Anda di halaman 1dari 19

https://deweezz.

com/contoh-laporan-prakerin/

https://www.slideshare.net/Baenudin/contoh-laporan-pkl-smk-16187302

Secara bertahap sejak tahun 2002, Kantor Pelayanan Pajak telah mengalami modernisasi
sistem dan struktur organisasi menjadi instansi yang berorientasi pada fungsi, bukan lagi pada
jenis pajak. Kantor Pelayanan Pajak modern juga merupakan penggabungan dari Kantor
Pelayanan Pajak konvensional dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Pada Tahun
2002 tersebut, dibentuk 2 KPP WP Besar atau LTO (Large Tax Office). KPP ini menangani
300 WP Badan Terbesar di seluruh Indonesia dan hanya mengadministrasikan jenis pajak
PPH dan PPN. Pada tahun 2003 dibentuk 10 KPP Khusus yang meliputi KPP BUMN,
Perusahaan PMA, WP Badan dan Orang Asing, dan Perusahaan Masuk Bursa. Kemudian
pada tahun 2004 dibentuk pula KPP Madya atau MTO (Medium Tax Office). Sedangkan
KPP Modern yang menangani WP terbanyak adalah KPP Pratama atau STO (Small Tax
Office). KPP Pratama baru dibentuk pada tahun 2006 s.d 2008.Perbedaan utama antara KPP
STO dengan KPP LTO Maupun MTO antara lain adalah dengan adanya Seksi Ekstensifikasi
pada KPP STO, sehingga dapat dikatakan pula KPP STO merupakan ujung tombak bagi DJP
untuk menambah rasio perpajakan di Indonesia.

Pembagian Seksi dan Jabatan Fungsional pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah
sebagai berikut :

1. Subbagian Umum
2. Seksi Pelayanan
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
4. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (maksimal 4 Seksi Pengawasan dan Konsultasi)
6. Seksi Penagihan
7. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
8. Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak
9. Kelompok Jabatan Fungsional Penilai
B. Organisasi Kepegawaian

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2007 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Instansi Verifikasi Direktorat Jenderal Pajak, struktur organisasi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama (KPPP) Purwokerto terdiri dari :
1. Subbagian Umum
Kepala Subbagian Umum dibantu oleh :
a. Kepala Urusan Keuangan
b. Kepala Urusan Rumah Tangga
c. Kepala Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian
2. Seksi Teknis, terdiri dari :
a. Seksi Pelayanan
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
d. Seksi Ekstensifikasi
e. Seksi Pemeriksaan
f. Seksi Penagihan
3. Kelompok Jabatan Fungsional
1. Pejabat Fungsional Pemeriksa
2. Pejabat Fungsional Penilai

C. Tata Kerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2007 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Instansi Verifikasi Direktorat Jenderal Pajak, struktur organisasi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama (KPPP) Purwokerto disusun sesuai dengan fungsi yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari:
1. Subbagian Umum
Subbagian Umum merupakan koordinator fungsi pelayanan kesekretariatan terutama
dalam kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.
2. Seksi Teknis, terdiri dari :
a. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas dan tanggung jawab mengkoordinasikan
penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan
berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerja sama perpajakan
sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk mengkoordinasikan pengumpulan atau pencarian data, perekaman data, peminjaman
berkas data, pengadministrasian data masukan dan data keluaran, data ekstentifikasi dan
intensifikasi Wajib Pajak.
c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas dan bertanggungjawab
mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak ( PPh, PPN,
PBB, BPHTB dan Pajak Lainnya ), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan
konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak,
rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi
hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
d. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstentifikasi Perpajakan mempunyai tugas dan tanggung jawab
mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan,
pendataan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak dan kegiatan ekstensifikasi
perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas dan bertanggungjawab dalam pembuatan
daftar nominatif Wajib Pajak yang diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan, melakukan
peminjaman dan pengembalian berkas dan data wajib pajak sesuai dengan daftar nominatif
yang akan diperiksa. Seksi Pemeriksaan juga bertanggungjawab dalam penerbitan surat
perintah pengamatan, pengiriman laporan hasil pelaksanaan pengamatan, penelitian
permohonan kembali kelebihan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang dan
permohonan SPTLB Wajib Pajak Pribadi, pembuatan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak
(SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak dan Surat Pemanggilan Pemeriksaan Pajak
serta menatausahakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Nota Perhitungan (Nothit).
f. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan
proses administrasi dan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang dijadikan dasar
dalam melaksanakan tindakan - tindakan penagihan serta bukti - bukti pelunasan utang pajak
yang timbul dari penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP), penetapan piutang pajak yang
daluwarsa sampai dengan pengusulan penghapusan piutang pajak. Selain itu seksi penagihan
bertanggungjawab melakukan upaya-upaya pencarian utang pajak melalui tindakan
penagihan pasif melalui penerbitan Surat Teguran maupun tindakan aktif melalui penerbitan
Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan maupun melakukan pelelangan harta sitaan
yang bekerja sama dengan Kantor Lelang Negara.
3. Kelompok Jabatan Fungsional
a. Pejabat Fungsional Pemeriksa
Pejabat Fungsional Pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Seksi
Pemeriksaan dan bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala Kantor KPP Pratama.
b. Pejabat Fungsional Penilai
Pejabat Fungsional Penilai dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Seksi
Ekstensifikasi dan bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala Kantor KPP Pratama.

Visi dan Misi kpp pratama bekasi selatan


Bahasa Undefined

- VISI -

Menjadi Institusi Penghimpun Penerimaan Negara yang Terbaik demi Menjamin Kedaulatan
dan Kemandirian Negara

- MISI -

Menjamin penyelenggaraan negara yang berdaulat dan mandiri dengan:

1. mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang tinggi dan


penegakan hukum yang adil;
2. pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan kewajiban
perpajakan;
3. aparatur pajak yang berintegritas, kompeten dan profesional; dan
4. kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen kinerja.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktek Keja Industri/Prakerin


Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang bertujuan untuk menyiapkan
siswa-siswa untuk siap kerja. Untuk mewujudkan siswa-siswa yang siap kerja, sekolah tidak
hanya melakukan pembelajaran materi saja, akan tetapi pihak sekolah juga perlu
melaksanakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dengan cara bekerjasama dengan pihak
DU/DI.
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) merupakan wujud dari pelaksanaannya Pendidikan
Sistem Ganda (PSG). Dalam dunia kerja banyak orang-orang yang belum professional dalam
bidangnya masing-masing. Oleh karena itu SMK dengan kegiatan PRAKERIN ini,
mengenalkan siswa kepada dunia usaha dan memberikan dasar kepada siswa untuk
mengetahui dunia usaha secara langsung.
Dalam era globalisasi sekarang tidak sedikit orang yang dengan mudah bekerja sesuai
jurusan yang dipilihnya, tetapi SMK dengan jurusan-jurusannya itu dapat menyiapkan siswa
untuk siap kerja, sehingga dapat membantu siswa agar lebih trampil dan mempunyai
wawasan yang luas sebelum bekerja.
Pemilihan tempat Praktek Kerja Industri penyusun memilih di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Purwokerto, karena menurut penyusun instansi tersebut sesuai jurusan akuntansi.
Sehingga penyusun dapat memperoleh wawasan yang lebih banyak tentang jurusan
akuntansi.

B. Tujuan Praktek Keja Industri


Praktek Kerja Industri memiliki tujuan untuk :
1. Mengenalkan siswa pada dunia usaha atau dunia industri.
2. Menjadikan siswa lebih mandiri, kreatif dan produktif sebagai persiapan dalam menghadapi
atau memasuki dunia usaha.
3. Menambah pengalaman dan meluaskan wawasan siswa terhadap jenis-jenis pekerjaan yang
ada pada tempat dimana siswa melaksanakan Praktek Kerja Industri
4. Menumbuhkan dan meningkatkan sikap professional yang diperlukan siswa untuk memasuki
dunia usaha.
C. Waktu dan Tempat Praktek Keja Industri
Waktu pelaksanaan Praktek Keja Industri / Prakerin dilaksanakan selama 3 bulan yang
dimulai pada tanggal 03 Januari 2019 sampai dengan tanggal 5 April 2019.

Tempat yang dipilih untuk pelaksanaan Praktek Kerja Industri yaitu di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bekasi Selatan yang beralamat di Jalan Cut Meutia No. 125, Margahayu,
Bekasi Timur, 17113

Kode kantor: 432

Kanwil:

Kanwil DJP Jawa Barat II


Telepon: 021-88346418, 88346441
Fax: 021-8893550
Homepage; http:\\www.pajak.go.id

D. Manfaat Praktek Kerja Industri

1. Mendapatkan pelajaran secara langsung dibanding di sekolah karena siswa terjun langsung di
dunia usaha dan mempraktikan secara langsung pelajaran yang ada.
2. Menambah pengetahuan siswa yang dapat memberikan ilmu yang baru
3. Membuat siswa dapat bersosialisasi secara langsung dengan lingkungan.
E. Tujuan Penulisan Laporan Praktek Kerja Industri

Setelah peserta selesai melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di


industri/perusahaan/instansi, peserta Prakerin diwajibkan untuk menyusun laporan secara
individual yang berisi tentang kegiatan-kegiatan siswa yang telah dilaksanakan pada instansi
tersebut.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah :

1. Untuk bahan masukkan bagi sekolah dalam pengembangan materi pelajaran. Dengan
demikian diharapkan bahan pelajaran untuk setiap topik atau bahan kajian yang akan
disajikan oleh guru sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan kondisi lapangan kerja/dunia
usaha.
2. Untuk mendidik dan melatih ketrampilan serta tanggung jawab siswa.
3. Sebagai salah satu bukti bahwa siswa tersebut telah melaksanakan Prektek Kerja Industri
pada tempat yang telah dipilihnya.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i


LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH ………………………………….…. iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. iv
MOTTO ………………………………………………………………...…….. vi
DAFTAR ISI …………………………………………….………………...…. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktek Kerja Industri ………………………………. 1
B. Tujuan Praktek Kerja Industri ……………………………………….. 1
C. Waktu dan Tempat Praktek Kerja Industri …………………….…….. 2
D. Manfaat Praktek Kerja Industri ……………………………………… 2
E. Tujuan Penulisan Laporan Praktek Kerja Industri ………………...… 2
BAB II URAIAN UMUM
A. Deskripsi KPP Pratama Bekasi Selatan ..………………………..….... 4
B. Organisasi Kepegawaian ………….…………………………………. 7
C. Tata Kerja …………………………………………………..………... 8
D. Bagan atau Skema Organisasi ……………………………….……...... 11
BAB III URAIAN KHUSUS
A. Ruang Lingkup Kegiatan ………………………………..………… 12
B. Kegiatan Harian …………………………………………………… 15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan …………………….…………………………………. 17
B. Saran ……………………………………………………………… 18

LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Industri selama tiga bulan, maka penyusun dapat
menyimpulkan :
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Selatan merupakan salah satu instansi pemerintah
yang melayani perpajakan untuk daerah Kabupaten Banyumas.
2. Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan jasa daripada kekayaan ke kas Negara
disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang menyebabkan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung untuk memelihara
kesejahteraan umum.
3. Sistem Perpajakan Indonesia adalah dengan cara mendaftarkan diri dengan mempunyai
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai identitas Wajib Pajak yang diberikan
kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan melaporkan pajaknya.
Dalam pembayaran pajak-pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi.
Saran Untuk Perusahaan:

Kedislipinan dan tata tertib mesti lebih ditingkatkan agar kerapihan dan tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Meningkatkan semangat/etos kerja, guna pencampaian kerja lebih efisien.

Melakukan recruitment pegawai untuk mengurangi beban kerja yang tinggi.

Digantikannya Ujian Tengah Semester (UTS) dengan Ulangan Harian, setelah selesainya
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN), karena dengan begitu dapat menambahkan waktu
bagi siswa untuk penyusunan Laporan PRAKERIN, sehingga dapat menghasilkan hasil
yang maksimal.
Ditambahkan waktu belajar praktek sehingga siswa mampu benar-benar menguasai
progam keahlian.
Pihak sekolah terus menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan pihak tempat
PRAKERIN sehingga diharapkan terciptanya kerjasama yang lebih baik
Kedislipinan dan tata tertib mesti lebih ditingkatkan agar kerapihan dan tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Meningkatkan semangat/etos kerja, guna pencampaian kerja lebih efisien.
Melakukan recruitment pegawai untuk mengurangi beban kerja yang tinggi.

Nomor Pokok Wajib Pajak biasa disingkat dengan NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib
pajak (WP) sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak

Fungsi NPWP

1. Sarana dalam administrasi perpajakan.


2. Tanda pengenal diri atau Identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
3. Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan.
4. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan.

Pendaftaran Untuk Mendapatkan NPWP

 Berdasarkan sistem penaksiran sendiri untuk setiap WP wajib mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
(KP4) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak,
untuk diberikan NPWP.
 Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenakan pajak
secara terpisah, karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki
secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.
 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai tempat usaha berbeda
dengan tempat tinggal, selain wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
 Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, bila sampai
dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan
berikutnya.
 Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat mengajukan permohonan
untuk memperoleh NPWP.

Tata cara Pendaftaran NPWP


Untuk mendapatkan NPWP Wajib Pajak (WP) mengisi formulir pendaftaran dan
menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau
Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan
melampirkan:

1. Untuk WP Orang Pribadi Non-Usahawan: Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk
Indonesia atau foto kopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang
berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing.
2. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan :
1. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala
Desa bagi orang asing;
2. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang
berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.
3. Untuk WP Badan :
1. Fotokopi akta pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukkan
dari kantor pusat bagi BUT;
2. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala
Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif;
3. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang minimal
kabupaten

Lurah atau Kepala Desa.

1. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/ Pemotong:


1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bendaharawan;
2. Fotokopi surat penunjukkan sebagai bendaharawan.
2. Untuk Kerja Sama Operasi sebagai wajib pajak Pemotong/pemungut:
1. Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai joint operation;
2. Fotokopi NPWP masing-masing anggota joint operation;
3. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor
ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal
Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus joint
operation.
3. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin
tidak pisah harta harus melampirkan foto kopi surat keterangan terdaftar.
4. Apabila permohonan ditandatangani orang lain harus dilengkapi dengan surat kuasa khusus.

Wajib Pajak Pindah

Dalam hal Wajib Pajak pindah domisili atau pindah tempat kegiatan usaha, Wajib Pajak
melaporkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak lama maupun Kantor Pelayanan Pajak baru
dengan ketentuan:

1. Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan Pindah tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas adalah surat keterangan tempat tinggal baru atau tempat kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang berwenang (Lurah atau Kepala
Desa)
2. Wajib Pajak Orang Pribadi Non Usaha, Surat keterangan tempat tinggal baru dari Lurah atau
Kepala Desa, atau surat keterangan dari pimpinan instansi perusahaannya.
3. Wajib Pajak Badan, Pindah tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha adalah surat
keterangan tempat kedudukan atau tempat kegiatan yang baru dari Lurah atau Kepala Desa.

Penghapusan NPWP dan Persyaratannya

1. WP meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan, disyaratkan adanya fotokopi akta
kematian atau laporan kematian dari instansi yang berwenang;
2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, disyaratkan adanya
surat nikah/akta perkawinan dari catatan sipil;
3. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak. Apabila sudah selesai
dibagi, disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi oleh para
ahli waris;
4. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan adanya akta pembubaran yang
dikukuhkan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang;
5. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai BUT,
disyaratkan adanya permohonan WP yang dilampiri dokumen yang mendukung bahwa BUT
tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai WP;
6. WP Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai WP.

Penerbitan NPWP Secara Jabatan

KPP dapat menerbitkan NPWP secara jabatan, apabila WP tidak mendaftarkan diri untuk
diberikan NPWP. Bila berdasarkan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak ternyata WP
memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP maka terhadap wajib pajak yang bersangkutan
dapat diterbitkan NPWP secara sepihak oleh Direktorat Jenderal Pajak.GHH

Sanksi yang berhubungan dengan NPWP

Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, sehingga dapat merugikan pada
pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda
paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.
A.Berdasarkan PER-31 tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran PPh Pasal 21 Pasal 20;

1)Bagi penerima penghasilan yang PPh pasal 21 yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen)
daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP

2)Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
adalah sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya
dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

3)Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku untuk
pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final 4)Dalam hal pegawai tetap atau penerima
pensiun berkala sebagai penerima penghaslan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif
yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama sebelum
pemotongan PPh Pasal 21 untuk masa pajak Desember, PPh Pasal 21 yang telah dipotong
atas selisih pengenaan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut
diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 terhutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

Penerimaan pajak tahun 2012 adalah 835,25 Triliun, dibandingkan dengan realisasi Tahun
2011 maka realisasi penerimaan perpajakan tahun 2012 naik sebesar 92,53 Trilyun atau
mengalami pertumbuhan sebesar 12, 47 %. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 sebesar 10,87%. Realisasi
penerimaan pajak 2012 per jenis pajak :

 Pajak Penghasilan (PPh) Rp464,66 triliun


 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
Rp336,05 triliun
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Rp28,96 triliun

Rencana penerimaan pajak Tahun 2013 adalah sebesar Rp1.042,32 triliun atau tumbuh
24,79% dibandingkan dengan realisasi penerimaan tahun 2012. Penerimaan tersebut
memberikan kontribusi sebesar 68,14% dari rencana anggaran Pendapatan Negara Tahun
2013 sebesar Rp1.529,67 triliun.

Pendapatan pajak itu belum termasuk pendapatan cukai, bea masuk, dan pendapatan
pungutan ekspor.

 Pajak
 Berdasarkan wujudnya, pajak dibedakan menjadi:

1. Pajak langsung adalah pajak yang dibebankan secara langsung kepada wajib pajak
seperti pajak pendapatan, pajak kekayaan.
2. Pajak tidak langsung adalah pajak/pungutan wajib yang harus dibayarkan sebagai
sumbangan wajib kepada negara yang secara tidak langsung dikenakan kepada wajib
pajak seperti cukai rokok dan sebagainya.

 Berdasarkan jumlah yang harus dibayarkan, pajak dibedakan menjadi:

1. Pajak pendapatan adalah pajak yang dikenakan atas pendapatan tahunan dan laba dari
usaha seseorang, perseroan terbatas/unit lain.
2. Pajak penjualan adalah pajak yang dibayarkan pada waktu terjadinya penjualan
barang/jasa yang dikenakan kepada pembeli.
3. Pajak badan usaha adalah pajak yang dikenakan kepada badan usaha seperti
perusahaan bank dan sebagainya.

Laba usaha yang diterima oleh badan usaha maupun perorangan itulah yang akan dikenai
PPh. Namun, bagi Wajib Pajak perorangan, sebelum laba dikenakan pajak terlebih dahulu
dikurangkan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang besarnya ditetapkan dan
bergantung pada jumlah tanggungan keluarganya. Sebenarnya, pihak yang memiliki sebuah
usaha berbentuk badan adalah juga perorangan sebagai investor. Hasil yang akan diterima
oleh investor sebagai pemilik usaha merupakan penghasilan kembali yang merupakan Objek
PPh bagi perorangan. Namun karena prinsip usaha adalah “going concern” maka keuntungan
dari sebuah badan usaha tidak selalu langsung dinikmati oleh investor (pemilik) tetapi dapat
ditanamkan kembali untuk memperbesar usaha. Sehingga penghasilan yang diterima oleh
perorangan atas investasinya di badan usaha bisa ditunda sampai keuntungan tersebut
dibagikan ke perorangan.

 Pajak berdasarkan pungutannya dapat dibedakan menjadi:

1. Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak/pungutan yang dikumpulkan oleh
pemerintah pusat terhadap tanah dan bangunan kemudian didistrubusiakan kepada
daerah otonom sebagai pendapatan daerah sendiri.
2. Pajak perseroan adalah pungutan wajib atas laba perseroan/badan usaha lain yang
modalnya/bagiannya terbagi atas saham–saham.
3. Pajak siluman adalah pungutan secara tidak resmi/pajak gelap dan merupakan sumber
korupsi.
4. Pajak transit adalah pajak yang dipungut di tempat tertentu yang harus dilalui oleh
pengangkutan orang/barang dari suatu tempat ke tempat lain.

Pajak (dari bahasa Latin taxo; "rate") adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-
undang, sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Menurut
Charles E.McLure, pajak adalah kewajiban finansial atau retribusi yang dikenakan terhadap wajib
pajak (orang pribadi atau Badan) oleh Negara atau institusi yang fungsinya setara dengan negara
yang digunakan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran publik.[1] Pajak dipungut
berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk
mencapai kesejahteraan umum. Penolakan untuk membayar, penghindaran, atau perlawanan
terhadap pajak pada umumnya termasuk pelanggaran hukum. Pajak terdiri dari pajak langsung atau
pajak tidak langsung dan dapat dibayarkan dengan uang ataupun kerja yang nilainya setara.
Beberapa negara sama sekali tidak mengenakan pajak, misalnya Uni Emirat Arab.[2] Lembaga
Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama
1. Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama

KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan


Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. KPP Pratama menyelenggarakan fungsi :

♦ Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian


informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi
dan Bangunan;

♦ Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

♦ Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat


Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

♦ Penyuluhan perpajakan;

♦ Pelaksanaan registrasiWajib Pajak;

♦ Pelaksanaan ekstensifikasi;

♦ Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;

♦ Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

♦ Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakanWajib Pajak;

♦ Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

♦ Pelaksanaan intensifikasi;

♦ Pembetulan ketetapan pajak;

♦ Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan;

♦ Pelaksanaan administrasi kantor.


Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan
atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Jenis formulir SPT Tahunan

Ada beberapa formulir dalam pelaporan SPT ini, diantaranya adalah :

 formulir 1771
 formulir 1770
 formulir 1770S
o Digunakan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang penghasilan dari pekerjaannya lebih
dari satu pemberi kerja, atau penghasilannya lebih dari Rp60.000.000,00 setahun,
atau Wajib Pajak tersebut memiliki penghasilan lain. Formulir 1770S ini tidak bisa
digunakan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
 formulir 1770 SS
o formulir SPT Tahunan yang paling sederhana yang ditujukan Wajib Pajak Orang
Pribadi yang penghasilannya setahun hanya dari pekerjaan dan jumlahnya tidak
lebih dari Rp60.000.000,00 setahun.
 Bukti Potong 1721- A1 dan atau 1721- A2
o Formulir keterangan dari pemberi kerja yang menjelaskan pajak dari wajib pajak
yang sudah dipotong oleh pemberi Kerja.Formulir ini dilampirkan saat SPT
dilaporkan.

Jenis SPT

1. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26;


2. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22;
3. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26;
4. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25;
5. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2);
6. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15;
7. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai;
8. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut;
9. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang
menggunakan nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak;
10. SPT Masa Pajak Penjualan atas Barang Mewah;

Fungsi SPT

Fungsi SPT adalah :

 Wajib Pajak PPh


o Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
 pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau
melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak;
 penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak;
 harta dan kewajiban;
 pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa
Pajak.
 Pengusaha Kena Pajak
o Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan
jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
 pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;
 pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP
dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
 Pemotong/ Pemungut Pajak
o Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkan.

Anda mungkin juga menyukai