Laprak Biologi (Pembelahan Sel)
Laprak Biologi (Pembelahan Sel)
BIOLOGI
ACARA VI
PEMBELAHAN SEL
Oleh :
Rifki Dwi Prastomo
NIM A1F018089
Rombongan 3
PJ Acara : 1. Nurbaitia Rahmi
2. Nur Laili Izzati
A. Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang. Sel dapat berkembang
dengan cara melakukan pembelahan. Pembelahan yang dilakukan oleh sel dapat
berupa mitosis dan meiosis. Sel yang dapat melakukan pembelahan adalah sel aktif
seperti meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel gamet, sedangkan
mitosis merupakan pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatik (pada hewan)
tahapan tertentu. Sel yang aktif melakukan pembelahan memiliki siklus sel yang
lengkap. Siklus sel tersebut dibedakan menjadi dua tahap utama, yaitu interface dan
mitosis.
Pembelahan mitosis dibedakan atas dua fase, yaitu kariokinesis dan sitokenesis.
beberapa fase yaitu fase interface, profase, metafase, anafase, dan telofase.
B. Tujuan
Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup, baik secara struktural dan
fungsional. Sel merupakan satuan dasar yang menyusun organisme. Pada tahun
1665, Robert Hooke mengamati sayatan sel gabus botol mikroskop yang amat
sederhana yang terlihat olehnya adalah struktur dari ruang kecil, dimana dinamakan
pada tahun 1671. Kemudian dikembangkan oleh Heinstein pada tahun 1980 dengan
menggunakan istilah protoplas bagi satuan protoplasma dalam sel (Gabriel, 1988).
pembelahan sel dibedakan menjadi dua macam, yaitu mitosis dan meiosis (Pratiwi,
2004).
Salah satu perbedaan yang khas antara sel tumbuhan dengan sel hewan adalah
pada sel tumbuhan mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Sel ada yang
berbentuk peluru, prisma, dan memanjang seperti rambut atau seperti ular. Sel
tumbuhan mempunyai dua bagian pokok yang berbeda dari hewan yaitu vakuola,
plastida dan dinding sel. Vakuola dan plastida merupakan bagian hidup dari sel
tumbuhan dan disebut protoplas. Sedangkan dinding sel yang berfungsi untuk
melindungi isi sel atau lumen yang ada di protoplasma disebut bagian sel yang mati.
Hal ini terlihat pada sel gabus tumbuhan yang tergolong sel mati karena hanya
memiliki inti sel dan sitoplasma, sehingga ruang antar selnya kosong (Winarto,
1981).
Sel dapat mengalami pembelahan sel. Pembelahan sel berperan utama dalam
siklus sel. Pembelahan sel berfungsi dalam reproduksi, pertumbuhan dan perbaikan.
Sebagian besar sel bereproduksi secara aseksual, yaitu tanpa terjadi pertukaran
atau pemerolehan informasi hereditas baru. Sebagian besar sel yang membentuk
suatu proses yang dikenal sebagai mitosis. Selama pembelahan mitosis, sel akan
ke kutub-kutub sel yang berlawanan, dan membagi sitoplasma dan terbentuklah sel
anakan. Mitosis merupakan pembelahan sel yang terjadi melalui fase-fase yang
berbeda, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Pada mitosis, bahan inti sel
terbagi sedemikian rupa sehingga dari satu sel dihasilkan dua buah sel anakan.
Biasanya, mitosis diikuti dengan pembelahan sel yang disebut dengan sitokenesis
dan sitokinesis. Hal yang membedakan adalah ketika selesai tahap telofase,
telofase, akan berlangsung lagi pembelahan yang kedua, atau lebih tepatnya sel
akan mengalami profase yang kedua dan seterusnya hingga telofase baru berikutnya
Mitosis adalah pemebalahan sel yang menghasilkan dua sel anakan identik
dengan sel induk. Mitosis hanya terjadi pada sel eukariot, yaitu pada sel somatik
memiliki kandungan genetik yang sama pada setiap organ tanaman, kecuali terjadi
pembelahan sel, selebihnya merupakan fase interfase yang terdiri dari Gap-1 (G1),
sintesis DNA (S), dan Gap-2 (G2). Setiap tanaman memiliki waktu optimum
Meiosis adalah pemebelahan sel yang terjadi pada sel germinativum untuk
menghasilkan gamet pria dan wanita yaitu masing-masing sperma dan sel telur.
Meiosis memerlukan dua pembelahan sel yaitu meiosis 1 dan meiosis II untuk
mengurangi jumlah kromosom menjadi haploid 23. Sel-sel germinativum pria dan
wanita (spermatofit dan outsit primer) pada awal meiosis 1 mereplikasikan DNA-
nya sehingga sel benih mengandung dua kali lipat dari jumlah DNA yang normal
dan tiap-tiap dari 46 kromosomnya digandakan menjadi sister kromatid (Karlinah
et al, 2015).
Metode yang umum digunakan dalam membuat preparat mitosis yaitu dengan
squash. Metode squash yaitu suatu metode untuk mendapatkan suatu preparat
dengan cara meremas suatu potongan jaringan atau suatu organisme secara
keseluruhan, sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat diamati di
Pengamatan ukuran sel ujung akar pada metafase dengan cara mengambil dari
bagian ujung akar yang aktif tumbuh pada tanaman berumur 15 hari sepanjang 1-
1,5 mm dari ujung akar. Preparat dibuat dengan metode squash (pencet) dengan
media gliserin. Metode squash merupakan metode yang biasa digunakan dalam
yang membentuk nilai tertentu. Kromosom merupakan tempat DNA atau zat dasar
genetik yang mencetak makhluk hidup. Kromosom adalah untaian materi genetik
(DNA) di dalam setiap sel makhluk hidup. Setiap sel normal mempunyai 46
kromosom 1 s/d kromosom 22) dan satu pasang kromosom seks (kromosom X dan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop binokuler, gelas
objek, cover glass, silet berkarat, pinset, pipet tetes, dan cawan petri. Sedangkan
bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah akar bawang merah, alkohol
absolut, alkohol 70%, aquades, aceto carmine, bunsen, dan asam cuka glasial.
B. Prosedur Kerja
1. Direndam bahan yang diteliti dalam larutan fiksatif (alkohol absolut 2,5 cc
2. Bahan diwarnai dengan aceto carmine. Bahan dalam larutan pewarna harus
cawan petri
3. Diambil satu akar bawang merah, kemudian diletakkan pada gels objek.
sebagai preprat
dengan cover glass dan dilewatkan di atas api bunsen selama 3 kali
A. Hasil
a. Sentrosom
b. Benang
gelendong
2. Metafase
c. Kromosom
d. Bidang ekuator
a. Kromosom
anakan
3. Anafase b. Sentrosom
a. Cincin
pembelahan
b. Sel anakan
4. Telofase c. Fragmen
membran inti
d. Sentrosom
B. Pembahasan
dengan adanya auksin sel jumlah sel yang bertambah akan menjadi besar dan
pembelahan sel menghasilkan jumlah sel yang lebih banyak. Jumlah sel yang
tanaman. Peristiwa pembelahan sel dapat juga disebut reproduksi sel karena
pembelahan sel adalah suatu proses yang membagi satu sel induk menjadi dua atau
lebih sel anakan yang mempunyai sifat multiseluler seperti sel indukan (Campbell,
2010).
Tahap mitosis terdiri atas empat fase, yaitu profase, metafase, anafase dan
telofase. Fase mitosis yang merupakan fase tersingkat karena hanya berlangsung
selama 30-60 menit (Medawati, 2013). Selama tahap interfase, selaput nukleus
masih membatasi nukleus, mengandung satu atau lebih nukleolus, dan kromosom
kromosom terduplikasi tampak sebagai dua kromatid saudara yang identik, Selain
Metafase merupakan tahap mitosis yang paling lama. Pada tahap ini, kromosom
berjejer pada lempeng metafase. Tahap anafase merupakan tahap mitosis terpendek.
Kedua kromosom anakan yang terbebas mulai bergerak menuju ujung-ujung sel
yang berlawanan arah. Pada tahap telofase, terbentuk dua nukleus anakan di dalam
sel, muncul selaput nukleus dari fragmen-fragmen selaput nukleus sel induk dan
sitoplasma biasanya sudah berlangsung cukup jauh pada akhir telofase, sehingga
Menurut Masruroh dan Esty (2016), tahap-tahap pembelahan mitosis terdiri dari
mitosis dimulai dengan bagian inti sel yang membelah, setelah diikuti pembelahan
sitoplasma. Jika sel induk memiliki 2n kromosom, setiap sel anak juga memiliki 2n
menjadi lebih pendek dan tebal. Nucleolus mulai tidak tampak, membrane inti
(tengah) sel. Pada tahap anaphase kedua buah kromatid memisahkan diri dan ditarik
benag gelendong ke tiap kutub sel yang berlawanan. Pada tahap telofase di setiap
kutub sel terbentuk set kromosom yang serupa. Benang-benang gelendong lenyap
dan membrane inti terbentuk kembali. Plasma sel terbagi menjadi menjadi dua
Pembelahan mitosis adalah proses pembelahan inti sel menjadi dua inti sel baru
melalui tahap-tahap tertentu dan menghasilkan sel anak dengan jumlah dan jenis
kromosom yang sama dengan sel induknya. Dari satu sel lalu menjadi dua sel anak
identik, masing-masing sel anak mewarisi kromosom yang sama banyak dengan
kromosom induknya. Jika sel induk memiliki 2n kromosom, setiap sel anak juga
Meiosis adalah pemebelahan sel yang terjadi pada sel germinativum untuk
menghasilkan gamet pria dan wanita yaitu masing-masing sperma dan sel telur.
Meiosis memerlukan dua pembelahan sel yaitu meiosis 1 dan meiosis II untuk
mengurangi jumlah kromosom menjadi haploid 23. Sel-sel germinativum pria dan
wanita (Spermatofit dan outsit primer) pada awal meiosis 1 mereplikasikan DNA-
nya sehingga sel benih mengandung dua kali lipat dari jumlah DNA yang normal
et al, 2015).
Amitosis adalah proses pembelahan dari satu sel menjadi dua sel tanpa melui
pembelahan sel pada sel prokariotik berbeda dengan pembelahan sel pada
dan pembelahan sitoplasma yang didahului dengan pembentukan dinding sel baru.
pembelahan sel secara langsung tanpa melibatkan kromosom, contohnya pada sel
Metode Aceto carmine hanya dilakukan untuk tujuan penelitian atau mencari data
awal. Fungsi Aceto carmine pada praktikum acara 2 yaitu karena Aceto carmine
biasa digunakan untuk mendeteksi adanya kromosom. Serta warna yang di hasilkan
dari Aceto carmine sendiri berwarna merah yang menjadikannya mudah untuk
pelarut yang digunakan lebih sedikit, dan tidak memerlukan pemanasan, tetapi
waktu yang dibutuhkan relatif lama (Putra et al., 2014). Maserasi adalah proses
sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena selain murah dan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel,
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
membengkak dan bahan kandungan sel akan larut sesuai dengan kelarutannya.
Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi adalah prosedur dan peralatan yang
digunakan sederhana, metode ini tidak dipanaskan sehingga bahan alam yang
dikandungnya tidak terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa
ekstraksi pada suhu kamar, sedangkan metode ekstraksi cara panas (soxhlet)
memiliki keuntungan berupa pelarut yang digunakan lebih sedikit (efisien bahan),
waktu yang digunakan lebih cepat, sampel yang diekstraksi secara sempurna karena
dilakukan berulang-ulang. Selain itu aktivitas biologis tidak hilang saat dipanaskan
Prosedur kerja dalam praktikum pembelahan sel yaitu pertama merendam akar
bawang dalam larutan fiksatif. Kedua, akar bawang diberi pewarna dari aceto
carmine dan dipanaskan. Ketiga, akar bawang merah diambil, kemudian diletakan
pada gelas objek dan potong bagian tudung akar sepanjang 1 mm. Keempat, tutup
dengan cover glass dan dilewatkan diatas api bunsen sebanyak tiga kali. Kelima,
memotong akar tanaman sepanjang ±1 cm. Pemotongan akar dilakukan antara jam
09.00 – 10.00 waktu setempat dimana akar sedang berada pada tahap metafase
dimasukan dalam lemari pendingin dengan suhu 40c selama 24 jam. Selanjutnya
akar direndam dalam larutan fixatif carnoy selama 1-24 jam pada suhu kamar. Akar
kemudian dibilas dengan aquades sebanyak 3 kali lalu di masukan dalam larutan
pewarna aceto-carmine. Larutan beserta akar dipanaskan diatas api bunsen hingga
mendidih dan berubah warna menjadi lebih pekat. Ambil ujung akar yang berwarna
lebih pekat menggunakan pinset kemudian di letakan diatas gelas preparat dan
ditambahkan gliserin 50% lalu ditutup menggunakan cover glass. Ketuk akar yang
telah dilindungi oleh cover glass menggunakan ujung tusuk gigi atau sumpit agar
sel menyebar dan tidak menumpuk kemudian ditekan menggunakan ibu jari agar
kromosom dan pembuatan idiogram. Pembelahan sel pada tahap metafase diamati
sebanyak 3 sel setiap individu tanaman dengan menghitung jumlah kromosom tiap
memiliki pertumbuhan yang cepat, mudah didapat, dan harganya terjangkau. Pada
pengamatan karena memiliki jumlah kromosom yang sedikit dan berukuran besar.
Serta mitosis pada sel tumbuhan khusus terjadi pada jaringan meristematik yang
terdapat pada ujung akar dan ujung batang (Abdullah et al., 2017).Berdasarkan
hasil praktikum pembelahan sel di dapat hasil bahwa pada tahap profase terdapat
terbentuk. Tahap metafase terdapat sentrosom pada salah satu kutub, benang
sentrosom pada salah salah satu kutub, benang spindel, kromatid, dan bidang
equator. Tahap telofase, tahap terakhir dari pembelahan sel secara mitosis pada
tahap ini terdapat kromososm, membran nukleus dan spindel. Hasil tersebut sesuai
dengan pernyataan Muhlisyah (2014) yang menyatakan bahwa pada tahap profase
Pada fase metafase benang spindel telah terbentuk dan kromosom terlihat menebal
dan berada pada bidang tengah sel (bagian ekuator), pengamatan pada fase ini
paling mudah dilakukan karena pada tahap inilah kromosom paling jelas terlihat.
yang memisah berkumpul pada kedua kutub sel dan kromatid tersebut kini berubah
menjadi kromosom.
Pada praktikum kali in didapatkan hasil yang sesuai mengenai pembelahan sel.
Sel membelah secara mitosis melalui beberapa fase, yaitu profase, metafase,
anafase, dan telofase. Untuk mengidentifikasi pembelahan sel berada pada fase-fase
Menurut Restu (2014), ciri-ciri yang dimaksud pada fase profase yaitu telah
sentriol yang berada dalam sentrosom berpisah dan bergerak menuju ke kutub yang
fase metafase setiap kromosom terdiri atas satu pasang kromatid menuju ke tengah
sel dan berkumpul pada bidang ekuator dan kemudian menggantung pada benang
spindle melalui sentromer atau kinetokor. Pada fase selanjutnya yaitu anafase,
sentromer dari setiap kromosom membelah sehingga menjadi dua bagian dengan
pasangannya dan bergerak menuju ke kutub yang berlawanan dan pada akhir fase
ini semua kromatid sampai pada kutub maisng-masing. Fase yang terakhir adalah
A. Kesimpulan
2. Fase-fase yang dialami oleh sel ketika membelah sesuai dengan ciri-ciri
B. Saran
sesuatu yang baru, bukan hanya akar dari bawang merah saja. Namun bisa
Abdullah, F.N., Adi S.J., dan Widayat. 2017. Penentuan Waktu Perendaman Sel
(fase mitosis) Akar Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
Menggunakan Safranin untuk Mendukung Praktikum Biologi. Jurnal
Bioleuser. 1(3): 86-91.
Campbell, R. 2010. Biologi Jilid 1 Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.
Darmanti, S., Nintya S., dan Tanti D.R. 2008. Perlakuan Defoliasi untuk
Meningkatkan Pembentukan dan Pertumbuhan Cabang Lateral Jarak
Pagar (Jatropha curcas). Anatomi Tumbuhan. 16(2):13-19.
Dewi, S.P., Arifah R., dan Nur R. 2015. Morfologi dan Viabilitas Serbuk Sari
Berbagai Aksesi Pamelo. Jurnal Agrnida. 1(1):37-45.
Febrina, L., Rolan R., dan Fairul M. 2015. Optimalisasi Ekstrak dan Uji Metabolit
Sekunder Tumbuhan Libo (Ficus Variegate Blume). Jurnal of Tropical
Pharmacy and Chemistry. 3(2):74-81.
Gabriel, J.F. 1988. Fisika Kedokteran. Departemen Fisika. Universitas Udayana,
Denpasar Bali.
Gusrina. 2018. Genetika dan Reproduksi Ikan. Deepublish, Yogyakarta.
Haryanti, S., Rini B.H., Nintya S., dan Agung P. 2009. Pengaruh Kolkisin terhadap
Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase dan Kandungan Protein Biji
Tanaman Kacang Hijau. Jurnal Penelitian sains dan Teknologi.
10(2):112-120.
Karlinah N., Efrida Y., dan Nuriah Arma. 2015. Bahan Ajar Embriologi Manusia.
Deepublish, Yogyakarta.
Kimball, J.W. 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid Kesatu. ITB, Yogyakarta.
Laksono, S.P., Qomariyah, dan Endang P. 2011. Persentase Distribusi Penyakit
Genetik dan Penyakit Yang Dapat Disebabkan Oleh Faktor Genetik.
Jurnal Kesehatan. 3(2):267-271.
Masruroh, F dan Esty S.N. 2016. Peran Algoritma Julia Set Dalam Mengkonstruksi
Pembelahan Sel Mitosis. Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. 4(2):173-184.
Medawati, A. 2013. Karsinoma Sel Skuamosa Sebagai Salah Satu Kanker Rongga
Mulut Dan Permasalahannya. Insisiva Dental Journal. 2(1):87-90.
Mitchell. 2002. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Mudyantini, W. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Selulosa, dan Lignin pada Rami
(Boehmeria nivea L. Gaudich) dengan Pemberian Asam Giberelat
(GA3). Biodiversitas. 9(4):269-274.
Muhliysah, Z. 2014. Perkembangan sel somatik di dalam tumbuhan. Jurnal Ilmiah
Sains. 3(4):45-46.
Purnama, I.C.G., Chaireni M., Niken K., dan Darmawan S. 2017. Analisis Sitologi
Jeruk Siam Madu (Citrus nobilis L.) Hasil Kultur Endosperma. Jurnal
Produksi Tanaman. 5(5):847-850.
Putra, A.A.B., N.W. Bogoriani, N.P. Diantariani, dan N.L.U. Sumadewi. 2014.
Ekstrak Zat Warna Alam dari Bonggol Tanaman Pisang dengan Metode
Maserasi, Refluks, dan Sokletasi. Jurnal Kimia. 8(1):113-119.
Restu, A. I. 2014. Sel dan Jaringan. Bumi Aksara, Jakarta.
Wospakrik, A.H. 2017. Analisis karyotipe bawang merah hasil persarian bebas.
Jurnal Agrotek. 5(6):36-44.
LAMPIRAN