Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI

ACARA VI
PEMBELAHAN SEL

Oleh :
Rifki Dwi Prastomo
NIM A1F018089
Rombongan 3
PJ Acara : 1. Nurbaitia Rahmi
2. Nur Laili Izzati

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang. Sel dapat berkembang

dengan cara melakukan pembelahan. Pembelahan yang dilakukan oleh sel dapat

berupa mitosis dan meiosis. Sel yang dapat melakukan pembelahan adalah sel aktif

seperti meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel gamet, sedangkan

mitosis merupakan pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatik (pada hewan)

atau sel-sel vegetatif (pada tumbuhan).

Pada sel-sel organisme multiseluler, proses pembelahan sel memiliki tahapan-

tahapan tertentu. Sel yang aktif melakukan pembelahan memiliki siklus sel yang

lengkap. Siklus sel tersebut dibedakan menjadi dua tahap utama, yaitu interface dan

mitosis.

Pembelahan mitosis dibedakan atas dua fase, yaitu kariokinesis dan sitokenesis.

Kariokinesis adalah proses pembagian materi inti yang di dalamnya berlangusng

beberapa fase yaitu fase interface, profase, metafase, anafase, dan telofase.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari perkembangan sel makhluk hidup.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup, baik secara struktural dan

fungsional. Sel merupakan satuan dasar yang menyusun organisme. Pada tahun

1665, Robert Hooke mengamati sayatan sel gabus botol mikroskop yang amat

sederhana yang terlihat olehnya adalah struktur dari ruang kecil, dimana dinamakan

sel. Nehemiah Grew menuliskan deskripsi pertamanya tentang jaringan tumbuhan

pada tahun 1671. Kemudian dikembangkan oleh Heinstein pada tahun 1980 dengan

menggunakan istilah protoplas bagi satuan protoplasma dalam sel (Gabriel, 1988).

Sebagai unit fungsional, sel memiliki kemampuan memperbanyak diri atau

dikenal dengan istilah reproduksi. Reproduksi sel berlangsung melalui

pembelahan. Pembelahan sel yang terjadi pada organisme eukariotik meliputi

pembagian inti sel (kariokinesis) dan pembagian sitoplasma (sitokinesis) melalui

tahapan seperti pada mitosis maupun meiosis. Tahapan pembelahan didasarkan

pada perubahan letak (tingkah laku) kromosom selama berlangsungnya proses

pembelahan. Pembelahan sel diawali dengan adanya aktivitas pembelahan

kromosom dalam beberapa tahap pembelahan. Pada setiap tahap pembelahan

mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat diamati proses-prosesnya melalui teknik

atau perlakuan tertentu yang diberikan pada kromosom tersebut. Adapun

pembelahan sel dibedakan menjadi dua macam, yaitu mitosis dan meiosis (Pratiwi,

2004).

Salah satu perbedaan yang khas antara sel tumbuhan dengan sel hewan adalah

pada sel tumbuhan mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Sel ada yang

berbentuk peluru, prisma, dan memanjang seperti rambut atau seperti ular. Sel
tumbuhan mempunyai dua bagian pokok yang berbeda dari hewan yaitu vakuola,

plastida dan dinding sel. Vakuola dan plastida merupakan bagian hidup dari sel

tumbuhan dan disebut protoplas. Sedangkan dinding sel yang berfungsi untuk

melindungi isi sel atau lumen yang ada di protoplasma disebut bagian sel yang mati.

Hal ini terlihat pada sel gabus tumbuhan yang tergolong sel mati karena hanya

memiliki inti sel dan sitoplasma, sehingga ruang antar selnya kosong (Winarto,

1981).

Sel dapat mengalami pembelahan sel. Pembelahan sel berperan utama dalam

siklus sel. Pembelahan sel berfungsi dalam reproduksi, pertumbuhan dan perbaikan.

Pembelahan sel juga dapat mendistribusikan kumpulan kromosom yang identik ke

sel anak (Mitchell, 2002).

Sebagian besar sel bereproduksi secara aseksual, yaitu tanpa terjadi pertukaran

atau pemerolehan informasi hereditas baru. Sebagian besar sel yang membentuk

tubuh organisme eukariota multiseluler juga bereproduksi secara aseksual dalam

suatu proses yang dikenal sebagai mitosis. Selama pembelahan mitosis, sel akan

tumbuh, menduplikasi genomnya, memisahkan kromosom yang telah berduplikasi

ke kutub-kutub sel yang berlawanan, dan membagi sitoplasma dan terbentuklah sel

anakan. Mitosis merupakan pembelahan sel yang terjadi melalui fase-fase yang

berbeda, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Pada mitosis, bahan inti sel

terbagi sedemikian rupa sehingga dari satu sel dihasilkan dua buah sel anakan.

Biasanya, mitosis diikuti dengan pembelahan sel yang disebut dengan sitokenesis

dimana sel akan terpisah menjadi dua (Kimball, 1999).


Pembelahan sel secara mitosis maupun meiosis pada dasarnya hanya terdiri dari

beberapa fase, yaitu interfase, profase, prometafase, metafase, anafase, telofased

dan sitokinesis. Hal yang membedakan adalah ketika selesai tahap telofase,

pembelahan mitosis langsung akan membentuk sitoplasma atau yang disebut

dengan sitokinesis. Sedangkan pada pembelahan meiosis setelah selesai tahap

telofase, akan berlangsung lagi pembelahan yang kedua, atau lebih tepatnya sel

akan mengalami profase yang kedua dan seterusnya hingga telofase baru berikutnya

akan mengalami sitokinesis (Campbell, 2010).

Mitosis adalah pemebalahan sel yang menghasilkan dua sel anakan identik

dengan sel induk. Mitosis hanya terjadi pada sel eukariot, yaitu pada sel somatik

yang bersifat meristematik. Adanya mitosis menjadikan setiap sel tanaman

memiliki kandungan genetik yang sama pada setiap organ tanaman, kecuali terjadi

mutasi. Mitosis biasanya merupakan periode fase terpendek dalam siklus

pembelahan sel, selebihnya merupakan fase interfase yang terdiri dari Gap-1 (G1),

sintesis DNA (S), dan Gap-2 (G2). Setiap tanaman memiliki waktu optimum

pembelahan sel secara mitosis yang berbeda-beda. Pada umumnya tanaman

melakukan pembelahan sel pada pagi hari (Purnama et al., 2017).

Meiosis adalah pemebelahan sel yang terjadi pada sel germinativum untuk

menghasilkan gamet pria dan wanita yaitu masing-masing sperma dan sel telur.

Meiosis memerlukan dua pembelahan sel yaitu meiosis 1 dan meiosis II untuk

mengurangi jumlah kromosom menjadi haploid 23. Sel-sel germinativum pria dan

wanita (spermatofit dan outsit primer) pada awal meiosis 1 mereplikasikan DNA-

nya sehingga sel benih mengandung dua kali lipat dari jumlah DNA yang normal
dan tiap-tiap dari 46 kromosomnya digandakan menjadi sister kromatid (Karlinah

et al, 2015).

Metode yang umum digunakan dalam membuat preparat mitosis yaitu dengan

squash. Metode squash yaitu suatu metode untuk mendapatkan suatu preparat

dengan cara meremas suatu potongan jaringan atau suatu organisme secara

keseluruhan, sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat diamati di

bawah mikroskop (Suntoro, 1983)

Pengamatan ukuran sel ujung akar pada metafase dengan cara mengambil dari

bagian ujung akar yang aktif tumbuh pada tanaman berumur 15 hari sepanjang 1-

1,5 mm dari ujung akar. Preparat dibuat dengan metode squash (pencet) dengan

media gliserin. Metode squash merupakan metode yang biasa digunakan dalam

mengamati proses pada ujung akar (Haryanti et al., 2009).

Dalam sel terdapat kromosom yang nantinya kromosom tersebut mengamali

duplikasi saat terjadinya pembelahan sel. Kromosom adalah gabungan gen-gen

yang membentuk nilai tertentu. Kromosom merupakan tempat DNA atau zat dasar

genetik yang mencetak makhluk hidup. Kromosom adalah untaian materi genetik

(DNA) di dalam setiap sel makhluk hidup. Setiap sel normal mempunyai 46

kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom kromosom tubuh (autosom,

kromosom 1 s/d kromosom 22) dan satu pasang kromosom seks (kromosom X dan

Y) yang menentukan jenis kelami (Laksosno et al., 2011).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop binokuler, gelas

objek, cover glass, silet berkarat, pinset, pipet tetes, dan cawan petri. Sedangkan

bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah akar bawang merah, alkohol

absolut, alkohol 70%, aquades, aceto carmine, bunsen, dan asam cuka glasial.

B. Prosedur Kerja

1. Direndam bahan yang diteliti dalam larutan fiksatif (alkohol absolut 2,5 cc

+ asam cuka glasial 2,5 cc) selama 15-30 menit

2. Bahan diwarnai dengan aceto carmine. Bahan dalam larutan pewarna harus

dipanaskan hingga bergerak ke bwah. Kemudian dituangkan ke dalam

cawan petri

3. Diambil satu akar bawang merah, kemudian diletakkan pada gels objek.

Dipotong bagian tudung akar sepanjang 1 mm, tudung akar digunakan

sebagai preprat

4. Disiapkan preparat dengan metode remasan, kemudian preparat ditutup

dengan cover glass dan dilewatkan di atas api bunsen selama 3 kali

5. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 10. Pembelahan Sel


Fase
No Gambar Foto Keterangan
Pembelahan
a. Benang
gelendong
b. Kromosom
1. Profase
c. Membran inti
d. Sentrosom

a. Sentrosom
b. Benang
gelendong
2. Metafase
c. Kromosom
d. Bidang ekuator

a. Kromosom
anakan

3. Anafase b. Sentrosom

a. Cincin
pembelahan
b. Sel anakan
4. Telofase c. Fragmen
membran inti
d. Sentrosom
B. Pembahasan

Pembelahan sel merupakan proses memperbanyaknya jumlah suatu sel dan

dengan adanya auksin sel jumlah sel yang bertambah akan menjadi besar dan

panjang (Darmanti et al., 2008). Menurut Mudyantini (2008), peningkatan

pembelahan sel menghasilkan jumlah sel yang lebih banyak. Jumlah sel yang

meningkat, termasuk di dalam jaringan pada daun, memungkinkan terjadinya

peningkatan fotosintesis penghasil karbohidrat, yang dapat mempengaruhi bobot

tanaman. Peristiwa pembelahan sel dapat juga disebut reproduksi sel karena

pembelahan sel adalah suatu proses yang membagi satu sel induk menjadi dua atau

lebih sel anakan yang mempunyai sifat multiseluler seperti sel indukan (Campbell,

2010).

Tahap mitosis terdiri atas empat fase, yaitu profase, metafase, anafase dan

telofase. Fase mitosis yang merupakan fase tersingkat karena hanya berlangsung

selama 30-60 menit (Medawati, 2013). Selama tahap interfase, selaput nukleus

masih membatasi nukleus, mengandung satu atau lebih nukleolus, dan kromosom

masih belum terkondensasi. Pada tahap profase, serat-serat kromatin terkumpar

lebih rapat dan terkondensasi menjadi kromosom. Nukleolus lenyap, setiap

kromosom terduplikasi tampak sebagai dua kromatid saudara yang identik, Selain

itu, sentrosom-sentrosom bergerak saling menjauhi. Pada tahap prometafase,

selaput nukleus terfragmentasi, kromosom enjadi semakin terkondensasi.

Metafase merupakan tahap mitosis yang paling lama. Pada tahap ini, kromosom

berjejer pada lempeng metafase. Tahap anafase merupakan tahap mitosis terpendek.

Kedua kromosom anakan yang terbebas mulai bergerak menuju ujung-ujung sel
yang berlawanan arah. Pada tahap telofase, terbentuk dua nukleus anakan di dalam

sel, muncul selaput nukleus dari fragmen-fragmen selaput nukleus sel induk dan

bagian-bagian lain dari sistem endomembrane. Nukleolus muncul kembali,

kromosom menjadi kurang terdispensi. Pada tahap sitokinesis, pembelahan

sitoplasma biasanya sudah berlangsung cukup jauh pada akhir telofase, sehingga

kedua sel anakan muncul (Campbell, 2010).

Menurut Masruroh dan Esty (2016), tahap-tahap pembelahan mitosis terdiri dari

profase, metafese, anafase, telofase dan interfase. Pada dasarnya pembelahan

mitosis dimulai dengan bagian inti sel yang membelah, setelah diikuti pembelahan

sitoplasma. Jika sel induk memiliki 2n kromosom, setiap sel anak juga memiliki 2n

kromosom. Lebih jelasnya pada tahap profase terjadi kondensasi kromosom

menjadi lebih pendek dan tebal. Nucleolus mulai tidak tampak, membrane inti

menghilang. Tiap kromosom membelah memanjang, anakan kromosom ini disebut

kromatid. Tahap metaphase, kromosom menempatkan diri di bidang equatorial

(tengah) sel. Pada tahap anaphase kedua buah kromatid memisahkan diri dan ditarik

benag gelendong ke tiap kutub sel yang berlawanan. Pada tahap telofase di setiap

kutub sel terbentuk set kromosom yang serupa. Benang-benang gelendong lenyap

dan membrane inti terbentuk kembali. Plasma sel terbagi menjadi menjadi dua

bagian. Terbentuk dinding pemiah di tengah-tengah sel.

Pembelahan mitosis adalah proses pembelahan inti sel menjadi dua inti sel baru

melalui tahap-tahap tertentu dan menghasilkan sel anak dengan jumlah dan jenis

kromosom yang sama dengan sel induknya. Dari satu sel lalu menjadi dua sel anak

identik, masing-masing sel anak mewarisi kromosom yang sama banyak dengan
kromosom induknya. Jika sel induk memiliki 2n kromosom, setiap sel anak juga

memiliki 2n kromosom Pembelahan mitosis terjadi melalui beberapa tahapan.

Mula-mulai bagian inti sel membelah, setelah diikuti pembelahan sitoplasma.

Tahap-tahap pembelahan mitosis terdiri dari profase, metafese, anafase, telofase

dan interfase (Masruroh dan Esty, 2016).

Meiosis adalah pemebelahan sel yang terjadi pada sel germinativum untuk

menghasilkan gamet pria dan wanita yaitu masing-masing sperma dan sel telur.

Meiosis memerlukan dua pembelahan sel yaitu meiosis 1 dan meiosis II untuk

mengurangi jumlah kromosom menjadi haploid 23. Sel-sel germinativum pria dan

wanita (Spermatofit dan outsit primer) pada awal meiosis 1 mereplikasikan DNA-

nya sehingga sel benih mengandung dua kali lipat dari jumlah DNA yang normal

dan tiap-tiap dari 46 kromosomnya digandakan menjadi sister kromatid (Karlinah

et al, 2015).

Amitosis adalah proses pembelahan dari satu sel menjadi dua sel tanpa melui

fase-fase atau tahap-tahap pembelahan sel. Pada dasarnya amitosis merupakan

pembelahan inti secara langsung diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Proses

pembelahan sel pada sel prokariotik berbeda dengan pembelahan sel pada

eukariotik. Pada prokariotik pembelahan sel berlangsung secara sederhana yang

meliputi proses pertumbuhan sel, duplikasi materi genetic, pembagian kromosom,

dan pembelahan sitoplasma yang didahului dengan pembentukan dinding sel baru.

Proses pembelahan yang demikian dinamakan amitosis, amitosis adalah

pembelahan sel secara langsung tanpa melibatkan kromosom, contohnya pada sel

bakteri (Pai, 1992).


Menurut Gusrina (2018), Aceto carmine adalah larutan pewarna yang

digunakan untuk mewarnai jaringan, untuk pemeriksaan dibawah mikroskop.

Metode Aceto carmine hanya dilakukan untuk tujuan penelitian atau mencari data

awal. Fungsi Aceto carmine pada praktikum acara 2 yaitu karena Aceto carmine

biasa digunakan untuk mendeteksi adanya kromosom. Serta warna yang di hasilkan

dari Aceto carmine sendiri berwarna merah yang menjadikannya mudah untuk

diamati (Dewi et al., 2015).

Maserasi adalah proses perendaman sampel untuk menarik komponen yang

diinginkan dengan kondisi dingin diskontinyu. Keuntungannya yakni lebih praktis,

pelarut yang digunakan lebih sedikit, dan tidak memerlukan pemanasan, tetapi

waktu yang dibutuhkan relatif lama (Putra et al., 2014). Maserasi adalah proses

pengesktrakan simplisa dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali

pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. Proses maserasi

sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena selain murah dan

mudah dilakukan, dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan

dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel,

sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam

pelarut. Pelarut yang mengalir ke dalam sel dapat menyebabkan protoplasma

membengkak dan bahan kandungan sel akan larut sesuai dengan kelarutannya.

Preparat maserasi dapat memperlihatkan bagian-bagian dari jaringan secara utuh

karena masingmasing jaringan telah diisolasi dengan melalui beberapa proses.

Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi adalah prosedur dan peralatan yang

digunakan sederhana, metode ini tidak dipanaskan sehingga bahan alam yang
dikandungnya tidak terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa

terekstraksi, meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut

ekstraksi pada suhu kamar, sedangkan metode ekstraksi cara panas (soxhlet)

memiliki keuntungan berupa pelarut yang digunakan lebih sedikit (efisien bahan),

waktu yang digunakan lebih cepat, sampel yang diekstraksi secara sempurna karena

dilakukan berulang-ulang. Selain itu aktivitas biologis tidak hilang saat dipanaskan

(Febrina et al., 2015).

Prosedur kerja dalam praktikum pembelahan sel yaitu pertama merendam akar

bawang dalam larutan fiksatif. Kedua, akar bawang diberi pewarna dari aceto

carmine dan dipanaskan. Ketiga, akar bawang merah diambil, kemudian diletakan

pada gelas objek dan potong bagian tudung akar sepanjang 1 mm. Keempat, tutup

dengan cover glass dan dilewatkan diatas api bunsen sebanyak tiga kali. Kelima,

preparat diamati di bawah mikroskop dan gambar hasil pengamatannya. Sedangkan

cara kerja menurut Wosparkrik (2017), Tahapan pengerjaan dimulai dengan

memotong akar tanaman sepanjang ±1 cm. Pemotongan akar dilakukan antara jam

09.00 – 10.00 waktu setempat dimana akar sedang berada pada tahap metafase

dalam pembelahan mitosis. Akar kemudian direndam dalam aquades dan

dimasukan dalam lemari pendingin dengan suhu 40c selama 24 jam. Selanjutnya

akar direndam dalam larutan fixatif carnoy selama 1-24 jam pada suhu kamar. Akar

kemudian dibilas dengan aquades sebanyak 3 kali lalu di masukan dalam larutan

pewarna aceto-carmine. Larutan beserta akar dipanaskan diatas api bunsen hingga

mendidih dan berubah warna menjadi lebih pekat. Ambil ujung akar yang berwarna

lebih pekat menggunakan pinset kemudian di letakan diatas gelas preparat dan
ditambahkan gliserin 50% lalu ditutup menggunakan cover glass. Ketuk akar yang

telah dilindungi oleh cover glass menggunakan ujung tusuk gigi atau sumpit agar

sel menyebar dan tidak menumpuk kemudian ditekan menggunakan ibu jari agar

kondisi kromosom menjadi lurus. Tujuannya untuk memudahkan pengamatan

kromosom dan pembuatan idiogram. Pembelahan sel pada tahap metafase diamati

sebanyak 3 sel setiap individu tanaman dengan menghitung jumlah kromosom tiap

sel. Sel yang nampak jelas didokumentasikan dengan kamera digital.

Tanaman bawang merah sering digunakan pada pengamatan mitosis karena

memiliki pertumbuhan yang cepat, mudah didapat, dan harganya terjangkau. Pada

pengamatan mitosis yang menggunakan akar bawang merah akan memudahkan

pengamatan karena memiliki jumlah kromosom yang sedikit dan berukuran besar.

Serta mitosis pada sel tumbuhan khusus terjadi pada jaringan meristematik yang

terdapat pada ujung akar dan ujung batang (Abdullah et al., 2017).Berdasarkan

hasil praktikum pembelahan sel di dapat hasil bahwa pada tahap profase terdapat

sentromer, kromosom, sentrosom, membran nukleus dan benang spindel mulai

terbentuk. Tahap metafase terdapat sentrosom pada salah satu kutub, benang

spindel, kromosom berkumpul di bidang ekuator. Pada tahap anafase terdapat

sentrosom pada salah salah satu kutub, benang spindel, kromatid, dan bidang

equator. Tahap telofase, tahap terakhir dari pembelahan sel secara mitosis pada

tahap ini terdapat kromososm, membran nukleus dan spindel. Hasil tersebut sesuai

dengan pernyataan Muhlisyah (2014) yang menyatakan bahwa pada tahap profase

benang-benang tampak memendek sehingga terlihat tebal dan menjadi kromosom.

Pada fase metafase benang spindel telah terbentuk dan kromosom terlihat menebal
dan berada pada bidang tengah sel (bagian ekuator), pengamatan pada fase ini

paling mudah dilakukan karena pada tahap inilah kromosom paling jelas terlihat.

Selama anaphase, kromatidkromatid memisah di bagian sentromer dan tertarik ke

kutub-kutub yang berseberangan. Pada fase telofase, masing-masing set kromatid

yang memisah berkumpul pada kedua kutub sel dan kromatid tersebut kini berubah

menjadi kromosom.

Pada praktikum kali in didapatkan hasil yang sesuai mengenai pembelahan sel.

Sel membelah secara mitosis melalui beberapa fase, yaitu profase, metafase,

anafase, dan telofase. Untuk mengidentifikasi pembelahan sel berada pada fase-fase

tertentu praktikan mengamati dan mencocokan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.

Menurut Restu (2014), ciri-ciri yang dimaksud pada fase profase yaitu telah

hilangnya nukleus, benang-benang kromatin berubah menjdai kromosom, pasangan

sentriol yang berada dalam sentrosom berpisah dan bergerak menuju ke kutub yang

berlawanan, benang-benang spindel terbentuk diantara 2 kutub pembelahan. Pada

fase metafase setiap kromosom terdiri atas satu pasang kromatid menuju ke tengah

sel dan berkumpul pada bidang ekuator dan kemudian menggantung pada benang

spindle melalui sentromer atau kinetokor. Pada fase selanjutnya yaitu anafase,

sentromer dari setiap kromosom membelah sehingga menjadi dua bagian dengan

masing-masing 1 kromatid. Selanjutnya setiap kromatid berpisah dengan

pasangannya dan bergerak menuju ke kutub yang berlawanan dan pada akhir fase

ini semua kromatid sampai pada kutub maisng-masing. Fase yang terakhir adalah

telofase dimana akan berpisah menjadi individu-individu baru.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari praktikum ini dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa

1. Sel dapat melakukan pembelahan secara mitosis

2. Fase-fase yang dialami oleh sel ketika membelah sesuai dengan ciri-ciri

yang sudah sering dipelajari dan dihafalkan

3. Pembelahan mitosis menghasilkan dua individu baru

B. Saran

Untuk praktikum keselanjutannya senoga praktikan dapat mencoba mengamati

sesuatu yang baru, bukan hanya akar dari bawang merah saja. Namun bisa

mengamati oranisme-organisme yang lain ketika sedang melakukan pembelahan

baik secara mitosis ataupun meiosis.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, F.N., Adi S.J., dan Widayat. 2017. Penentuan Waktu Perendaman Sel
(fase mitosis) Akar Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
Menggunakan Safranin untuk Mendukung Praktikum Biologi. Jurnal
Bioleuser. 1(3): 86-91.
Campbell, R. 2010. Biologi Jilid 1 Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.
Darmanti, S., Nintya S., dan Tanti D.R. 2008. Perlakuan Defoliasi untuk
Meningkatkan Pembentukan dan Pertumbuhan Cabang Lateral Jarak
Pagar (Jatropha curcas). Anatomi Tumbuhan. 16(2):13-19.
Dewi, S.P., Arifah R., dan Nur R. 2015. Morfologi dan Viabilitas Serbuk Sari
Berbagai Aksesi Pamelo. Jurnal Agrnida. 1(1):37-45.
Febrina, L., Rolan R., dan Fairul M. 2015. Optimalisasi Ekstrak dan Uji Metabolit
Sekunder Tumbuhan Libo (Ficus Variegate Blume). Jurnal of Tropical
Pharmacy and Chemistry. 3(2):74-81.
Gabriel, J.F. 1988. Fisika Kedokteran. Departemen Fisika. Universitas Udayana,
Denpasar Bali.
Gusrina. 2018. Genetika dan Reproduksi Ikan. Deepublish, Yogyakarta.
Haryanti, S., Rini B.H., Nintya S., dan Agung P. 2009. Pengaruh Kolkisin terhadap
Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase dan Kandungan Protein Biji
Tanaman Kacang Hijau. Jurnal Penelitian sains dan Teknologi.
10(2):112-120.

Karlinah N., Efrida Y., dan Nuriah Arma. 2015. Bahan Ajar Embriologi Manusia.
Deepublish, Yogyakarta.
Kimball, J.W. 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid Kesatu. ITB, Yogyakarta.
Laksono, S.P., Qomariyah, dan Endang P. 2011. Persentase Distribusi Penyakit
Genetik dan Penyakit Yang Dapat Disebabkan Oleh Faktor Genetik.
Jurnal Kesehatan. 3(2):267-271.
Masruroh, F dan Esty S.N. 2016. Peran Algoritma Julia Set Dalam Mengkonstruksi
Pembelahan Sel Mitosis. Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. 4(2):173-184.
Medawati, A. 2013. Karsinoma Sel Skuamosa Sebagai Salah Satu Kanker Rongga
Mulut Dan Permasalahannya. Insisiva Dental Journal. 2(1):87-90.
Mitchell. 2002. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Mudyantini, W. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Selulosa, dan Lignin pada Rami
(Boehmeria nivea L. Gaudich) dengan Pemberian Asam Giberelat
(GA3). Biodiversitas. 9(4):269-274.
Muhliysah, Z. 2014. Perkembangan sel somatik di dalam tumbuhan. Jurnal Ilmiah
Sains. 3(4):45-46.

Pai, A. 1992. Dasar-dasar Genetika Edisi Kedua. Erlangga. Bandung.


Pratiwi. 2003. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Purnama, I.C.G., Chaireni M., Niken K., dan Darmawan S. 2017. Analisis Sitologi
Jeruk Siam Madu (Citrus nobilis L.) Hasil Kultur Endosperma. Jurnal
Produksi Tanaman. 5(5):847-850.

Putra, A.A.B., N.W. Bogoriani, N.P. Diantariani, dan N.L.U. Sumadewi. 2014.
Ekstrak Zat Warna Alam dari Bonggol Tanaman Pisang dengan Metode
Maserasi, Refluks, dan Sokletasi. Jurnal Kimia. 8(1):113-119.
Restu, A. I. 2014. Sel dan Jaringan. Bumi Aksara, Jakarta.

Suntoro, S. Handari. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia).


Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Winarto, L.M. 1981. Penuntun Pelajaran Biologi. Ganeca Exack, Bandung.

Wospakrik, A.H. 2017. Analisis karyotipe bawang merah hasil persarian bebas.
Jurnal Agrotek. 5(6):36-44.
LAMPIRAN

 Foto Hasil Praktikum

Profase Metafase Anafase Telofase

Anda mungkin juga menyukai