KIMIA ORGANIK
ACARA III
(PROTEIN)
Kelompok 5
Penanggung Jawab :
A. Latar Belakang
Bahan organik yang ada di muka bumi ini sangat amat beragam sekali. Begitu
juga dalam bidang pangan, senyawa organik sangat amat dibutuhkan oleh tubuh
manusia untuk melakukan sebuah metabolisme tubuh. Metabolisme dalam tubuh
diperlukan untuk keberlangsungan sebuha kehidupan yang dimana bahan-bahan
untuk melakukan sebuah metabolisme berbahan dasar senyawa-senyawa organik.
Senyawa organik yang sering dijumpai antara lain: protein, karbohidrat,
lipida/lemak.
Protein merupakan salah satu senyawa organik yang berperan sebagai
komponen utama dalam semua sel, baik tumbuhan atau hewan. Protein juga
merupakan biomolekul yang paling banyak dan paling bervariasi di dalam sel.
Protein berfungsi salah satunya adalah untuk kelangsugnan hidup sebuah sel, baik
dalam mempertahankan pertumbuhan sel atau melindungi sebuah sel. Protein
merupakan sebuah senyawa organik kompleks yang terdiri atas unsut-unsur utama
seperti karbon (C), hidrogen (H), belerang (S), dan fosfor (P).
Senyawa protein dapat dijumpai di beberapa produk bahan pangan seperti: telur,
daging, ikan, dan masih banyak lainnya. Kandungan protein dalam produk bahan
pangan tersebut dapat dikonsumsi secara langsung atau pun diolah terlebih dahulu.
Karena protein ketika digunakan untuk sebuah proses metabolisme akan melakukan
kontak dengan senyawa-senyawa lain maka perlu diketahui bagaimana sifat
kelarutan dari protein itu sendiri dengan senyawa lain dan selain itu seberapa
mengendap kah protein dengan senyawa garam. Pengujian kelarutan dan
pengendapan ini diperlukan untuk dapat mengetahui karakteristik dari protein itu
sendiri, karena karakteristik protein secara umum adalah sama namun terdapat ciri
khusus pada setiap sumber-sumber protein yang terkandung dalam produk bahan
pangan.
B. Tujuan
Protein adalah makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam amino.
Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai pengangkut dan penyimpan molekul
lain seperti oksigen, mendukung secara mekanis sistem kekebalan (imunitas) tubuh,
menghasilkan pergerakan tubuh, sebagai transmitor gerakan syaraf dan
mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan. Analisa elementer protein
menghasilkan unsur-unsur C, H, N dan O dan sering juga S. Di samping itu
beberapa protein juga mengandung unsur-unsur lain, terutama P, Fe, Zi dan Cu
(Katili, 2009).
Protein merupakan salah satu jenis zat penting yang dibutuhkan oleh tubuh
hewan maupun manusia. Sumber protein ada dua macam yaitu dari tumbuh-
tumbuhan (protein nabati) dan dari hewan (protein hewani). Protein ialah salah satu
senyawa biologis yang tersusun atas satuan asam amino. Protein mengandung
senyawa organik dengan susunan molekul yang kompleks dan terdiri dari unsur-
unsur C, H, N, O dan beberapa protein mengandung S dan P (Kurniati, 2009).
Ditinjau dari asalnya protein ada dua macam yaitu protein nabati dan protein
hewani. Protein hewani berkualitas lebih baik karena susunan asam amino
esensialnya lebih berimbang. Protein nabati mengandung lisin dan metionin yang
rendah, kualitasnya dapat diperbaiki dengan menambahkan protein hewani, lisin,
dan metionin sintesis atau mengkombinasikannya dengan biji-bijian maupun padi-
padian (Kurniati, 2009).
Asam amino sebagai penyusun utama protein merupakan senyawa organik yang
mengandung gugus amino (NH2), sebuah gugus asam karboksilat (COOH) dan
salah satu gugus lainnya, terutama dari kelompok 20 senyawa yang memiliki rumus
dasar NH2CHRCOOH (Suprayitno & Sulistiyati, 2017).
Suprayitno & Sulistiyati (2017) menambahkan, asam amino dapat
diklasifikasikan menjadi asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam
amino esensial merupakan asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh
namun sanagat penting dalam sebuah metabolisme, sedangkan asam amino non
esensial merupakan asam amino yang diperlukan dalam metabolisme namun tubuh
mampu untuk mensintesisnya.
Sifat Protein
a. Berat Molekul
Protein mempunyai berat molekul yang bervariasi dari 5000 sampai
beberapa juta
b. Protein sebagai Amfoter
Sifat-sifat protein sebagai amfoter ditentukan oleh gugus-gugusnya yang
dapat mengion. Derajat ionisasi dari asam amino sangat dipengaruhi oleh
pH
c. Sifat Ionik Protein
Jika protein banyak mengandung asam amino (yang bersifat asam)
glutamate dan aspartat, protein mempunyai titik isoelektrik yang rendah
d. Hidrasi Protein
Beberapa protein dapat membentuk gel. Protein yang cepat membentuk gel
mempunyai struktur tiga dimensi yang bergandengan dengan ikatan
hydrogen
e. Presipitasi/Pengendapan Protein
Bila kedalam zat pelarut ditambah sedikit garam, kelarutan protein
meningkat karena daya elektrostatis antara molekul disekelilingnya turun,
peristiwa ini disebut denagan salting-in. Tapi bila konsentrasi garam tinggi,
kelarutan protein turun, peristiwa ini disebut dengan salting-out. Protein
dapat mengendap dalam garam berkonsentrasi tinggi, logam-logam berat,
alkohol
f. Koagulasi Protein
Panas dapat menyebabkan koagulasi protein dengan suhu efektif berkisar
antara 38 – 75ºC. Misalnya putih telur mula-mula bening, tidak berwarna,
bila dipanaskan berubah menjadi padatan berwarna putih. Peristiwa ini
disebut sebagai koagulasi
g. Denaturasi Protein
Denaturasi protein adalah berubahnya susunan ruang / lantai polipeptida
suatu molekul protein. Terjadinya denaturasi protein tahap awal pada saat
protein dikenai suhu pemanasan sekitar 50ºC, protein tersebut belum bias
dikatakan rusak, hanya mengalami perubahan struktur sekunder, tersier,
kuartener.
1. Protein sederhana
Protein sederhana adalah protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul
asam amino. Protein sederhana dibedakan menjadi dua, yaitu protein serat
dan protein globular. Protein serat mempunyai bentuk molekul panjang dan
mempunyai sifat tidak larut dalam air serta sukar diuraikan enzim. Contoh
protein serta adalah keratin sutera alam dan kolagen. Protein globular
berbentuk bulat dan pada umumnya dapat larut dalam air, larutan asam atau
basa, serta etanol. Beberapa jenis protein globular di antaranya adalah
albumin, globumin, histon, dan protamina.
2. Protein gabungan
Protein gabungan adalah protein yang berikatan dengan senyawa bukan
protein. Bagian yang bukan protein ini disebut gugus prostetik. Jenis protein
gabungan antara lain mukoprotein, lipoprotein, dan nucleoprotein.
Mukoprotein adalah gabungan antara protein dan karbohidat yang terdapat
dalam bagian putih telur, serum darah, dan urine wanita hamil. Lipoprotein
adalah gabungan antara protein yang larut dalam air dengan lipid.
Nukcleoprotein terdiri atas protein yang bergabung dalam asam nukleat.
Marzuki et al. (2010) juga menambahkan lagi sifat-sifat protein
1. Ionisasi
Seperti asam amino, protein yanag larut dalam air akan membentuk ion
yang mempunyai muatan positif dan negative. Protein mempunyai titik
isoelektrik. Titik isoelektrik mempunyai arti penting karena berhubungan
erat dengan sifat fisik dan sifat kimia. Pada pH di atas titik isoelektrik
protein bermuatan negative, sedangkan pada pH di bawah titik isoelektrik
protein bermuatan positif.
2. Denaturasi
Denaturasi merupakan perubahan konformasi alamiah menjadi suatu
konformasi yang tidak menetu. Proses denaturasi ini dapat berlangusng
secara reversible maupun tidak reversible. Pada umumnya penggumpalan
protein didahului proses denaturasi yang berlangsung pada titik isoelektrik
protein tersebut denaturasi dapat terjadi karena pengaruh pH, gerakan
mekanik, adanya alkohol, aseton, eter, dan detergen.
3. Viskositas
Viskositas adalah tahanan yang timbul oleh adanya gesekan antara molekul-
molekul di dalam zat cair yang mengalir. Larutan protein dalam air
mempunyai viskositas atau kekentalan yang relative lebih besar daripada
viskositas air sebagai pelarutnya. Viskositas larutan protein tergantung pada
jenis protein, bentuk molekeul, kemolaran, dan suhu laruan.
Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pipet ukur
5. Filler
Bahan
1. Albumin telur
2. Air suling (aquades)
3. Larutan HCl 10%
4. Larutan NaOH 10%
5. Alcohol 96%
6. Kloroform
7. Larutan (NH4)2SO4 10%
8. Larutan NaCl 10%
9. Larutan CaCl2 10%
10. Larutan MgSO4 10%
B. Prosedur Kerja
Uji Kelarutan
A. Hasil
Uji Kelarutan
A. Kesimpulan
B. Saran
Devi, N. 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga. PT Kompas Media
Nusantara. Jakarta.
Katili, A. S. 2009. Struktur dan Fungsi Protein Kolagen. Jurnal Pelangi Ilmu. 2(5):
19 – 29.
Marzuki, I., Amirullah, & Fitriana. 2010. Kimia dalam Keperawatan. Pustaka As
Salam. Jakarta.
Nursiwi, A., Darmadji, P., & Kanoni, S. 2013. Pengaruh Penambahan Asap Cair
tehadap Sifat Kimia dan Sensoris Telur Asin Rasa Asap. Jurnal Teknologi
Hasil Pertanian. 6(2): 82 – 89.
Uji Kelarutan
Albumin + Aquadest
2. Disiapkan aquadest
2. Disiapkan kloroform
Dipipet 2 ml larutan
6.
albumin telur
Dimasukkan aquadest ke
dalam tabung reaksi berisi
4.
albumin telur setetes demi
setetes
Dimasukkan aquadest
5. setetes demi setetes hingga
terbentuk endapan
(NH4)2SO4
2. Disiapkan pipet
3. Dipipet 2 ml albumin telur
Dimauskan larutan
6. (NH4)2SO4 setetes demi
setetes
Ditetesi hingga terbentuk
7.
atau timbul endapan