Pemodelan Simulasi Reservoir
Pemodelan Simulasi Reservoir
PENDAHULUAN
Simulasi adalah dari kata “simulate” yang berarti “as to assume the
appearance of without reality”. Simulasi reservoar didefinisikan sebagai proses
pemanfaatan model buatan yang menggambarkan kelakuan reservoar yang
sebenarnya, sehingga dapat digunakan untuk mempelajari, mengetahui ataupun
memperkirakan kinerja aliran fluida pada sistem reservoar tersebut. Tujuan dari
simulasi reservoar dapat dilihat pada Gambar 1.1.
OBJECTIVESOF SIMULATION
Gambar 1.1.
Tujuan yang dapat dicapai dengan Simulasi Reservoir
Secara umum simulasi reservoir digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan manajemen reservoir, antara lain sebagai berikut :
1 Memperkirakan kinerja reservoir pada berbagai tahapan dan metode produksi
yang diterapkan
sembur alam (primary recovery)
pressure maintenance
reservoir energy maintenance (secondary recovery)
enhanced oil recovery (EOR)
2 Mempelajari pengaruh laju alir terhadap perolehan minyak dengan
menentukan laju alir maksimum (maximum efficient rate, MER)
3 Menentukan jumlah dan lokasi sumur untuk mendapatkan perolehan minyak
yang optimum.
10
Gambar 1.2.
Hubungan antar Tahapan dalam Simulasi Reservoir.
BAB II
KONSEP DASAR RESERVOAR DALAM SIMULASI
s s
Dimana: Vs = kecepatan makroskopik
µ = viskositas absolut
z = elevasi
= spesific volume
ρ = densitas
g = percepatan gravitasi
Persamaan diatas adalah persamaan definitive untuk permeabilitas madia berpori.
Nilai dalam kurung merupakan potensial dari fluidanya sehingga persamaan (2-
1) dapat ditulis:
k
Vs .................................................................................. (2-2)
s
dimana : = potensial fluida total
Hukum darcy merupakan persamaan empiris, seperti tertulis pada
persamaan sebelumnya yang merupakan persamaan differensial yang
menunjukkan suatu titik tertentu. Ada kemungkinan bahwa variabel k, , ,
bervariasi untuk setiap lokasi, dan variasi ini harus diperhitungkan.
4
Dalam percobaan Darcy ada beberapa keterbatasan dan asumsi yang dipergunakan
sebagai berikut :
Fluida homogen dan satu fasa
Tidak ada reaksi kimia antara media dan fluida
Permeabilitas tidak tergantung terhadap fluida, temperature, tekanan, dan
lokasi
Aliran laminar bukan turbulen
Tidak ada efek Klinkenberg
Tidak ada efek elektromagnetik
Rumus Darcy sebenarnya dipakai untuk sistem linier, walaupun demikian
telah diperluas penggunaannya untuk sistem multidimensional. Persamaan (2-2)
dapat diketahui satuannya dengan analisa dimensi dalam system MLT yaitu :
, P M ,
L M M
Vs , , g L ............................. (2-3)
T L3
s L2 T2 LT T2
M L2T2 L2T2
k
LT
jika k/LT sama dengan L/T, maka k = L2, jadi satuan permeabilitas adalah L2.
per unit massa fluida pada tiap lokasi. Untuk mendapatkan fluida pada lokasi ini,
beberapa usaha harus dilakukan terhadap fluida. Total kerja yang dilakukan
terhadap fluida tercermin dari energi mekanik didalam fluida. Pertimbangkan
bahwa sebuah partikel fluida pada datum tertentu dengan potensial nol ( = 0),
kemudian potensial dari fluida ini bergerak ke lokasi baru 1 (lihat gambar 2.1) ,
1 dapat dihitung dengan persamaan berikut :
1 1
v1
2
P' V P dV z P V 2g
1 1 1 1
........................................... (2-5)
v1 '
untuk fluida incompressible maka V bukan fungsi tekanan sehingga dapat ditulis:
P1
1 V dP z1 ................................................................................ (2-8)
P'
atau :
1 V P1 P' z1 .......................................................................... (2-9)
P1V1 …Location 1
Gambar 2.1.
Lokasi Partikel
6
Contoh :
Perhatikan gambar 2.1. dimana arah akhir dan koordinat z berkurang dalam arah
yang sama, selanjutnya dengan menggunakan persamaan (2-9) :
1 V P1 P' z
1
P P'
z
g
k
bila arah akhir sama dengan arah koordinat z maka ds = dz jadi V Z .
V z
Jika arah aliran s berlawanan arah dengan arah koordinat z maka ds = - dz dan
k
V Z .
V z
k
Dalam contoh diatas V Z
…… potensial aliran
V z
q
……….... aliran pipa
A
bila diintegralkan menjadi :
q L
k L qL k
A 0 V 0
dz d sehingga ( L o )
A V
L V(P' P' ) L L
sehingga :
kA
q
kA flow rate adalah q g
V
sehingga permeabilitas, k dapat ditulis sebagai berikut :
qV
k
A
7
butiran pasir
Partikel fluida
Ruang pori
Gambar 2.2.
Aliran Partikel Melalui Media Porous
Anggap velocity partikel adalah Vs, akselerasi partikel dapat diperoleh dengan
menentukan laju perubahan velocity.
V = f(s,t)
V V
dV dt ds ............................................................. (2-10)
t s s t
dimana :
ds
= velocity
dt
v
= akselerasi pada suatu titik lokal
t s
v
V = akselerasi konveksi (akibat adanya gerakan fluida)
s
t
8
inner boundary
Rw
Re
outer boundary
Gambar 2.3.
Sistem Reservoar Radial
Kondisi batas
Pada kondisi batas dalam
Constant wellbore pressure (Pwf = konstan)
P(rw, t) = konstan
Constant flow rate
p(rw , t)
r = konstan .............................................................(2-13)
r
variable wellbore pressure
P(rw, t) = f1 (t) ............................................................................ (2-14)
variable flow rate
9
p(rw , t)
r = g1 (t) ...................................................................... (2-15)
t
shut in well
p(rw , t)
r = 0 .................................................................... (2-16)
t
Pada kondisi batas luar
Constant pressure
P(re, t) = konstan ..................................................................... (2-17)
Constant influx across the boundary
p(re , t)
= konstan ................................................................. (2-18)
r
Variable influx rate
p(re , t)
= f2 (t) ......................................................................... (2-19)
r
Closed outer boundary
p(re , t)
= 0 ....................................................................... (2-20)
t
Infinite reservoir system
lim P)r, t) = Pi ........................................................................... (2-21)
r
untuk mencapai regim aliran steady state maka sistem harus didukung dalam term
influx atau tekanan konstan aquifer
Incompresible
Mempunyai densitas konstan
Slightly compressible
Mempunyai perubahan densitas terukur terhadap tekanan
Compressible
Mempunyai perubahan densitas terhadap tekanan sangat besar
1
0
Compressible
Slightly compresible
o
Incompressible
Gambar 2.4.
Tipe-tipe Fluida
dimana : c = compressibility
Po = tekanan @ datum
P = tekanan @ sembarang
c=0
c0
oe c(P Po )
dimana :
x2 x3
e 1 x
x 3! ... ................................................................. (2-23)
2!
11
c(P Po)
2
karena c 0, maka term order yang lebih tinggi diabaikan sehingga menjadi :
o oc(P)
persamaan aliran muti fasa adalah persamaan differensial parsial yang non-
linier yang mana tidak dapat diintegrasikan secara analitis.
Permeabilitas Relatif
Pada batuan yang disaturasi oleh lebih dari satu fluida, kemampuan dari
masing-masing fluida untuk mengalir di bawah gradien tekanan tertentu
merupakan fungsi dari permeabilitas relatif dari fasa tersebut.
1,0 1,0
kro krw
0 0
0 Swirr Sw Soc 1
Gambar 2.5.
Kurva Permeabilitas Relatif
SD
S ...................................................................................... (2-27)
1 Swc
Pendekatan ini baik untuk proses drainage yaitu gas drive dimana saturasi fasa
wetting berkurang.
2. Pendekatan Naar-Henderson
3
(1 2S) 2
ko 1
......................................................................... (2-28)
2 (1 2S) 2
kD = S4
dimana :
SD Swc
S ................................................................................... (2-29)
1 Swc
pendekatan ini baik untuk proses imbibisi yaitu water drive dimana saturasi dari
fase wetting bertambah.
persamaan umum :
ko = (1 - S)n
proses drainage
koD = Sk (2 - S)
dan
(1 2S)m
k
2 (1 2S)P
proses imbibisi
koD = Sq
dimana :
n, k, m, p, dan q adalah eksponen yang dapat ditentukan dengan proses trial
dan error. proses iniakan dicari lebih jauh dalam history matching bila kurva
permeabilitas relatif yang dicari di match dengan performance reservoar.
1
4
krg = f(Sg)
krw = f(Sw)
kr kr
krow
krg
krw
krog
Sw Sg
Gas
kro = 0,1
Gas
0,4
0,7
Gambar 2.8.
Kurva Komposisi Tiga Fasa
15
Aliran fluida pada media berpori merupakan suatu fenomena yang sangat
kompleks, yang tidak dapat dideskripsikan secara eksplisit, sebagaimana halnya
aliran fluida pada pipa ataupun media dengan bidang batas yang jelas lainnya.
Mempelajari aliran fluida dalam media berpori dibutuhkan pemahaman mengenai
beberapa sistem persamaan matematik yang berpengaruh terhadap kelakuan
fluida.
Rangkaian persamaan tersebut merupakan persamaan diferensial yang
merupakan fungsi dari perubahan tekanan dan saturasi pada suatu waktu tertentu.
Akibat kompleksnya sistem persamaan tersebut untuk mendapatkan solusinya
secara analitis diperlukan kondisi batas yang khusus dan harus diselesaikan secara
numerik dari persamaan diferensial menggunakan persamaan finite difference.
Penurunan Persamaan
Menurut H.B. Crichlow (1977), prinsip dasar yang digunakan dalam penurunan
persamaan pada simulasi terdiri dari :
Kesetimbangan Massa
Besarnya massa fluida yang terakumulasi pada suatu sistem harus sebanding
dengan selisih antara massa fluida yang memasuki dan massa fluida yang
keluar dari sistem tersebut.
Kesetimbangan Energi
Besarnya peningkatan energi pada suatu sistem harus sama dengan selisih
antara besarnya energi yang memasuki dan energi yang keluar dari sistem
tersebut.
Hukum Darcy
Persamaan yang menggambarkan pergerakan fluida memasuki ataupun keluar
dari elemen reservoar.
17
Persamaan Keadaan
Persamaan yang menunjukkan karakteristik tekanan, volume dan temperatur
(PVT) dari fraksi aliran fluida pada elemen reservoar.
x
y
z
Min Mout
Maccum
z
y
x
Gambar 3.1.
Differential Volumetric Balance Satu Fasa
sehingga besarnya akumulasi massa dalam sistem merupakan fungsi dari volume
sistem, densitas fluida serta besarnya waktu yang diperlukan fluida untuk melalui
sistem, yang secara matematik adalah sebagai berikut :
M x y z
t t
.......................................................... (3-3)
accum
t
Sesuai dengan prinsip kesetimbangan massa, maka akan diperoleh hubungan
antara Persamaan (3-1), (3-2) dan (3-3) sebagai berikut :
18
v x . x . y z - v x x . x x . y z = x y z ...... (3-4)
t t
t
x x x x
x
x x
x 0
sehingga menghasilkan :
(v)
................................................................................. (3-7)
x t
Persamaan (3-7) diatas merupakan prinsip kesetimbangan massa yang juga
disebut sebagai Persamaan Kontinyuitas (continuity equation). Dengan cara yang
sama, penurunan rumus seperti diatas juga diterapkan pada persamaan
kesetimbangan energi.
Dengan cara yang sama diperoleh :
(v) ...............................................................................
(3-8)
g t
(v)
...............................................................................
(3-9)
z t
selanjutnya untuk aliran tiga fasa :
k P
x P ......................................................................... (3-12)
x t
Persamaan Keadaan
dimana :
V dP T
Persamaan (3-12) dapat ditulis sebagai berikut dengan mengabaikan ruas kiri :
k 2P k P
x xx
2
t
P
x P x
dan
P
t P t
jadi
20
k 2P k P P
P ........................................ (3-15)
x
2
x x P P t
k 2P k P
2
P
....................................... (3-16)
x 2
P x
P t
P
2
k 2P P
........................................................................ (3-16)
x 2
P t
k 2P 1 P
....................................................................... (3-17)
x 2 P t
1
c ....................................................................................... (3-18)
P
ρ c
Gambar 3.2.
ρ versus P
21
k 2P P
.............................................................................. (3-19)
c
x 2
t
k
selanjutnya dianggap tidak tergantung dengan dimensi spasional sehingga :
2P c P
.............................................................................. (3-20)
x 2 k t
k
bila mempunyai fungsi dimensi spasional, selanjutnya :
k P
x c
P
......................................................................... (3-21)
x t
Aliran radial
2P 1 P c P ..................................................................
(3-22)
r 2
r r k t
Dua dimensi
2P 2P c P
.................................................................... (3-23)
x 2 y 2 k t
Tiga dimensi
2P 2P 2P c P
......................................................... (3-24)
x 2 y2 z 2 k t
22
Gambar 3.3.
Sistem Radial, Areal, dan Tiga Dimensi
in out
Gambar 3.4.
Kesetimbangan Masa Minyak dalam Elemen
23
jadi
S S n
o
n1
o
k P k P o
B Bo
A o A o
V (3-25)
o B o x x o Bo x xx t
dimana
A = ∆y∆z
V = ∆ x ∆y ∆z
1 k o P So
r r r o B o r t Bo ....................................................
(3-27)
Tiap sumber gas yang diindikasikan pada (gambar 3.11) digabungkan dalam
term laju masa. jadi :
kg Rsoko R k P kg Rsoko R k P
sw w
oBo B x A g g o Bo
w Bw
x
sw w
A
B
g g
x B
w w
x x
24
S R S R S SRSRS n
n1
g g Bsoo o B
sw w
g so o sw w
w g B o B w
B B
V ......... (3-28)
t
t Bg Bo
x Bw (3-29)
1 kg R so ko R sw k w P Sg R soSo
r r r
g
Bg o Bo
w Bw
r
t g Bo Kww
R sw
B
(3-30)
B
Air : fasa air pada dasarnya sama dengan fasa minyak. untuk sistem linier :
k w P S w
B
x ....................................................... (3-31)
w w x t
B w
1 k w P Sw
r r r B
................................................... (3-32)
w w r t
B w
Penyamaan persamaan aliran multi fasa untuk aliran unsteady state pada
minyak, gas dan air pada media berpori dikembangkan dengan
mengkombinasikan tiga persaman aliran single fasa ke dalam persamaan dasar.
untuk melakukannya, penelitian lain dilakukan. pertama, untuk semua fasa
persamaannya :
So + Sg + Sw = 1 ..................................................................................... (3-33)
jadi
So Sg Sw 0 ................................................................... (3-34)
t
dikalikan dengan Bo :
Bo k o 2 P P 1 B P 1 k P
r 2 r o o
r B r r B 2 P r r Br
oo o o o
1 So So Bo P
Bo B t B2 P t .................................................... (3-36)
o o
jadi
k 2 P k B P 1 k P
2
S S B P
o o o o o
B P t
....... (3-37)
r 2 BP r r
o
r
t
o o o o o
26
P
2
diabaikan, persamaan (3-37) menjadi
r
k 2 P 1 k P S S B P
o
o o o o ................................... (3-38)
o r 2 r r t B P t
o o
dimana
1 P ko So So Bo P
r r r o t Bo P t ............................................ (3-39)
g Bg r P r
2
P r
2
o oB w Bw r o B B
r
o 2
kw 1 Rsw P Rsw Bw P k g 1 Bg P
B P r B 2 P r B 2
P r
w w w g g
P Rso ko Rswkw
kg So Rs P Rso So
B Bg
r o Bo w B w
g g
Bo P t Bo t
Rso S o Bo P S w Rsw P Rsw Rsw S w Bw P
Bo 2 P t Bw P t t B w2 P t
g r o Bo P r
P r
2
B
o o
w w
27
k R B P
2
k B B P
2
k g 1 B g P 2
o so o
w 2
g w
o Bo P r w Bw P r
g P r
2
g
B
ko Rso Bg kw Rsw Bg k g 1 P S o Bg Rso Rso So Bg B
o
o Bo w Bw g r r
Bo P Bo
2
P
o
w Bw g r2
Bo Bo P Bo2 P
S w Bg Rsw Rsw Sw Bg Bw Sg Bg P
B
w P B w2 P Bg P t
Rso Bg So Rsw Bg Sw Sg
........................................... (3-42)
Bo t
t t
w
B
persamaan air (persamaan 3-32) dikalikan Bw :
k 2P k P 1 S S B P
w
w
w w w
................................ (3-43)
r 2 r r t B P t
w w w
k o kw 2 P 1 P S S S B P S B P
o w o
t B P t B P t
o w w
r2 r r
t
o w o w
(3-44)
o Bo
Sw So S g S o Bo 1 Rs Bg S o Bg Rs
t P B wo Bo P
t t B o R
Sw Rw R sw g
B Sw Bg sw Sg Bg P
1
w
Bw Bw P Bg P t
B P
Rso Bg So Rsw Bg Sw
........................................................... (3-45)
Bo t Bw t
B 1 P 1 B
P P
o B o Bo Bw w
r r r
1 P ko k w k g Rso Bg So So Bo P
r
r r r o Bo P t
w g Bo t
R B S So Bo So Bg Rso
sw g w S w Bw P
B t B P B P
-
w w
P t B o o
Sw Bw Sw Bg Rsw Sg Bg P Rso Bg So Bo P
P Bg P t Bo Bo P t
B w P B w
R sw Bg P Rso Bg So Rsw Bg Sw .......................... (3-47)
S w Bw
Bw P Bw t Bo t Bw t
So B S B R S B S B R S Bg
c o
o g so
w w
w g sw
g .... (3-48)
Bo P Bo P Bw P Bw P Bg P
t
k ko k w kg 1
dimana mobilitas total .
t o w g
akhirnya
ct P......................................................................
1 P (3-51)
r
k / t t
r r r
persamaan ini mengasumsikan bahwa mobilitas tidak berhubungan dengan radius.
Persamaan (3-51) adalah persamaan aliran tiga fasa unsteady state untuk minyak,
gas, dan air dalam sistem radial. Penyelesaian persamaan memberikan harga
tekanan dalam radius manapun setiap waktu. Bentuk persamaan ini dijadikan
dasar analisa tekanan dari aliran multi fasa.
Ekspansi dalam bentuk satu dimensi : memberikan persamaan untuk setiap fasa
fluida dalam sistem satu dimensi :
Ax ko o So
x B qo VR
x
o o t Bo ........................................ (3-52)
Ax kw o Sw
x B qw VR
x
w w t Bw ...................................... (3-53)
k g g Rso ko o R swk w w
Ax qg
g Bg x
x o Bo x w Bw x
Sg Rso So
VR R swS w ................................................ (3-54)
t Bg Bo Bw
30
kita dapat mengkombinasikan persamaan ini untuk mendapatkan persamaan untuk
aliran dalam reservoar. untuk melakukannya, kita memerlukan beberapa kondisi :
o Po po gh .............................................................................. (3-55)
g Pg p g gh ............................................................................. (3-56)
w Pw pw gh ............................................................................ (3-57)
tekanan kapiler :
x x x x x
x r x
x x
Po
po gh p w gh β .................................
λ λ β (3-60)
x t
o 1 2
x
w
Q well
δx
Flow out = flow in + (Cu C u C u )δx .............. (2-62)
x o o o ggg www
Rate of accumulation =
t
Hukum Darcy :
k p
u .................................................................................... (2-64)
x
So Sg Sw
Po Pg Pw
32
Dimana j = 1, ...N
So + Sw + Sg = 1
C
j1
oj 1
C
j1
gj 1
C
j1
wj 1
Kuantitas Coj, Cgj dan Cwj berhubungan dengan kesetimbangan fasa juga
tergantung pada tekanan dan temperatur.
Cgj
K jgo (T, po , pg , C,gj Coj )
Coj
Cgj
K jgw (T, pw , pg , C,gj Cwj )
Cwj
b. Thermal Simulation
33
Simulasi ini banyak digunakan untuk studi aliran fluida, perpindahan panas
maupun reaksi kimia. Simulasi ini banyak digunakan untuk studi injeksi uap
panas dan pada proses perolehan minyak tahap lanjut (in situ combustion).
c. Compositional Simulation
Simulasi ini digunakan jika komposisi cairan atau gas diperhitungkan terhadap
perubahan tekanan. Simulasi jenis ini banyak digunakan untuk studi perilaku
reservoir yang berisi volatile-oil dan gas condensate.
BAB IV
MODEL FINITE DIFFERENCE
P (t)
Gambar 4.1.
Time Discretization
Finite Difference
Persamaan differensial parsial dapat digantikan dengan finite difference.
Persamaan finite diffence dapat diperoleh dengan membuat deret Taylor, seperti berikut
:
35
Derivative Pertama
Persamaan (4-1) dan (4-2) dapat diselesaikan dengan derivative pertama atau
kedua sesuai kebutuhan, contoh :
P P(x x) P(x) ……………………………… (4-3)
Forward Difference.... :
x x
P P(x) P(x x) ....................................................
Backward Difference : (4-4)
x x
P P(x x) P(x x) ............................................
Central Difference : (4-5)
x x
x- x x x+ x
Gambar 4.2.
Derivative Pertama
36
Derivative Kedua
P(x x) 2(x) P(x x)
Untuk P''(x) : P''(x) 0x 2 ........................................ (4-6)
x 2
x- x x x+ x
Gambar 4.3
Derivative Kedua
Gambar 4.4.
Skema Penyelesaian dengan Metode Eksplisit
37
2P 2 P P
x 2 y 2 t
diubah ke bentuk finite difference
Pi, j1 2P i,nj Pi, j1 Pi1, j 2P i, j Pi1, j
n n n n n
∆x 2 ∆y2
i, j P i, j
Pn1 n
= ............................................................................................... (4-7)
∆t
dimana :
i, j = lokasi sel dalam grid
n = tingkatan waktu lama
n+1 = tingkatan waktu baru
Gambar 4.5.
Pengaturan Sel pada 2 Dimensi untuk Metode Eksplisit
Formulasi Implisit
Metode implisit memerlukan penyelesaian secara simultan.
Gambar 4.6.
Skema Penyelesaian dengan Metode Implisit
2P P
x 2 t
39
i1 P
∆t i ∆t i
Secara umum persamaan dapat ditulis menjadi
a i Pi1 bi Pi ci Pi1 di ........................................................................... (4-12)
Koefisien a, b, dan c pada Persamaan (4-12) tergantung dari geometri system dan (di)
adalah konstanta yang diketahui. Pengamatan terhadap n sel, maka akan ada n
persamaan dengan n harga yang tidak diketahui. Contoh perhitungan adalah sebagai
berikut :
Sel
1 ai P0 – bi P1 + ci P2 = d1
2 a2 P1 – b2 P2 + c2 P3 = d2
3 a3 P2 – b3 P3 + c3 P4 = d3
.. ………………... =…
n ab Pn-1 – bn Pn + cn Pn+1 = dn
Sel dengan nomor 0 dan n+1 biasanya adalah sel fiktif, sel tersebut tidak termasuk
dalam model dan dapat dihilangkan dengan menggunakan kondisi batas.
Solusi dari persamaan diatas dapat didapat dengan menggunakan notasi matrik,
sebagai berikut :
AP=d
dimana bentuk matriksnya:
40
a1 b1 c1 P1 d1
......................................................... (3-13)
Sistim ini dapat diselesaikan untuk tekanan tekanan yang tak diketahui menggunakan
algoritma Thomas yang merupakan modifikasi eleminasi Gauss. Contoh penggunaan
persamaan diferensial parsial 2 dimensi sebagai berikut:
2P 2P P
..................................................................................... (4-14)
x 2 y2 t
maka persamaan finite difference fully implicit dalam grid dapat dituliskan :
Pi,n1 Pn1 Pn1i, j1 Pi1,
n1
Pn1 Pn1i1, j Pi,n1j Pni, j
j1 i, j j i, j
............................ (4-15)
∆x 2 ∆y2 ∆t
Mengingat semua tekanan pada saat time level baru, dan merupakan variabel yang tak
diketahui, persamaan sekarang memiliki lima variabel yang tak diketahui. Dan
persamaan umum menjadi (diasumsikan x = y):
e Pn1 a Pn1 b P c P f P d
n1 n1 n1
...................................... (4-16)
i i, j1 i i1, j i i, j i i1, j i i, j1 i
dimana koefisien e,a,b,c,f dan d didefinisikan seperti pada satu dimensi. Persamaan di
atas akan membentuk matriks dengan five tridiagonal system :
A P = d........................................................................................................ (4-17)
dan matriksnya :
d
c
b P d ............................................. (4-18)
a
e
41
Bentuk implisit memiliki kestabilan untuk semua nilai pada t/x2.
4.3. Gridding
Desain grid harus memperhatikan batas antara gas dan air pada reservoar, juga
luas reservoar (batas-batas reservoar) atau batas dimana ketebalan pasir bernilai nol.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan sel adalah sebagai berikut :
Perbedaan panjang sumbu x maupun y sel yang berdampingan tidak boleh melebihi 3
kali.
Ukuran sel tidak harus seragam.
Tiap sumur harus dipisahkan minimum oleh satu sel.
Perubahan maksimum saturasi sel tidak boleh melebihi 5%.
Perubahan maksimum tekanan sel tidak boleh melebihi 200 psi.
2. Ukuran Grid
Ukuran grid sangat mempengaruhi tingkat ketelitian perhitungan cadangan dan
pergerakan fluida reservoar yang dilakukan simulator. Ukuran sel yang semakin kecil
akan menghasilkan perhitungan yang dilakukan simulator semakin teliti. Semakin kecil
sel akan menambah jumlah sel keseluruhan sehingga akan membutuhkan waktu yang
lebih lama pada saat dijalankan karena kerja simulator semakin berat. Penentuan ukuran
grid yang baik perlu memperhatikan :
Dapat mengidentifikasikan saturasi dan tekanan pada suatu posisi yang spesifik
sesuai dengan kebutuhan studi
42
Dapat menggambarkan geometri, geologi dan properti reservoar awal dengan jelas
Dapat menggambarkan saturasi dinamis dan profil tekanan cukup detail untuk
mendapatkan hasil yang obyektif
Pergerakan fluida pada model cukup pantas
Dapat cocok dengan pernyelesaian matematis simulator sehingga hasil aliran
fluida akurat dan stabil
3. Sel Pasif
Pengertian sel pasif adalah bila dalam sel mempunyai harga mempunyai
ketebalan lapisan nol, maka sel tersebut harus dinonaktifkan, sehingga simulator secara
otomatis tidak akan melakukan perhitungan apapun terhadap sel tersebut.
4. Tipe Grid
Grid pada model simulasi digunakan untuk menterjemahkan bentuk discrette pada
persamaan finite difference. Jenis grid yang digunakan pada pemodelan ditentukan
berdasarkan tujuan dari simulasi. Sistem grid yang dapat digunakan pada model
simulasi adalah sebagai berikut :
Block Centered, parameter yang saling bergantungan dihitung pada tengah tengah
sel atau blok. Tidak ada titik pada boundary.
Lattice atau Corner Point, parameter yang saling bergantung dihitung pada titik
perpotongan garis grid. Ada beberapa titik pada batas
43
Gambar 4.7.
Sistem Grid pada Model Simulasi
(a) Block Centered Grid, (b) Lattice Grid
Gambar 4.8.
Jenis Ukuran Grid pada Model Simulasi
(a) coarse grid, (b) fine grid
Ukuran grid dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu coarse grid (grid kasar) dan
fine grid (grid halus) seperti yang terlihat pada Gambar 4.8. Coarse grid biasanya
digunakan pada simulasi sederhana ataupun digunakan pada tahap awal untuk menguji
model konsep yang akan digunakan. Fine grid digunakan setelah konsep model sesuai,
serta pada simulasi reservoar berlapis.
44
Gambar 4.9.
Cartesian Grid dan Curvlinear Grid
45
Lubang sumur
Gambar 4.10.
Radial Grid
Gambar 4.11.
Locally-refinement Cartesian Grid
Pembuatan grid juga memperhatikan penentuan arah grid. Penentuan arah grid
dipengaruhi oleh distribusi permeabilitas vertikal dan horisontal (pada reservoar
anisotropi), serta arah aliran fluida yang dominan. Gambar 4.12. menunjukkan
pengaruh arah grid terhadap proses aliran fluida pada simulasi.
46
Gambar 4.12.
Pengaruh Arah Grid terhadap Proses Aliran pada Simulasi
Pengertian Consistency
Pendekatan finite difference dikatakan konsisten bila truncation error mendekati
0 (nol).
Hubungan antara persamaan differensial dengan formulasi diskrit disebut
consistency.
Pengertian Convergency
Kesalahan antara solusi eksak dari persamaan finite difference-nya disebut
discritization error.
Formulasi finite difference disebut convergent bila discritization mendekati 0
(nol)
dari kondisi batas) dan jika metode yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan
matrik, ia sendiri tabil melawan kesalahan pembatasan.
unstable
∆Pk
stable
0
1 k
Gambar 4.13
Stabilitas
Metode Matrik
Pada umumnya, metode matrik melibatkan kesalahan karena penggunaan aljabar
matrik. Pada kenyataannya, proses dimulai dengan mendefinisikan kesalahan yang
berhubungan dengan solusi dari sistem persamaan linier yang simultan dan
menghubungkan dengan kesalahan tadi untuk melanjutkan perkalian dari koefisien
matrik A yang diberikan :
en+1 = Aen = A(A en-1) ...................................................................................... (4-19)
Jadi
en+1 = An+1 e0 .................................................................................................... (4-20)
Kemudian matrik A harus memiliki property tertentu untuk kesalahan en+1 untuk
mempertahankan batas. Perilaku dari matrik A dianalisa dalam harga dan verktor. Hal
ini dimungkinkan karena definisi dari harga untuk tiap verktor V :
AV = V ..................................................................................................... (4-21)
Jadi kesalahan pesamaan (persamaan (4-20)) dapat ditulis :
48
kemudian
u* = (H + K)u* + b .................................................................................... (4-25)
dimana * menandakan harga sebenarnya.
Seperti ditunjukan sebelumnya, Skema LSOR (the line successive
overrelaxation) dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan (4-22). Untuk skema
LSOR skema umum finite-difference yang digunakan dalam model dapat dinyatakan
dalam bentuk berikut :
Aun+1 = Bun + Cun+1 + b ................................................................................. (4-26)
Dimana:
A , B
0
0
C dan b dikenal sbagai vector kolom
Kesalahan pada iterasi didefinisikan sebagai :
en = u* - un ...................................................................................................... (4-27)
Dimana un adalah bilangan ke-n dari nilai sebenarnya.
50
Perhatian terhadap potensial aliran dan tekanan kapiler untuk setiap fluida
berikut:
potensial aliran: minyak : = Po + ogh
gas : = Pg + ggh
air : = Pw + wgh
tekanan kapiler: air/minyak : Pcw = Po - Pw
gas/minyak: Pcg = Pg – Po
sehingga diperoleh suatu persamaan:
Po A λ Pcg λ Pcw
x g w
A x λ T x x x x
x
ρ g h ρoh ρwh P
Ax λg λo λw B1 B2
0
......... (5-1)
x x x x t
Bo Bo φ x µoBo x
o
Gambar 5.1.
Skema Penyelesaian dengan Metode IMPES
54
S Sn1 Sn
Pc Φn1 Φn …..…………………………………………... (5-8)
o w
sehingga :
S P
S' c ................................................................................. (5-9)
t t
persamaan (5-6) dan (5-7) dapat ditulis :
ko o ' o w
x φS
t
t
..................................... (5-10)
o x
ko w ' o w
x φS
t
t
.................................... (5-11)
o x
Persamaan ini dapat dikembangkan untuk perhitungan derivatif S pada kondisi
waktu n + ½, dengan memperhitungkan persamaan diferensial parsial setiap fasa
pada setiap sel dengan mempergunakan formulasi fully implicit, maka diperoleh 2
parameter yang tak diketahui pada waktu yang baru, yaitu: on+1 dan w
n+1
.
1 ko n1 n1 k
ot 1 ot otn1 otn1
o 1
x o i1 / 2 x
S'
n 1 n n 1 n
wt wt ............................................ (5-12)
t
ot ot
x w i 1/2
x x
S '
n1 n n1 n
............................................ (5-13)
=
t ot ot wt wt
pertimbangkan persamaan (5-12) dan (5-13) ditulis dalam bentuk tipikal dimana
faktor yang belum diketahui ditulis pada ruas kiri dan faktor yang diketahui ditulis
diruas kanan. Untuk persamaan minyak (persamaan (3-12)) ditulis dalam bentuk
finite different :
56
n1 h D
n1
e otn1
1
f n1
ot
g ot 1 wt ot .......................................... (5-14)
untuk persamaan air :
e n1 f g h n1 D
n1 n1
ot 1 ot ot 1 wt ot ............................................. (5-15)
Gambar 5.2.
Skema Penyelesaian dengan Metode Simultan
BAB VI
TAHAP-TAHAP SIMULASI
57
58
Model geologi
Re servoir Ma na g ement
Desic ions
Gambar 6.1.
Flowchart Karakterisasi Reservoar
dan Hubungannya dengan Simulasi Reservoar
Jenis Reservoar
Secara umum jenis reservoar terdiri dari tiga jenis, yaitu gas, minyak dan
kondensat. Reservoar gas dapat disertai adanya aquifer, atau bisa juga tanpa
aquifer. Pada sistem reservoar gas tanpa aquifer, simulasi cukup dengan
menggunakan model satu fasa (single-phase model). Reservoar minyak yang
hanya terdapat perpindahan massa minimal antara minyak dengan gas terasosiasi
dapat ditangani dengan simulator black-oil, sedangkan reservoar minyak dengan
adanya aquifer akan membutuhkan model dua fasa.
Kondisi-kondisi yang berpengaruh terhadap pemilihan model simulasi
pada tiap-tiap jenis reservoar adalah sebagai berikut :
Gas
o gas fasa tunggal, tanpa adanya aquifer
Minyak
o tidak terdapat perpindahan massa
o pertimbangan ada atau tidaknya aquifer
o kondisi diatas atau dibawah bubble point
Kondensat
o adanya pengaruh perpindahan massa antar fasa
o sistem hidrokarbon yang cenderung mengalami penguapan
o kemungkinan diberlakukannya injeksi gas
Model 0-Dimensi
Model 0-dimensi menunjukkan bahwa sifat-sifat reservoar tidak
mengalami perubahan, merupakan reservoar yang homogen, isotropik dan
seragam. Simulator 0-dimensi yang terkenal adalah persamaan material balance.
61
Model 1-Dimensi
Model 1-dimensi biasanya digunakan pada simulasi pilot project, ataupun
pada bagian dari reservoar yang lurus dan sederhana. Gambar 6.2., menunjukkan
aplikasi simulator model 1-dimensi yang umum pada sistem mendatar. Sedangkan
Gambar 6.3., menunjukkan model 1-dimensi yang disesuaikkan untuk sistem
reservoar dengan kemiringan.
Model 1-dimensi dapat digunakan pada kondisi-kondisi sebagai berikut :
Simulasi per-bagian dari reservoar
Simulasi dengan tujuan khusus, seperti line drive behavior, miscible
flooding, simulati pilot-flood, dan sebagainya.
gas
oil
water
Gambar 6.2.
Model 1-Dimensi Horizontal
gas
oil
water
Gambar 6.3.
Model 1-Dimensi dengan Kemiringan
62
Model 2-Dimensi
Model simulator 2-dimensi merupakan pilihan terbaik untuk simulasi
dengan cakupan yang luas dan dipengaruhi oleh perubahan parameter areal.
Gambar 6.4., menunjukkan model reservoar yang umum dengan 2-dimensi
horizontal. Model reservoar 2-dimensi horizontal digunakan dalam simulasi
struktur multi-well dengan ukuran besar, simulasi reservoar sistem multi-unit,
penentuan sifat-sifat heterogenitas batuan, analisa migrasi fluida melalui lease-
line, kondisi variasi vertikal sifat fluida yang tidak dominan, serta dalam
pemilihan pola operasi yang optimum untuk secondary recovery maupun pressure
maintenance.
Gambar 6.4
Model 2-Dimensi Horizontal
Jenis model 2-dimensi yang lain adalah penggabungan beberapa model 2-
dimensi sehingga membentuk lapisan-lapisan yang menggambarkan model 3-
dimensinya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.5. Model jenis ini
digunakan pada reservoar berlapis ataupun pada operasi produksi dengan
multiple-completions.
63
Gambar 6.5
Model 3-Dimensi Layered
GAS
OIL
WATER
Gambar 6.6
Model 2-Dimensi Vertikal (x-z)
Gambar 6.6., menunjukkan model 2-dimensi dengan sumbu koordinat
utama x-z, atau model 2-dimensi vertkal. Model jenis ini digunakan dalam analisa
cross-section reservoar, analisa well completion baik untuk single maupun
multiple-well, menentukan gravity segregation serta dalam mempelajari pengaruh
cross-flow dan anisotropi terhadap proses pendesakan frontal.
64
Model 3-Dimensi
Model 3-dimensi dibutuhkan pada kondisi-kondisi tertentu, dimana
terdapat keragaman sifat fluida secara vertkal dan adanya sisipan shale yang akan
berpengaruh terhadap pola aliran. Gambar 6.7., dan Gambar 6.8., menunjukkan
model 3-dimensi pada configurasi reservoar normal, serta aplikasi model 3-
dimensi pada reservoar dengan patahan.
GOC
WOC
Gambar 6.7.
Model 3-Dimensi
65
gas
oil
oil
water
water
Gambar 6.8
Aplikasi Model 3-Dimensi pada Patahan
Penyelarasan Produktifitas
Simulator akan menghitung laju alir minyak, gas dan air setelah harga
tekanan sebenarnya dimasukkan. Penyelarasan perlu dilakukan bila grafik laju alir
fluida yang diperoleh tidak sesuai dengan grafik laju alir aktual. Penyelarasan ini
dilakukan dengan menentukan salah satu fluida sebagai patokan atau dapat juga
menggunakan jumlah total liquid sebagai patokan penyelarasan, kemudian
66
penyelarasan dimulai dengan merubah nilai permeabilitas relatif yang ada sampai
terjadinya keselarasan antara model simulasi dengan model sebenarnya.
Perubahan permeabilitas relatif yang dilakukan tidak akan merubah apa yang telah
dikerjakan pada proses inisialisasi.
Penyelarasan Tekanan
Tekanan alir dasar sumur akan dihitung setelah data laju alir minyak aktual
dimasukkan, dengan menggunakan parameter reservoar yang dimiliki oleh setiap
sel. Penyelarasan tercapai apabila garis grafiknya memilki trend yang sama atau
mendekati dengan data aktual, dan apabila tidak maka harus dilakukan
penyelarasan dengan cara sebagai berikut:
1. Trend antara model dengan aktual sama tapi beda level, maka untuk
penyelarasannya volume pori diatur dengan memodifikasi data porositas
disekitar sel sumur tersebut. Perubahan harga porositas ini dibatasi dengan
besarnya harga standar deviasi porositas tersebut.
2. Trend antara tekanan model dan aktual berbeda tetapi levelnya sama, maka
modifikasi dilakukan dengan cara memperbesar atau memperkecil harga
permeabilitas absolutnya. Perubahan ini juga dibatasi oleh harga standar
deviasi dari permeabilitas yang dihitung terlebih dahulu.