada hasil akhir (output) yang untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan
secara sosial dapat diberikan kepada cara yang bermanfaat baik bagi kelangsungan
masyarakat luas dan, kedua distribusi bisnis perusahaan maupun untuk pembangunan.

191
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

Pengungkapan CSR bertujuan untuk menjalin perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui
hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara penyebaran informasi kinerja penaatan perusahaan
perusahaan dengan publik dan stakeholders dalam pengelolaan lingkungan guna mencapai
lainnya tentang bagaimana perusahaan telah peningkatan kualitas lingkungan hidup. Peningkatan
mengintegrasikan kepedulian dan dalam setiap kinerja penaatan dapat terjadi melalui efek insentif
aspek kegiatan operasinya. Pengungkapan kinerja dan disinsentif reputasi yang timbul akibat
lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan pengumuman peringkat kinerja PROPER kepada
tahunan atau laporan terpisah adalah untuk publik. Para pemangku kepentingan
mencerminkan tingkat akuntabilitas, (stakeholders) akan memberikan apresiasi kepada
responsibilitas, dan transparansi perusahaan perusahaan yang berperingkat baik dan
kepada investor dan stakeholders lainnya memberikan tekanan dan atau dorongan kepada
(Darwin, 2006). perusahaan yang belum berperingkat baik.
Pelaksanaan PROPER saat ini dilakukan
Standar pengungkapan CSR yang berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan
berkembang di Indonesia merujuk pada standar Hidup Nomor 18 tahun 2010 tentang Program
yang dikembangkan oleh GRI (Global Reporting Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Initiatives). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kriteria yang
Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI) digunakan untuk menunjukkan kinerja tersebut
merujuk standar yang dikembangkan oleh GRI direpresentasikan dalam peringkat warna dari
dalam pemberian penghargaan Indonesia urutan terbaik sampai terbururuk berturut-turut
Sustainability Report Awards (ISRA) kepada adalah warna emas, hijau, biru, merah, dan hitam
perusahaan-perusahaan yang ikut serta dalam (Lampiran 2.)
membuat laporan keberlanjutan atau
sustainability report. Standar GRI dipilih karena Manajemen Laba
lebih memfokuskan pada standar pengungkapan
berbagai kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan Menurut Assih dan Gudono (2000),
perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan manajemen laba merupakan proses yang
kualitas, rigor, dan pemanfaatan sustainability dilakukan dengan sengaja dalam batasan General
reporting. Dalam Standar GRI (GRI, 2006) Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk
indikator kinerja dibagi menjadi 3 komponen mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan.
utama, yaitu ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial Manajemen laba merupakan salah satu faktor
yang mencakup hak asasi manusia, praktik yang dapat mengurangi kredibilitas laporan
ketenagakerjaan dan lingkungan kerja, tanggung keuangan, dan menambah bias dalam laporan
keuangan serta mengganggu pemakai laporan
jawab produk, dan masyarakat.
keuangan yang memercayai angka laba hasil
Kementerian Lingkungan Hidup telah rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa
menerapkan PROPER (Program Peringkat rekayasa (Setiawati & Na’im, 2000). Selain itu,
Kinerja Perusahaan) sebagai alat untuk karena adanya manajemen laba yang dilakukan
memeringkat kinerja lingkungan perusahaan- manajemen, investor tidak menerima informasi
perusahaan yang ada di Indonesia sejak tahun yang cukup akurat mengenai laba untuk
2002. Tujuan penerapan instrumen PROPER mengevaluasi return dan risiko portofolionya
adalah untuk mendorong peningkatan kinerja (Ashari et al., 1994).

192
Tita Djuitaningsih, Wahdatul A Marsyah, Pengaruh Manajemen Laba dan...

Mekanisme Corporate Governance mengatur syarat minimum dalam melakukan


pengungkapan informasi memegang peranan
Pengertian dan konsep CG dilandasi dengan penting bagi kemampuan perusahaan untuk
Teori Keagenan (agency theory) di mana mengatur laba. Penelitian lain yang juga mendukung
pengelolaan perusahaan harus diawasi dan hasil penelitian ini adalah penelitian Fishman dan
dikendalikan dengan penuh kepatuhan terhadap Hagerty (1990), Hutton dan Palepu (1990), Chih,
berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. et al. (2008), dan Handajani, Sutrisno, dan
Prinsip-prinsip GCG seperti yang disebutkan dalam Chandarin (2009). Atas uraian tersebut, maka
Pedoman Umum GCG Indonesia yang disusun oleh hipotesis yang diajukan adalah:
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
H1: Manajemen laba berpengaruh negatif terhadap
tahun 2006 meliputi: 1) Transparansi
corporate social responsibility disclosure.
(Transparancy); 2) Akuntabilitas
(Accountability):3) Responsibilitas (Responsibility):
4) Independensi (Independency): 5) Kewajaran dan Mekanisme Corporate Governance dan
Corporate Social Responsibility Disclosure
Kesetaraan (Fairness).
Ukuran Dewan Komisaris dan Corporate
Manajemen Laba dan Corporate Social
Social Responsibility Disclosure
Responsibility Disclosure
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Imhoff dan Thomas (1994) menyatakan bahwa
perusahaan dengan metode akuntansi yang lebih oleh Akhtaruddin et al. (2009), kemampuan
konservatif (dalam penelitian ini diproksikan dengan dewan komisaris dalam mengawasi akan lebih
perusahaan yang terlibat utuk mengurangi meningkat mengikuti pertambahan anggota
manajemen laba) akan mengungkapkan lebih dewan komisaris. Semakin besar ukuran dewan
banyak informasi kepada stakeholders. Hal ini komisaris, maka pengalaman dan kompetensi
mengakibatkan adanya hubungan yang negatif antara kolektif dewan komisaris akan bertambah,
manajemen laba dan pengungkapan informasi oleh sehingga informasi yang diungkapkan oleh
perusahaan, di mana perusahaan yang mengurangi manajemen akan lebih luas, selain itu ukuran
praktik manajemen laba akan mengungkapkan dewan komisaris yang lebih besar dipandang
lebih banyak informasi mengenai aktivitas sebagai mekanisme CG yang efektif untuk
perusahaan dan perusahaan yang melakukan mendorong transparansi dan pengungkapan.
berbagai bentuk manajemen laba baik untuk
Sembiring (2005) dan Sulastini (2007) juga
keuntungan pribadi maupun keuntungan perusahaan
menemukan adanya hubungan positif yang
akan cenderung untuk melakukan pengurangan
signifikan antara ukuran dewan komisaris
pengungkapan informasi.
dengan pengungkapan CSR di Indonesia. Hal
Penelitian yang dilakukan oleh Lobo dan Zhou ini berarti bahwa semakin banyak jumlah
(2001) yang juga memperoleh hasil penelitian yang anggota dewan komisari s dalam suatu
sama. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa salah perusahaan, maka kegiatan pengawasan akan
satu penentu untuk mengetahui suatu perusahaan berjalan dengan baik dan pengungkapan CSR
melakukan manajemen laba adalah dengan melihat yang dibuat perusahaan semakin lu as.
kebijakan pengungkapan informasi (disclosure Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis
policies) perusahaan tersebut. Kebijakan yang yang diajukan adalah:

193
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

H2a: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif Konsisten dengan hasil tersebut Anggraini (2006)
terhadap corporate social responsibility dan Rosmasita (2007) juga menemukan bahwa
disclosure. kepemilikan saham manajerial berpengaruh
terhadap luas pengungkapan CSR di Indonesia.
Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang
Corporate Social Responsibility Disclosure diajukan adalah:

H2c: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif


Haniffa dan Cooke (2002) menyatakan
terhadap corporate social responsibility
apabila jumlah komisaris independen di suatu
disclosure.
perusahaan semakin besar atau dominan, maka
dapat memberikan power kepada dewan
komisaris untuk menekan manajemen untuk Kepemilikan Institusional dan Corporate
meningkatkan kualitas pengungkapan informasi Social Responsibility Disclosure
perusahaan. Komposisi dewan komisaris
independen yang semakin besar dapat mendorong Menurut Summa dan Ali (2006), investor
dewan komisaris untuk bertindak objektif dan institusional memiliki power dan experience untuk
mampu melindungi seluruh stakeholders bertanggung jawab dalam menerapkan prinsip-
perusahaan sehingga hal ini dapat mendorong prinsip GCG untuk melindungi hak dan
pengungkapan CSR lebih luas. Komisaris kepentingan seluruh pemegang saham, sehingga
independen diperlukan untuk meningkatkan mereka dapat menuntut perusahaan untuk
independensi dewan komisaris terhadap melakukan komunikasi secara transparan.
kepentingan pemegang saham dan benar-benar Menurut Machmud dan Djakman (2008),
menempatkan kepentingan perusahaan di atas perusahaan dengan kepemilikan institusional yang
kepentingan lainnya (Muntoro, 2006). besar akan lebih mampu untuk memonitor
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang manajemen. Semakin besar kepemilikan
diajukan adalah: institusional maka akan semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan
H2b: Proporsi dewan komisaris independen juga perusahaan dapat bertindak sebagai pencegah
berpengaruh positif terhadap corporate social terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen.
responsibility disclosure. Hal ini berarti dengan jumlah kepemilikan yang
cukup signifikan, investor institusional akan dapat
Kepemilikan Manajerial dan Corporate Social memonitor manajemen sehingga dapat
Responsibility Disclosure meningkatkan kualitas dan kuantitas
pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini
Semakin besar proporsi kepemilikan
konsisten dan senada dengan penelitian yang
manajemen pada perusahaan, maka manajemen
dilakukan oleh Hasibuan (2001) dan
cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan
Murwaningsari (2009). Berdasarkan uraian
pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya
tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah:
sendiri (Ross et al., 2002). Penelitian Nasir dan
Abdulah (2004) menunjukkan hasil signifikan bahwa H2d: Kepemilikan institusional berpengaruh positif
terdapat hubungan positif antara kepemilikan saham terhadap corporate social responsibility
manajerial dengan luas pengungkapan CSR. disclosure.

194
Tita Djuitaningsih, Wahdatul A Marsyah, Pengaruh Manajemen Laba dan...

Ukuran Komite Audit dan Corporate Social menambah keefektifan pengawasan manajemen,
Responsibility Disclosure penerapan prinsip-prinsip GCG oleh perusahaan,
dan dapat mendukung peningkatan pengungkapan
Menurut Ho dan Wang (2001) dan Handajani CSR.
et al. (2009) keberadaan komite audit dapat
Fatayatiningrum (2011) menyatakan bahwa
memengaruhi pengungkapan yang dilakukan
tingkat jumlah pertemuan yang dilakukan oleh
perusahaan secara signifikan. Komite audit
komite audit dapat menjamin bahwa pelaksanaan
membantu menjamin pengungkapan dan sistem
pengawasan terhadap manajemen untuk
pengendalian berjalan dengan baik. Dengan
melakukan kecurangan akan berjalan secara
demikian, diharapkan dengan semakin besarnya
efektif. Oleh karena itu, peluang manajemen untuk
ukuran komite audit suatu perusahaan, pengawasan
melakukan kecurangan dengan menyembunyikan
yang dilakukan pun semakin membaik dan kualitas
informasi dapat diminimalisasi. Hasil penelitian
informasi sosial yang dilakukan perusahaan semakin
tersebut juga konsisten dengan hasil penelitian
meningkat dan semakin luas.
yang dilakukan oleh Sun, et al. (2010).
Collier (1993) dan Abdullah (2004) Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang
menyatakan bahwa keberadaan komite audit dapat diajukan adalah:
menjamin pengungkapan dan sistem pengendalian
H2f: Jumlah rapat komite audit berpengaruh positif
akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu,
terhadap corporate social responsibility
diharapkan dengan semakin besarnya komite audit,
disclosure.
pengawasan yang dilakukan akan semakin maksimal
dan pengungkapan informasi semakin meningkat.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang
diajukan adalah: Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan
Sampel
H2e: Ukuran komite audit berpengaruh positif
terhadap corporate social responsibility Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan
disclosure. non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2008-2010. Teknik
Jumlah Rapat Komite Audit dan Corporate pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Social Responsibility Disclosure dengan menggunakan purposive sampling. Dalam
penelitian ini, perusahaan manufaktur yang dijadikan
Berdasarkan keputusan ketua Bapepam
sampel adalah perusahaan yang memiliki kriteria-
Nomor Kep-24/PM/2004 dalam peraturan kriteria berikut: a) Perusahaan non-keuangan yang
Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa komite audit telah terdaftar di BEI untuk periode 2008 dan 2010;
mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama b) Perusahaan yang mengikuti Program Penilaian
dengan ketentuan minimal rapat dewan komisaris Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
yang ditetapkan dalam anggaran dasar Lingkungan (PROPER) dari Kementrian
perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian yang Lingkungan Hidup (KLH) tahun 2008 dan 2010;
dilakukan oleh Putri (2009), diketahui bahwa c) Perusahaan yang menyediakan laporan tahunan
jumlah pertemuan komite audit berpengaruh dan/atau laporan keberlanjutan lengkap untuk
signifikan terhadap pengungkapan informasi laba periode 2008 dan 2010; dan d) Perusahaan yang
perusahaan. Dengan demikian, semakin sering memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-
komite audit mengadakan pertemuan maka dapat variabel yang digunakan dalam penelitian.

195
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data daftar indikator pengungkapan CSR menurut
GRI dapat dilihat pada lampiran B.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yaitu data kuantitatif yang diperoleh Dalam penelitian ini, perhitungan CSRI
dari situs resmi BEI dan situs resmi masing-masing dirumuskan sebagai berikut:
perusahaan. Teknik pengumpulan data penelitian ini
CSRI = Jumlah item yang diungkapkan
adalah dengan menggunakan archival research
yang berupa laporan tahunan dan laporan 79
keberlanjutan perusahaan.
Manajemen Laba
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Manajemen laba dalam penelitian ini dideteksi
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah menggunakan model yang dikembangkan oleh
corporate social responsibility disclosure, Kothari, et al. (2005) dengan menggunakan proksi
sedangkan variabel independen adalah discretionary accrual. Model tersebut merupakan
manajemen laba dan mekanisme corporate pengembangan dari model modified Jones (1991)
governance. dengan menambahkan kinerja perusahaan – return
on assets – sebagai variabel control dalam regresi
Corporate Social Responsibility Disclosure total akrual (Sun, et al., 2010). Langkah-langkah
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Pengungkapan CSR disclosure dinyatakan
dalam Corporate Social Responsibility Index 1) Menghitung total akrual dengan menggunakan
(CSRI). Pengukuran CSR disclosure dapat pendekatan aliran kas (cash flow approach),
diperoleh melalui pengungkapan CSR dalam yaitu:
annual report maupun melalui laporan
TACC = NI – CFO
keberlanjutan (sustainability report) yang
biasanya terpisah. CSRI dinilai dengan
Dimana:
membandingkan jumlah pengungkapan yang
dilakukan perusahaan dengan jumlah yang TACC = Total akrual perusahaan
disyaratkan dalam GRI. Penilaian menggunakan NI = Laba bersih kas dari aktivitas
indeks GRI (Global Reporting Initiative) telah
operasi perusahaan
dipakai oleh kurang lebih 1500 perusahaan di
CFO = Aliran kas dari aktivitas operasi
60 negara (Nuraini, 2010). Indeks ini bersifat
internasional yang memiliki format dan isi laporan perusahaan
lengkap dalam menyediakan informasi serta 2) Menentukan koefisien dari regresi total akrual.
dapat digunakan untuk berbagai macam sektor
dan ukuran perusahaan. Jumlah item CSR Akrual diskresioner merupakan perbedaan
pengungkapan menurut GRI adalah 79 yang antara total akrual (TACC) dengan
terdiri dari: ekonomi (9 item), lingkungan (30 nondiscretionary accrual (NDACC).
item), praktik tenaga kerja (14 item), hak Langkah awal untuk menentukan
manusia (9 item), masyarakat (8 item), dan nondiscretionary accrual yaitu dengan
tanggung jawab produk (9 item). Secara rinci, melakukan regresi sebagai berikut:

196
Tita Djuitaningsih, Wahdatul A Marsyah, Pengaruh Manajemen Laba dan...

TACC/TAit-1 = β1(1/TAit-1 ) + β2((ΔREV- dengan mengurangkan total akrual (hasil


perhitungan di (1)) dengan nondiscretionary
ΔREC)/TAit-1 ) + β3(PPE/
accrual (hasil perhitungan di (3)).
TAit-1 ) + β4 (ROAit-1/ TAit-1 )
DACC = (TACC/TAit-1) – NDACC
+e

Keterangan: Dimana:
TACC = Total akrual perusahaan DACC = Discretionary accrual perusahaan
TAit-1 = Total aset perusahaan pada akhir
tahun t-1 Mekanisme Corporate Governance
ΔREV = Perubahan laba perusahaan Ukuran Dewan Komisaris. Ukuran dewan
ΔREC = Perubahan piutang bersih (net komisaris yang dimaksud adalah jumlah seluruh
receivable) perusahaan anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan.
Ukuran dewan komisaris dihitung dengan
PPE = Property, plant and equipment menggunakan jumlah anggota dewan komisaris
perusahaan dalam suatu perusahaan yang disebutkan di dalam
laporan tahunan (Sembiring, 2005).
ROAit-1 = Return on assets perusahaan pada
akhir tahun t-1 Proporsi Dewan Komisaris Independen.
Komisaris independen adalah anggota dewan
e = Error
komisaris yang tidak berafiliasi dengan manajemen,
anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang
3) Menentukan nondiscretionary accrual. saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis
Regresi yang dilakukan di (2) menghasilkan atau hubungan lainnya yang dapat memengaruhi
koefisien β1, β2, β3 dan β4. Koefisien β1, β2, kemampuannya untuk bertindak independen atau
β3 dan β4 tersebut kemudian digunakan untuk bertindak semata-mata demi kepentingan
memprediksi nondiscretionary accrual melalui perusahaan (KNKG, 2006). Proporsi dewan
komisaris independen diukur dengan rasio atau (%)
persamaan berikut:
antara jumlah anggota komisaris independen
NDACC = β1(1/TA it-1) + β2((ΔREVit- dibandingkan dengan jumlah total anggota dewan
komisaris.
ΔRECit)/TAit-1) + β3(PPEit/
TAit-1) + β4(ROAit-1/ TAit-1) + e Kepemilikan Manajerial. Kepemilikan
saham manajerial adalah tingkat kepemilikan saham
Dimana: pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam
pengambilan keputusan. Kepemilikan manajerial
NDACC = Nondiscretionary accrual diukur dengan menghitung persentase (%) jumlah
perusahaan lembar saham yang dimiliki oleh pihak manajemen
yaitu manajer, komisaris terafiliasi (diluar komisaris
4) Menentukan discretionary accrual independen), dan direksi dibagi dengan total jumlah
Setelah didapatkan akrual non-diskresioner, lembar saham yang beredar (Machmud &
kemudian discretionary accrual bisa dihitung Djakman, 2008).

197
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

Kepemilikan Institusional. Kepemilikan pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat


saham institusional merupakan kepemilikan saham probabilitas dari Kolmogorov-Smirnov Z
yang dimiliki oleh investor institusional. Investor statistik. Jika probabilitas Z statistik lebih kecil
institusional mencakup bank, dan pension, dari 0,05 maka nilai residual dalam suatu regresi
perusahaan asuransi, perseroan terbatas, dan tidak terdistribusi secara normal (Ghozali, 2007
lembaga keuangan lainnya. Kepemilikan saham dalam Ramadhan, 2010).
institusional dinyatakan dalam persentase (%) yang
diukur dengan cara membandingkan jumlah lembar Uji Heteroskedastisitas
saham yang dimiliki oleh investor institusional dengan
jumlah total saham yang beredar (Machmud & Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
Djakman, 2008). apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan
Ukuran Komite Audit. Ukuran komite audit yang lain (Ghozali, 2010). Model regresi yang
merupakan jumlah anggota komite audit dalam
memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat
perusahaan. Ukuran komite audit dihitung dengan
kesamaan varian dari residual satu pengamatan ke
menghitung jumlah anggota komite audit dalam
pengamatan yang lain tetap atau disebut
laporan tahunan yang tercantum dalam laporan tata
homoskedastisitas. Uji white yang pada prinsipnya
kelola perusahaan.
meregres residual yang dikuadratkan dengan
Jumlah Rapat Komite Audit. Jumlah rapat variabel bebas pada model. Kriteria uji White adalah
komite audit merupakan jumlah pertemuan atau jika : Prob Obs* R square < 0.05, maka ada
rapat yang dilakukan oleh komite audit dalam waktu heteroskedasitas; Prob Obs* R square > 0.05,
satu tahun. Jumlah rapat komite audit diukur dengan maka tidak ada heteroskedastisitas.
cara melihat jumlah rapat yang dilakukan komite
audit pada laporan tahunan perusahaan yang Uji Multikolinearitas
tercantum pada laporan tata kelola perusahaan
maupun laporan komite audit. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
Metode Analisis Data antar variabel independen (Ghozali, 2010). Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di
Uji Normalitas dalam model regresi dilakukan dengan melihat
berbagai informasi sebagai berikut:
Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel a. Menganalisis matrik korelasi variabel-
pengganggu atau residual memiliki distribusi variabel independen. Jika antar variabel
normal. Untuk mendeteksi normalitas data dapat independen ada korelasi yang cukup tinggi
dilakukan dengan melihat kurva histogram yang (umumnya di atas 0,90), maka hal ini
berbentuk lonceng. Pendeteksian normalitas merupakan indikasi adanya
secara statistik adalah dengan menggunakan uji multikolonieritas.
Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-
Smirnov merupakan uji normalitas yang umum b. Nilai tolerance dan variance inflation
digunakan karena dinilai lebih sederhana dan factor (VIF). Di mana kedua ukuran ini
tidak menimbulkan perbedaan persepsi. Uji menunjukkan setiap variabel independen
Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan tingkat manakah yang dijelaskan oleh variabel
signifikansi 0,05. Untuk lebih sederhana, independen lainnya. Tolerance

198
Tita Djuitaningsih, Wahdatul A Marsyah, Pengaruh Manajemen Laba dan...

mengukur variabilitas variabel α5INST + α6UDIT + α7RADIT


independen yang terpilih yang tidak +e
dijelaskan oleh variabel independen
di mana:
lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi. Nilai CSRI : Coporate social responsibility
cutoff yang umum dipakai untuk index
menunjukkan adanya multikolonieritas
adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama α0 : Konstanta
dengan nilai VIF > 10.
α1- α7 : Koefisien
Uji Autokorelasi DA : Manajemen laba diproksikan
dengan discretionary accrual
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
(DA) UKOM : Ukuran
apakah model dalam suatu model regresi linier
dewan komisaris
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada INKOM : Proporsi dewan komisaris
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, independen
maka dinamakan ada problem autokorelasi
(Ghozali, 2010). Pendekatan yang sering MANJ : Persentase kepemilikan
digunakan untuk menguji ada tidaknya manajerial
autokorelasi adalah uji Durbin-Watson (DW).
INST : Persentase kepemilikan
Nilai DW yang diperoleh dibandingkan dengan
institusional
tabel-DW. Selanjutnya adalah keputusan untuk
mengetahui adanya autokorelasi adalah sebagai UDIT : Ukuran komite audit
berikut: Jika hasil uji Run Test menunjukkan nilai
probabilitas signifikan pada 0,05 maka terjadi RADIT : Jumlah rapat komite audit
autokorelasi; Jika hasil uji Run Test menunjukkan
nilai probabilitas tidak signifikan pada 0,05 tidak HASIL PENELITIAN
terjadi autokorelasi.
Gambaran Umum Sampel
Uji Hipotesis Sampel yang digunakan digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan non-keuangan
Penelitian ini menggunakan pengujian hipotesis
yang terdaftar di BEI dengan periode 2008-
(hypothesis testing). Penelitian ini dilakukan untuk
2010. Perusahaan tersebut juga harus
menguji hipotesis mengenai pengaruh manajemen
menerbitkan laporan tahunan per 31 Desember
laba dan mekanisme corporate governance
dan mengikuti Program Penilaian Peringkat
terhadap corporate social responsibility
Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
disclosure. Pengujian terhadap hipotesis penelitian
Lingkungan (PROPER) dari Kementrian
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
Lingkungan Hidup (KLH) untuk tahun 2008-
berganda. Bentuk umum persamaan regresi
2010. Berdasarkan data yang diperoleh dari
berganda pada penelitian ini adalah:
Indonesia Capital Market Directory (ICMD)
CSRI = α0 + α1DA + α2UKOM + 2010 diketahui bahwa perusahaan non-keuangan
α3INKOM + α4MANJ + yang terdaftar di BEI pada tahun 2008 hingga

199
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

2010 sebanyak 399 perusahaan. Dari jumlah 2008 sampai 2010 sehingga jumlah annual
tersebut, hanya 21 perusahaan yang memenuhi report dan sustainability report yang diteliti
kriteria sampel penelitian yang telah ditetapkan. adalah 63 laporan. Proses pemilihan sampel
Periode pengamatan penelitian ini adalah tahun tersebut ditunjukkan dalam Tabel 1. di bawah ini.

Tabel 1. Sampel Penelitian

Sumber: Laporan tahunan perusahaan, laporan


keberlanjutan perusahaan

Statistik Deskriptif sebesar -0,1916, nilai maksimum sebesar 0,2944.


Mean DA sebesar -0,0221 dengan standar deviasi
Statistik deskripstif ini berguna untuk 0,0843. Nilai standar deviasi yang lebih besar
mengetahui karakter sampel dalam penelitian. Data daripada nilai rata-rata menunjukkan bahwa nilai
statistik deskriptif ini meliputi nilai minimum, nilai DA perusahaan sampel memiliki perbedaan yang
maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi. relatif besar. Hal ini disebabkan karena terdapat nilai
Statistik deskriptif untuk variabel-variabel penelitian DA yang bernilai negatif pada beberapa perusahaan
ini dapat dilihat pada Lampiran 3.a. sampel.
Hasil analisis deskriptif yang tersaji pada Ukuran dewan komisaris memiliki nilai
Lampiran 3.a menunjukkan nilai rata-rata variabel minimum sebesar 3,0, nilai maksimum sebesar 10,0.
CSR sebesar 0,4170 dengan standar deviasi Mean ukuran dewan komisaris sebesar 5,8413
0,2765. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari dengan standar deviasi 1,4051. Nilai standar deviasi
nilai rata-rata menunjukkan bahwa CSRI yang yang lebih kecil dari nilai rata-rata menunjukkan
dimiliki oleh masing-masing perusahaan sampel bahwa ukuran dewan komisaris yang dimiliki oleh
memiliki besaran yang hampir sama. Nilai minimum masing-masing perusahaan sampel memiliki besaran
CSR adalah 0,0667 sedangkan nilai maksimum nya yang hampir sama.
adalah 1,0.
Proporsi dewan komisaris independen memiliki
Manajemen laba yang diproksikan dengan nilai minimum sebesar 0,2, nilai maksimum sebesar
discretionary accrual (DA) memiliki nilai minimum 0,80. Mean proporsi dewan komisaris independen

200
Tita Djuitaningsih, Wahdatul A Marsyah, Pengaruh Manajemen Laba dan...

sebesar 0,4232 dengan standar deviasi 0,1116. 4,664823 dengan probability 0,097061. Oleh
Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata- karena itu, dapat disimpulkan bahwa data
rata menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris terdistribusi secara normal karena nilai probability
independen yang dimiliki oleh masing-masing yang lebih besar dari 0,05. Dengan kata lain, model
perusahaan sampel memiliki besaran yang hampir regresi yang digunakan dalam penelitian ini
sama. memenuhi uji normalitas.

Kepemilikan manajerial memiliki nilai Hasil Uji Multikolinearitas


minimum sebesar 0,00, nilai maksimum sebesar
0,754000. Mean persentase kepemilikan Uji multikolinearitas bisa dilakukan dengan
manajerial sebesar 0,0476 dengan standar melihat hubungan korelasi antar variabel
deviasi 0,1579. Kepemilikan institusional independen yang ada dalam penelitian. Variabel
memiliki nilai minimum sebesar 0,10, nilai independen dikatakan tidak memiliki hubungan
maksimum sebesar 1,0. Mean persentase linear apabila hubungan linear antar variabel lebih
kepemilikan institusional sebesar 0,6591 dengan kecil dari 0,8. Semua nilai hubungan korelasi
standar deviasi 0,2408. Nilai standar deviasi pada tabel dalam Lampiran 4.a tidak ada yang
yang lebih kecil dari nilai rata-rata menunjukkan menunjukkan nilai yang lebih dari 0.8 sehingga
bahwa kepemilikan institusional yang dimiliki disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antar
oleh masing-masing perusahaan sampel memiliki variabel independen dalam penelitian ini. Jadi,
besaran yang hampir sama. model regresi ini telah memenu hi u ji
Ukuran komite audit memiliki nilai minimum multikolinearitas.
sebesar 3,0, nilai maksimum sebesar 5,0. Mean
Hasil Uji Heteroskedastisitas
ukuran komite audit sebesar 3,4603 dengan
standar deviasi 0,7583. Jumlah rapat komite Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam
audit memiliki nilai minimum sebesar 2,0, nilai penelitian ini adalah uji White. Hasil uji
maksimum sebesar 51,0. Mean jumlah rapat heteroskedastisitas dalam tabel pada Lampiran 4.b
komite audit sebesar 13,3809 dengan standar menunjukkan bahwa nilai p-value dari obs.R2
deviasi 10,7334. Nilai standar deviasi yang lebih sebesar 0,8734. Angka ini lebih besar dari 0,05
kecil dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa sehingga bisa disimpulkan tidak terjadi
jumlah rapat komite audit yang dimiliki oleh heteroskedastisitas. Jadi, uji heteroskedastisitas
masing-masing perusahaan sampel memiliki terpenuhi.
besaran yang hampir sama.
Hasil Uji Autokorelasi
Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Metode pengujian yang digunakan untuk uji
Hasil Uji Normalitas autokorelasi ini adalah uji Durbin-Watson.
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson dalam
dengan menggunakan uji Jarque-Bera. Uji ini Lampiran 4.c diperoleh nilai DW hitung sebesar
membandingkan skewness (kemenjuluran) dan 1,849402. Sedangkan nilai du diperoleh sebesar
kurtosis (keruncingan) dari data dengan sebaran 1,8457. Dengan demikian nilai DW hitung
normal. Gambar dalam Lampiran 3.b menunjukkan berada di antara du, yaitu 1,8457 dan 4-du, yaitu
grafik sebaran residual dari penelitian. Dalam 2,1543. Dengan demikian model regresi
penjelasannya didapatkan nilai Jarque-Bera tersebut sudah bebas dari masalah autokorelasi.

201
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

Hasil Uji Hipotesis 0,161560, ini berarti bahwa setiap kenaikan


MANJ sebesar satu satuan, maka akan
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah
menurunkan CSRI sebesar -0,161560. Besaran
dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa
nilai Kepemilikan Institusional (INST) yang
model regresi yang dipakai dalam penelitian ini
dilambangkan dengan â5 adalah -0,203470, ini
telah memenuhi seluruh uji asumsi klasik dan layak
berarti bahwa setiap kenaikan INST sebesar
untuk dilakukan analisis statistik selanjutnya.
satu satuan, maka akan menurunkan CSRI
Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam
sebesar -0,203470. Besaran nilai Ukuran
penelitian ini menggunakan analisis regresi
Komite Audit (UDIT) yang dilambangkan
berganda dengan metode least square. Penelitian
dengan â6 adalah -0,008134, ini berarti bahwa
ini menggunakan software Eviews untuk
setiap kenaikan UDIT sebesar satu satuan, maka
melakukan analisis regresi berganda. Hasil regresi
akan menurunkan CSRI sebesar -0,008134.
linear berganda dengan software Eviews dapat
Yang terakhir adalah besaran nilai Jumlah Rapat
dilihat pada Lampiran 5., dan menghasilkan
Komite Audit (RADIT) yang dilambangkan
persamaan sebagai berikut:
dengan â7 adalah 0,007737, ini berarti bahwa
CSRI = 0,283063 – 0,885975(DA) + setiap kenaikan RADIT sebesar satu satuan,
maka akan menaikkan CSRI sebesar 0,007737.
0,004863(UKOM) – 0,028336
(INKOM) – 0,161560(MANJ) – Pengaruh Manajemen Laba terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure
0,203470(INST) – 0,008134(UDIT) +
0,007737(RADIT) + e Manajemen laba yang dalam penelitian ini
menggunakan proksi DA memiliki pengaruh negatif
Persamaan regresi di atas memiliki terhadap CSR disclosure. Hal ini ditunjukkan oleh
interpretasi bahwa besaran konstanta, yaitu á nilai t hitung sebesar -2,238956 dengan tingkat
adalah 0,283063, ini berarti bahwa jika semua signifikansi sebesar 0,0294 (lihat Lampiran 5) yang
variabel independen memiliki nilai nol (0) maka lebih kecil dari taraf signifikansi 0.05. Hal ini berarti
nilai variabel dependen adalah sebesar hipotesis 1 diterima.
0 , 2830 63. Besaran nilai DA, yang
dilambangkan dengan â1 adalah -0,885975, ini Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
berarti bahwa setiap kenaikan DA sebesar satu dilakukan oleh Lobo dan Zhou (2001), yang
satuan, maka akan menurunkan CSRI sebesar menemukan bahwa salah satu penentu untuk
-0,885975. Besaran nilai Ukuran Dewan mengetahui adanya praktik manajamen laba di
Komisaris (UKOM), yang dilambangkan dalam perusahaan adalah dengan melihat kebijakan
dengan â2 adalah 0,004863, ini berarti bahwa pengungkapan informasi (disclosure policies)
setiap kenaikan UKOM satu satuan maka CSRI perusahaan tersebut. Kebijakan yang mengharuskan
akan naik sebesar 0,004863. Besaran nilai perusahaan untuk mengungkapkan lebih banyak
Proporsi Dewan Komisaris Independen informasi bisa mengurangi praktik manajemen laba
(INKOM) yang dilambangkan dengan â3 yang ada dalam perusahaan. Menurut Chih et al.
adalah -0,028336, ini berarti bahwa setiap (2008) yang menemukan bahwa adanya pengaruh
kenaikan INKOM sebesar satu satuan, maka negatif antara manajemen laba dan CSR
akan menurunkan CSRI sebesar -0,028336. dikarenakan adanya pertimbangan yang berbeda
Besaran nilai Kepemilikan Manajerial (MANJ) dari manajemen dalam menyajikan informasi
yang dilambangkan dengan â4 adalah - keuangannya.

202
Tita Djuitaningsih, Wahdatul A Marsyah, Pengaruh Manajemen Laba dan...

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap bahwa besar kecilnya ukuran dewan, keberadaan
Corporate Social Responsibility Disclosure komisaris independen yang lebih banyak dalam
jajaran komisaris independen tidak secara langsung
Hasil uji t pada Lampiran 5 menunjukkan memberikan lebih banyak item pengungkapan sosial
bahwa variabel ukuran dewan komisaris tidak yang harus diungkapkan. Keberadaan atau proporsi
berpengaruh terhadap CSR disclosure, Hal ini dewan komisaris independen tidak dapat
ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar 0,189784 memengaruhi proses pengambilan keputusan
dengan nilai signifikansi sebesar 0,8502, sehingga dikarenakan mereka tidak mempunyai hubungan
nilai t hitung lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. dengan aktivitas sehari-hari perusahaan (Che Ahmad
Oleh karena itu, hipotesis 2a ditolak. et al., 2003 dalam Waryanto, 2010).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian


Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap
yang dilakukan oleh Matoussi dan Chakroun
Corporate Social Responsibility Disclosure
(2008), yang menyatakan bahwa ukuran dewan
komisaris tidak memengaruhi luas pengungkapan Hasil uji t pada Lampiran 5 menunjukkan
sukarela, yang dalam hal ini pengungkapan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak
informasi lingkungan perusahaan. Ketentuan di berpengaruh terhadap corporate social
Indonesia dalam UU No. 40 tahun 2007 responsibility disclosure. Hal ini ditunjukkan oleh
menyebutkan bahwa perseroan yang kegiatan nilai t hitung sebesar -0,710192 dengan nilai
usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau signifikansi sebesar 0,4807 yang lebih besar dari
mengelola dana masyarakat, menerbitkan surat taraf signifikansi 0,05 berarti hipotesis 2c ditolak.
pengakuan utang kepada masyarakat atau
Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
2 (dua) orang anggota dewan komisaris. Hal ini sebelumnya yang dilakukan oleh Huafang dan Jinguo
berarti besar kecilnya ukuran dewan komisaris (2007), Said et al. (2009), dan Waryanto (2010)
yang menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh
tidak dapat menjamin adanya mekanisme
pihak manajemen tidak memengaruhi luas
pengawasan yang lebih baik.
pengungkapan item CSR perusahaan. Hal ini
Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris mungkin terjadi karena kepemilikan manajerial rata-
Independen terhadap Corporate Social rata pada perusahaan di Indonesia masih relatif kecil.
Responsibility Disclosure Dengan kepemilikan manajerial yang kecil, maka
masih terdapat benturan kepentingan antara pemilik
Hasil uji t pada Lampiran 5 menunjukkan dan manajemen perusahaan, di mana manajemen
bahwa variabel proporsi dewan komisaris tidak berusaha secara maksimal untuk meningkatkan
independen tidak berpengaruh terhadap CSR nilai perusahaan yang sejalan dengan kepentingan
disclosure. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung pemilik perusahaan karena tidak adanya keuntungan
sebesar -0,096121 dengan nilai signifikansi sebesar signifikan yang akan diperoleh manajemen dengan
0,9238 yang lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 melakukan hal tersebut.
berarti hipotesis 2b ditolak.
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Corporate Social Responsibility Disclosure
Handajani et al. (2009) dan Said et al. (2009) yang
menemukan tidak adanya pengaruh yang signifikan Hasil uji t pada Lampiran 5 menunjukkan
antara komisaris independen terhadap bahwa variabel kepemilikan institusional tidak
pengungkapan CSR. Penemuan ini menunjukkan berpengaruh terhadap CSR disclosure. Hal ini

203
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar - Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap
1,342103 dengan nilai signifikansi sebesar Corporate Social Responsibility Disclosure
0,1853 yang lebih besar dari taraf signifikansi
0,05 berarti hipotesis 2d ditolak. Hasil uji t pada Lampiran 5 menunjukkan
bahwa variabel jumlah rapat komite audit
Hasil penelitian ini mendukung hasil berpengaruh positif terhadap CSR disclosure. Hal
penelitian Machmud dan Djakman (2008) dan ini ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar 2,207596
Ut ami dan Rach mawati (2008) yang dengan nilai signifikansi sebesar 0,0316 yang lebih
menyatakan bahwa kepemilikan institusional
kecil dari taraf signifikansi 0,05 berarti hipotesis 2f
tidak memiliki pengaruh terhadap CSR
diterima.
disclosure. Hal ini mungkin disebabkan karena
institusi yang menanamkan modalnya pada Hasil ini sesuai dengan penelitian Sun et al.
perusahaan lain belum mempertimbangkan (2010) dan Fatayatiningrum (2011) yang
masalah tanggung jawab sosial sebagai salah menemukan bahwa jumlah rapat komite audit
satu kriteria dalam melakukan investasi, sehingga mempunyai pengaruh signifikan terhadap corporate
para investor institusi juga cenderung tidak evviromental disclosure, di mana CED merupakan
menekan perusahaan untuk mengungkapkan salah satu proksi dari CSR. Alasan yang mendukung
CSR secara detail dalam laporan tahunan
yaitu bahwa tingkat jumlah pertemuan yang
perusahaan.
dilakukan oleh komite audit dapat menjamin bahwa
pelaksanaan pengawasan terhadap manajemen
Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure untuk melakukan kecurangan akan berjalan secara
efektif. Dengan demikian, peluang manajemen untuk
Hasil uji t pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa melakukan kecurangan dengan menyembunyikan
variabel ukuran komite audit tidak berpengaruh informasi dapat diminimalisasi dan pengungkapan
terhadap CSR disclosure. Hal ini ditunjukkan oleh informasi lingkungan perusahaan menjadi semakin
nilai t hitung sebesar -0,163221 dengan nilai
transparan.
signifikansi sebesar 0,8710 yang lebih besar dari taraf
signifikansi 0,05 berarti hipotesis 2e ditolak.
SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
SARAN
yang dilakukan oleh Akhtaruddin, et al. (2009)
dan Waryanto (2010) yang menemukan bahwa Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
tidak terdapat pengaruh antara ukuran komite bahwa: 1) Manajemen laba berpengaruh negatif
audit dengan tingkat pengungkapan sukarela. terhadap CSRD; 2) Ukuran dewan komisaris tidak
Pada umumnya, perusahaan di Indonesia berpengaruh terhadap CSRD; 3) Proporsi dewan
mempunyai jumlah komite audit sebanyak 3 komisaris independen tidak berpengaruh terhadap
orang, hal ini sesuai dengan peraturan Bapepam CSRD; 4) Kepemilikan manajerial tidak
No. IX.I.5 tentang pembentukan dan pedoman berpengaruh terhadap CSRD; 5) Kepemilikan
pelaksanaan kerja komite audit. Dapat institusional tidak berpengaruh terhadap CSRD;
disimpulkan bahwa perusahaan di Indonesia 6) Ukuran komite audit tidak berpengaruh
membentuk komite audit hanyalah sebagai terhadap CSRD; 7) Jumlah rapat komite audit
formalitas untuk memenuhi peraturan saja, tanpa berpengaruh positif terhadap CSRD.
mempertimbangkan efektivitas dan kompleksitas Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini
perusahaan. adalah bahwa indeks pengungkapan CSR yang

204
Tita Djuitaningsih, Wahdatul A Marsyah, Pengaruh Manajemen Laba dan...

digunakan sebagai ukuran besarnya memperpanjang tahun pengamatan dan


pengungkapan informasi CSR dalam laporan menambah variabel lain yang diduga juga
tahunan perusahaan sampel cenderung bersifat memengaruhi CSRD seperti kompetensi
subjektif. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat komisaris, jumlah rapat komisaris, kepemilikan
memperbesar ukuran sampel dengan asing, kepemilikan publik, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Akhtarudin, M., Monirul, A.H., Mahmud H., & Lee Darwin, A. (2006). Akuntabilitas, Kebutuhan,
Y. (2009). Corporate Governance and Vol- Pelaporan dan Pengungkapan CSR bagi
untary Disclosure in Corporate Annual Re- Perusahaan di Indonesia. Economics Busi-
ports of Malaysian Listed Firms. JAMAR, ness Accounting Review (September-De-
Vol.7, November. cember): 83-95.

Anggraini, Fr, R. R. (2006). Pengungkapan Fatayatiningrum. (2011). Pengaruh Manajemen


Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Laba dan Mekanisme Corporate Gover-
Mempengaruhi Pengugkapan Informasi nance Terhadap Corporate Enviromental
Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan Disclosure [Skripsi]. Semarang: Fakultas
(Study Empiris pada Perusahaan-perusahaan Ekonomi Universitas Diponegoro.
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta).
Fishman, M., & Hagerty, K. (1990). The opti-
Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.
mal amount of discretion to allow in dis-
Ashari, N., & Koh H. C. (1994). Factor Affecting closure. Quarterly Journal of Econom-
Income Smoothing Among Listed Compa- ics, Vol. 105.
nies in Singapore. Journal of Accountin and
Ghozali, & Chariri. (2007). Teori Akuntansi.
Bussiness Reserch, Auntum, pp. 291-304.
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Assih, P., & Gudono. (2000). Studi Empiris Tentang
Ghozali. (2010). Aplikasi Analisis Multivariate
Hubungan Tindakan Perataan Laba Dengan
Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi dengan Program SPSS. Cetakan V.
Laba Perusahaan Yang Terdaftar di BEJ. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (JRAI), Diponegoro.
Vol. 2, No. 1, hal 35-53. Handajani, L., Sutrisno, & Chandrarin, G. (2009).
Belkaoui, A., & Karpik. (1989). Determinants of The Effect of Earnings Management and
Corporate Decision to Disclose Social In- Corporate Governance Mechanism to Cor-
formation. Accounting, Auditing and Ac- porate Social Responsibility Disclosure: Study
countability Journal, Vol. 2, No. 1, pp. at Public Companies in Indonesia Stock Ex-
36-51. change. Simposium Nasional Akuntansi
XII. Palembang.
Chih, H., Shen, C., & Kang, F. (2008). Corporate
Social Responsibility, Investor Protection, Haniffa, R. M., & Cooke T. E. (2002). Culture,
and Earnings Management: Some Interna- Corporate Governance and Disclosure in
tional Evidence. Journal of Business Eth- Malaysian Corporations. Abacus, Vol. 38
ics: 79:179–198. No. 3.

205
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

Haniffa, R.M., & T.E. Cooke (2005), “The Im- Accounting, Auditing and Accountability
pact of Culture and Governance Journal, Vol.15, No.3,pp.344-371.
onCorporate Social Reporting”, Journal
Prior, D., Surroca, J., & Tribo, J. A. (2008). Are
of Accounting and Public Policy 24,pp.
socially responsible managers really ethical?
391-430.
Exploring the relationship between earnings
Healy, P., Hutton, A., & Palepu, K. (1999). Stock management and corporate social responsi-
Performance and Intermediation Changes bility. Corporate Governance: An Interna-
Surrounding Sustained Increases in Disclo- tional Review 16(3): 443-459.
sure. Contemporary Accounting Research,
Putri, A. M. (2009). Pengaruh Independensi dan
485-520.
Efektivitas Komite Audit terhadap
Herawaty, V. (2008). Peran Praktek Corporate Manajemen Laba. [Skripsi]. Semarang:
Governance sebagai Moderating Variable dari Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
Pengaruh Earnings Management terhadap
Richardson, V. J. (1998). Information Asymmetry
Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
and Earnings Management: Some Evidence.
Akuntansi 11. Pontianak.
Working Paper.
Jensen, M., & Meckling, W. (1976). Theory of The
Said, R., Zainuddin, Y., & Haron, H. (2009). The
Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and
Relationship Between Corporate Social Re-
Ownership Structure. Journal Of Financial
sponsibility Disclosure and Corporate Gov-
Economics, Vol 3: 305-360.
ernance Characteristic in Malaysian Public
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). Listed Companies. Social Responsibility
(2006). Pedoman Umum GCG di Indone- Journal, Vol. 5. No. 2: 212-226.
sia. Jakarta.
Sembiring, E. R. (2005). Karakteristik Perusahaan
Lobo, G. J., & Zhou, J. 2001. “Disclosure quality dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial:
and earnings management.” Asia-Pacific Studi Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat
Journal of Accounting and Economics V8 di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional
(1): 1-20. Akuntansi VIII. Solo.

Machmud & Djakman. 2008. Pengaruh Struktur Setiawati, & Ainun Na’im. (2000). Manajemen
Kepemilikan terhadap Luas Pengungkapan Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indone-
Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) sia, Vol. 15. No.4.
pada Laporan Tahunan Perusahaan: Study
Shocker, A.D & Sethi,S.P.,1974, “An Approach
Empiris pada Perusahaan Publik yang
to Incorporating Social Preferences in De-
Tercatat di Bursa Efek Indonesia 2006.
veloping Corporate Action Strategies”. In
Simposium Nasional Akuntansi 11.
Sethie,S.P (ed) The Unstable Ground: Cor-
Muntoro, R. K. (2006). Makalah: Membangun porate Social Policy in a Dynamic Soci-
Dewan Komisaris yang Efektif. Universi- ety, Los Angeles: Melville Publishing Com-
tas Indonesia. pany, pp.67-80

O’Donovan,2002,”Environmental Disclosure in the Sulastini, S. (2007). Pengaruh Karakteristik


Annual Report: Extending the Applicability Perusahaan terhadap Social Disclosure
and Predictive Power of Legitimacy Theory”, Perusahaan Manufaktur yang Telah Go

206
Tita Djuitaningsih, Wahdatul A Marsyah, Pengaruh Manajemen Laba dan...

Public [Skripsi]. Semarang: Fakultas bility (CSR) di Indonesia [Skripsi]. Semarang:


Ekonomi Universitas Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Sun, N., Salama, A., Hussainey, K., & Habbash, Widiatmaja, B. F. (2010). Pengaruh Mekanisme
M. (2010). Corporate Environmental Disclo- Corporate Governance Terhadap
sure, Corporate Governance and Earnings Manajemen Laba Dan Konsekuensi
Management, Managerial Auditing Jour- Manajemen Laba Terhadap Kinerja
nal, Vol. 25: 7: 679 – 700. Keuangan (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Tahun 2006-2008) [Skripsi].
Tarjo. (2008). Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan
Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas
Institusional dan Leverage terhadap
Diponegoro.
Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham
serta Cost of Equity Capital. Simposium Wilmshurst, T., & Frost G., (2000). Corporate En-
Nasional Akuntansi 11. Potianak. vironmental Performance: A Test of Legiti-
macy Theory. Accounting, Auditing and
Utama, S. (2007). Evaluasi Infrastruktur Pendukung
Accountability Journal, Vol. 13, No. 1:
Pelaporan Tanggung Jawab Sosial dan
10-26.
Lingkungan di Indonesia. Pidato Ilmiah
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universi- World Business Council for Sustainable Develop-
tas Indonesia. ment (WBCSD). (2000). WBCSD’s First
Report Corporate Social Responsibility.
Waryanto. (2010). Pengaruh Karakteristik Good
Geneva.
Corporate Governance Terhadap Luas
Pengungkapan Corporate Social Responsi- http:/www.globalreporting.org

207
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

LAMPIRAN

Lampiran 1. DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL

No Nama Perusahaan KODE

1 PT Bakrie Sumatra Plantation UNSP


2 PT SMART SMAR
3 PT Aneka Tambang (Persero) ANTM
4 PT International Nickel Indonesia INCO
5 PT Medco Energi Internasional MEDC
6 PT Tambang Batubara Bukit Asam PTBA
7 PT Timah (Persero) TINS
8 PT Citra Tubindo CTBN
9 PT Indocement Tunggal Prakarsa INTP
10 PT Semen Gresik (Persero) SMGR
11 PT Unggul Indah Cahaya UNIC
12 PT. BudiAcidJaya BUDI
13 PT Kalbe Farma KLBF
14 PT Unilever Indonesia UNVR
15 Astra Argo Lestari AALI
16 PT Adaro Energy ADRO
17 PT PP London Sumatra LSIP
18 PT Elnusa ELSA
19 PT Holcim Indonesia SMCB
20 PT Bayan Resources BYAN
21 PT Asahimas Flat Gas AMFG

Lampiran 2. KRITERIA PERINGKAT PROPER

208
Tita Djuitaningsih, Wahdatul A Marsyah, Pengaruh Manajemen Laba dan...

Sumber: Laporan PROPER periode 2008-2009

Lampiran 3a. Statistik Deskriptif

Sumber: Output Eviews, data sekunder yang diolah

209
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

Lampiran 3.b Hasil Uji Normalitas


10
Series: Residuals
Sample 2 63
8 Observations 62

Mean -3.81e-17
6 Median -0.021504
Maximum 0.732417
Minimum -0.477201
4
Std. Dev. 0.226082
Skewness 0.571700
Kurtosis 3.705956
2
Jarque-Bera 4.664823
Probability 0.097061
0
-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6

Sumber: Output Eviews, data sekunder yang diolah

Lampiran 4a. Matriks Korelasi

CSRI DA UKOM INKOM MANJ INST UDIT RADIT

CSRI 1.0000 -0.1500 -0.0555 -0.0060 -0.0899 -0.2232 0.1467 0.3271


DA -0.1500 1.0000 -0.1235 -0.0639 0.1769 0.0241 0.1275 0.1383
UKOM -0.0555 -0.1235 1.0000 -0.2810 -0.1878 0.2773 -0.2785 -0.1082
INKOM -0.0060 -0.0639 -0.2809 1.0000 -0.0635 -0.0894 0.0243 -0.1053
MANJ -0.0899 0.1769 -0.1878 -0.0635 1.0000 -0.4095 0.0337 -0.0225
INST -0.2232 0.0241 0.2773 -0.0894 -0.4095 1.0000 -0.1251 -0.1753
UDIT 0.1468 0.1275 -0.2785 0.0243 0.0337 -0.1251 1.0000 0.5270
RADIT 0.3271 0.1383 -0.1082 -0.1053 -0.0225 -0.1753 0.5270 1.0000

Sumber: Output Eviews, data sekunder yang diolah

Lampiran 4.b Heteroskedasticity Test: White

Sumber: Output Eviews, data sekunder yang diolah

210
Tita Djuitaningsih, Wahdatul A Marsyah, Pengaruh Manajemen Laba dan...

Lampiran 4.c Durbin-Watson Test

Sumber: Output Eviews, data sekunder yang diolah

Lampiran 5. Hasil Uji Regresi dengan Eviews

Sumber: Output Eviews, data sekunder yang diolah

211

Anda mungkin juga menyukai