Dinkes Inhu – Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan salah satu
upaya kesehatan berbasis masyarakat yang bersifat promotif dan preventif dalam rangka deteksi dini dan
pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko
PTM meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik,
obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindaklanjuti secara dini faktor risiko
yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah
(PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
Kegiatan Posbindu PTM pada dasarnya merupakan kegiatan milik masyarakat yang dilaksanakan
sepenuhnya dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Sektor kesehatan khususnya
Puskesmas lebih berperan dalam hal pembinaan Posbindu PTM dan menerima pelayanan rujukan dari
Posbindu PTM di wilayah kerjanya karena pada prinsipnya kegiatan Posbindu PTM mencakup upaya
promotif dan preventif, maka di dalam kegiatan Posbindu PTM tidak mencakup pelayanan pengobatan
dan rehabilitasi. Posbindu PTM akan merujuk setiap kasus PTM yang ditemukan ke Puskesmas atau
pelayanan kesehatan lainnya untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut.
Rengat-Dinkes Inhu. Meningkatnya pencemaran udara oleh kabut asap di beberapa wilayah di
Indonesia khususnya di Sumatra dan Kalimantan tidak hanya menimbulkan keresahan di masyarakat,
namun juga meningkatkan pemberitaan dan informasi terkait kondisi tersebut, termasuk informasi
tentang penggunaan masker kesehatan sebagai alat pelindung sistem pernafasan. Saat ini marak beredar
di internet maupun media sosial yang memberikan informasi tentang cara penggunaan masker kesehatan
yang baik dan benar, namun sebagian dari informasi tersebut tidak mencatumkan sumber yang dapat
dipercaya sehingga menimbulkan perdebatan di masyarakat. Namun terjadinya perdebatan tersebut
membuktikan bahwa saat ini masyarakat telah memiliki kesadaran dan kepedulian yang tinggi akan
pentingnya kesehatan sehingga berupaya mencari informasi yang tepat dan dapat dipercaya dalam
rangka meningkatkan kesehatannya dan melindungi dirinya dari berbagai masalah kesehatan akibat
dampak kabut asap.
Memakai masker pada kondisi udara tercemar seperti saat ini merupakan cara yang mudah dan efektif
untuk melindungi diri dari paparan berbagai polutan yang dapat menurunkan kondisi kesehatan tubuh.
Secara umum ada 2 tipe masker kesehatan yang dapat dipergunakan sebagai alat pelindung diri pada
kondisi kabut asap yaitu masker biasa yang umum dipergunakan dan masker respirator N95. Kedua jenis
masker tersebut merupakan alat pelindung yang dapat melindungi penggunanya dari kontaminasi cairan
atau partikel udara yang tercemar.
Masker Biasa
Masker jenis ini adalah yang umum dipergunakan dan didistribusikan kepada masyarakat ketika terjadi
kabut asap atau kondisi pencemaran udara lainnya seperti gunung meletus. Terkadang masker ini
disebut juga masker wajah (face mask) karena penggunaannya hampir menutupi seluruh wajah atau
disebut juga masker bedah (surgical mask) karena biasanya dipergunakan sebagai alat pelindung diri
oleh petugas kesehatan di rumah sakit ketika melakukan operasi atau tindakan medis lainnya. Masker ini
merupakan salah satu alat utama untuk mencegah penyebaran penyakit seperti influenza, tuberculosis
dan sebagainya. Biasanya jenis masker ini memiliki ciri berupa adanya tali pengikat yang dapat diikatkan
pada bagian belakang kepala atau karet penggantung yang dapat dikaitkan ke telinga. Selain itu pada
permukaan luar umumnya berwarna (warna tergantung merk) dan pada sisi dalamnya berwarna putih
serta pada bagian atas terdapat kawat hidung (nose piece) yang dapat ditekuk sesuai lekuk hidung.
Penggunaan masker ini sangat dianjurkan pada orang yang sakit dengan gejala batuk atau pilek agar
tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Apakah masker jenis ini efisien dipergunakan saat kabut asap?
Masker ini didesain sangat sederhana sehingga hanya dapat menjaga percikan cairan saat batuk atau
bersin tetapi kurang efektif untuk menyaring partikel asap maupun polutan yang dapat melewati celah
pada sisi atas, bawah maupun samping masker ketika digunakan ataupun yang lolos melewati bahan
penyaring masker yang tipis. Masker ini sebenarnya kurang maksimal memberikan perlindungan ketika
kabut asap, namun demikian masih tetap lebih baik daripada tidak memakai masker sama sekali.
Bagaimana cara menggunakan masker ini dengan baik dan benar?
Perlu diingat bahwa masker ini hanya boleh dipergunakan sekali pakai. Anda harus menggantinya dengan
yang baru ketika sudah mulai kotor atau berdebu. Beberapa sumber menyatakan bahwa masker ini
hanya efektif dipergunakan 3-4 jam pemakaian atau maksimal 1 hari.
Berikut langkah-langkah penggunaan masker biasa/bedah yang benar dikutip dari San Fransisco
Department of Public Health:
1. Sebelum menyentuh masker, cuci tangan Anda dengan air dan sabun atau hand sanitizer
2. Ambil sebuah masker dan pastikan tidak ada noda kotoran atau lubang/sobekan pada setiap sisi
masker.
3. Tentukan sisi atas masker yang ditandai dengan adanya kawat hidung (nose piece) dan tempatkan
pada bagian atas.
4. Tentukan yang mana sisi luar dan sisi dalam masker, sisi luar biasanya ditandai dengan bagian yang
berwarna dan memiliki permukaan yang lebih kasar serta arah lipatan menghadap ke bawah,
sedangkan sisi dalam biasanya berwarna putih dan memiliki permukaan yang lebih halus.
5. Ikuti instruksi di bawah ini untuk berbagai tipe masker yang digunakan:
Masker dengan karet telinga: gantung masker dengan melingkarkan karet pada setiap telinga.
Masker dengan tali pengikat: Letakkan sisi atas masker pada batas atas hidung dan ikatkan tali
bagian atas pada belakang atas kepala Anda.
6. Tempelkan dan bentuk kawat hidung ( nose piece) mengikuti lekuk hidung Anda.
7. Jika menggunakan masker dengan tali pengikat, ikatkan tali bagian bawah pada belakang leher.
8. Tarik bagian bawah masker sampai menutupi seluruh mulut dan dagu Anda.
Disamping kemampuannya tersebut, masker ini juga memiliki kekurangan, diantaranya bagi yang tidak
terbiasa menggunakannya mungkin akan merasa gerah dan kurang nyaman sehingga tidak betah
menggunakannya dalam waktu lama. Masker jenis ini juga tidak direkomendasikan untuk mereka yang
memiliki gangguan pernafasan dan penyakit jantung, lanjut usia dan wanita hamil karena masker ini
membuat sulit bernafas sehingga kebutuhan oksigen tidak terpenuhi secara optimal.
Ketersediaannya yang terbatas dan dengan harga relatif mahal menjadikannya bukan menjadi pilihan
utama ketika kabut asap terjadi. Namun jika Anda memiliki masker ini, sebaiknya Anda menggunakannya
dengan baik dan benar. Berikut langkah-langkah menggunakan masker N95 yang baik dan benar:
1. Cuci tangan anda dengan air dan sabun atau hand sanitizer sebelum menggunakan masker.
2. Pilih masker N95 yang cocok dan pas di wajah Anda (biasanya masker ini tersedia dalam beberapa
ukuran).
3. Pegang masker dengan telapak tangan dan letakkan pada wajah Anda sampai menutupi hidung,
mulut dan dagu.
4. Tarik dan posisikan karet pengikat atas ke belakang kepala Anda melewati atas telinga dan posisikan
karet pengikat bawah ke belakang leher Anda melewati bawah telinga.
5. Tekan kawat hidung, tekuk sesuai lekuk hidung dan urut mengikuti kontur hidung dan wajah
6. Pastikan tidak ada celah udara luar yang masuk, cek dengan menarik dan menghembuskan nafas, jika
terasa ada aliran udara dari sisi masker berarti terdapat celah yang memungkinkan udara luar masuk,
perbaiki dengan menggeser posisi masker sampai celah tertutup rapat seluruhnya.
Sumber Bacaan:
1. AsiaOne (2015). How to Choose The Right Mask to Protect Yourself from Haze.
2. CDC (2015). Respirator Trusted-Source Information Section 3: Ancillary Respirator Information.
3. Detik.com (2010). Masker Bedah Kurang Maksimal untuk Menyaring Debu.
Rubella, Gejalanya Mirip Campak Namun Beda
Penyebab
Posted by: Admin in Info Penyakit Jumat, 27 November 2015 20,916 Views
R ubella atau biasa dikenal sebagai campak Jerman umumnya menyerang anak-anak dan remaja.
Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella dan dapat menyebar dengan sangat mudah. Virus ini
menyerang kulit dan kelenjar getah bening. Biasanya ditandai dengan ruam yang khas berwarna merah
serta adanya pembengkakan pada kelenjar getah bening (inflamasi). Walaupun tergolong penyakit yang
ringan jika mengenai anak-anak, namun cukup berbahaya untuk wanita yang sedang hamil, bahkan bisa
mengakibatkan kematian pada sang bayi.
S emua orang berhak dilindungi kesehatannya dari paparan asap rokok orang lain. Tidak ada batas
aman bagi paparan asap rokok. Racun yang dikandung asap rokok yang masuk ke dalam tubuh secara
kumulatif akan tersimpan dan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Karena itu, salah satu upaya
efektif untuk melindungi seluruh masyarakat dari asap rokok orang lain adalah melalui penerapan
kawasan tanpa rokok (KTR). Penerapan KTR memungkinkan masyarakat untuk dapat menikmati udara
bersih dan sehat serta terhindar dari berbagai risiko yang merugikan kesehatan dan kehidupan.
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan
merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan dan/atau mempromosikan produk
tembakau. Oleh karena itu semua tempat yang telah ditetapkan sebagai KTR harus bebas dari asap
rokok, penjualan, produksi, promosi dan sponsor rokok.
Pemerintah melalui UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan PP No. 109 Tahun 2012 Tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan telah
mewajibkan pemerintah daerah untuk menetapkan KTR di wilayahnya masing-masing melalui Peraturan
Daerah (Perda) atau peraturan perundang-undangan daerah lainnya. KTR ini meliputi: fasilitas pelayanan
kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,
tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.
KTR merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa, baik individu, masyarakat, DPR/DPRD,
maupun pemerintah dan pemerintah daerah untuk melindungi generasi sekarang maupun yang akan
datang dari bahaya asap rokok. Lebih dari 7.000 bahan kimia telah teridentifikasi pada asap rokok, 250
senyawa tersebut adalah racun dan karsinogenik. Oleh karena itu, diperlukan komitmen bersama dari
lintas sektor dan berbagai elemen masyarakat ini akan sangat berpengaruh pada penerapan KTR.
Penerapan KTR secara konsisten diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
terutama terkendalinya faktor risiko penyakit dan kematian yang disebabkan oleh rokok, dan
meningkatnya budaya msyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, akan
meningkatkan citra (pandangan) yang baik dari masyarakat umum terhadap daerah dan pemerintahnya
dengan meningkatnya kedisiplinan, ketertiban dan kepatuhan pada peraturan. Dari aspek lingkungan,
penerapan KTR akan berdampak pada meningkatnya kualitas udara, terutama kualitas udara dalam
ruang. Dalam bidang ekonomi, akan mampu meningkatkan tingkat ekonomi keluarga karena
berkurangnya belanja rokok, terutama pada keluarga miskin. Demikian juga bagi pemerintah
setempatnakan mengurangi pengeluaran belanja pemerintah daerah untuk pembiayaan kesehatan dalam
penanggulangan penyakit akibat rokok.
9 Indikator Kepatuhan dalam Monitoring Evaluasi KTR
1. Tidak tercium asap rokok
2. Tidak terdapat orang merokok
3. Tidak terdapat asbak/korek api/pemantik
4. Tidak ditemukan puntung rokok
5. Tidak terdapat ruang khusus merokok
6. Terdapat tanda larangan merokok
7. Tidak ditemukan adanya indikasi merek rokok atau sponsor, promosi dan iklan rokok di area KTR
8. Tidak ditemukan penjualan rokok (pada sarana kesehatan, sarana belajar, sarana anak, sarana
ibadah, kantor pemerintah dan swasta, dan sarana olahraga kecuali: pasar modern/mall, hotel,
restauran, tempat hiburan dan pasar tradisional)
9. Penjualan rokok tidak di-display (dipajang)