Anda di halaman 1dari 16

MANFAAT ACTIVE CYCLE 0F BREATHING TECHNIQUE (ACBT)

BAGI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

NASKAH PUBLIKASI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN AKHIR DALAM
MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI

Disusun Oleh :

RIRIT IKA LESTARI


NIM J120131022

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
ABSTRAK

PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI, Juni 2015

Ririt Ika Lestari, AMF/J 120131 022

“MANFAAT ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE


(ACBT) BAGI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF
KRONIK (PPOK)”

V BAB, 31 Halaman, 3 Gambar, 5 Tabel

(Dibimbing oleh: Isnaini Herawati, S.Fis.,M.Sc dan Dwi Rosella


Komala Sari, S.Fis.,M.Phys.,Dipl.CIDESCO)

Latar Belakang: Perkembangan ilmu dan teknologi mempunyai dampak


berupa peningkatan jumlah polutan sehingga meningkatkan populasi
penderita penyakit saluran napas antaranya adalah Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
menurut Global Initiative For Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD,
2014) adalah penyakit kronik yang ditandai hambatan aliran udara yang
tidak sepenuhnya reversibel. Active Cycle of Breathing Technique (ACBT)
merupakan salah satu teknik chest fisioterapi yang terdiri dari 3 subteknik
yaitu Breathing Control (BC), Thoracic Expansion Exercise (TEE) dan
Forced Expiration Technique (FET) atau huffing berfungsi untuk
membersihkan saluran napas akibat akumulasi mukosa karena proses
patologi PPOK sehingga saluran napas akan bersih dan penderita dapat
bernapas lebih nyaman. Data RS Paru dr Ario Wirawan Salatiga tahun
2013 menunjukkan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) menempati
urutan pertama kunjungan rawat jalan dan rawat inap.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat
Active Cycle of BreathingTechnique (ACBT) untuk pembersihan jalan
napas bagi penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode time series
dengan rancangan one-group-pre test-post test design. Pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah populasi 78
orang dan sampel yang memenuhi kriteria inklusi 28 orang 11 perempuan
dan 17 laki-laki. Rata-rata usia 60,8 tahun.Aplikasi chest fisioterapi
menggunakan Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) dilakukan 1

1
kali sehari dalam 3 hari terapi. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan
yaitu tanggal 18 Nopember 2014 sampai dengan tanggal 16 Januari 2015.
Pengukuran volume sputum yang dapat dikeluarkan menggunakan gelas
ukur milimeter. Uji data menggunakan Wilcoxon test.
Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh hasil
pengukuran volume sputum yang dapat dikeluarkan p=0,00 dimana p <
0,05 yang bermakna Ha diterima yaitu bahwa metode Active Cycle of
Breathing Technique (ACBT) bermanfaat untuk membantu mengeluarkan
sputum bagi Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Kesimpulan: Penatalaksanaan chest fisioterapi metode Active Cycle of
Breathing Technique (ACBT) memberikan manfaat membersihkan saluran
napas bagi penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Di
samping itu didapatkan hasil lain berupa derajad sesak napas menurun dan
mobilisasi sangkar torak meningkat.
Kata Kunci: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Active Cycle of
BreathingTehcnique (ACBT), pembersihan jalan napas, volume sputum.

2
ABSTRACK

GRADUATES STUDIES PROGRAM OF PHYSIOTHERAPY

FACULTY OF HEALTH

MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA

THESIS, June 2015

Ririt Ika Lestari, AMF/J 120 131 022

“THE EFFECT ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE (ACBT)


FOR PATIENT WITH CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY
DISEASE (COPD)”

V BAB, 31 Pages, 3 Pictures, 5 Tables

(Supervised by Isnaini Herawati, S.Fis.,M.Sc and Dwi Rosella Komalasari,


S.Fis.,M.Phys, Dipl.CIDESCO)

Background: The science and technology allway develop, that have and make
side impaction. One of them as the amount of pollutant that can make disease of
pulmonary infection Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD) according to Global Initiative Chronic
Obstructive Lung Disease (GINA, 2014) is a chronic disease that characterized
by airflow resistance is not fully reversible. The ACBT is one of chest
physiotherapy as the non farmacological therapy make mucociliary clearance as
that result of pathological COPD. The ACBT have 3 subtechnique as the
breathing control (BC), thoracic expansion exercise (TEE) and forced expiratory
technique (FET). So can be used to help breath easily and cut the others physical
problem of COPD. At the Ario Wirawan Pulmonary Hospital Salatiga population
of COPD patient at 2013 as the first case.
Objective: This study aimed to know The Active Cycle of Breathing Technique
can make mucociliary clearance in patient with Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD).
Methods: This study was time series, research design with pre test post test one
group design. Technique of sampling is purposive sampling. Number of
population 78 respondens and get sample 28 respondens with COPD in Ario
Wirawan Pulmonary Hospital Salatiga. Number of men was 17 patients and
women 11 patients, that’s range of age 60,8 years old. All of 28 respodens given
modality chest physiotherapy as the ACBT was done 1x in 3 days. So volume of
sputum can measured with milimeters glass, pre and post do the ACBT. Statistic
test by the Wilcoxon Signed Ranks Test. The research start at Nopember, 18,
2014 until January, 16, 2015 (two months).

3
Results: Based on statistical tested of Wilcoxon Signed Ranks Test get
significancy result 0.000 where p < 0.05, that patient can out sputum clearly and
until cut the others problematic. It’s mean Ha is accepted. The ACBT can make
mucociliary clearance in patient with COPD.
Conclusions: There is a significant the ACBT can make mucociliary clearance in
patient with COPD. Beside this, I get another result as the Borg Scale can down
and expansion of thoracic was added.
Keywords: COPD, The ACBT, mucociliary clearance, volume of sputum

4
PENDAHULUAN

Era globalisasi menuntut perkembangan dan pertumbuhan sains dan

teknologi yang semakin maju dengan dampak samping adalah peningkatan

jumlah polusi baik polusi air, udara dan bahkan tanah sekalipun. Ini juga

berpengaruh terhadap pola hidup manusia modern. Salah satu efek samping

dari perubahan itu adalah meningkatnya jumlah penderita infeksi saluran

napas, kerusakan organ pernapasan akibat zat polutan dan efek

berkembangnya gaya hidup yang justru kurang sehat. Sekumpulan penyakit

pernapasan yang ada sekarang tidak hanya menyerang kaum usia lanjut.

Misalnya sindroma penyakit paru obstruktif kronik. Dari survey pendahuluan

yang peneliti lakukan di RS Paru dr Ario Wirawan Salatiga didapatkan hasil

bahwa Penyakit Paru Obstruktif Kronik menduduki peringkat pertama rawat

jalan dan rawat inap pada tahun 2013 (Data Statistik RSPAW, 2013).

Meskipun telah diberikan penatalaksanaan terapi medik prosentase

kekambuhan masih ada karena sebagian besar penderita akan berobat setelah

merasakan sakit yang parah salah satu keluhan yang sering dialami oleh

penderita adalah kesulitan mengeluarkan dahak atau riak atau sputum. Terapi

medik yang diberikan adalah medika mentosa dalam bentuk nebulizer.

Fisioterapi sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan non

farmakologi dapat membantu penderita penyakit paru obstruktif kronik untuk

memulihkan fisiknya dan memperbaiki pola napasnya sehingga dapat

memutus mata rantai keluhan yang saling menjadi sebab dan akibat. Salah

satu metode chest fisioterapi yang dapat diaplikasikan adalah Active Cycle of

5
Breathing Technique (ACBT) yang mempunyai tujuan utama membersihkan

jalan napas dari sputum (NHS, 2009).

Sputum merupakan produk dari infeksi atau proses patologi penyakit

tersebut yang harus dikeluarkan dari jalan napas agar diperoleh hasil

pengurangan sesak napas, pengurangan batuk dan perbaikan pola napas

(NHS, 2009). Metode ini terdiri tiga subteknik yang dapat diterapkan secara

bersama-sama maupun satu persatu, yaitu breathing control (BC), thoracic

expansion exercise (TEE) dan forced expiration technique (FET).

Melihat latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian

aplikasi Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) untuk pembersihan

jalan napas bagi penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat manfaat Active Cycle of

Breathing Technique (ACBT) bagi penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik

(PPOK) terhadap permasalahan kesulitan mengeluarkan sputum.

METODE

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga

pada bulan Nopember 2014 sampai dengan bulan Januari 2015, selama dua

bulan terhadap 28 responden dengan diagnosa medis penderita Penyakit Paru

Obstruktif Kronik (PPOK) sesuai dengan kriteria penelitian. Jenis penelitian

yang penulis gunakan adalah dengan metode time series, rancangan penelitian

6
one grup pre test-post test design. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

data primer dengan melakukan pengukuran sputum sebelum dan sesudah

menerapkan metode chest fisioterapi Active Cycle of Breathing Technique

(ACBT). Dengan prosedur sesuai NHS tahun 2009 responden diberikan

penjelasan dan edukasi penatalaksanaan chest fisioterapi dengan metode

ACBT. Hasil pengukuran volume sputum yang dapat dikeluarkan sebelum

dan sesudah intervensi dicatat sebagai data yang akan diuji dengan uji statistik

menggunakan Wilcoxon test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


No Usia Jumlah Prosentase
1 42 – 46 tahun 4 orang 14,3%
2 47 – 51 tahun 2 orang 7,1%
3 52 – 56 tahun 2 orang 7,1%
4 57 – 61 tahun 2 orang 7,1%
5 62 – 66 tahun 8 orang 28,6%
6 67 – 74 tahun 10orang 35,8%
Jumlah 28orang 100%
Sumber: Hasil Olah Data 2015

Berdasarkan karakteristik responden mayoritas penderita PPOK

adalah usia 67 – 74 tahun dengan penghitungan statistik diperoleh

mean usia 60,8 tahun. Ini signifikan dengan penelitian yang dilakukan

pada tahun 2003 yang mendeskripsikan angka penderita laki-laki usia

di atas 64 tahun adalah 34,5% (Susenas, 2003).

7
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasar jenis kelamin


No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Perempuan 11 orang 39%
2 Laki-laki 17 orang 61%
Sumber: Hasil Olah Data 2015

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden mayoritas

penderita adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu 61%. Hal ini

signifikan dengan data statistik bahwa prevalensi penderita laki-laki

sejumlah 1,6% dan perempuan 0,9% (Susenas, 2003).

3. Karakteristik responden berdasarkan jumlah sputum

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasar volume sputum

No Volume Sputum f Pre Prosentase f Post Prosentase


1 0-3 ml 27 orang 99% 0 orang 0%
2 4-7 ml 1 orang 1% 13 orang 46,4%
3 8-11ml 0 0% 6 orang 21,5%
4 12-15ml 0 0% 5 orang 17,9%
5 16-19ml 0 0% 2 orang 7,1%
6 20-23ml 0 0% 2 orang 7,1%
Jumlah 28 orang 100% 28 orang 100%
Sumber: Hasil Olah Data 2015

Produksi sputum yang berlebihan akibat proses patologi PPOK

dapat terakumulasi di sepanjang jalan napas sehingga akan

menyebabkan keluhan lain seperti sesak napas dan batuk yang tidak

efektif. Masing – masing penderita juga tidak mempunyai

kemampuan yang sama dalam mengeluarkan sputum.

Chest fisioterapi menggunakan Active Cycle of Breathing

Tecchnique (ACBT) bermanfaat untuk membantu mengeluarkan

8
sputum sehingga dapat membersihkan jalan napas. Jumlah sputum

yang dapat dikeluarkan setelah penatalaksanaan Active Cycle

Breathing Tecchnique (ACBT) diukur menggunakan gelas ukur

milimeter dan dihitung mean menggunakan uji Wilcoxon signed rank

test, sebagai berikut:

Tabel 1.1 Mean volume sputum pre dan post ACBT


_____________________________________________________
N Mean Std Min Max
Deviation
_____________________________________________________
Pre 28 1.0000 ml 1.18134 .00 4.30
Post 28 6.5607 ml 3.09053 3.30 14.30
Selisih 5.5607 ml 1.90919 3.30 10.00
_____________________________________________________
Sumber: Olah Data 2015

4. Faktor resiko

Faktor resiko terhadap angka kejadian PPOK adalah perokok di

negara berkembang mencapai angka 95%, faktor polusi 35%, faktor

genetik 1-3% (Purchel et al, 2010).

5. Active Cycle of Breathing Technique (ACBT)

Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) merupakan chest

fisioterapi yang bertujuan pembersihan jalan napas pada penderita

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) (NHS, 2009).

Hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukkan hasil yang

signifikan bahwa chest fisioterapi Active Cycle of Breathing

Technique (ACBT) bermanfaat untuk membantu mengeluarkan

9
sputum sehingga jalan napas menjadi bersih. Hasil olah data sebagai

berikut:

Tabel 1.2 Analisis statistik Wilcoxon test


Manfaat ACBT bagi Penderita PPOK
Post – Pre
Z -4.626
Asymp. Sgn. (2-tailed) .000

Sumber: Hasil Olah Data (2015)

Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) setelah

diberikan penatalaksanaan chest fisioterapi berupa teknik Active

Cycle of Breathing Technique (ACBT) dapat lebih mudah

mengeluarkan sputum dengan pembuktian rata-rata selisih jumlah

sputum 5.5607 ml (tabel 4.3). Setelah data diolah dengan analisis

data Wilcoxon signed range test diperoleh p<0.00, dimana p<0.05

yang mengandug arti Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga diambil

kesimpulan ada manfaat teknik Active Cycle of Breathing Technique

(ACBT) untuk membersihkan jalan napas bagi penderita Penyakit Paru

Obstruktif Kronik (PPOK).

Penulis melakukan penatalaksanaan Active Cycle Breathing

Technique (ACBT) bagi penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik

(PPOK) rawat inap rata-rata dalam 3 (tiga) hari penatalaksanaan.

Penatalaksanaan chest fisioterapi Active Cycle of Breathing

Technique (ACBT) dilakukan bagi penderita rawat inap dengan

diagnosa Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dengan standar

10
penatalaksanaan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan NHS

(2009), yang meliputi tiga subteknik sebagaimana telah dibahas dalam

bab terdahulu.

Breathing exercise akan meningkatkan kapasitas inspirasi dan

merangsang kerja otot-otot pernapasan. Latihan huffing

meningkatkan tidal volume dan membuka sistem colateral saluran

napas sehingga sputum mudah dikeluarkan. Breathing Control (BC)

bertujuan mendidik kembali pola pernapasan tenang dan ritmis

sehingga penderita dapat menghemat energi untuk bernapas serta

penderita akan terbiasa melakukan pernapasan yang teratur ketika

serangan sesak napas. Sedangkan perpaduan dari kedua subteknik

dapat dilakukan bersama – sama dengan latihan mobilisasi sangkar

torakal atau Thoracic Expansion Exercise (TEE), yang bertujuan

meningkatkan mobilisasi sangkar torakal dan memperbaiki postural.

Hasil dari penatalaksanaan chest fisioterapi Active Cycle of

Breathing Technique (ACBT) juga diperoleh informasi dari penderita

bahwa selain lebih mudah mengeluarkan sputum, sesak napas

menurun dan mobilisasi sangkar torak lebih baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada manfaat Active Cycle

of Breathing Technique (ACBT) bagi penderita Penyakit Paru

Obstruktif Kronik (PPOK) terhadap masalah kesulitan untuk

11
mengeluarkan sputum. Di samping itu diperoleh manfaat lain yaitu

derajad sesak napas menurun, diperoleh kontrol pernapasan yang lebih

baik dan manajemen sesak napas serta mobilisasi sangkar torak yang

lebih baik pula.

Saran dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil

penelitian yang lebih baik terhadap permasalahan kesulitan

mengeluarkan sputum pada penderita PPOK perlu dilakukan

penelitian lebih baik lagi yaitu dengan pemberian kelompok kontrol

dan jumlah responden yang lebih banyak agar sebaran perlakuan dan

normalitas data dapat diperoleh, variabel penelitian yang lebih banyak

antara lain pengukuran derajad sesak napas dan mobilisasi sangkar

torak, serta waktu penelitian yang lebih lama dan penatalaksanaan

dosis ACBT yang lebih baik lagi sesuai standar prosedur yang telah

ditetapkan NHS. Kerjasama dengan tim medis yang lain dan keluarga

penderita lebih didisiplinkan lagi serta monitor pengukuran volume

sputum lebih tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin A, Yunus F, Wiyono HW, Ratnawati, A.2009. Manfaat


Rehabilitasi Paru dalam Meningkatkan atau Mempertahankan
Kapasitas Fungsional dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik di RSUP Persahabatan. Jakarta: Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI – SMF – Paru, RS
Persahabatan.

Alsagaff H dan Mukty AH (Ed). 2008. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.


Cetakan kelima. Surabaya: Airlangga University Press.

12
Belfer, Mark & Reardon, Z. Improving Exercises Tolerance and Quality
of Life In Patients With COPD. JAOA, 2009

Fregonezi, F. 2004. Pursed Lips Breathing. Arch Bronchopneumology.


Hospital de la Santa, Spain.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2014.


Global Strategy for The Diagnosis, Management, And Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease. MCR VISION, Inc.

Gosselink, R. Controlled Breathing an Dyspnoea in patient with COPD.


2003. Jurnal of Rehabilitation Research and Development pages 25-
34.

Gosselink, R. Physiotherapy for adult patient with critical illness. Jurnal


of European Respiratory Society. Springer-Verlag, 2008.

Ince, D.I., Savci, S., Topeli, A, Arikan, H, 2004. ACBT in non-invasive


ventilation for acute hypercapnic respiratory failure. Australian
Journal PT. 204 Vol. 5 pages 67-73.

Lewis, L.K., Williams, M.T., Olds, T.S. The ACBT :A systematic review &
meta-analysis. Elsevier. Respiratory Journal, 2012 pages 155-172.

Maggie Mcllwaine, 2006. Physiotherapy and airway clearance techniques


and devices. Elsevier pages 5020-5022

Marciniuk, et al. Optimizing pulmonary rehabilitation in COPD—


practical issues: A Canadian Thoracic Society Clinical Practice
Guideline. 2010

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Pedoman Pengendalian


Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Jakarta: DEPKES RI.

Oemiyati, R. 2013.Kajian Epidemiologis PPOK. Jakarta: KEMENKES RI

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). PPOK. Pedoman Praktis


Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Revisi 2011.

Price, A and Wilson, L, 2006. Gangguan Sistem Pernapasan. EGC Jakarta

Pryor, A.J and Webber, A.B, 1999. Physical Therapy forRespiratory and
Cardiac Problems; Churchill Livingstone. London pages 140-155.

13
Purschel, K., thompson, B. 2008. Effectiveness of a brief intervention
based on “5A” model for smoking cessation at the primary care level
in Santiago, Chile. Health Promotion International. Available from
http://heapro.oxfordjournals.org/content/23/3/240/full.pdf+html
[accesed:05/12/14]

Sasaki, M. 2007. The Effect of Expiratory Muscle Training on Patient


with COPD. Article Physical Therapy March 7, 2007, supplement 7
pages 197-203.

Smeltzer S.C., Bare B.G., Hincle J.I., Cheever K.H. 2008. Textbook of
Medical Nursing; brunner and suddart. 7th Ed. Lippincott Williams
and Wilkins, a Wolter Kluwer Bussiness.

Sutan Hasibuan, 2010. Manfaat Program Rehabilitasi Paru Pada Penderita


PPOK Stabil.

Tiep, Petty TL & Burns, M. 2005. Essentials of Pulmonary


Rehabilitation. A pulmonary Education and Research Foundation
publication.

West Suffolk Hospital. Guideline for Practice Active Cycle Breathing


Technique (ACBT). 2012. NHS Trust.

14

Anda mungkin juga menyukai