ILMU FORENSIK
Modul Pembelajaran Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal iii
iv Modul Pembelajaran Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Tim Penyusun:
Pengarah :
1. Dekan FK UMP ( Prof. Dr. KHM. Arsyad, DABK. Sp.And )
2. Dekan FK UMP ( HM. Ali Mucthar.,M.Sc )
3. Wakil Dekan I (dr. Yanti Rosita M.Kes)
Narasumber : dr.Binsar Silalahi, Sp.F.DFM.SH
dr. Mansuri, Sp.F
Ketua tim : dr. Nia Ayu Saraswati., M.Pd.Ked
Anggota :
1. dr. Liza Chairani Sp.A., M.Kes.
2. dr. Rizal Ambiar Sp.THT. MBA
3. dr. Hasmaenah Sp.M
Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamua’laikum, wr. wb,
Modul Pembelajaran Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal vii
viii Modul Pembelajaran Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………..
A. Kompetensi Lulusan Dokter FK UMP …………………….…..2
B. Tujuan Pembelajaran …………………………………………………2
C. Lingkup Bahasan …………………………………………………4
Bab II Proses Kepaniteraan Klinik …………………………………………
A. Alur Kegiatan …………………………………………………………7
B. Metode dan Strategi Pembelajaran …………………………….…..7
C. Sistem Evaluasi …………………………………………………9
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati proses pembelajaran rotasi Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal, diharapkan mahasiswa mampu:
A. Melakukan anamnesis dengan lengkap dengan teknik yang tepat dan
kontekstual, dan menafsirkan hasil pemeriksaan serta memformulasikan
ke dalam nbentuk visum et repertum.
B. Berkomunikasi efektif baik verbal maupun nonverbal, mendengar aktif,
mengelola benda bukti, klien dan / pasien dengan mengintregasikan
penalaran klinis dan medikolegal sehingga menunjang terciptanya kerja
sama yang baik antara dokter dengan pasien, keluarga, komunitas,
teman sejawat, dan tenaga professional lain yang terlibat dalam
penanganan kedokteran khususnya forensik dan medikolegal.
b. pasien
c. pihak ketiga (penegak
hukum, pihak asuransi)
2. KEDOKTERAN FORENSIK
A Forensik Klinis
Pusat Pelayanan
Terpadu
Kejahatan Seksual
Kekerasan Terhadap
Perempuan
Kekerasan Terhadap
Anak
Pengguguran Presentasi
Kandungan kasus
Pembunuhan anak
sendiri
Kematian Mendadak
Pemeriksaan
luar
Pemeriksaan
jika ada,
Pemeriksaan korban kasus mati
Jika tidak ada
A
diganti dengan
demonstrasi
(video)
4 TOKSIKOLOGI FORENSIK
2. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif bertujuan untuk menilai hasil belajar mahasiswa sebagai dasar
untuk menentukan kelayakan kompetensi mahasiswa.
Beberapa hal yang menjadi prasyarat untuk dapat mengikuti evaluasi sumatif
ujian akhir rotasi adalah :
1. Rekapitulasi kehadiran
Mahasiswa harus menghadiri 100% kegiatan dalam rotasi bagian, Jika
berhalangan dikarenakan alasan sakit, musibah orang tua/ saudara kandung/
suami/istri/anak kandung dan tugas fakultas, mahasiswa diperkenankan
tidak menghadiri kegiatan rotasi selama maksimal 3 hari. Bila tidak
memenuhi prasyarat tersebut, mahasiswa yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti evaluasi sumatif.
2. Telah melaksanakan semua tugas dengan kewajiban selama program
pendidikan berlangsung sesuai hasil pemeriksaan log-book.
3. Tidak dapat masalah perilaku (attitude) dan professional behaviour selama
masa kepaniteraan. Jika terdapat masalah akan ditentukan melalui rapat
bagian dan dilaporkan kepada pimpinan fakultas .
Remedial
Mahasiswa dengan nilai akhir C, harus mengulang rotasi di bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal selama 2 (dua) minggu dan ujian akhir.
Mahasiswa dengan nilai D dan E harus mengulang rotasi di bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal selama 4 (empat) minggu (remedial)
setelah menyelesaikan seluruh rotasi kepaniteraan klinik. Adapun kewajiban-
kewajibannya adalah:
1. membuat dan mempresentasikan referat sebanyak 1 kali
2. membuat laporan kasus sebanyak 1 kali
B.Sanksi Akademik
1. Mahasiswa yang terbukti melanggar norma akademik, norma sosial dan
norma hukum dikenakan sanksi yang akan ditentukan dalam rapat bagian.
2. Keterlambatan pengisian daftar hadir/pengisian absensi pulang lebih awal :
a. 10-30 menit : membuat tugas
b. lebih dari 30 menit : dianggap tidak hadir pada hari itu.
3. Ketidakhadiran :
Keterangan :
*Pemberian tugas dapat berupa tugas membaca buku teks atau jurnal
ilmiah,tugas menyusun laporan kegiatan dan lain-lain.
** ketidakhadiran dengan surat keterangan resmi yang telah diatur pada
bab tata tertib buku panduan kepaniteraan klinik FK UMP.
D. Penjabaran prosedur
A. Tujuan pembelajaran
Setelah menyelesaikan stase di Bagian Kedokteran Forensik dan
Medikolegal, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan pemeriksaan terhadap jenazah Forensik dan Medikolegal
2. Menemukan dan menilai perubahan-perubahan postmortem
3. Menemukan kelainan pada jenazah yang berkaitan dengan kematian
4. Menganalisa hasil pemeriksaan jenazah Forensik dan Medikolegal
5. Menentukan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
I. Pengirisan Kulit
Pengirisan kulit merupakan hal pertama yang dilakukan pada
pemeriksaan dalam. Ada beberapa macam irisan kulit pada pemeriksaan dalam,
dimana masing-masing dilakukan dengan memandang segi kosmetik. Indikasi
macam irisan ditentukan oleh jenis kelamin dan agama/ kepercayaan
korban/jenazah.
4. Penjabaran prosedur
1. Perkiraan saat kematian dengan metode menilai tanda-tanda kematian
sekunder yaitu lebam, kaku mayat, dan pembusukan.
2. Yang dinilai pada lebam mayat adalah ada atau tidak ada, lokasinya
dimana, kemudian ditekan hilangatau tidak hilangdengan penekanan. Bila
ditekan hilang dengan penekanan artinya saat kematian kurang dari 6 jam,
dan bila tidak hilang atau menetap artinya saat kematian sudah 6-8 jam dari
saat pemeriksaan.
3. Yang dinilai pada kaku mayat adalah ada dimana, ada yang masih mudah
atau semua sudah sukar digerakkan. Jika ada yang masih mudah
digerakkan berarti saat kematian kurang 12 jam, jika semua kaku sudah
sukar digerakkan berarti saat kematian 12 -24 jam dari saat pemeriksaan.
4. Yang dinilai pada pembusukan, jika ada warna kehijauan pada perut kanan
bawah berarti saat kematian lebih atau sama dengan 24 jam, jika wama
4. Penjabaran prosedur
LUKA TERBUKA
Lakukan prinsip pemeriksaan luka. Perhatikan robekan yang terjadi
dengan menilai ketidakteraturan tepi-tepi luka, memar di sekitar luka.
Kemudian raba dan buka luka, amati adanya jembatan jaringan.
FRAKTUR
TULANG PIPIH
Pada tulang-tulang penyusun tengkorak adanya fraktur kebanyakan akibat
kekeran tumpul. jika terjadi ante-mortem ditandai dengan adanya hematom
atau bahkan robekan scalp di atas lokasi fraktur. Amati daerah tersebut, adakah
perubahan bentuk? Pada impressed fracture, tampak cekungan yang sering
menggambarkan benda tumpul penyebabnya, rabalah dan tekan cekungan
tersebut. jika kekerasan pada kepala demikian hebatnya, maka tidak hanya
impressed fractur semata yang terjadi, tetapi disertai fragmented/kepingan-
kepingan yang jika diraba sangan mobil.
TULANG PANJANG
Amati adanya deformitas posisi anatomis dari anggota gerak/ekstremitas,
kemudian amati sumberdeformitastersebutdengan mencermati persendian-
persendian yang ada. jika ditemukan pseudo-sendi menunjukkan fraktur di
tempat tersebut. jika fraktur terbuka yang terjadi maka akan tampak adanya
luka robek dengan ujung tulang yang menyembul keluar. Untuk fraktur
tertutup, raba dan tekan pseudo-sendi kemudian angkat ekstremitas tersebut
pada distal pseudo-sendi tersebut, maka akan teraba krepitasi.
CERAI SENDI
Adanya cerai sendi (dislokasi) dapat diamati dengan munculnya
deformitas pada posisi anatomis. jika terjadi pada ekstremitas, raba dan
tahanlah sendi tersebut lalu gerakkan distalnya, maka bagian distal tersebut
LUKA TEMBAK
LUKA TEMBAK MASUK
Amati bentuk lubang inti luka, serta jaringan seputar luka. Jika lubang
inti dikelilingi luka (kelim) lecet berbentuk lingkaran berarti arah tembakan
tegak lurus dengan bagian tubuh ini. jika luka lecet cenderung melebar pada
salah satu sisi lubang inti berarti tembakan berasal dari sisi luka lecet yang
lebih lebar. Periksa ada/tidaknya tatoase berupa bintik-bintik hitam (kelim
tato) di seputar luka, juga ada/tidaknya jelaga (kelim jelaga), luka bakar (kelim
api) serta jejas laras untuk memperkirakan jarak tembaknya. Kemudian ambil
plester transparan (selotipe) yang lebar, lalu rekatkan ke permukaan luka secara
merata sehingga tercetak gambar luka pada selotipe tersebut. Kemudian
tempelkan selotipe pada kaca lalu dengan latar putih ' periksa dengan teliti
komponen yang terikut pada selotipe dan ukurdiameter lubang inti luka. Pada
tulang temporal tengkorak luka tembak (tempel) sering meninggalkan bentuk
luka stelata pada permukaan dan arah serpihan seperti konus yang makin lebar
ke arah tabula interna.
PULMONARY
Perhatikan tanda-tanda mati lemas akibat kerusakan paru atau akibat
emboli udar, berupa sianotik pada akral, mukosa bibir, bintik perdarahan, pada
sklera. Cari informasi, emboli biasanya terjadi pada penumpang pesawat
ketika tekanan kabin mendadak turun pada saat terbang tinggi atau pada
penyelam yang mendadak naik ke permukaan.
A. Tujuan pembelajaran
Tujuan :
Bab ini akan menjelaskan penanganan kasus keracunan secara umum,
meliputi
1. Informasi kontak dengan racun dan olah tempat kejadian perkara.
2. Tanda khas akibat keracunan baik pada pemeriksaan luar maupun
pemeriksaan dalam.
3. Pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan
akibat keracunan.
4. Pertanggungjawaban hasil pemeriksaan di pengadilan jika diperlukan.
D. Penjabaran prosedur
1. Informasi kontak dengan racun dan olah tempat kejadian perkara.
Pemahaman materi ini diharapkan dapat mengidentifikasi jenis racun
yang dapatdigunakan sebagai pegangan penanganan lebih lanjut. Informasi
dapat diperoleh dari penyidik maupun keluarga korban atau yang mengetahui
kasus itu terjadi.
Berbagai racun yang terdapat dimasyarakat meliputi : barbiturat,
tranquiliser, senyawa analgetik, sianida, zat korosiv dan pelarut bahan kimia
untuk keperluan rumah tangga, dimana peredaran dan penggunaannya setiap
1. Tujuan pembelajaran
I. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa mengenal pemeriksaan toksikologi sederhana
2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan toksikologi sederhana di
lapangan
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan toksikologi
4. Mahasiswadapat mengaplikasikan hasil pemeriksaan toksikologi dalam
penanganan kasus di lapangan
5. Mahasiswa dapat mempertanggung jawabkan hasil pemeriksaan
toksikologi di pengadilan (sebagai saksi)
II. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa mengetahui cara pemeriksaan kualitatif terhadap racun arsen
2. Mahasiswa mengetahui cara pemeriksaan kualitatif terhadap racun sianida
3. Mahasiswa mengetahui cara pemeriksaan kualitatif terhadap diazepam
1. Adakah tanda-tanda kontak dengan racun, maka sisa barang bukti perlu
diamankan untuk pemeriksaan toksikologi
2. Apabila pada pemeriksaan jenazah didapatkan tanda mati lemas, perlu
dicari berbagai hal yang menyebabkan mati lemas, misal penyakit atau ada
tidaknya trauma atau ada kaitan dengan informasi kontak dengan racun.
Cari apa yang menyebabkan mati lemas dan tunjukkan bukti-bukti yang
mendukung pernyataan saudara ?.
3. Apabila diduga karena proses keracunan/peracunan (sebab lain harus sudah
disingkirkan) maka perlu pemeriksaan penunjang toksikologi, mengapa ?
jelaskan ! .
4. Interpretasi hasil toksikologi, dinyatakan meninggal karena keracunan
apabila tidak ditemukan sebab kematian lain dan hasil pemeriksaan klinis
3. Algoritme kasus
4. Penjabaran prosedur
Syarat
1. Ada surat :
a. permintaan tertulis dari penyidik
b. berita acara serah terima barang bukti
c. berita acara pembungkusan/penyegelan barang bukti
2. Ada surat perm intaan tertulis dari dokter yang melakukan autopsy
Prosedur
1. Arsen : metode Sanger - Black
2. Sianida : metode Guignard
3. Diazepam : metode TLC
4.6. Pemeriksaan Patologi Anatomi
A. Tujuan pembelajaran
D. Penjabaran prosedur
Sampel yang diambil/diperiksa : larva atau lalat yang ada pada jenazah
Cara pengiriman sampel :
1. Sebagian sampel diawetkan dengan formalin 10 % untuk mengetahui
kondisi saat itu (saat diperiksa)
2. Sebagian sampel tanpa pengawet, diletakkan pada tempat tertutup, untuk
mengetahui jenis larva lebih lanjut.
A. Tujuan pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran
4. Penjabaran prosedur
Untuk kasus-kasus jenazah dalam kubur, yang perlu diperhatikan:
1. Lokasi : a. dalam areal kuburan
b. di sembarang tempat
2. Jumlah korban : a. tunggal
b. massal
3. Kondisi jenazah : a. masih segar (baru dikubur)
b. sudah lama, tetapi masih terbalut jaringan lunak
A. Tujuan pembelajaran
1. Para Mahasiswa harus mengetahui teori tentang sidik DNA yang sangat
berguna dalam identifikasi forensik dan medikolegal. Apa yang anda
ketahui tentang sidik DNA ?
2. Tidak semua kasus memerlukan pemeriksaan identifikasi menggunakan
sidik DNA. Bilamana pemeriksaan sidik DNA diperlukan ?
3. Terdapat berbagai keadaan/kondisi tubuh korban pada kasus-kasus forensik
dan medikolegal, seperti pembusukan, mutilasi, kasus pate rnitas, dll.
Bagaimanakah anda menentukan jenis sampel yang anda ambil untuk sidik
DNA?
4. Sebagai dokter umum Anda tidak memiliki keahlian dan atau peralatan
untuk pemeriksaan analisis DNA, maka Anda akan merujuk kepada
seorang ahli. Bagaimanakah pengelolaan sample untuk rujukan tsb ?
D. Penjabaran prosedur
A. Tujuan pembelajaran
Setelah melalui stase di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal, mahasiswa setelah menjadi dokter diharapkan:
1. Mampu menuangkan dan menyusun hasil pemeriksaan barang bukti medis
dan analisisnya ke dalam suatu Visum et Repertum.
2. Mampu menerangkan dan mempertanggung-jawabkan Visum et Repertum
pada sidang di Pengadilan
3. Mengetahui tatacara pemanggilan dan pelaksanaan kesaksian ahli pada
suatu proses peradilan.
D. Penjabaran prosedur
Setelah dilakukan suatu pemeriksaan secara ilmiah kedokteran terhadap
suatu barang bukti medis, lakukanlah analisis terhadap hasil-hasil pemeriksaan
termasuk hasil pemeriksaan penunjang.
Hasil pemeriksaan dan analisis kemudian dituangkan dalam bentuk
Visum et Repertum dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
para penegak hukum yang tidak menimbulkan tafsir ganda.
Dokter penanggung-jawab pemeriksaan harus fasih mempertanggung-
jawabkan Visum et Repertum tersebut mulai dari pembukaan hingga penutup
dan siap untuk maju sebagai saksi ahli di pengadilan.
Bila ada keraguan terhadap Visum et Repertum, maka pihak penegak
hukum di segala tingkat proses peradilan mengajukan secara tertulis
permohonan kepada institusi Rumah Sakit tempat pemeriksaan berlangsung
untuk mendatangkan dokter penanggung-jawab guna menjelaskan halhal di
dalam Visum et Repertum yang belum jelas.
Jika pemanggilan kesaksian tersebut dilaksanakan di suatu pengadilan,
maka dokter harus mengucapkan sumpah/janji sebelum kesaksian.
Chada, P.V., 1995, Ilmu Forensik dan Medikolegal dan Toksikologi, Edisi
Bahasa Indonesia V, Widya Medika, Jakarta.
Idries, A.M., 1997, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi I, Binarupa
Aksara, Jakarta.
James, S.H., Nordby, J.J., 2005, Forensic Science, 2nd ed., Taylor and Francis,
London.
Knight, B., 1996, Forensic Pathology, 2m ed., Oxford University Press, Inc.,
New York.
Lazarov, I., 1992, Current Reason for Death After Mechanical Damages, In:
Sawaguchi, T. (editor), Causality and Non-causality, Forensic Press,
Tokyo.
Moore, K.L., 1992, Clinically Oriented Anatomy, 3th ed., Williams and
Wilkins, Baltimore.
Purwadianto, A., Sampurna, B., Herkutanto, 1981, Kristal-Kristal Ilmu
Kedokteran Forensik, Cetakan I, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-
U I/LK-U I, Jakarta.
Satyanegara, 1998, Cedera Kepala, dalam: Listiono, L.D. (editor), Ilmu Bedah
Saraf, Edisi 3, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Simpson, K., 1988, Forensic Medicine, 9th ed., The English Language Book
Society and Edward Arnold Ltd., London.
Sjamsuhidajat, R., Wim de Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi,
Jakarta.
Soegandhi, R., 1997, Pedoman Pemeriksaan Jenazah Forensik dan Kesimpulan Visum et
Repertum di RSUP Sardjito, Bagian IKK FKUGM, Yogyakarta.