Anda di halaman 1dari 13

SISTEM INDRA

I. Tujuan Praktikum
a. mengetahui mekanisme fisiologis reseptor sensorik pada organ indera
b. mengetahui hubungan antara indera pembau dengan pengecap
II. Dasar Teori

Indera adalah organ yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan


tertentu.Serabut saraf yang melayaninya merupakan alat perantara yang membawa
kesan rasa dari organ indera menuju ota, dimana perasaan itu ditafsirkan. Beberapa
kesan rasa timbul dari luar, seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan dan penciuman
juga pendengaran. Dalamsegala hal serabut saraf-saraf sensorik dilengkapi dengan
ujung akhir, khususguna mengumpulkan rangsangan perasaan yang khas itu dimana
setiap organ berhubungan.

Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. Alat indra
manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima indra yaitu
indra penglihat :mata, indra pendengar yaitu telinga, indra pembau dan pencium yaitu
hidung indra pengecap yaitu lidah dan indra peraba adalah kulit.

a Indra Pengelihatan
Mata, sebagai penerima rangsang cahaya (fotoreseptor). Mata merupakan organ
fotosensoris yaitu organ yang menerima rangsangan cahaya. Cahaya masuk melintasi
kornea, lensa, dan beberapa struktur refraksi di dalam orbita. Cahaya kemudian
difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang sensitif terhadap cahaya yaitu retina.
Retina mengandung sel-sel batang dan kerucut yang akan mengubah impuls cahaya
menjadi impuls saraf. Setelah melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan sel-sel
penyokong informasi penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak untuk diproses.
Dinding bola mata disusun oleh 3 tunika (lapisan) yaitu:
 Tunika fibrosa (lapis sklera-kornea) merupakan lapisan luar bola mata terdiri atas
sklera dan kornea.
 Tunika vaskularis (lapis uvea) merupakan lapisan tengah bola mata terdiri atas
khoroid, badan siliaris dan iris.
 Tunika neuralis (lapis retina) merupakan lapisan dalam bola mata terdiri atas retina.
Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul dan serat-serat
lensa. Kapsul lensa merupakan lamina basal yang umumnya disusun oleh serat-serat
kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul ini elastik, jernih dan kompak. Epitel
subkapsul hanya terdapat pada permukaan anterior lensa tepat di bawah kapsul lensa.
Epitelnya terdiri atas selapis sel kuboid. Di sebelah dalam dari epitel subkapsul
terdapat serat-serat lensa yang di bentuk dari sel-sel yang kehilangan inti dan organel
sel lainnya. Serat-serat ini kemudian diisi dengan protein lensa kristalin (crystallins).
Adanya kristalin ini akan meningkatkan index refraksi lensa. Lensa tidak
mengandung pembuluh darah. Nutrisi untuk lensa diperoleh dari humor akweus dan
korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, tetapi dapat ditembus cahaya dengan
mudah. Pada orang tua sering dijumpai kekeruhan pada lensa yang menyebabkan
menurunnya kemampuan untuk melihat. Keadaan ini dikenal sebagai katarak. Kondisi
mungkin disebabkan oleh bertumpuknya pigmen atau substansi lain dan keterpaparan
sinar ultra violet secara berlebihan. Di samping itu pada orang tua terjadi suatu
keadaan yang dikenal sebagai presbiopia yaitu ketidakmampuan mata untuk melihat
benda-benda dalam jarak dekat yang disebabkan karena menurunnya elastisitas lensa
akibat proses penuaan. Sebagai akibatnya lensa tidak dapat mencembung guna
memfokuskan bayangan benda secara tepat pada retina. Keadaan ini dapat diatasi
dengan pemakaian kaca mata.

b Indra Pendengar (Telinga)


Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan.
Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Gelombang suara
yang diterima oleh telinga luar di ubah menjadi getaran mekanis oleh membran
timpani. Getaran ini kemudian di perkuat oleh tulang-tulang padat di ruang telinga
tengah (tympanic cavity) dan diteruskan ke telinga dalam. Telinga dalam merupakan
ruangan labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang berakhir pada rumah siput /
koklea (cochlea). Di dalam labirin tulang terdapat labirin membran tempat terjadinya
mekanisme vestibular yang bertanggung jawab untuk pendengaran dan pemeliharaan
keseimbangan. Rangsang sensorik yang masuk ke dalam seluruh alat-alat vestibular
diteruskan ke dalam otak oleh saraf akustik (N.VIII).
 Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus
accus-ticus externus) dan gendang telinga (membran timpani). Liang telinga luar
merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga melintasi tulang
timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian permukaannya
mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel
rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang dikenal sebagai
kelenjar serumen. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar serumen
merupakan komponen penyusun serumen. Serumen merupakan materi bewarna
coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai pelindung.
 Telinga Tengah
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang
terletak di bagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah
posterior dengan ruang-ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring
melalui saluran (tuba auditiva) Eustachius. Epitel yang melapisi rongga timpani
dan setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid
rendah, tetapi di bagian anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba Eustachius)
epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan
periosteum.
 Telinga Dalam
Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum
tulang temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa)
yang di da-lamnya terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan
perilimf sedangkan labirin membranasea berisi cairan endolimf.

c Indra Pengecap
Lidah adalah alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa zat kimia larutan.
Lidah memiliki otot yang tebal, permukaannya dilindungi oleh lendir dan penuh dengan
bintil-bintil. Kita dapat merasakan rasa pada lidah karena terdapat reseptor yang dapat
menerima rangsangan. Reseptor itu adalah papilla pengecap atau kuncup pengecap.
Kuncup pengecap merupakan kumpulan ujung-ujung saraf yang terdapat pada bintil-
bintil lidah. Papilla agak kasar karena memiliki tonjolan-tonjolan pada permukaan lidah.
Di dalam papila terdapat banyak kuncup-kuncup pengecap (taste bud) yaitu suatu
bangunan berbentuk bundar yang terdiri dari dua jenis sel yaitu sel-sel penyokong dan
sel-sel pengecap yang berfungsi sebagai reseptor.
Tidak semua bagian lidah peka terhadap zat kimia dan daerahnya juga khusus untuk rasa
tertentu. Adaptasi terhadap suatu rasa mula-mula berjalan cepat dalam 2–3 detik, tetapi
adaptasi selanjutnya berjalan lambat. Sebenarnya hanya terdapat 4 jenis rasa utama yaitu
manis, asin, asam, dan pahit. Namun rasa-rasa lain seperti rasa coklat, rasa teh, pedas,
dan sebagainya, merupakan campuran dari berbagai rasa dan berkombinasi dengan
pembauan/penciuman pada hidung. Oleh karena itu bila sedang sakit flu (fungsi
penciuman terganggu) dapat kehilangan kemampuan mengecap makanan, walaupun
sebenarnya kuncup pengecap berfungsi normal.

Struktur indera pengecap :


1. Reseptor untuk pengecapan adalah kuncup pengecap, suatu kemoreseptor
yang terletak terutama di lidah, juga terdapat pada palatum lunak dan
epiglotis.
2. Kuncup pengecap terdapat dalam tonjolan mukosa lidah yang disebut papilla.
3. Masing-masing kuncup pengecap merupakan sekumpulan sel penunjang dan
sel sensorik yang memiliki rambut dan menonjol membentuk pori-pori
pengecap sentral, serta dibasahi dengan saliva.

Tabel letak kuncup pengecap rasa pada lidah


Rasa Letak Kuncup Pengecap

Mani Ujung lidah


s
Asin Samping lidah pada bagian
ujung
Asam Samping lidah pada bagian
pangkal
Pahit Pangkal lidah

d Indra Peraba (Kulit)


Kulit terdiri dari epidermis, dermis dan subkutaneus. Pada dermis terdapat kelenjar
dan saluran keringat, bakal rambut, folikel rambut dan akar rambut, kelenjar sebaseus.
Sementara pada bagian subkutaneus terdapat pembuluh darah, syaraf kutaneus dan
jaringan otot. Sensasi somatis mengacu pada sensasi di permukaan kulit. Syaraf sensoris
hanya mengacu pada sistem indera peraba.
Selain menghasilkan keringat, pada bagian dermis terdapat ujung saraf/reseptor
peraba. Kulit adalah alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa sentuhan,
tekanan, panas, dingin, dan nyeri atau sakit. Kepekaan tersebut disebabkan karena
adanya ujung-ujung saraf yang ada pada kulit. Biasanya ujung saraf indera peraba ada
dua macam, yaitu ujung saraf bebas yang mendeteksi rasa nyeri atau sakit, dan ujung
saraf yang berselaput (berpapilia). Ujung saraf yang berselaput ada lima macam.

Tabel Ujung saraf yang berselaput dan rangsangannya

No Ujung Saraf berselaput Rangsangan


1 Korpuskel pacini Tekanan
2 Korpuskel ruffini Panas
3 Korpuskel krause Dingin
4 Korpuskel meissner Sentuhan
Selain terdapat di daerah dermis, sel-sel peraba juga terdapat pada pangkal
rambut. Sehingga bila rambut yang muncul di permukaan kulit tersentuh oleh
suatu benda, sel-sel saraf akan terangsang.

e Indra pembau
Sensasi bau yang dikenal sebagai “Olfaction” dilakukan oleh organ penghidu yang
terletak di dalam rongga hidung pada bagian atap rongga hidung, bagian atas septum nasi
dan pada konka nasalis superior tulang etmoidalis.
Organ penghidu ini terdiri atas dua lapisan
 Epitel olfaktorius yang terdiri atas sel reseptor penghidu (sel olfaktorius), sel
penyokong (sel sustentakular) dan sel basal. Epitel ini pada keadaan hidup tampak
bewarna kekuningan.
 Lamina propria merupakan lapisan yang terdapat di bawah epitel olfaktorius dan
disusun oleh jaringan ikat longgar. Lapisan ini mengandung akson sel olfaktorius,
pembuluh darah dan kelenjar olfaktorius (dikenal sebagai kelenjar Bowman) yang
menghasilkan sekret serosa.

Sel olfaktoria merupakan sel saraf bipolar termodifikasi. Bagian ujung dendrit
mengalami penggembungan yang dikenal sebagai vesikel olfaktorius. Vesikel
olfaktorius ini mempunyai 6-8 silia yang panjang dan tidak bergerak. Silia ini
terbenam di dalam lapisan lendir yang menyelimuti permukaan lapisan epitel. Akson
dari sel olfaktorius akan berjalan menembus lamina propia untuk bergabung dengan
akson dari sel olfaktorius lainnya membentuk berkas (bundle) serat saraf. Berkas saraf
ini akan berjalan melintasi lempeng kribiformis (Cribiform plate) pada atap rongga
hidung untuk bersinap dengan sel saraf kedua pada bulbus olfaktorius. Akson dari sel
saraf kedua pada bulbus olfaktorius ini kemudian akan berjalan ke korteks olfaktorius,
hipothalamus dan bagian limbik sistim melalui traktus olfaktorius. Badan sel
olfaktorius ini mempunyai inti yang bulat dan lebih dekat ke arah lamina basal
daripada ke vesikel olfaktorius. Sitoplasmanya mengandung struktur-struktur yang
sama dengan sel saraf lainnya.

III. Alat dan Bahan


a. Alat
 cawan petri
 gelas kimia
 sapu tangan
 tisu/kapas
 tusuk gigi
 jarum pentul
 spidol
 penggaris
 dauble tape
 arloji

b. Bahan
1. Pengecap
 Larutan garam
 larutan asam
 Larutan glukosa
 Larutan kopi tanpa gula
 Larutan masako/royco
 Air putih
2. Pembau
 Bawang merah
 Bawang putih
 Jahe
 Kencur
 Minyak kayu putih

3. Hubungan Pembau dan Pengecap

 Jeruk
 Apel
 Pisang
 Tomat

4. Reseptor panas dan dingin

 Air hangat
 es batu

5. Bintik buta

 Kertas berbentuk bulat yang diisi tanda X

IV. Prosedur Kerja


a Indera Pengecap
1 Membersihkan gusi dan lidah terlebih dahulu dari sisa-sisa makanan dengan
berkumur, kemudian membersihkan lidah dengan tissue/ kapas agar tidak basah oleh
air liur.
2 menuangkan cairan pada gelas plastik dan merendam cotton bud pada tiap larutan.
3 menutup mata praktikkan agar praktikkan tidak mengetahui larutan apa yang
dipergunakan.
4 menyentuhkan cotton bud pada pusat-pusat pengecap. Menanyakan apakah pada
daerah yang disentuh merasakan larutan yang sesuai dengan rasa larutan.
5 Bila jawaban praktikkan sesuai dengan larutan yang dicobakan, maka pada gambar
lidah diberi tanda v dan bila tidak sesuai diberi tanda X.
6 Selanjutnya menentukan intensitas rasa dengan tanda – (tidak terasa), + (kurang
terasa), ++ (terasa) dan +++ (sangat terasa).
7 Mengulangi percobaan dengan cotton bud yang lain sesuai dengan larutannya.
8 mengulangi percobaan pada praktikkan lain dengan cotton bud yang berbeda,
kemudian membandingkan hasilnya.
9 Membuat peta rasa lidah sesuai dengan percobaan yang dilakukan.

b Indera Pembau
1 Memastikan praktikan tidak sedang flu atau pilek. Menutup/menyumbat lubang
hidung kanan praktikan dengan kapas, kemudian menutup mata praktikan dengan
selendang.
2 Mengambil bahan uji yang telah dipotong salah satu sisinya untuk sensor pembau.
3 Mendekatkan bahan ke lubang hidung kiri, menanyakan bau apa dibaunya, mencatat
hasilnya. Setelah itu memposisikan bahan pada sisi yang tidak terpotong.
Menanyakan bau apa yang di baunya dan yang mana lebih bau pada posisi pertama
atau kedua. Membandingkan dan mencatat hasilnya.
4 Mengulangi perlakuan yang sama dengan menggunakan bahan yang berbeda.
5 Mengulangi percobaan tersebut pada lubang hidung kiri dengan menutup lubang
hidung kanan.
6 Untuk mengetahui nilai olfactory time (OFT), mendekatkan bahan uji pada lubang
hidung berkali-kali, kemudian menghitung waktu yang diperlukan hingga tidak lagi
membau bahan tersebut. Melakukan sebanyak tiga kali kemudian cari rata-ratanya.
7 Untyk mengetahui olfactory recovery time, mendekatkan kembali bahan uji pada
lubang hidung setelah tidak lagi membau sampai kembali dapat membaui.
Menghitung waktu yang diperlukan untuk kesembuhan pembauan.

c Hubungan Pengecap dan Pembau


1 Menutupi atau menyumbat dua lubang hidung praktikan dengan kapas kemudian
menutup mata praktikan.
2 Membersihkan lidah praktikan menggunakan tisu atau kapas.
3 Meletakkan potongan bahan (apel, jeruk, pisang) pada lidah yang terjulur secara
bergantian. Kemudian percobaan diulangi dengan keadaan hidung dibuka.
4 Mengulangi percobaan sebanyak dua kali untuk praktikan yang sama dan ulangi
percobaan lain. Mencatat dan membandingkan hasilnya.

d Reseptor Panas Dingin


1 Membuat gambar kotak sepanjang 28 cm dibagi dalam 14 kotak pada tangan bagian
dorsal.
2 Memasukkan jarum pentul kedalam gelas kimia yang berisi air hangat dan air es pada
gelas kimia yang berbeda.
3 Menunggu selama lima menit kemudian sentuhkan sebentar masing-masing jarum
secara berurutan kedalam kotak yang dibuat. Untuk menjaga suhu jarum masukkan
kembali jarum kedalam gelas kimia sesaat setelah digunakan/disentuhkan.
4 Mencatat hasinya, berikan tanda + untuk kotak yang merasakan dan tanda – untuk
kotak yang tidak merasakan.
5 Mengulangi percobaan tersebut untuk tangan bagian ventral.
6 Mencatat dan membandingkan hasilnya.

e Bintik Buta
1 Menyiapkan kertas karton, meteran gulung dan spidol.
2 Membuat tanda plus (+) pada sebuah kertas karton dengan spidol.
3 Menyuruh praktikan untuk menutup salah satu mata dengan tangan.
4 Mendekatkan kertas karton yang berisi tanda plus (+) pada praktikan, sampai terlihat
buram dan mengukurnya dengan meteran.
5 Menjauhkan kertas karton yang berisi tanda plus (+) pada praktikan dan
mengukurnya dengan meteran.
6 Mengulangi kegiatan mendekatkan dan menjauhkan kertas karton yang berisi tanda
plus (+) pada setiap mahasiswa coba.

f Titik Dekat
1 Memfokuskan mata praktikan pada satu objek pensil/pulpen pada jarak 1 meter.
2 Menggerakkan objek perlahan-lahan mendekati mata hingga objek terlihat ganda.
Menghitung jarak tersebut.
3 Menggerakkan kembali objek hingga kembali tampak sebagai objek tunggal, hitung
jarak tersebut.

g Ketajaman Pendengaran
1 Meletakkan sebuah jam yang berdetak pada telinga kanan dan salah satu anggota
kelompok dengan mata tertutup dan telinga kiri disumbat dengan kapas.
2 Menjauhkan jam secara perlahan-lahan sampai detak jam yang tepat tidak terdengar
lagi, mengukur jarak tesebut.
3 Mendekatkan kembali pada telinga sampai detak jam terdengar kembali. Lalu
menghitung jarak antara jam dan telinganya
4 Meletakkan hal yang sama pada telinga kiri dalam keadaan telinga kanan yang
disumbat kapas, selanjutnya membandingkan ketajaman telinga kanan dengan telinga
kiri.

h Uji Keseimbangan
1 Salah satu anggota kelompok berdiri
2 Kemudian kaki dirapatkan dan mata ditutp.
3 Selanjutnya dalam keadaan demikian mencatat waktu berdiri tanpa ada gerakan
selama 5 menit.

V. Hasil dan Pembahasaan


1 Hubungan Pengecap dan Pembau
a Hasil
 Kelompok 1 (Bagas)

Bahan yang diujikan


Percobaan Mata tertutup Jeruk Apel Pisang Tomat
dan Keadaan
Hidung
Percobaan 1 Hidung Ditutup - √ - √
Hidung Terbuka √ √ √ √
Percobaan 2 Hidung Ditutup - √ - √
Hidung Terbuka √ √ √ √
 Kelompok 2 (Intan)

Bahan yang diujikan


Percobaan Mata tertutup Jeruk Apel Pisang Tomat
dan Keadaan
Hidung
Percobaan 1 Hidung Ditutup √ √ √ √
Hidung Terbuka √ √ √ √
Percobaan 2 Hidung Ditutup √ √ √ -
Hidung Terbuka √ √ √ √

 Kelompok 3 (Desi)

Bahan yang diujikan


Percobaan Mata tertutup Jeruk Apel Pisang Tomat
dan Keadaan
Hidung
Percobaan 1 Hidung Ditutup - √ √ √
Hidung Terbuka √ √ √ √
Percobaan 2 Hidung Ditutup - √ √ √
Hidung Terbuka √ √ √ √

 Kelompok 4 (Emil)

Bahan yang diujikan


Percobaan Mata tertutup Jeruk Apel Pisang Tomat
dan Keadaan
Hidung
Percobaan 1 Hidung Ditutup - √ √ √
Hidung Terbuka √ √ √ √
Percobaan 2 Hidung Ditutup - √ √ √
Hidung Terbuka √ √ √ √

 Kelompok 5 (Anik)

Bahan yang diujikan


Percobaan Mata tertutup Jeruk Apel Pisang Tomat
dan Keadaan
Hidung
Percobaan 1 Hidung Ditutup - √ √ √
Hidung Terbuka √ √ √ √
Percobaan 2 Hidung Ditutup - √ √ √
Hidung Terbuka √ √ √ √

b Pembahasan
Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam
udara atau air. Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung,
pada bagian yang disebut epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari
sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong. Sel resptor olfaktori berbentuk silindris
dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut pada permukaan bebasnya.
Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada sistem saraf
pusat. Sel-sel olfaktorius didampingi oleh sel-sel penunjang yang berupa
sebaris sel-sel epitel silindris berlapis banyak semu. Dalam lamina propria
tunika mukosa penciuman, selain terdapat banyak pembuluh darah dan saraf,
ditemukan juga kelenjar-kelenjar jenis tubulo alveolar dengan sel-sel
seromukosa yang dengan PAS-positif. Saluran ekskresi kelenjar ini bermuara
ke epitel permukaan dan aliran ekskresinya terus-menerus membersihkan
bagian apikal sel-sel penciuman. Dalam hal ini senyawa-senyawa yang
merangsang rasa penciuman secara tetap disingkirkan, jadi mempertahankan
reseptor-reseptor selalu dalam keadaan siap menerima stimulus yang baru.
Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari
makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima
oleh reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek, di
mana hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga
uap makann dari makanan di mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan
makanan seakan-akan kehilangan rasanya.
Pada praktikum kali ini kami menggunakan 5 mahasiswa coba yang
terdiri dari : Bagas, Intan, Desi, Emil, dan Anik. Dari kelima mahasiswa coba
tersebut memiliki hubungan pembau dan pengecap yang berbeda-beda. Pada
mahasiswa coba bagas tidak dapat merasakan jeruk dan pisang pada saat
hidung ditutup hal tersebut karena tidak dapat mencium aroma dari buah
pisang dan juga buah jeruk dan hanya merasakan rasa asam dilidah, selain itu
juga pada saat membersihkan lidah hanya dilap menggunakan tisu sehingga
masih terasa buah yang sebelumnya. Pada mahasiswa coba Intan tidak dapat
merasakan tomat pada saat hidung dan mata dalam keadaan ditutup, hal ini
karena mahasiswa coba merasakan rasa asam pada tomat yang rasanya hampir
sama dengan rasa masam pada apel, karena hidung mahasiswa coba dalam
keadaan tertutup jadi tidak bisa mencium aroma dari buah tersebut.
Mahasiswa coba Desi tidak dapat merasakan jeruk pada saat mata dan hidung
dalam keadaan tertutup, hal ini dikarenakan pada saat merasakan jeruk kulit-
kulit putih yang terdapat pada jeruk tidak bersihkan sehingga desi tidak dapat
merasakan apa-apa dari buah jeruk tersebut dan lidah tidak dibersihkan dengan
baik, dan aromanya tidak dapat tercium karena hidung dalam keadaan tertutup.
Mahasiswa coba Emylia tidak dapat merasakan buah jeruk pada saat mata dan
hidung tertutup, karena tidk dapat mencium aroma dari buah tersebut dan
kurang membersihkan lidah pada saat mengecap buah jeruk. Pada mahasiswa
Anik tidak dapat merasakan jeruk pada saat mata dan hidung ditup karena
kurangnya membersihkan lidah sehingga rasa yang dirasakan bercampur aduk
dari rasa buah yang sebelumnya.
Pada data hasil tersebut hubungan pembau dan pengecap yang paling
baik adalah mahasiswa coba intan. Karena mahasiswa intan saat
membersihkan lidahnya benar-benar bersih sehingga dapat membedakan
antara buah yang satu dengan yang lainnya, hanya satu buah saya yang tidak
dapat dirasakan oleh intan. Dari keseluruhan rata-rata pada saat mata dan
hidung ditutup tidak dapat merasakan buah yang diberikan, karena aroma nya
tidak diketahui oleh mahasiswa coba.

VI. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. Alat indra
manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima indra yaitu
indra penglihat :mata, indra pendengar yaitu telinga, indra pembau dan
pencium yaitu hidung indra pengecap yaitu lidah dan indra peraba adalah kulit.
2. Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari makanan
dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor
olfaktori.

VII. Daftar Pustaka

Azmi,i.2014.sistem indra. Diakses pada tanggal 14 mei 2019.


Https://www.academia.edu/11575482/sistem_indera_pendengaran_perasa_pembau_

Citrawati,D.,M.Sutajaya,I.,M,Sri,R,D.LKM Anatomi dan Fisiologi Maanusia


.Singaraja.Undiksha

Wahyuni,A.2012.Hubungan Indar Pembau dan Indra Pengecap.Diakses pada tanggal 14 mei


2019.Melalui https://id.scribd.com/doc/86440247/Hubungan-Indra-Pembau-Dan-
Indra-Pengecap.

Anda mungkin juga menyukai