com/contoh-laporan-prakerin/
https://www.slideshare.net/Baenudin/contoh-laporan-pkl-smk-16187302
Secara bertahap sejak tahun 2002, Kantor Pelayanan Pajak telah mengalami modernisasi
sistem dan struktur organisasi menjadi instansi yang berorientasi pada fungsi, bukan lagi pada
jenis pajak. Kantor Pelayanan Pajak modern juga merupakan penggabungan dari Kantor
Pelayanan Pajak konvensional dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Pada Tahun
2002 tersebut, dibentuk 2 KPP WP Besar atau LTO (Large Tax Office). KPP ini menangani
300 WP Badan Terbesar di seluruh Indonesia dan hanya mengadministrasikan jenis pajak
PPH dan PPN. Pada tahun 2003 dibentuk 10 KPP Khusus yang meliputi KPP BUMN,
Perusahaan PMA, WP Badan dan Orang Asing, dan Perusahaan Masuk Bursa. Kemudian
pada tahun 2004 dibentuk pula KPP Madya atau MTO (Medium Tax Office). Sedangkan
KPP Modern yang menangani WP terbanyak adalah KPP Pratama atau STO (Small Tax
Office). KPP Pratama baru dibentuk pada tahun 2006 s.d 2008.Perbedaan utama antara KPP
STO dengan KPP LTO Maupun MTO antara lain adalah dengan adanya Seksi Ekstensifikasi
pada KPP STO, sehingga dapat dikatakan pula KPP STO merupakan ujung tombak bagi DJP
untuk menambah rasio perpajakan di Indonesia.
Pembagian Seksi dan Jabatan Fungsional pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah
sebagai berikut :
1. Subbagian Umum
2. Seksi Pelayanan
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
4. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (maksimal 4 Seksi Pengawasan dan Konsultasi)
6. Seksi Penagihan
7. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
8. Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak
9. Kelompok Jabatan Fungsional Penilai
B. Organisasi Kepegawaian
C. Tata Kerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2007 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Instansi Verifikasi Direktorat Jenderal Pajak, struktur organisasi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama (KPPP) Purwokerto disusun sesuai dengan fungsi yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari:
1. Subbagian Umum
Subbagian Umum merupakan koordinator fungsi pelayanan kesekretariatan terutama
dalam kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.
2. Seksi Teknis, terdiri dari :
a. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas dan tanggung jawab mengkoordinasikan
penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan
berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerja sama perpajakan
sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk mengkoordinasikan pengumpulan atau pencarian data, perekaman data, peminjaman
berkas data, pengadministrasian data masukan dan data keluaran, data ekstentifikasi dan
intensifikasi Wajib Pajak.
c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas dan bertanggungjawab
mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak ( PPh, PPN,
PBB, BPHTB dan Pajak Lainnya ), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan
konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak,
rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi
hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
d. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstentifikasi Perpajakan mempunyai tugas dan tanggung jawab
mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan,
pendataan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak dan kegiatan ekstensifikasi
perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas dan bertanggungjawab dalam pembuatan
daftar nominatif Wajib Pajak yang diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan, melakukan
peminjaman dan pengembalian berkas dan data wajib pajak sesuai dengan daftar nominatif
yang akan diperiksa. Seksi Pemeriksaan juga bertanggungjawab dalam penerbitan surat
perintah pengamatan, pengiriman laporan hasil pelaksanaan pengamatan, penelitian
permohonan kembali kelebihan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang dan
permohonan SPTLB Wajib Pajak Pribadi, pembuatan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak
(SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak dan Surat Pemanggilan Pemeriksaan Pajak
serta menatausahakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Nota Perhitungan (Nothit).
f. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan
proses administrasi dan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang dijadikan dasar
dalam melaksanakan tindakan - tindakan penagihan serta bukti - bukti pelunasan utang pajak
yang timbul dari penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP), penetapan piutang pajak yang
daluwarsa sampai dengan pengusulan penghapusan piutang pajak. Selain itu seksi penagihan
bertanggungjawab melakukan upaya-upaya pencarian utang pajak melalui tindakan
penagihan pasif melalui penerbitan Surat Teguran maupun tindakan aktif melalui penerbitan
Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan maupun melakukan pelelangan harta sitaan
yang bekerja sama dengan Kantor Lelang Negara.
3. Kelompok Jabatan Fungsional
a. Pejabat Fungsional Pemeriksa
Pejabat Fungsional Pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Seksi
Pemeriksaan dan bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala Kantor KPP Pratama.
b. Pejabat Fungsional Penilai
Pejabat Fungsional Penilai dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Seksi
Ekstensifikasi dan bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala Kantor KPP Pratama.
- VISI -
Menjadi Institusi Penghimpun Penerimaan Negara yang Terbaik demi Menjamin Kedaulatan
dan Kemandirian Negara
- MISI -
PENDAHULUAN
Tempat yang dipilih untuk pelaksanaan Praktek Kerja Industri yaitu di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bekasi Selatan yang beralamat di Jalan Cut Meutia No. 125, Margahayu,
Bekasi Timur, 17113
Kanwil:
1. Mendapatkan pelajaran secara langsung dibanding di sekolah karena siswa terjun langsung di
dunia usaha dan mempraktikan secara langsung pelajaran yang ada.
2. Menambah pengetahuan siswa yang dapat memberikan ilmu yang baru
3. Membuat siswa dapat bersosialisasi secara langsung dengan lingkungan.
E. Tujuan Penulisan Laporan Praktek Kerja Industri
1. Untuk bahan masukkan bagi sekolah dalam pengembangan materi pelajaran. Dengan
demikian diharapkan bahan pelajaran untuk setiap topik atau bahan kajian yang akan
disajikan oleh guru sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan kondisi lapangan kerja/dunia
usaha.
2. Untuk mendidik dan melatih ketrampilan serta tanggung jawab siswa.
3. Sebagai salah satu bukti bahwa siswa tersebut telah melaksanakan Prektek Kerja Industri
pada tempat yang telah dipilihnya.
DAFTAR ISI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Industri selama tiga bulan, maka penyusun dapat
menyimpulkan :
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Selatan merupakan salah satu instansi pemerintah
yang melayani perpajakan untuk daerah Kabupaten Banyumas.
2. Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan jasa daripada kekayaan ke kas Negara
disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang menyebabkan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung untuk memelihara
kesejahteraan umum.
3. Sistem Perpajakan Indonesia adalah dengan cara mendaftarkan diri dengan mempunyai
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai identitas Wajib Pajak yang diberikan
kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan melaporkan pajaknya.
Dalam pembayaran pajak-pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi.
Saran Untuk Perusahaan:
Kedislipinan dan tata tertib mesti lebih ditingkatkan agar kerapihan dan tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Meningkatkan semangat/etos kerja, guna pencampaian kerja lebih efisien.
Digantikannya Ujian Tengah Semester (UTS) dengan Ulangan Harian, setelah selesainya
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN), karena dengan begitu dapat menambahkan waktu
bagi siswa untuk penyusunan Laporan PRAKERIN, sehingga dapat menghasilkan hasil
yang maksimal.
Ditambahkan waktu belajar praktek sehingga siswa mampu benar-benar menguasai
progam keahlian.
Pihak sekolah terus menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan pihak tempat
PRAKERIN sehingga diharapkan terciptanya kerjasama yang lebih baik
Kedislipinan dan tata tertib mesti lebih ditingkatkan agar kerapihan dan tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Meningkatkan semangat/etos kerja, guna pencampaian kerja lebih efisien.
Melakukan recruitment pegawai untuk mengurangi beban kerja yang tinggi.
Nomor Pokok Wajib Pajak biasa disingkat dengan NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib
pajak (WP) sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
Fungsi NPWP
Berdasarkan sistem penaksiran sendiri untuk setiap WP wajib mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
(KP4) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak,
untuk diberikan NPWP.
Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenakan pajak
secara terpisah, karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki
secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai tempat usaha berbeda
dengan tempat tinggal, selain wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, bila sampai
dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan
berikutnya.
Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat mengajukan permohonan
untuk memperoleh NPWP.
1. Untuk WP Orang Pribadi Non-Usahawan: Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk
Indonesia atau foto kopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang
berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing.
2. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan :
1. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala
Desa bagi orang asing;
2. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang
berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.
3. Untuk WP Badan :
1. Fotokopi akta pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukkan
dari kantor pusat bagi BUT;
2. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala
Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif;
3. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang minimal
kabupaten
Dalam hal Wajib Pajak pindah domisili atau pindah tempat kegiatan usaha, Wajib Pajak
melaporkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak lama maupun Kantor Pelayanan Pajak baru
dengan ketentuan:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan Pindah tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas adalah surat keterangan tempat tinggal baru atau tempat kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang berwenang (Lurah atau Kepala
Desa)
2. Wajib Pajak Orang Pribadi Non Usaha, Surat keterangan tempat tinggal baru dari Lurah atau
Kepala Desa, atau surat keterangan dari pimpinan instansi perusahaannya.
3. Wajib Pajak Badan, Pindah tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha adalah surat
keterangan tempat kedudukan atau tempat kegiatan yang baru dari Lurah atau Kepala Desa.
1. WP meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan, disyaratkan adanya fotokopi akta
kematian atau laporan kematian dari instansi yang berwenang;
2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, disyaratkan adanya
surat nikah/akta perkawinan dari catatan sipil;
3. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak. Apabila sudah selesai
dibagi, disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi oleh para
ahli waris;
4. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan adanya akta pembubaran yang
dikukuhkan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang;
5. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai BUT,
disyaratkan adanya permohonan WP yang dilampiri dokumen yang mendukung bahwa BUT
tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai WP;
6. WP Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai WP.
KPP dapat menerbitkan NPWP secara jabatan, apabila WP tidak mendaftarkan diri untuk
diberikan NPWP. Bila berdasarkan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak ternyata WP
memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP maka terhadap wajib pajak yang bersangkutan
dapat diterbitkan NPWP secara sepihak oleh Direktorat Jenderal Pajak.GHH
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, sehingga dapat merugikan pada
pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda
paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.
A.Berdasarkan PER-31 tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran PPh Pasal 21 Pasal 20;
1)Bagi penerima penghasilan yang PPh pasal 21 yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen)
daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP
2)Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
adalah sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya
dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
3)Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku untuk
pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final 4)Dalam hal pegawai tetap atau penerima
pensiun berkala sebagai penerima penghaslan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif
yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama sebelum
pemotongan PPh Pasal 21 untuk masa pajak Desember, PPh Pasal 21 yang telah dipotong
atas selisih pengenaan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut
diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 terhutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
Penerimaan pajak tahun 2012 adalah 835,25 Triliun, dibandingkan dengan realisasi Tahun
2011 maka realisasi penerimaan perpajakan tahun 2012 naik sebesar 92,53 Trilyun atau
mengalami pertumbuhan sebesar 12, 47 %. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 sebesar 10,87%. Realisasi
penerimaan pajak 2012 per jenis pajak :
Rencana penerimaan pajak Tahun 2013 adalah sebesar Rp1.042,32 triliun atau tumbuh
24,79% dibandingkan dengan realisasi penerimaan tahun 2012. Penerimaan tersebut
memberikan kontribusi sebesar 68,14% dari rencana anggaran Pendapatan Negara Tahun
2013 sebesar Rp1.529,67 triliun.
Pendapatan pajak itu belum termasuk pendapatan cukai, bea masuk, dan pendapatan
pungutan ekspor.
Pajak
Berdasarkan wujudnya, pajak dibedakan menjadi:
1. Pajak langsung adalah pajak yang dibebankan secara langsung kepada wajib pajak
seperti pajak pendapatan, pajak kekayaan.
2. Pajak tidak langsung adalah pajak/pungutan wajib yang harus dibayarkan sebagai
sumbangan wajib kepada negara yang secara tidak langsung dikenakan kepada wajib
pajak seperti cukai rokok dan sebagainya.
1. Pajak pendapatan adalah pajak yang dikenakan atas pendapatan tahunan dan laba dari
usaha seseorang, perseroan terbatas/unit lain.
2. Pajak penjualan adalah pajak yang dibayarkan pada waktu terjadinya penjualan
barang/jasa yang dikenakan kepada pembeli.
3. Pajak badan usaha adalah pajak yang dikenakan kepada badan usaha seperti
perusahaan bank dan sebagainya.
Laba usaha yang diterima oleh badan usaha maupun perorangan itulah yang akan dikenai
PPh. Namun, bagi Wajib Pajak perorangan, sebelum laba dikenakan pajak terlebih dahulu
dikurangkan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang besarnya ditetapkan dan
bergantung pada jumlah tanggungan keluarganya. Sebenarnya, pihak yang memiliki sebuah
usaha berbentuk badan adalah juga perorangan sebagai investor. Hasil yang akan diterima
oleh investor sebagai pemilik usaha merupakan penghasilan kembali yang merupakan Objek
PPh bagi perorangan. Namun karena prinsip usaha adalah “going concern” maka keuntungan
dari sebuah badan usaha tidak selalu langsung dinikmati oleh investor (pemilik) tetapi dapat
ditanamkan kembali untuk memperbesar usaha. Sehingga penghasilan yang diterima oleh
perorangan atas investasinya di badan usaha bisa ditunda sampai keuntungan tersebut
dibagikan ke perorangan.
1. Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak/pungutan yang dikumpulkan oleh
pemerintah pusat terhadap tanah dan bangunan kemudian didistrubusiakan kepada
daerah otonom sebagai pendapatan daerah sendiri.
2. Pajak perseroan adalah pungutan wajib atas laba perseroan/badan usaha lain yang
modalnya/bagiannya terbagi atas saham–saham.
3. Pajak siluman adalah pungutan secara tidak resmi/pajak gelap dan merupakan sumber
korupsi.
4. Pajak transit adalah pajak yang dipungut di tempat tertentu yang harus dilalui oleh
pengangkutan orang/barang dari suatu tempat ke tempat lain.
Pajak (dari bahasa Latin taxo; "rate") adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-
undang, sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Menurut
Charles E.McLure, pajak adalah kewajiban finansial atau retribusi yang dikenakan terhadap wajib
pajak (orang pribadi atau Badan) oleh Negara atau institusi yang fungsinya setara dengan negara
yang digunakan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran publik.[1] Pajak dipungut
berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk
mencapai kesejahteraan umum. Penolakan untuk membayar, penghindaran, atau perlawanan
terhadap pajak pada umumnya termasuk pelanggaran hukum. Pajak terdiri dari pajak langsung atau
pajak tidak langsung dan dapat dibayarkan dengan uang ataupun kerja yang nilainya setara.
Beberapa negara sama sekali tidak mengenakan pajak, misalnya Uni Emirat Arab.[2] Lembaga
Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama
1. Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama
♦ Penyuluhan perpajakan;
♦ Pelaksanaan ekstensifikasi;
♦ Pelaksanaan intensifikasi;
♦ Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan;
formulir 1771
formulir 1770
formulir 1770S
o Digunakan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang penghasilan dari pekerjaannya lebih
dari satu pemberi kerja, atau penghasilannya lebih dari Rp60.000.000,00 setahun,
atau Wajib Pajak tersebut memiliki penghasilan lain. Formulir 1770S ini tidak bisa
digunakan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
formulir 1770 SS
o formulir SPT Tahunan yang paling sederhana yang ditujukan Wajib Pajak Orang
Pribadi yang penghasilannya setahun hanya dari pekerjaan dan jumlahnya tidak
lebih dari Rp60.000.000,00 setahun.
Bukti Potong 1721- A1 dan atau 1721- A2
o Formulir keterangan dari pemberi kerja yang menjelaskan pajak dari wajib pajak
yang sudah dipotong oleh pemberi Kerja.Formulir ini dilampirkan saat SPT
dilaporkan.
Jenis SPT
Fungsi SPT