CLINICAL SKILLS
LEARNING I
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DASAR ANAMNESIS DAN REKAM MEDIS
TEKNIK ASEPTIK
PEMERIKSAAN KEADAAN UMUM DAN TANDA VITAL
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,
Kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya tim penyusun dapat menyelesaikan pembuatan BUKU
AJAR CLINICAL SKILLS LEARNING (CSL) I ini tepat pada waktunya.
Buku ajar CSL I, ini disusun sebagai salah satu penunjang pembelajaran
berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL) dalam kerangka kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) yang dilaksanakan pada Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Buku
ajar CSL ini dibuat untuk mahasiswa sebagai panduan dalam mempraktekkan
teori ketika melakukan keterampilan tertentu pada kegiatan CSL. Isi buku ajar
CSL ini meliputi rancangan pembelajaran, kerangka teori, prosedur keterampilan
dan checklist penilaian skill.
Dengan disusunnya buku ini, kami berharap mahasiswa kedokteran lebih
mudah dalam mempelajari dan memahami teknik CSL yang diajarkan. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
buku ini. Kami menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangannya, sehingga
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
dalam penyusunan buku ini.
Wassalam,
Malang, 03-09-2020
Tim Penyusun
TEKNIK ASEPTIK........................................................................................ 79
A. Tujuan Pembelajaran ....................................................................... 79
B. Rancangan Acara Pembelajaran...................................................... 79
C. Pendahuluan ..................................................................................... 80
D. Kerangka Teori ................................................................................. 81
E. Prosedur Ketrampilan ...................................................................... 93
F. Checklist Penilaian Ketrampilan .................................................. 103
G. Soal Responsi ................................................................................... 108
H. Daftar Pustaka ................................................................................. 109
1. Mengisi form peminjaman alat, bahan, dan mankin sesuai topik CSL
yang akan dipelajari melalui aplikasi E-CSL paling lambat H-1
pelaksanaan.
2. Hadir tepat waktu sesuai jadwal
3. Memakai jas praktikum dan tanda pengenal
4. Membawa buku manual CSL dan alat tulis
5. Memperlakukan manekin dengan baik selayaknya pasien
6. Tidak mengotori atau mencoret manekin dengan alat apapun
7. Menggunakan bahan habis pakai sesuai kebutuhan
8. Bertanggung jawab pada alat, bahan dan manekin yang digunakan selama
CSL, apabila ada kerusakan karena kelalaian mahasiswa, maka WAJIB
untuk memperbaiki/ mengganti sesuai tingkat kerusakan.
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan Skills Komunikasi interpersonal, diharapkan :
a. Mahasiswa memiliki kemampuan komunikasi verbal dan non verbal
b. Mahasiswa dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain
(berempati)
c. Mahasiswa dapat menjadi pendengar yang baik dan mampu
mengungkapkan ulang
d. Mahasiswa mampu memberikan edukasi dan nasihat
e. Mahasiswa mampu menyusun rencana manajemen kesehatan
C. Pendahuluan
Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan salah satu
kompetensi yang sangat penting dan harus dikuasai oleh dokter. Kompetensi
komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian
masalah kesehatan pasien. Komunikasi yang efektif dapat mengurangi
keraguan pasien, serta menambah kepatuhan dari pasien. Dokter dan pasien
sama-sama memperoleh manfaat dari saling berbagi dalam hubungan yang
erat. Setiap pihak merasa dimengerti. Pasien merasa aman dan terlindungi
jika dokter yang menanganinya melakukan yang terbaik untuk pasiennya.
Ketika saling terhubung, sang dokter dapat mengerti dan bereaksi lebih baik
pada perubahan perilaku dan perhatiannya pada pasien setiap saat.
Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien sangatlah diperlukan
untuk memperoleh hasil yang optimal, berupa masalah kesehatan yang dapat
diselesaikan dan kesembuhan pasien. Sebagai seorang dokter, sangat
diperlukan adanya kesiapan untuk mampu bertatap muka dan aktif dalam
membangun kepercayaan dan keakraban dengan pasien.
NILAI
NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
INTERPERSONAL
1. Membina rapport (menyambut dengan
2. ramah, salam, menyilakan duduk, perkenalan diri, sikap
terbuka, kesejajaran)
3. Membuka pembicaraan ( meminta pasien bicara terbuka,
utk kepentingan pasien, prinsip kerahasiaan, sehingga dapat
memercayai dokter)
CONTENT
4. Banyak menggunakan pertanyaan terbuka dalam
mengeksplorasi permasalahan pasien
5. Menggunakan pertanyaan tertutup yang sesuai
6. Mengajukan pertanyaan yang mendalam jika diperlukan
7. Melakukan refleksi isi
8. Melakukan refleksi perasaan
9. Memberikan informasi yang benar
10. Memberikan informasi dengan bahasa sederhana yang
dipahami pasien
11. Memberikan informasi yang lengkap
12. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
13. Memegang kendali selama komunikasi
14. Menutup komunikasi pada waktu yang tepat
PROFESIONALISME
15. Melakukan dengan penuh percaya diri
16. Melakukan dengan kesediaan membantu & empati
17. Melakukan dengan kesalahan minimal
Nilai = skor X 100 % =
44
Keterangan :
o 0 = tidak dilakukan
o 1 = dilakukan , tapi belum sempurna
o 2 = dilakukan dengan sempurna
Mengetahui,
Instruktur
(................................................)
Tugas :
Anda sebagai dokter keluarga diharapkan mampu melakukan interaksi,
komunikasi dan sambung rasa dengan baik dan percaya diri.
Semester 1
Mata Kuliah Prasyarat - Kepala Program Studi dr. Nurlaili Susanti,
M.Biomed
Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)
Kode CPL Unsur CPL
A .4.1 Menguasai prinsip keselamatan pasien dalam pengelolaan masalah kesehatan.
A.4.3 Mendemonstrasikan kemampuan komunikasi efektif dan kerjasama tim yang mengedepankan
keselamatan pasien.
A.7.6 Menginterpretasi data klinis dan kesehatan individu, keluarga, komunitas dan masyarakat, untuk
perumusan diagnosis atau masalah kesehatan dalam kondisi simulasi.
A.8.2 Menguasai prinsip penulisan rekam medis yang baik dan benar.
A.9.3 Menguasai cara penyampaian informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk, informed consent)
dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik dan benar.
CP Mata kuliah (CPMK) Topik Dasar Anamnesis & Rekam Medis
DASAR ANAMNESIS
Komunikasi sambung rasa:
23 | P r o g r a m Studi Pendidikan Dokter
1. Mampu memberikan situasi yang nyaman bagi pasien.
2. Mampu menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya.
3. Mampu mendengar aktif.
4. Mampu memelihara dan menjaga harga diri pasien.
5. Mampu memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar.
6. Mampu menyimpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran dan harapannya
Wawancara Terstuktur:
1. Menjelaskan bahwa komunikasi antara dokter dan pasien terdiri dari unsur isi, proses, dan
keterampilan persepsi.
2. Menjelaskan komponen – komponen dalam struktur komunikasi dokter-pasien.
3. Melakukan komunikasi dokter-pasien (dengan penekanan pada proses komunikasi).
4. Melakukan anamnesis secara efektif untuk memperoleh riwayat medis pasien dengan akurat
5. Melakukan wawancara terstruktur untuk menggali riwayat medis pasien terdiri dari:
a. Identitas pasien : Nama, alamat, nomor telepon, keluarga pasien, umur, kelamin, ras, pekerjaan
dan khusus untuk wanita mengenai riwayat kehamilan.
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Riwayat pekerjaan dan social
g. Riwayat alergi
h. Melakukan konfirmasi ulang tentang informasi dari pasien yang mungkin terlewat dan membuat
resume.
6. Mampu menutup sesi wawancara dengan baik dan mengarahkan pasien untuk pemeriksaan fisik.
REKAM MEDIS
Deskripsi Mata Kuliah : CSL 1 ini topik ini terdiri dari komunikasi interpersonal serta anamnesis dan rekam medis. Setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu berkomunikasi yang baik dan
efektif, dapat menggali informasi dengan teknik anamnesis yang baik, terstrukturserta mampu mengisi
rekam medis dengan baik dan benar sesuai SKDI 2019.
Daftar Referensi : Referensi Dasar Anamnesis :
1. Bickley, LS. 2013. Bates’ guide to physical examination and history-taking.—11th ed. Wolter
Kluwer Health
2. Claramita, M. 2014. Komunikasi Petugas Kesehatan dan Pasien dalam konteks Budaya Asia
Tenggara. Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Douglas, G; Nicol, F. Robertson, C. 2013. MacLeod’s Clinical Examination. 13rd ed. Elsevier
4. Fong Ha, J. 2010. Doctor-Patient Communication: A Review. The Ochsner Journal 10:38–43, 2010
5. Fouriana, LE. 2012. Komunikasi Yang Relevan Dan Efektif Antara Dokter Dan Pasien. Jurnal
Psikogenesis. Vol. 1, No. 1/ Desember 2012
6. Kurtz, S. 2003. Marrying Content and Process in Clinical Method Teaching: Enhancing the
Calgary–Cambridge Guides. Acad. Med. 2003;78:802–809
7. Kurtz SM, Silverman JD, Draper J. 1998. Teaching and Learning Communication Skills in
Medicine. Radcliffe Medical Press (Oxford)
8. Murtagh, J. 2000. General Practice. Mc Graw Hill
Rekam Medis :
Menulis rekam medik dan membuat pelaporan :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Anamnesis
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan:
Pengobatan, dan atau tindakan dan KIE,
anjuran.
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan Skills Lab Dasar Anamnesis, diharapkan
mahasiswa mampu melakukan :
1. Komunikasi sambung rasa:
1. Mampu memberikan situasi yang nyaman bagi pasien.
2. Mampu menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya.
3. Mampu mendengar aktif.
4. Mampu memelihara dan menjaga harga diri pasien.
5. Mampu memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar.
6. Mampu menyimpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran dan
harapannya.
2. Wawancara Terstruktur:
1. Menjelaskan bahwa komunikasi antara dokter dan pasien terdiri dari
unsur isi, proses, dan keterampilan persepsi.
2. Menjelaskan komponen – komponen dalam struktur komunikasi dokter-
pasien.
3. Melakukan komunikasi dokter-pasien (dengan penekanan pada proses
komunikasi).
4. Melakukan anamnesis secara efektif untuk memperoleh riwayat medis
pasien dengan akurat
5. Melakukan wawancara terstruktur untuk menggali riwayat medis pasien
terdiri dari:
a. Identitas pasien : Nama, alamat, nomor telepon, keluarga pasien, umur,
kelamin, ras, pekerjaan dan khusus untuk wanita mengenai riwayat
kehamilan.
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Riwayat pekerjaan dan sosial
g. Riwayat alergi
h. Melakukan konfirmasi ulang tentang informasi dari pasien yang
mungkin terlewat dan membuat resume.
6. Mampu menutup sesi wawancara dengan baik dan mengarahkan pasien
untuk pemeriksaan fisik.
3. Rekam Medis
1. Menjelaskan macam-macam rekam medis.
2. Menjelaskan fungsi dan manfaat dari rekam medis.
3. Menjelaskan isi dari rekam medis.
4. Menyusun rekam medis untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
29 | P r o g r a m Studi Pendidikan Dokter
5. Menjelaskan aspek medikolegal dan etik dari rekam medis.
6. Menjelaskan tentang cara penyimpanan dan pemusnahan rekam medis.
C. Pendahuluan
Pada tahap awal, kontak pertama kali antara dokter dengan pasien adalah
saat melakukan anamnesis. Dari tahap ini akan terbangun hubungan yang akan
mempermudah kerjasama untuk melakukan proses selanjutnya. Untuk
menegakkan suatu diagnosis, anamnesis sangat berperan dan kadang
merupakan satu-satunya petunjuk untuk menegakkan diagnosis. Tujuan
pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang
permasalahan yang dirasakan oleh pasien. Sehingga dengan teknik anamnesis
yang tepat, sudah mendapatkan informasi yang sangat berharga bagi
penegakan diagnosis.
Selain itu, pendataan yang akurat sejak pasien pertama kali datang dan
juga perubahan kondisi pasien dari waktu ke waktu menjadi tuntutan bagi
setiap dokter guna membantu merawat pasien secara berkualitas. Selain untuk
kepentingan pasien, data yang akurat ini juga berguna bagi dokter serta rumah
sakit guna membantu menyelesaikan permasalahan bila ada perselisihan antara
pasien dengan dokter yang terkait dengan ketidakpuasan layanan kesehatan.
Tidak jarang perselisihan tersebut berlanjut hingga ke ranah hukum, sehingga
data-data pasien ini menjadi alat bukti yang seringkali diminta oleh pengadilan.
Dengan demikian, kemampuan membuat data pasien atau yang lebih
dikenal dengan pembuatan rekam medis merupakan ketrampilan yang wajib
dikuasai dan dikerjakan oleh setiap dokter. Menimbang betapa berharganya
rekam medis ini bagi kepentingan pasien dan dokter hingga UU Praktik
Kedokteran tahun 2004 pun mewajibkan setiap dokter untuk membuat rekam
medis yang baik bagi setiap pasien.
D. Kerangka Teori
1. Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi yaitu sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran
atau informasi dari seseorang kepada orang lain lewat suatu cara tertentu
agar orang lain tersebut paham apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-
pikiran atau informasi.
2. Tahap – Tahap Komunikasi
a. Memulai Wawancara (Initiating the session)
b. Mengumpulkan Informasi (Gathering Information)
Tahap ini sering disebut dengan tahap ANAMNESIS. Biasanya
terdapat langkah-langkah panduan untuk mengerjakan anamnesis yang
baik disebut dengan konsep Basic Four (B4) atau Fundamental
Four (F4) serta Sacred Seven (S7). Langkah awal dari anamnesis yaitu
selalu memulainya dengan menanyakan keluhan utama (Chief
Complaint atau CC) dari penyakit atau gangguan kesehatan yang
mengakibatkan atau mendorong pasien untuk datang memeriksakan diri
atau berobat.
Menerapkan Basic Four sebagai materi anamnesis yang mampu
menggali lebih luas problem kesehatan yang dialami pasien. Konsep
Basic Four berisi ;
3. Riwayat Penyakit Sekarang (Present History) yang mendalami
pemahaman pemeriksa terhadap CC dengan menggunakan S7,
4. Riwayat Penyakit Dahulu (Past History) yang berupaya menggali
riwayat penyakit serta kondisi kesehatan yang lalu,
5. Riwayat Kesehatan Keluarga (Family History) untuk melihat kondisi
kesehatan keluarga pasien termasuk adanya penyakit keturunan, serta
6. Riwayat Sosial (Social History) sebagai tambahan untuk memperoleh
informasi yang mencerminkan keadaan masyarakat serta lingkungan
di sekitar pasien.
i. Keluhan utama
- Keluhan utama ditulis sesuai pernyataan pasien dan sebaiknya
tidak lebih dari satu kalimat.
31 | P r o g r a m Studi Pendidikan Dokter
- Jika pasien memiliki beberapa gejala, buat daftar yang nanti
dapat dikembangkan kemudian
- Ajukan pertanyaan terbuka seperti “apa masalahnya ?” , atau “
apa yang membuat anda datang berobat ?”
ii. Menanyakan riwayat penyakit sekarang, ada 2 tahap :
- Pertama, ajukan pertanyaan terbuka seperti di atas, dan biarkan
pasien mengungkapkan keluhannya. Cara ini akan
memungkinkan dokter untuk membuat penilaian awal tentang
pasien dalam kaitannya dengan tingkat pendidikan, kepribadian,
dan kecemasan.
- Kedua, dokter perlu menelusuri ulang keseluruhan cerita dengan
mengajukan pertanyaan yang terinci. Kesempatan ini dapat
digunakan untuk memastikan kebenaran urutan waktu serta
hubungan antara gejala yang satu dengan yang lain. Yang perlu
diingat adalah bahwa wawancara ini adalah terasa seperti
percakapan, bukan interogasi.
- Anamnesis tambahan sebagai cara mengeksplorasi secara
spesifik bermacam keluhan atau tanda dari penyakit sesuai
konsep Sacred Seven (S7). Tujuh hal yang ditanyakan dalam
S7, antara lain :
1. Location (Lokasi) untuk tahu lokasi keluhan ataupun tanda
penyakit,
2. Onset (Waktu) untuk mengeksplorasi waktu sejak
munculnya keluhan ataupun tanda penyakit,
3. Quality (Kualitas) yang bermaksud menggali sifat atau
berat-ringannya suatu penyakit,
4. Quantity (Kuantitas) untuk mencari tahu derajat atau
frekuensi mengalami suatu penyakit,
5. Chronology (Kronologi) yang melukiskan perjalanan
penyakit yang dialami,
6. Modification Factors (Faktor-faktor Modifikasi) yang
memberikan informasi tentang faktor-faktor yang
memperberat atau meringankan penyakit, serta
7. Comorbid Complaints (Keluhan Penyerta lainnya) berupa
keluhan-keluhan maupun tanda-tanda lain yang timbul
menyertai penyakit di luar CC.
- Untuk nyeri, tentukan : -SOCRATES-
Site (Lokasi), di mana bagian yang terasa nyeri, minta pasien
menunjukkan bagian yang nyeri dengan satu jari
Onset (Mulai timbul), kapan timbulnya nyeri (mendadak
atau bertahap)
Character (Sifat), gambaran dari sifat nyeri (seperti ditusuk,
terbakar, tumpul, menusuk, menjalar, dll)
Radiation (Penjalaran), penjalaran rasa nyeri ke bagian lain
Association (Hubungan), gejala yang terjadi bersamaan
dengan rasa nyeri (mual, sesak, dll)
32 | P r o g r a m Studi Pendidikan Dokter
Timing (Saat terjadinya), perubahan intensitas nyeri,
bagaimana datangnya, dalam berapa lama
Exacerbating and relieving factor (Faktor yang
menyebabkan dan meringankan), hal-hal yang menyebabkan
nyeri dan menghilangkan nyeri)
Severity (Tingkat keparahan), penilaian tingkat rasa nyeri
- Gejala kronik
Jika keluhan sudah berlangsung lama, tanyakan pasien mengapa
ia baru berobat sekarang. Apakah ada yang berubah ? ada
baiknya ditanyakan kapan pasien merasa sehat terakhir kalinya.
Pertanyaan ini akan membantu mereka mengingat awal keluhan
yang mungkin terlewat dan kurang bermakna bagi mereka.
- Anamnesis sistem
Setelah membahas tentang keluhan utama, maka perlu
ditanyakan wawancara tentang sistem-sistem tubuh yang lain.
Anamnesis berdasarka sistem sering memberi informasi yang
lebih penting daripada yang diperkirakan, menemukan gejala-
gejala yang telah dilupakan pasien atau mengidentifikasikan
masalah yang terkait lain yang dapat diatasi.
Tanyakan pasien apakah mereka mengalami gejala-gejala
berikut :
Gejala umum : berat badan (bertambah atau berkurang),
perubahan nafsu makan ( bertambah atau berkurang), demam,
letargi, malaise.
Gejala pernafasan : batuk, dahak, batuk darah, sesak nafas,
mengi, nyeri dada.
Gejala kardiovaskuler : sesak nafas ketika berolah raga,
paroxysmal nocturnal dyspneu, nyeri dada, palpitasi,
pembengkakan tungkai, ortopneu, klaudikasio.
Gejala pernafasan : gangguan pencernaan, nyeri abdomen, mual,
muntah, perubahan kebiasaan BAB, konstipasi, diare,
pengeluaran darah melalui rektum, disfagia.
Gejala genitourinaria : frekuensi urinaria, poliuri, disuri,
hematuri, nokturi, masalah haid, impotensi.
Gejala neurologis : nyeri kepala, pusing, kesemutan, kelemahan
otot, tremor, kedutan, pingsan, gangguan sfingter.
Gejala lokomotor : pegal, nyeri, kaku, pembengkakan.
Gejala kulit : benjolan, bentol, ulkus, ruam, gatal.
iii. Riwayat penyakit terdahulu
Tanyakan apakah pasien “ sedang dalam pengobatan karena sebab
lain” atau pernah dirawat inap sebelumnya. Pastikan dokter
mengetahui tanggal dan lokasi masing-masing kejadian. Terdapat
beberapa keadaan yang perlu ditanyakan secara spesifik.
REKAM MEDIS
Pada penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, pengertian
rekam medis yaitu berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan serta pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis dijelaskan jika rekam medis
adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan serta pelayanan lain kepada pasien pada
sarana pelayanan kesehatan.
Rekam medis memiliki pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar
kegiatan pencatatan namun memiliki pengertian sebagai satu sistem
penyelenggaraan suatu instalasi/unit kegiatan. Kegiatan pencatatannya sendiri
hanya salah satu bentuk kegiatan yang termuat pada uraian tugas di
unit/instalasi rekam medis.
Proses kegiatan penyelenggaraan rekam medis dimulai ketika
diterimanya pasien di rumah Sakit, dilanjutkan dengan kegiatan pencatatan
data medis pasien oleh dokter atau tenaga kesehatan lain yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien. Selama pasien memperoleh pelayanan
medis, serta dilanjutkan dengan pengelolaan berkas rekam medis yang
meliputi penyelenggaran penyimpanan dan pengeluaran berkas dari tempat
penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman sebab pasien datang
berobat, dirawat, atau untuk keperluan lainnya.
2. Sistem nomor akhir (terminal digit filling system) adalah sistem yang
memakai nomor dengan 6 angka yang dikelompokkan menjadi tiga.
Angka pertama terdiri dari dua kelompok yaitu angka yang terletak
paling kanan, angka kedua terdiri dari dua kelompok angka yang
terletak di tengah, dan angka ketiga terdiri dari dua angka yang
terletak paling kiri.
Misalnya :
22 09 10
(angka ketiga) (angka kedua) (angka pertama)
Tertiary digit secondary digit primary digit
KELEBIHAN KELEMAHAN
1) Memudahkan 1) membutuhkan latihan serta
pengambilan 100 buah bimbingan yang lebih lama bagi
rekam medis yang petugas
nomornya berurutan
2) penggantian dari sistem 2) terjadi rak lowong pada
nomor langsung ke sistem beberapa section, jika rekam
angka tengah lebih muda medis dialihkan ke tempat
daripada penggantian penyimpanan in-aktif.
sistem nomor langsung ke
sistem angka akhir
3) penyebaran nomor-
nomor lebih merata jika
dibandingkan dengan
sistem nomor langsung,
1. …………….
2. …………….
Selanjutnya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa………. tersebut diatas
telah dimusnahkan dengan sempurna, sehingga tidak dapat dikenal lagi baik isi maupun
bentuknya.
Demikian berita acara pemusnahan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan pembagian
sebagai berikut:
- Lembar ke 1……………..
- Lembar ke 2……………..
- Lembar ke 3……………..
……………………..,………….. 2010
ttd………………………..
Mengetahui/menyetujui
ttd…………………………
………………………………………
Gambar 1.
Contoh berita acara pemusnahan
45 | P r o g r a m Studi Pendidikan Dokter
Berita acara pemusnahan rekam medis yang asli disimpan di rumah sakit.
Lembar kedua dikirim kepada pemilik rumah sakit (rumah sakit vertikal kepada
Dirjen Pelayanan Medik). Khusus untuk rekam medis yang sudah rusak/tidak
terbaca bisa langsung dihancurkan dengan terlebih dahulu membuat pernyataan di
atas kertas segel oleh direktur rumah sakit.
Menurut Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik tahun 1995 No. Hk.
00.06.1.501160 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Formulir Rekam Medis Dan
Pemusnahan Arsip Rekam Medis Di Rumah Sakit, disebutkan bahwa tata cara
penilaian berkas rekam medis yang akan dihancurkan dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Berkas rekam medis yang dinilai adalah berkas rekam medis yang telah 2 tahun
inaktif.
2. Indikator yang dipakai untuk menilai berkas rekam medis inaktif:
a. Seringnya rekam medis dipakai untuk pendidikan serta penelitian;
b. Nilai guna primer, mencakup: administrasi, hukum, keuangan, serta iptek;
c. Nilai guna sekunder, mencakup: pembuktian serta sejarah.
3. Lembar rekam medis yang dipilah:
a. Ringkasan masuk dan keluar
b. Resume
c. Lembar operasi
d. Lembar identifikasi bayi lahir hidup
e. Lembar persetujuan
f. Lembar kematian
4. Berkas rekam medis tertentu disimpan di ruang berkas rekam medis inaktif;
5. Lembar rekam medis sisa serta berkas rekam medis rusak atau tidak terbaca
disiapkan untuk dimusnahkan;
6. Tim penilai dibentuk dengan SK direktur beranggotakan komite rekam
medis/komite medis, petugas rekam medis senior, perawat senior serta petugas
lain yang terkait.
Khusus untuk rekam medis yang sudah rusak/tidak terbaca dapat langsung
dimusnahkan dengan terlebih dahulu membuat pernyataan di atas kertas segel oleh
direktur rumah sakit.
E. Prosedur Ketrampilan
DASAR ANAMNESIS
1. Mengawali pertemuan :
a.Menyapa pasien, mengucapkan salam serta memperkenalkan diri.
b.Menanyakan identitas pasien (nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat
lengkap, serta pekerjaan). Dapat ditambahkan dengan data-data identitas lain
sesuai dengan format rekam medis yang ada.
c. Menanyakan maksud kedatangan pasien.
d. Memberi situasi yang nyaman bagi pasien.
e. Menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya.
f. Membuat serta menegosiasikan agenda pertemuan
4. Menutup pertemuan :
1. Membuat ringkasan serta menyimpulkan kembali masalah pasien
kekhawatiran serta harapannya.
2. Melakukan sign posting untuk tahap pemeriksaan fisik selanjutnya
3. Memelihara serta menjaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat pribadi
dan kerahasiaan pasien sepanjang waktu.
4. Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar serta minta persetujuannya
dalam memutuskan suatu hal.
REKAM MEDIS
1. Tanyakan identitas pasien
2. Lakukan anamnesis
3. Lakukan pemeriksaan fisik
4. Isikan pada rekam medis
c. Identitas pasien
d. Tanggal dan waktu
e. Anamnesis
f. Hasil pemeriksaan fisik serta penunjang
g. Diagnosis
h. Rencana penatalaksanaan
i. Pengobatan dan atau tindakan
j. Pelayanan lain yang telah diberikan
5. Informasikan kepada pasien tentang rencana penatalaksanaan selanjutnya.
NILAI
NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
MEMBUKA WAWANCARA
1. Menyapa pasien
2. Memperkenalkan diri pada pasien
3. Menanyakan identitas pasien, meliputi : nama lengkap, usia,
jenis kelamin, alamat, pekerjaan, status perkawinan, agama,
dan suku bangsa
4. Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
5. Memberikan situasi yang nyaman pada pasien
6. Mengidentifikasi dan mengkonfirmasi permasalahan pasien
7. Menegosiasikan agenda konsultasi
8. Menjelaskan prosedur dan melakukan informed consent
sebelum melakukan anamnesis
MEMBANGUN SAMBUNG RASA
9. Melakukan kontak mata dengan pasien
10. Menunjukkan tingkah laku (non verbal yang sesuai)
11. Bila melakukan kegiatan lain (misalnya mencatat) tidak sampai
mengganggu proses wawancara dengan pasien
ANAMNESIS
12. Menanyakan keluhan utama
Menanyakan keluhan yang menyebabkan penderita datang
berobat
13. Menanyakan riwayat penyakit sekarang
Bagaimana onset, lokasi, kronologis, kuantitas, kualitas, gejala
penyerta dan faktor modifikasi
14. Menanyakan riwayat penyakit dahulu
Menanyakan apakah ada riwayat penyakit dahulu beserta
pengobatannya
15. Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
Menanyakan apakah ada keluarga atau kerabat dekat yang
pernah mengalami gangguan sama atau penyakit keturunan
16. Menanyakan riwayat sosial ekonomi
Menanyakan pertanyaan mengenai tempat bekerja, pola
makan, olahraga, alkohol, dan sebagiainya.
17. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien
18. Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
19. Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat
MENSTRUKTUR WAWANCARA
48 | P r o g r a m Studi Pendidikan Dokter
20. Menggunakan screening, negosiasi, agenda setting, sign
posting, membuat ringkasan (internal summary) dengan tepat
MENUTUP WAWANCARA
21. Menanyakan pada pasien apakah ada yang terlewat
22. Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan (end
summary) dan mampu mengarahkan pasien untuk pemeriksaan
fisik.
Nilai = skor X 100 % =
44
Keterangan :
a. 0 = tidak dilakukan
b. 1 = dilakukan , tapi belum sempurna
c. 2 = dilakukan dengan sempurna
Mengetahui,
Instruktur
(................................................)
(..................................................)
TEKNIK ASEPTIK
Daftar Referensi : 1. DepKes RI. 2003. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Jakarta.
2. Infection Prevention. A reference booklet for health care providers. 2011. Engender Health. ISBN 978-
1-885063-99-1
3. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care. First Global Patient Safety Challenge. 2009. World
Health Organization. ISBN 978 92 4 159790 6
4. Clean Care is Safer CareWHO best practices for injections and related procedures toolkit. 2010. World
health Organization. ISBN 978 92 4 159925
5. Ontario Ministry of Health and Long-Term Care & the Provincial Infectious Diseases Advisory
Committee. Best Practices for Cleaning, Disinfection and Sterilization in All Health Care Settings.
February 2010. Available at:
http://www.health.gov.on.ca/english/providers/program/infectious/diseases/best_prac/bp_cds_2.pdf.
ISBN: 978-1-4435-1526-9.
6. Abdurrochim F. Teknik Aseptik. 2019. Available at https://www.rsuharapanibu.co.id/wp-
content/uploads/2019/07/TEKNIK-ASEPTIK.pdf
TEKNIK ASEPTIK
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan Skills Teknik Aseptik, diharapkan mahasiswa :
1. Mengetahui berbagai alat pelindung diri
2. Mampu melakukan teknik cuci tangan yang benar.
3. Mampu memakai sarung tangan secara steril.
4. Mampu memakai masker, head cap dan gown secara steril
5. Mampu melakukan teknik aseptik pada pasien serta sterilisasi
lapangan operasi
6. Mengetahui prosedur pencucian alat dengan benar (dekontaminasi
dan pembersihan alat)
7. Mengetahui tentang sterilisasi alat dan desinfektan
B. Rancangan Acara Pembelajaran
TOPIK TEKNIK ASEPTIK
JML MHS/KLP 10 mahasiswa /kelompok
200 menit terbimbing
WAKTU/KLP
200 menit responsi
1. Demo langkah-langkah ketrampilan perlindungan diri
sendiri oleh instruktur.
2. Praktek langkah-langkah ketrampilan perlindungan
pada diri sendiri oleh mahasiswa.
METODE
3. Demo langkah-langkah sterilisasi alat dan desinfeksi
medan operasi oleh instruktur.
4. Praktek langkah-langkah sterilisasi alat dan desinfeksi
medan operasi oleh mahasiswa.
No. Alat/bahan jumlah
1. Masker 1 pak
2. Penutup kepala (head cap) 1 pak
3. Jubah operasi (surgery 2 buah
gown)
4. Sarung tangan 1 pak
5. Handuk kecil 2 buah
6. Sikat kecil 2 buah
ALAT DAN 7. Goggles 2 buah
BAHAN 8. Apron 2 buah
9. Alkohol 70% 100 ml
10. Sabun cair 1 botol
11. Sepatu karet operasi 1 buah
12. wastafel 1 set
13. Sarung tangan karet yang 1 buah
tebal dari lateks
14. Bak plastik 1 buah
15. Larutan klorin 0,5% 1 botol
79 | P r o g r a m Studi Pendidikan Dokter
Povidone iodine 1 botol
Hecting set 1 set
Meja instrumen 1 buah
Duk steril berlubang 2 buah
Kasa steril 1 pak
Kain linen 2 buah
Klem 1 buah
Galipot 6 cm 1 buah
Tempat sampah medis 1 buah
Tempat sampah non medis 1 buah
Instruktur Dokter
C. Pendahuluan
Masyarakat yang mendapatkan pelayanan medis dan kesehatan di rumah
sakit, puskesmas maupun klinik berisiko untuk terinfeksi kecuali jika dilakukan
kewaspadaan untuk mencegah hal tersebut. Petugas kesehatan yang melayani
pasien serta petugas pendukung lain di pusat pelayanan kesehatan semuanya
dihadapkan pada risiko terkena infeksi. Luka yang terbentuk bisa menjadi pintu
masuk bakteri ke dalam jaringan dan sirkulasi darah sehingga bakteri dapat
berkembang biak pada luka. Untuk mengurangi populasi bakteri maka perlu
adanya tindakan aseptik.
Tindakan aseptik bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan
mikroorganisme yang terdapat pada permukaan benda hidup atau benda mati.
Teknik aseptik merupakan usaha mempertahankan petugas kesehatan maupun
pasien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme. Pada teknik aseptik ada
aturan yang berlaku yaitu hanya petugas yang steril yang dapat memegang benda
steril, dan hanya bahan steril yang dapat menyentuh jaringan pasien. Benda atau
bahan steril hanya boleh bersentuhan dengan bahan steril lainnya.
Salah satu strategi yang dipakai untuk mengendalikan penyebaran infeksi
nosokomial adalah dengan memakai kewaspadaan universal (universal
precaution). Universal Precaution adalah tindakan pengendalian infeksi yang
dikerjakan oleh semua tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran
infeksi karena darah serta cairan tubuh yang berasal dari pasien maupun dari
petugas kesehatan dapat menularkan penyakit. Dasar Universal Precaution ini
terdiri dari pengelolaan alat kesehatan, cuci tangan yang berfungsi untuk
mencegah infeksi silang, penggunaan alat pelindung diantaranya sarung tangan
untuk mencegah kontak dengan darah dan cairan infeksius yang lain, pengelolaan
jarum serta alat tajam untuk mencegah timbulnya luka, dan terakhir adalah
pengelolaan limbah (Depkes RI, 2003).
Pada kegiatan keterampilan teknik aseptik ini mahasiwa akan belajar
mengenai fungsi dari teknik aseptik sebelum melakukan tindakan bedah baik itu
bedah minor maupun bedah mayor dan atau tindakan medis lainnya.
Topik teknik aseptik ini berkaitan dengan topik Clinical Skill Lab yang lain yaitu:
1. Teknik dasar anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Teknik sampling
D. Kerangka Teori
1. PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN
1.1. Latar belakang
Pentingnya dilakukan kewaspadaan standar (Standard Precautions) agar
bisa mengurangi risiko penularan patogen baik lewat darah maupun cairan tubuh
lain dari sumber yang diketahui ataupun yang tidak diketahui. Pelaksanaan
standar precautions ini merupakan pencegahan serta pengendalian infeksi yang
harus selalu dilakukan kepada semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan
kesehatan. Kebersihan tangan adalah hal yang sangat penting dari standar
precautions dan menjadi metode yang paling bagus untuk mengurangi penularan
penyakit yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Selain kebersihan tangan,
penentuan alat pelindung diri (APD) yang akan digunakan harus diawali dengan
menilai risiko pajanan serta sampai mana antisipasi kontak dengan patogen dalam
daran serta cairan tubuh.
Semua individu (termasuk pasien serta pengunjung) harus mematuhi
program pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan.
Hal ini merupakan salah satu bentuk dukungan bagi petugas kesehatan ketika
mereka melakukan praktik dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Daftar Tinjauan (Checklist) yang harus diperhatikan
1. Kebijakan kesehatan
2. Kebersihan tangan
3. APD
4. Kebersihan pernapasan dan etika batuk
1.2. Rekomendasi Kewaspadaan Standar di fasilitas pelayanan
kesehatan
1. Kebersihan tangan
Ringkasan teknik:
- Cuci tangan (40-60 detik): basahi tangan serta pakai sabun, gosok semua
permukaan, bilas lalu keringkan memakai handuk sekali pakai, sekaligus
untuk mematikan keran.
- Penggosokan tangan (20-30 detik): pakai produk dalam jumlah cukup untuk
semua bagian tangan, gosok tangan hingga kering.
2. Sarung tangan
- Gunakan jika akan menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, membran
mukosa, kulit yang tidak utuh.
- Ganti setiap kali selesai satu tindakan ke tindakan selanjutnya pada pasien yang
sama sesudah kontak dengan bahan-bahan yang berpotensi infeksius.
3. Pelindung wajah (mata, hidung, dan mulut)
- Pakai 1) masker bedah serta pelindung mata atau 2) pelindung wajah untuk
melindungi membran mukosa mata, hidung, serta mulut selama tindakan yang
81 | P r o g r a m Studi Pendidikan Dokter
biasanya bisa menimbulkan terjadinya percikan darah, cairan tubuh, sekret,
serta ekskresi.
4. Gaun Pelindung
- Pakai untuk melindungi kulit serta mencegah kotornya pakaian selama
tindakan yang umumnya dapat menyebabkan percikan darah, cairan tubuh,
sekret, dan ekskresi.
5. Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya
Hati-hati bila:
- Memegang jarum, pisau, dan alat-alat tajam lainnya.
- Bersihkan alat-alat yang telah digunakan.
- Buang jarum dan alat-alat tajam lainya yang telah digunakan.
6. Kebersihan pernapasan dan etika batuk
Seseorang dengan gejala gangguan napas harus menerapkan langkah-langkah
pengendalian sumber:
- Tutup hidung dan mulut ketika batuk/bersin dengan tisu maupun masker, dan
membersihkan tangan setelah kontak dengan sekret saluran napas.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus:
- Jika memungkinkan ketika berada di ruang umum, meletakkan pasien dengan
gejala gangguan pernapasan akut kurang lebih 1 meter dari pasien lain.
7. Kebersihan Lingkungan
- Pakai prosedur yang layak untuk kebersihan rutin serta disinfeksi permukaan
lingkungan dan benda lain yang sering disentuh.
8. Linen
Penanganan, transportasi, dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan
cara:
- Cegah pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi pada
pakaian.
- Cegah penyebaran patogen ke pasien lain serta lingkungan.
Mencuci tangan
Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari semua kotoran, mulai dari
ujung jari sampai siku serta lengan. Mencuci tangan harus dikerjakan dengan baik
serta betul sebelum dan sesudah mengerjakan tindakan perawatan.
Tujuan cuci tangan
Tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk :
a) Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
b) Mencegah infeksi silang (cross infection)
c) Menjaga kondisi steril
d) Melindungi diri serta pasien dari infeksi
e) Memberikan perasaan segar dan bersih.
Indikasi cuci tangan
Indikasi dilakukan cuci tangan adalah :
a) Sebelum mengerjakan prosedur invasif contohnya : menyuntik, pemasangan
kateter serta pemasangan alat bantu pernafasan
b) Sebelum serta sesudah melakukan perawatan setiap jenis luka
c) Setelah tindakan tertentu, tangan diduga tercemar dengan mikroorganisme
khususnya pada tindakan yang memungkinkan kontak dengan darah, selaput
lendir, cairan tubuh, sekresi atau ekskresi
d) Setelah melakukan kontak langsung maupun tidak langsung pada pasien yang
tidak infeksius.
Macam-macam cuci tangan & cara cuci tangan
a) Teknik mencuci tangan biasa
Teknik mencuci tangan biasa yaitu membersihkan tangan menggunakan sabun
dan air bersih yang mengalir atau yang disiramkan, umumnya dipakai sebelum
dan sesudah mengerjakan tindakan yang tidak memiliki risiko penularan
penyakit.
b) Teknik mencuci tangan aseptik
Mencuci tangan aseptik yaitu mencuci tangan yang dikerjakan sebelum
tindakan aseptik pada pasien menggunakan antiseptik. Penggunaan larutan
disinfektan ketika mencuci tangan terutama bagi petugas yang kontak dengan
pasien yang memiliki penyakit menular atau sebelum mengerjakan tindakan
bedah aseptik menggunakan antiseptik dan sikat steril.
c) Teknik mencuci tangan steril
Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril, terutama
ketika akan menolong tindakan pembedahan atau operasi.
Pengolahan Instrumen
Pengolahan instrumen yang tepat sangat penting untuk mengurangi penularan
infeksi selama prosedur pembedahan dan mengurangi resiko petugas kesehatan
dari infeksi. Ada empat langkah untuk pengolahan instrumen yang digunakan
yaitu dekontaminasi, pembersihan/pencucian, sterilisasi dan penyimpanan.
1. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam pengolahan instrumen
untuk digunakan kembali. Dekontaminasi membunuh virus dan
mikroorganisme lainnya serta membuat instrumen lebih mudah untuk
dibersihkan dengan mencegah darah, cairan tubuh lainnya, dan jaringan
mengering pada alat. Untuk dekontaminasi instrumen menggunakan larutan
klorin 0,5%.
Langkah-langkah dekontaminasi antara lain :
2. Pembersihan
Pembersihan merupakan langkah kedua di pengolahan instrumen untuk
menghilangkan bahan organik, kotoran, benda asing serta mengurangi jumlah
mikroorganisme, termasuk endospora bakteri pada instrumen. Pembersihan
dengan cara menggosok menggunakan sikat, deterjen, dan air. Tanpa
pembersihan, pengolahan lebih lanjut mungkin tidak efektif karena:
Mikroorganisme yang terjebak dalam bahan organik dapat terlindungi dan
bertahan
Bahan organik dan kotoran dapat membuat bahan kimia yang digunakan
dalam proses pengolahan kurang efektif.
Deterjen penting dan efektif untuk membersihkan karena air saja tidak akan
menghilangkan protein, minyak, dan lemak. Ketika deterjen dilarutkan dalam
88 | P r o g r a m Studi Pendidikan Dokter
air akan merusak lemak, minyak, dan benda asing lainnya serta membuat
mudah untuk dihapus. Jangan gunakan sabun tangan untuk membersihkan
instrumen karena asam lemak yang terkandung dalam sabun akan bereaksi
dengan mineral dari air sehingga meninggalkan residu yang sulit untuk
dihapus.
Langkah Membersihkan :
Langkah 1
Gunakan sikat lembut
atau sikat gigi bekas,
deterjen dan air untuk
menghapus darah, cairan
tubuh lain, jaringan dan
benda asing lainnya.
Tahan instrumen di
bawah permukaan air
sambil dibersihkan
dengan digosok.
Gambar 2.6 (a)
Langkah 2
Bilas sampai bersih
instrument dengan air
bersih yang mengalir
untuk menghapus semua
deterjen. Setiap deterjen
yang tersisa di instrument
dapat mengurangi
efektivitas pengolahan
kimia selanjutnya. Gambar 2.6 (b)
Langkah 3
Biarkan instrument
mengering atau
dikeringkan
menggunakan handuk
yang bersih.
Catatan: Instrumen yang
akan diproses lebih lanjut
dengan larutan kimia
harus benar-benar kering
untuk menghindari
menipiskan bahan kimia.
Instrument yang akan
didesinfektan tingkat
tinggi (DTT) dengan
dididihkan tidak perlu Gambar 2.6 (c)
dikeringkan terlebih
dahulu.
89 | P r o g r a m Studi Pendidikan Dokter
3. Sterilisasi dan Desinfektan Tingkat Tinggi
Sterilisasi Tingkat Tinggi
Sterilisasi memastikan bahwa instrument bebas dari semua mikroorganisme
(bakteri, virus,jamur, dan parasit), termasuk endospora bakteri, yang dapat
menyebabkan infeksi pada pasien. Ketika sterilisasi tidak tersedia, desinfektan
tingkat tinggi adalah satunya alternatif yang dapat diterima untuk instrument. Ada
tiga metode sterilisasi: sterilisasi uap (juga dikenal sebagai “autoklaf” atau “panas
lembab di bawah tekanan”), sterilisasi kering- panas (oven listrik), dan sterilisasi
kimia (“dingin”).
Membungkus instrument sebelum sterilisasi membantu menurunkan
kemungkinan instrument yang disterilkan akan terkontaminasi sebelum
digunakan. Di bawah kondisi penyimpanan yang optimal, instrument yang
dibungkus dengan baik dapat dianggap steril selama mereka tetap utuh dan kering.
Membungkus instrument yang akan disterilisasi dengan sterilisasi uap
menggunakan dua lapisan kertas, kertas koran, atau kain kasa atau kain linen
sedangkan membungkus instrument untuk sterilisasi kering-panas menggunakan
foil atau double-layered, katun, atau kain muslin.
Sterilisasi uap (autoklaf)
Sterilisasi uap dalam autoklaf adalah salah satu bentuk umum dari sebagian besar
yang digunakan dalam kesehatan. Sterilisasi uap membutuhkan lembab panas
dibawah tekanan, sehingga harus ada sumber air dan panas. Panas dapat
disediakan oleh listrik atau dengan sumber bahan bakar lain tergantung pada jenis
autoklaf yang digunakan.
Langkah-langkah sterilisasi uap
Langkah 1
Dekontaminasi, bersihkan, dan keringkan semua instrumen serta alat lainnya yang
akan disterilkan.
Langkah 2
Membuka semua instrument (Ini memungkinkan uap untuk mencapai semua
permukaan instrument).
Langkah 3
Jika instrument sebelum sterilisasi uap harus dibungkus menggunakan dua lapisan
kertas, kertas koran, atau kain linen (tidak menggunakan kanvas). Instrumen dan
alat lainnya tidak boleh ditempatkan dalam wadah tertutup.
Langkah 4
Mengatur semua instrument dan alat lainnya terbuka (misalnya, gelas
laboratorium, botol dengan cairan) dengan cara yang memungkinkan uap untuk
beredar secara bebas karena uap harus menyentuh semua permukaan untuk
sterilisasi yang akan dicapai dengan autoklaf.
Langkah 5
Secara umum, mensterilkan instrument dan alat lainnya yang terbuka selama 30
menit dan barang-barang yang dibungkus selama 20 menit pada 121˚C (250F) dan
tekanan 106 kPa (15 pon / in2).
Langkah 6
Jika autoklaf otomatis, panas akan mati dan tekanan akan turun setelah sterilisasi
selesai. Jika autoclave tidak otomatis, matikan panas atau pindahkan autoclave
90 | P r o g r a m Studi Pendidikan Dokter
dari sumber panas setelah 30 menit untuk instrument atau alat yang dibungkus dan
20 menit jika tidak dibungkus. Tunggu sampai pengukur tekanan berbunyi "nol"
untuk membuka autoklaf. Buka tutup/pintu agar uap yang tersisa keluar.
Tinggalkan paket instrumen atau alat lainnya dalam autoclave sampai mereka
benar-benar kering (bisa memakan waktu hingga 30 menit).
Langkah 7
Pindahkan kemasan, alat yang terbuka dari autoklaf (gunakan pengambil yang
steril untuk memegang item yang terbuka). Untuk mencegah kondensasi,
tempatkan kemasan pada permukaanyang empuk dengan kertas atau kain sampai
dingin.
Langkah 8
Instrument yang dibungkus dengan benar dapat dianggap steril selama tetap utuh
dan kering. Mempatkan kemasan steril di lemari tertutup, memiliki temperatur
yang sedang, kering atau kelembapan rendah, hal ini untuk penyimpanan yang
optimal,. Gunakan alat yang terbuka segera setelah pengangkatan dari autoklaf
atau menjaga mereka tertutup, kering dalam wadah steril sampai satu minggu.
Dry-panas sterilisasi (oven listrik)
Sterilisasi kering panas memerlukan panas tinggi untuk jangka waktu tertentu.
Untuk sterilisasi yang akan dicapai, pasokan listrik yang konstan diperlukan.
Metode ini tidak digunakan untuk plastik atau barang-barang lain yang bisa
meleleh atau terbakar. Ingat bahwa oven kering-panas tidak menggunakan air atau
alat pengukur tekanan.
Sterilisasi kimia
Sterilisasi kimia digunakan untuk barang-barang yang sensitive terhadap panas
atau ketika panas tidak tersedia. Instrument atau alat disterilkan dengan merendam
dalam larutan kimia yang tepat (seperti yang mengandung glutaraldehid) dan
membilas dengan air steril. Cidex, yang berisi glutaraldehida, merupakan solusi
yang umum digunakan untuk sterilisasi.
SKOR
NO ASPEK KETRAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
1. Membuka semua perhiasan dari jari tangan, pergelangan
tangan dan leher, atur temperatur air, sediakan sabun dan sikat
2. Memakai alat perlindungan diri non steril (skort, sepatu boot,
cap, google)
3. Membasahi tangan dan lengan sampai kurang lebih 3 cm
diatas siku dan mengambil sabun secukupnya.
4. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun (7 langkah)
sampai siku lalu bilas dengan air
5. Menggunakan siku tangan untuk mengambil sabun lagi lalu
ratakan ke kedua tangan, kemudian membersihkan kuku
menggunakan alat (setiap kali membersihkan kuku , alat
dibilas dengan air mengalir) setelah itu dibilas sampai siku
6. Mengambil sikat lalu beri sabun kemudian membersihkan
dengan menyikat ujung-ujung jari tangan (sisi yang halus),
kuku, 4 sisi jari, sela-sela jari, punggung tangan, telapak
tangan, tumit tangan sampai kurang lebih 3 cm diatas siku lalu
bilas dengan air sampai siku. Saat menyikat usahakan tangan
diatas siku secara melingkar dan jauhkan dari badan
7. Dengan posisi tangan di atas siku, ambil sabun secukupnya
dan mencuci tangan lagi (7 langkah) sampai ke siku
8. Mencuci tangan menggunakan air satu persatu serta tetap
mengangkat tangan di atas siku
9. Keringkan tangan memakai kain steril, dari ujung jari sampai
siku. Memakai satu sisi kain untuk setiap tangan
10. Mempertahankan tangan serta lengan lebih tinggi daripada
siku dan menjauhkan tangan dari badan
SKOR TOTAL
Nama Instruktur :
Nama Mahasiswa :
Tanggal :
SKOR
NO ASPEK KETRAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
1. Menyediakan sarung tangan dengan tepat/siap
pakai.
2. Mengambil sarung tangan kanan dengan tangan
kiri pada sisi sebelah dalam lipatan, yaitu bagian
yang akan bersentuhan dengan kulit tangan saat
dipakai
3. Memakai sarung tangan tersebut pada tangan
kanan tanpa menyentuh bagian luarnya.
4. Mengambil sarung tangan kiri dengan tangan
kanan dengan menyelipkan jari-jari tangan yang
sudah menggunakan sarung tangan ke bagian
lipatannya, yaitu bagian yang tidak akan
bersentuhan dengan kulit tangan saat dipakai
5. Memasang sarung tangan kiri tanpa tangan kanan
menyentuh tangan kiri.
6. Luruskan lipatan, dan atur posisi sarung tangan
SKOR TOTAL
Nama Instruktur :
Nama Mahasiswa :
Tanggal :
SKOR
NO ASPEK KETRAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
1. Menggunakan satu tangan untuk mengambil jubah operasi
(gown terlipat) serta hanya menyentuh lapisan paling luar
2. Memegang gown tanpa gown menyentuh tubuh dan benda
lain yang tak steril
3. Masukkan kedua lengan pada lengan gown
4. (Dengan bantuan asisten) Ujung jari tidak menyentuh bagian
luar ujung gown.
5. (Asisten akan membantu merapikan gown). Perhatikan bahwa
asisten hanya boleh menyentuh permukaan bagian dalam
gown.
6. Membuka bagian dalam package berisi sarung tangan dan
mengambil satu dengan tangan yang tertutup jubah
7. Meletakkan sarung tangan pada lengan jubah yang
berlawanan dengan arah sarung tangan ke arah lengan
8. Meletakkan ujung sarung tangan dekat dengan ujung lengan
jubah, mengambil dengan ibu jari dan jari telunjuk
9. Memegang ujung sarung tangan dengan satu tangan,
mengambil dengan tangan yang lain.Tidak tersentuh tangan
yang telanjang
10. Menarik kedua pangkal sarung tangan dengan tangan yang
tertutup lengan jubah dan ujung jubah dan menarik kearah
lengan
SKOR TOTAL
Nama Instruktur :
Nama Mahasiswa :
Tanggal :
NO ASPEK KETRAMPILAN YANG DINILAI SKOR
0 1 2
1. Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang
diperlukan
2. Memakai alat perlindungan diri non steril (skort,
sepatu boot, cap, google)
3. C Cucii tangan dengan dengan sabun (dengan 7
langkah)
4. Memakai sarung tangan non steril
5. Posisikan pasien sesuai lokasi bagian tubuh yang
akan dioperasi
6. Membaca Basmallah setiap memulai tindakan
5. Membersihkan daerah yang akan dioperasi ( cuci
dengan sabun, bilas air, keringkan dengan handuk,
(potong rambut bila perlu)
6. Lepas sarung tangan, kemudian cuci tangan
7. Pakai sarung tangan steril
8. Usap dengan povidon iodin dari pusat (sentral)
melingkar ke luar (sentrifugal) menggunakan klem
dan deppers
9. Membuang kassa bekas pakai pada tempat sampah
yang sesuai
10. Tutup daerah yang akan dioperasi dengan duk steril
(melakukan demarkasi area pembedahan)
SKOR TOTAL
Nama Instruktur :
Nama Mahasiswa :
Tanggal :
NO ASPEK KETRAMPILAN YANG DINILAI SKOR
0 1 2
1. Memakai sarung tangan dan menyiapkan klorin
0,5% dalam bejana
2. Merendam instrumen/alat bekas operasi/tindakan
ke dalam bejana selama 10 menit
3. Bilas dengan menggunakan air, dan bersihkan
instrumen/alat dengan sikat yang mengandung
deterjen
4. Bilas lagi dengan menggunakan air mengalir untuk
menghilangkan deterjen yang tersisa
5. Keringkan instrumen/alat
SKOR TOTAL
B. Pendahuluan
Pemeriksaan keadaan umum (General survey) dan tanda vital adalah
pemeriksaan pertama dan utama untuk semua jenis penyakit setelah dilakukan
anamnesa. Dokter yang baik senantiasa mempertajam kekuatan observasi dan
deskripsi mereka. Prosedur ini sangat memerlukan ketajaman persepsi klinis
terhadap mood, tubuh, serta perilaku pasien.
Keadaan umum yang dievaluasi adalah tingkat kesadaran, intensitas rasa
sakit, tanda adanya distress, perilaku dan sikap pasien saat berkomunikasi dan cara
berjalan pasien saat datang ke tempat praktek. Tanda vital secara umum mengukur
denyut nadi, tekanan darah, laju pernapasan dan suhu, yang menunjukkan fungsi
jantung dan respirasi.
Pengukuran tanda vital harus dilakukan kepada pasien yang datang dalam
kondisi apapun baik pada pasien dengan sakit ringan sekedar tidak enak badan,
trauma hingga kehilangan kesadaran, maupun pada pasien rawat jalan dengan
menggunakan sphygmomanometer dan Pulse Oxymetry Portable dan pada pasien
rawat inap dengan mengunakan monitor ECG dan Pulse Oxymetri Continous.
Pemeriksaan tanda vital perlu dilakukan dan ditulis secara teratur dalam rekam
medis karena dapat memberikan informasi fisiologis dasar penting.
Anamnesis :
1. Keluhan utama
2. Riwayat lain :
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat sosial (pekerjaan, bepergian,
seksual, alkohol, rokok)
3. Pertanyaan sistematik
Diagnosis Banding
C. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum
Usahakan untuk membuat penilaian umum berdasarkan berbagai
observasi saat berinteraksi. Perkuatlah penilaian terhadap pasien dengan detail
yang signifikan. Contoh :
- Sakit akut
- Sakit kronis
- Menurun
- Lemah
- Baik
2. Tingkat Kesadaran
Apakah pasien dalam kondisi terbangun, sadar, serta memberikan respon
terhadap dokter dan orang lain di sekitarnya ?
- Composmentis : keadaan sistem sensorik utuh, ada waktu tidur dan sadar
penuh dan aktivitas yang teratur.
- Somnolens : pasien bisa bangun spontan pada waktunya atau setelah
dirangsang tapi kembali tidur setelah stimulus dihilangkan.
- Stupor : pasien terlihat tertidur tapi bisa dibangunkan dengan rangsang
verbal yang kuat, dapat spontan hanya waktu singkat, sistem sensorik
berkabut, bisa mengikuti beberapa perintah sederhana.
- Semikoma : pasien tidak ada respon dengan rangsangan verbal, dengan
rangsang nyeri masih terdapat gerakan, reflek-reflek kornea, pupil masih
baik serta nafas masih adekuat.
- Koma : gerakan spontan negatif, reflek-reflek negatif, fungsi nafas terganggu
atau negatif.
Tabel 2. Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT), status gizi, dan kelompok
etnis
IMT NON- IMT ASIA
ASIA
Malnutrisi Berat <16 <16
Kurang Gizi <18,5 <18,5
Normal 18,5-24,0 18,5-22,9
Gizi Lebih 25-29,9 23-24,9
Obesitas 30-39,9 25-29,9
Obesitas Morbid >40 >30
7. Warna kulit
Warna kulit wajah tergantung pada oksihemoglobin, penurunan
hemoglobin, melanin, dan karoten. Warna kulit yang tidak biasa, misalnya
kuning kecoklatan merupakan petunjuk penyakit ginjal kronik. Warna kebiruan
disebabkan hemoglobin abnormal, misalnya sulfhemoglobin atau
methemoglobin atau oleh obat-obatan, seperti dapson. Beberapa metabolit obat
dapat menyebabkan warna kulit yang abnormal secara mencolok, terutama pada
daerah yang terpapar cahaya, misalnya : mepacrine (kuning), amiodaron (biru
keabuan), dan fenotiazine (kelabu).
Vitiligo
Merupakan kelainan kronik yang menyebabkan depigmentasi bilateral
simetris, paling sering terjadi pada daerah wajah, leher, dan sisi ekstensor
ekstremitas, menyebabkan bercak-bercak pucat tidak teratur pada kulit.
Kelainan ini disebabkan oleh penyakit autoimun, seperti diabetes melitus,
kelainan tiroid dan adrenal, serta anemia pernisiosa.
Gambar 6 . Vitiligo
Albinisme
Pasien dengan kelainan bawaan ini hanya sedikit atau tanpa pigmen
melanin di kulit dan rambut. Beberapa orang memiliki mata kemerahan, namun
sebagian besar memiliki mata warna biru.
Karoten
Hiperkarotenemia terjadi pada orang dengan konsumsi
berlebihan wortel dan tomat mentah dan pada hipotiroidisme. Pewarnaan
kuning pada telapak tangan dan kaki, namun tidak pada sklera. Hal inilah yang
membedakan dengan ikterus.
Gambar 7 . Hiperkarotenemia
Bilirubin
Ikterus terdeteksi bila kadar serum bilirubin meningkat dan ditandai
dengan pewarnaan kuning pada sklera, dan membran mukosa. Pada ikterus
yang berkepanjangan akan tampak warna kehijauan pada kulit dan sklera akibat
terbentuknya biliverdin.
Besi
Hemokromatosis meningkatkan pigmentasi kulit akibat deposisi besi
dan peningkatan produksi melanin. Deposisi besi pada pankreas akan
mengakibatkan diabetes melitus dan kombinasinya dengan pigmentasi kulit
disebut sebagai “bronzed diabetes”.
A. Hemiparesis spastik
Satu tangan tidak dapat digerakkan
dan tergantung pada sisi tubuh dengan
kedudukan fleksi pada siku, tangan
dan jari-jari. Terdapat ekstensi
tungkai bawah dengan fleksi plantar
pada kaki. Saat berjalan, kaki diseret,
ibu jari akan bergesekan dalam
gerakan memutar (sirkumduksi).
Kelainan ini disebabkan oleh lesi
upper motor neuron (syaraf motorik
atas), stroke
1. Tangan
Temuan Abnormal
a. Deformitas
Deformitas dapat menjadi sarana diagnostik, misalnya tangan dan
lengan yang fleksi pada hemiplegia atau kelumpuhan saraf radialis, dan
deviasi ulnar pada sendi metakarpophalangeal pada artritis rematoid jangka
panjang. Kontraktur Dupuytren merupakan penebalan fasia palmar yang
menyebabkan deformitas fleksi yang menetap dan biasanya mengenai jari
manis dan jari kelingking. Araknodaktili (jari yang panjang dan kurus)
merupakan gambaran khas dari sindroma Marfan.
b. Warna
Carilah tanda-tanda sianosis pada kuku dan pewarnaan/noda tembakau
pada jari-jari. Periksalah lipatan jari untuk mencari adanya pigmentasi
meskipun hal itu merupakan hal yang normal pada banyak ras selain Eropa.
c. Temperatur
Pada penyakit paru yang kronik, tangan bisa tampak sianosis akibat
menurunnya saturasi oksigen arterial, namun hangat akibat vasodilatasi dari
peningkatan karbondioksida arterial. Pada gagal jantung, tangan teraba
dingin dan terjadi sianosis akibat vasokonstriksi sebagai respon terhadap
curah jantung yang rendah.
d. Kulit
Bagian dorsal tangan yang halus dan tidak berambut pada anak dan
dewasa hipogonadisme. Pekerja manual biasanya terdapat kalus pada tangan
akibat tekanan pada lokasi yang terkena. Carilah tanda tusukan jarum yang
merupakan tanda dari orang yang menggunakan obat intravena. Carilah luka
linear dan multiple yang merupakan tanda upaya mencederai diri sendiri.
e. Jari tabuh
Jari tabuh terjadi akibat pembengkakan jaringan lunak pada falang
terminal yang tidak menimbulkan rasa nyeri. Pembengkakan tersebut
mengakibatkan kecembungan kuku. Hal ini disebabkan karena faktor
pertumbuhan dari megakariosit dan trombosit tersumbat pada kapiler kuku
yang selanjutnya merangsang jaringan ikat vaskuler.
Gambar 17 . Pemeriksaan jari tabuh. (A) pemeriksaan fluktuasi dasar kuku. (B)
sudut lipatan kuku. (C) Schamroth’s window sign
2. Lidah
Urutan pemeriksaan lidah :
a. Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya
b. Perhatikan ukuran, bentuk, gerakan, warna dan permukaannya.
(A) Lidah yang (B) lidah yang halus dan (C) Leukoplakia
besar berwarna merah dengan
(makroglosia) pada stomatitis angular akibat
akromegali anemia defisiensi zat besi
Gambar 18 . Lidah sebagai alat bantu diagnostik
5. Status hidrasi
Pada orang dewasa, 60-65% massa tubuh adalah air. Seorang laki-laki
dengan berat badan 70 kg mengandung 42 liter air, dengan 2/3 bagian berada
134 | P r o g r a m Studi Pendidikan D okter
di intraselular, 12 % berupa cairan interstisial dan sisanya berupa plasma darah
yang bersirkulasi.
Wanita memiliki persentase total jumlah cairan tubuh yang lebih kecil
dibandingkan dengan pria, walaupun mereka juga memiliki siklus fluktuasi
dalam hal berat badan akibat retensi cairan perimenstruasi.
Dehidrasi
Menilai status hidrasi pada pasien dengan muntah-muntah, diare, luka
bakar harus dilakukan. Takikardia merupakan gambaran yang sering dijumpai.
Hilangnya turgor kulit yang terjadi pada dehidrasi berat namun orang dewasa
dapat kehilangan 4-6 liter sebelum kulit menjadi kering dan longgar. Tekanan
darah rendah dan mungkin akan terjadi hipertensi postural.
Edema
Edema merupakan pembengkakan jaringan akibat peningkatan cairan
interstisiel. Edema dapat bersifat umum, lokal, maupun postural. Tanda utama
edema subkutan adalah pitting (cekungan) pada jaringan superfisial.
Edema Umum
Terdapat 2 penyebab utama edema umum :
- Kelebihan cairan
Kelebihan cairan dapat disebabkan oleh gagal jantung atau penyakit ginjal.
- Hipoproteinemia
Terutama hipoalbuminemia, akan menurunkan tekanan onkotik dan
menyebabkan perpindahan cairan ke ruang interstisial sehingga
menyebabkan edema.
Edema lokal
Hal ini dapat disebabkan kelainan vena, limfatik, inflamasi , maupun
alergi.
Edema Postural
Hal ini disebabkan kegagalan gerakan otot dan sering dijumpai pada
tungkai bawah pasien yang inaktif.
Kecepatan Nadi
Kecepatan nadi harus dinyatakan dengan “denyut permenit”. Kecepatan <
60 dpm disebut “brakikardia” sedangkan “takikardia” adalah kecepatan nadi
>100 dpm. Kecepatan nadi orang dewasa sehat adalah antara 60-100 dpm.
Metode paling akurat adalah dengan menghitung denyut selama satu
menit penuh. Saat praktek, dokter menghitung sebagian dari waktu ini serta
menghitung kecepatan dengan perkalian. Umumnya dengan menghitung
selama 15 detik serta mengalikan hasilnya dengan angka 4.
Irama
- Reguler : kecepatan denyut nadi dapat menurun dengan inspirasi serta
meningkat dengan ekspirasi dalam keadaan normal.
- Ireguler secara ireguler : merupakan pola denyut nadi yang sama sekali
acak serta sinonim dengan fibrilasi atrium yang mana atrium berdenyut serta
138 | P r o g r a m Studi Pendidikan D okter
berkontraksi secara tidak teratur dan mengirimkan sinyal ke ventrikel dengan
interval yang acak.
- Ireguler yang reguler : pola denyut nonreguler yang terjadi secara reguler.
Misal : pulsus bigeminus akan menimbulkan denyut ektopik reguler yang
menyebabkan jeda singkat serta jeda lama di antara denyut secara bergantian.
Pada fenomena “Wenckebach”, akan terdapat meningkatnya waktu antara
masing-masing denyut sampai satu denyut hilang serta kemudian siklus
kembali berulang.
- Reguler dengan ektopik : suatu keadaan denyut nadi yang sukar dirasakan
serta dipastikan tanpa EKG. Kecepatan jantung reguler yang “normal”
mungkin secara intermitten diselingi oleh suatu denyut yang di luar irama,
menimbulkan denyut terasa hampir seperti “ireguler secara ireguler”.
2. Pemeriksaan Nafas
Otot pernafasan utama adalah diafagma dan muskulus interkostalis.
Pemeriksaan nafas dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan sistem
pernafasan dalam mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida yang
penting dalam mempertahankan kehidupan sehingga merupakan salah satu
tanda vital. Selama inspirasi diafragma berkontraksi dan bergerak ke bawah
menciptakan peningkatan tekanan intratoraks sehingga udara dapat mengalir ke
paru-paru. Musculus intercostalis eksternal meningkatkan diameter rongga
dada selama inspirasi dan muskulus interkostalis interna menurunkan diameter
lateral selama ekspirasi dan udara keluar dari paru-paru (Talley and O'Connor,
2009).
Pengendalian sistem pernafasan terdapat di pusat pernafasan batang otak
yang stimulasi kecepatan dan dalamnya pernafasan dapat dipengaruhi oleh
faktor lokal yaitu keadaan batang otak dan sistemik yaitu kadar karbondioksida
darah. Peningkatan kecepatan nafas dapat menjadi tanda kegagalan fungsi
pernafasan (Talley and O'Connor, 2009). Berikut ini adalah pola pernafasan
normal dan abnormal (Gambar 3)
3. Pemeriksaan Suhu
Suhu tubuh di regulasi oleh hipotalamus. Ketika tubuh diinvasi oleh
mikroorganisme, pirogen endogen beredar dalam sirkulasi menuju
hipotalamus. Respon demam atau pireksia dicetuskan oleh produksi dan
sekresi prostaglandin. Tubuh mulai menghasilkan panas melalui menggigil,
menurunkan hilangnya panas melalui vasokonstriksi pembuluh darah kulit.
Ketika prostaglandin berkurang maka muncul proses pendinginan tubuh,
menyesuaikan dengan set poin di hipotalamus yang menimbulkan respon
hilangnya panas tubuh melalui evaporasi kulit (Talley and O'Connor, 2009).
Suhu oral normal biasanya dianggap pada 37oC, sementara suhu rectum
0,5 C lebih tinggi dan suhu ketiak 0,5oC lebih rendah. Terdapat juga variasi
o
diurnal suhu tubuh, dengan suhu puncak terjadi antara jam 6-10 sore, terendah
pada jam 2-4 pagi.
2. Termometer digital
Jenis termometer ini merupakan jenis yang paling sering digunakan, karena
lebih praktis. Prinsip pengukuran suhu yang dilakukan adalah deteksi panas
dengan sensor elektrik. Termometer ini boleh digunakan pada mulut, anus
atau ketiak.
3. Termometer infrared
Termometer yang sudah memanfaatkan infrared untuk mendeteksi
panas.Terdapat beberapa variasi termometer yang menggunakan teknologi
infrared. Antara lain:
a. Termometer tympanic
Termometer tympanic menggunakan sinar infrared untuk mengukur suhu
di dinding gendang telinga (membran timpani). American Association of
Pediatric tidak menganjurkan penggunaannya pada bayi kurang dari 3
bulan, karena lubang telinga masih sangat kecil. Penggunaannya sangat
praktis dan memudahkan pengukuran pada bayi dan anak.
b. Tensimeter aneroid
Tensimeter ini lebih aman sebab tidak lagi memakai air raksa tetapi memakai
putaran berangka sebagai penggantinya. Sama dengan tensimeter air
raksa, tensimeter aneroid masih perlu memakai stetoskop.
2. Pemeriksaan Nafas
Persiapan pemeriksaan :
a. Pasien dalam keadaan tenang, posisi tidur.
b. Dokter meminta ijin kepada pasien untuk membuka baju bagian atas.
3. Pemeriksaan Suhu
Pengukuran suhu oral biasanya lebih gampang serta hasilnya lebih tepat, namun
termometer air raksa dengan kaca tidak selayaknya digunakan untuk
pengukuran suhu oral, yaitu pada penderita yang tidak sadar, gelisah atau tidak
kooperatif, tidak bisa menutup mulutnya atau pada bayi serta orang tua.
Rata-rata suhu normal dengan pengukuran oral adalah 37oC. Suhu rektal
lebih tinggi dibandingkan suhu oral ± 0,4 - 0,5 oC. Suhu aksila lebih rendah
dari suhu oral sekitar 0,5 oC - 1 oC.
b. Auskultatoir
- Pastikan membran stetoskop terdengar suara saat diketuk dengan jari.
155 | P r o g r a m Studi Pendidikan D okter
- Letakkan membran stetoskop pada fossa cubiti tepat di atas arteri
brachialis.
- Naikkan tekanan dalam manset dengan memompa bulb sampai tekanan
sistolik palpatoir ditambah 30 mmHg.
- Turunkan tekanan perlahan, ± 2-3 mmHg/detik.
- Dengarkan memakai stetoskop dan catat dimana bunyi Korotkoff I
terdengar pertama kali. Ini merupakan hasil tekanan darah sistolik.
- Terus turunkan tekanan manset sampai bunyi Korotkoff V (bunyi terakhir
terdengar). Ini merupakan hasil tekanan darah diastolik.
- Untuk validitas pemeriksaan tekanan darah minimal diulang 3 kali.
Hasilnya diambil rata-rata dari hasil pemeriksaan tersebut.
Nama Mahasiswa :
Nama Instruktur :
Tanggal :
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Dokter mempersilahkan pasien untuk duduk
2 Mengucapkan Salam sebelum membuka wawancara
3 Dokter memperkenalkan diri
4 Dokter menanyakan identitas pasien
5 Dokter menanyakan keluhan pasien
6 Menilai keadaan umum pasien
7 Menilai cara berpakaian, kerapian, dan higiene
pasien
8 Menilai ekspresi wajah dan kontak mata
9 Menilai tingkat kesadaran pasien
10 Mengetahui dan menilai tanda distress pasien
11 Dokter menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
serta prosedur yang akan dilakukan dan meminta
persetujuan pasien
12 Melakukan prosedur cuci tangan
13 Membaca Basmalah setiap memulai tindakan/
pemeriksaan
14 Mengukur tinggi badan, berat badan dan memeriksa
postur tubuh pasien
15 Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan
16 Menilai posisi tubuh, cara berjalan dan aktivitas
motorik pasien
17 Memeriksa kelainan warna kulit
18 Menilai bau badan dan bau napas pasien
19 Pemeriksaan Nadi
Dokter meraba a. radialis penderita dengan ujung
jari II, III tangan kanan, sedangkan ibu jari berada
dibagian dorsal tangan, kemudian menghitung
denyut nadi selama 1 menit dan irama kontur,
amplitudo
20 Pemeriksaan Nafas
Dokter meletakkan telapak tangan pada dinding dada
atau abdomen penderita dan menghitung pergerakan
(naik-turun) dinding dada atau abdomen selama 1
menit
21 Pemeriksaan Suhu
158 | P r o g r a m Studi Pendidikan D okter
Dokter mempersilahkan pasien berbaring atau duduk
(jika pasien berbaring, pemeriksa berada di sisi
kanan pasien)
22 Jika menggunakan termometer air raksa :
Dokter memeriksa permukaan air raksa apakah sudah
turun turun sampai dibawah 35ºC (jika belum turun,
termometer dikibaskansebelum digunakan)
Jika menggunaan termometer digital :
Dokter memeriksa apakah termometer digital sudah
aktif, jika belum aktif dokter menekan tombol on
pada termometer
23 Dokter meletakkan termometer di dalam aksila
selama 3-5 menit
24 Dokter mengambil termometer dari aksila pasien
dan membaca angka yang ditunjukkan oleh tinggi
permukaan air raksa atau angka pada termometer
digital
25 Pemeriksaan tekanan darah (dapat dipilih
metode palpasi atau auskultasi)
Menyiapkan pasien dalam posisi duduk atau tidur
telentang, dokter berada di samping kanan pasien.
26 Bebaskan daerah lengan atas dari pakaian yang
menutupi
27 Memasang manset tensimeter pada lengan atas
pasien, kira-kira 2,5 – 5 cm di atas siku, dan
merapatkan skrup penutup jalan udara pada ujung
pompa tensimeter
28 Memasang membran stetoskop pada fossa cubiti
diatas permukaan arteri brachialis dan memompa
tensimeter sampai bunyi denyut nadi tidak terdengar
melalui stetoskop
Jika menggunakan denyut palpatoir maka jari I dan II
dokter meraba permukaan arteri brachialis dan
memompa tensimeter sampai denyut palpatoir tidak
teraba
29 Menaikkan tekanan tensimeter 30 mmHg di atas
angka tensimeter saat denyut arteri brachialis atau
palpatoir hilang, kemudian membuka skrup di ujung
pompa tensimeter perlahan-lahan sambil
mendengarkan/meraba nadi arteri brachalis kembali
berdenyut (denyutan pertama yang terdengar/teraba
ditetapkan sebagai nilai sistolik dan denyutan
terakhir yang terdengar ditetapkan sebagai nilai
diastolik)
30 Mengosongkan udara pada manset sampai tekanan 0
dan melepas manset dari lengan pasien
159 | P r o g r a m Studi Pendidikan D okter
31 Pemeriksaan Rumple Leed
Pasang manset melingkari lengan
32 Pompa tensimeter untuk mendapatkan tekanan
sistolik dan diastolik pasien
33 Tahan tekanan manset pada pertengahan antara nilai
tekanan sistolik dan diastolik (dengan membuka skrup
di ujung pompa tensimeter perlahan-lahan sampai
tensimeter menunjukkan angka yang di inginkan, lalu
menutup/merapatkan kembali krup sehingga udara
tidak ada yang keluar), selama 5 menit (bila sebelum
5 menit telah terlihat adanya bintik-bintik merah > 10
buah, pembendungan dapat dihentikan)
Selama waktu 5 menit tersebut pemeriksa harus
dengan teliti dan cermat mempertahankan nilai
tekanan yang sudah ditentukan.
34 Setelah 5 menit, kempiskan manset dan lepaskan
35 Ukur seluas 1 inch persegi (2,54 X 2,54 cm) pada kulit
daerah fossa cubiti dan periksa adanya petekia.
36 Melakukan prosedur cuci tangan
37 Mencatat semua hasil pemeriksaan yang ditemukan
38 Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien atau
keluarganya
(................................................)
Nama Mahasiswa :
Nama Instruktur :
Tanggal :
I. Daftar Pustaka
1. Burns, EA., Korn, K., Whyte, J., 2011. Oxford American Handbook of
Clinical Examination and Practical Skills. Oxford University Press
2. Douglas, G., Nicol, F., Robertson, C. 2013. Macleod’s Clinical Examination.
Thirteenth edition. Elsevier. Churchill Livingstone
3. Seidel, H. M. 2011. Mosby's Guide to Physical Examination, St. Louis.
Mosby/Elsevier
4. Bickley, L. S., Szilagyi, P. G. & Bates, B. 2007. Bates' Guide to Physical
Examination and History Taking, Philadelphia, Lippincott Williams &
Wilkins.
5. Ball, J., Dains, J. E., Flynn, J. A., Solomon, B. S. & Stewart, R. W. 2015.
Seidel's Guide to Physical Examination (Eighth Edition) [Online]. Available:
https://www.clinicalkey.com/dura/browse/bookChapter/3-s2.0-
C20120012203
6. Bell, K,. Twiggs, J,. Olin, B., 2015. Hypertension: The Silent Killer:
Updated JNC-8 Guideline Recommendations. www.aparx.org
7. Hall, J. E. & Guyton, A. C. 2011. Guyton and Hall Textbook of Medical
Physiology [Online]. Philadelphia, PA: Saunders Elsevier. Available:
http://www.clinicalkey.com/dura/browse/bookChapter/3-s2.0-
C20090602506
8. Seidel, H. M. 2011. Mosby's Guide to Physical Examination, St. Louis, Mo.,
Mosby/Elsevier
9. Talley, N. J. & O'Connor, S. 2009. Clinical Examination : A Systematic
Guide to Physical Diagnosis, Chatswood, N.S.W., Elsevier Australia