Anda di halaman 1dari 22

LI 1.

Memahami dan Menjelaskan Makroskopik dan Mikroskopik Saluran Nafas Bawah Manusia

LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Saluran Nafas Bawah

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besarterdiri dari sel-sel epitel dan dan
endotel. O2 masuk ke dalam darah danCO2 dikeluarkan dari darah.Paru-paru dibagi menjadi dua,
yakni :

Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru):

 Lobus pulmo dekstra superior


 Lobus medial
 Lobus inferior.

Paru-paru kiri, terdiri dari:

 pulmo sinister lobus superior


 pulmosinister lobus inferior.

Tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih kecil (segmentalis):

Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu :

o 5 buah segment pada lobus superior, dan


o 5 buah segment pada inferior

Paru-paru kanan mempunyai 10 segmet yakni :

o 5 buah segment pada lobus inferior


o 2 buah segment pada lobus medialis
o 3 buah segment pada lobus inferior
Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahanyang bernama lobulus.
Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnyadibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-
pembuluh darah getehbening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat
sebuahbronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang - cabang banyaksekali, cabang-
cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktusalveolus berakhir pada alveolus yang
diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.

Letak paru-paru

Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengahrongg dada/kavum


mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampukparu-paru atau hilus. Pada mediastinum
depan terletak jantung. Paru-parudibungkus oeh selaput selaput yang bernama pleura. Pleura
dibagimenjadi dua :

o Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yanglangsung


membungkus paru-paru.
o Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dindingdada.

Pada hillus terdapat ligamentum pulmonale yng berfungsi untukmengatur pergerakan alat dalam
hillus selama proses respirasi.Alat yang masuk pada hillus pulmonalis: (brouncus primer,
arteripulmonalis, arteri brounchialis, dan syaraf). Alat yang keluar pada hilluspulmonalis: (vena
pulmonalis, vena bronchialis, dan vasa limfatisi).

Persarafan Paru:

Serabut aferrent dan eferrent visceralis berasal dari truncussympaticus dan serabut parasympatiscus
berasal dari nervus vagus.

1.Serabut symphatis Truncusympaticus kanan dan kiri memberikan cabang – caang padaparu
membentuk plexus pulmonalis yang terletak didepan dandibelakang broncus prim. Fungsi saraf
sympatis untuk merelaxasitunica muscularis dan menghambat sekresi bron cus.

2.Serabut para sympatikusNervus vagus kanan dan kiri juga memberikan cabang – cabang
padaplexus pulmonalis kedepan dan kebelakang. Fungsi saraf parasympaticus untuk konstraksi
tunica muscularis akibatnya lumenmenyempit dan merangsang sekresi boncus.

LO 1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Saluran Nafas Bawah

Broncus

 Broncus extrapulmonal sangat mirip dengan trakea


 Tidak terdapat tulang rawberbentuk huruf “C”
 Epitel bertingkat torak dengan silia dan sel goblet
 Terdapat kelenjar campur
 Pada lamina propia terdapat berkas – berkas otot polos.

BRONCHIOLUS

 Tidak mempunyai tulang rawan dan pada lamina propia tidak terdapatkelenjar
 Lamina propia terdapat otot polos dan serat elastin
 Pada bronkiolus besar masih terdapat sel goblet.
 Pada bronkiolus kecil, mucosa dilapisi sel – sel kuboid atau toraksrenda, terdapat sel tanpa
silia, tidak terdapat sel goblet.
 Pada bronkiolus kecil terdapat sel clara yang menghasilkan surfaktan.

BRONCUS TERMINALIS

 Mucosa dilapisi oleh selapis sel kuboid.


 Pada dinding tidak terdapat alveolus
 Pada lamina dapat dilihat serat – serat otot polos

BRONCUS RESPIRATORIUS

 Epitel terdiri dari sel torak rendah atau kuboid


 Epitel terputus – putus, karena pada dinding terdapat alveolus.
 Tidak terdapat sel goblet
 Terdapat serat otot polos, kolagen, dan elastin.

DUCTUS ALVEOLARIS

 Ductus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, bebentuk kerucut.


 Epitel selapis gepeng
 Diluar epitel, dindingnya dibentuk oleh jaringan fiboelastis.
 Alveoli dipisahkan septum interalveolar

ATRIA, SACCUS ALVEOLARIS dan ALVEOLI

 Ductus alveolaris bermuara keatria.


 Alveolus berupa kantung dilapisis epitel selapis epitel selapis gepengyang sanagt tipis.
 Pada septum interalveolare terdapat serat retikular dan serat elastin

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Pernafasan Manusia

FUNGSI RESPIRASI DAN NON RESPIRASI DARI PARU

1. Respirasi : pertukaran gas O² dan CO²

2. Keseimbangan asam basa

3. Keseimbangan cairan
4. Keseimbangan suhu tubuh

5. Membantu venous return darah ke atrium kanan selama fase inspirasi

6. Endokrin : keseimbangan bahan vaso aktif, histamine, serotonin, ECF dan angiotensin

7. Perlindungan terhadap infeksi: makrofag yang akan membunuh bakteri

Mekanisme Pernafasan

Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usaha keras pernafasan
yang tergantung pada:

1. Tekanan intar-pleural

Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam keadaan normal
paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena ada perbedaan tekanan atau
selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan intra pleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi
diafrgama berkontraksi, volume rongga dada meningkat, tekanan intar pleural dan intar alveolar
turun dibawah tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga
dada mengecil mengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar meningkat diatas
atmosfir sehingga udara mengalir keluar.

2. Compliance

Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal sebagai
copliance.

Ada dua bentuk compliance:

- Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanan saluran nafas ( airway
pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang dewasa muda normal : 100 ml/cm H2O

- Effective Compliance : (tidal volume/peak pressure) selama fase pernafasan. Normal: ±50
ml/cm H2O

Compliance dapat menurun karena:

- Pulmonary stiffes : atelektasis, pneumonia, edema paru, fibrosis paru

- Space occupying prosess: effuse pleura, pneumothorak

- Chestwall undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen

Penurunan compliance akan mengabikabtkan meningkatnya usaha/kerja nafas.


3. Airway resistance (tahanan saluran nafas)

Rasio dari perubahan tekanan jalan nafas

SIRKULASI PARU

a. Pulmonary blood flow total = 5 liter/menit

Ventilasi alveolar = 4 liter/menit

Sehingga ratio ventilasi dengan aliran darah dalam keadaan normal = 4/5 = 0,8

b. Tekanan arteri pulmonal = 25/10 mmHg dengan rata-rata = 15 mmHg.

Tekanan vena pulmolais = 5 mmHg, mean capilary pressure = 7 mmHg

Sehingga pada keadaan normal terdapat perbedaan 10 mmHg untuk mengalirkan darah dari
arteri pulmonalis ke vena pulmonalis

c. Adanya mean capilary pressure mengakibatkan garam dan air mengalir dari rongga kapiler ke
rongga interstitial, sedangkan osmotic colloid pressure akan menarik garam dan air dari
rongga interstitial kearah rongga kapiler. Kondisi ini dalam keadaan normal selalu
seimbang.Peningkatan tekanan kapiler atau penurunan koloid akan menyebabkan
peningkatan akumulasi air dan garam dalam rongga interstitial.

TRANSPOR OKSIGEN

1.Hemoglobin

Oksigen dalam darah diangkut dalam dua bentuk:

- Kelarutan fisik dalam plasma

- Ikatan kimiawi dengan hemoglobin

Ikatan hemoglobin dengan tergantung pada saturasi O2, jumlahnya dipengaruhi oleh pH darah dan
suhu tubuh. Setiap penurunan pH dan kenaikkan suhu tubuh mengakibatkan ikatan hemoglobin dan
O2 menurun.

2. Oksigen content

Jumlah oksigen yang dibawa oleh darah dikenal sebagai oksigen content (Ca O2 )

- Plasma

- Hemoglobin
REGULASI VENTILASI

Kontrol dari pengaturan ventilasi dilakukan oleh sistem syaraf dan kadar/konsentrasi gas-gas yang
ada di dalam darah

Pusat respirasi di medulla oblongata mengatur:

-Rate impuls Respirasi rate

-Amplitudo impuls Tidal volume

Pusat inspirasi dan ekspirasi : posterior medulla oblongata, pusat kemo reseptor : anterior medulla
oblongata, pusat apneu dan pneumothoraks : pons.

Rangsang ventilasi terjadi atas : PaCo2, pH darah, PaO2

Mekanisme pernapasan, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Pernapasan Dada, adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk, yang berperan
mengangkat tulang rusuk, sedangkan otot antartulang rusuk dalam berperan menurunkan tulang
rusuk ke posisi semula.

Mekanisme pernapasan dada dapat dibedakan sebagai berikut.

a) Fase inspirasi, berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga volume rongga dada
membesar. Akibatnya, tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di
luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
b) Fase ekspirasi, merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antartulang rusuk ke posisi
semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga volume rongga dada menjadi kecil.
Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar
sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

2. Pernapasan Perut, merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktivitas otot-otot


diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme pernapasan perut dapat
sebagai berikut.

1. Fase inspirasi, otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar. Akibatnya, volume
rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
2. Fase ekspirasi, merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula)
sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar. Akibatnya, udara
keluar dari paru-paru keluar.

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Bakteri Mycobacterium tubercolusis

Bentuk.

 berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan ukuran 0,2-0,4 x 1-4 um.
 Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk identifikasi bakteritahan asam.
 Tidak dapat digolongkan gram negatif atau gram positif

Biakan

 Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2minggu bahkan
kadangkadangsetelah 6-8 minggu.
 Suhu optimum 37°C, tidak tumbuh pada suhu 25°C atau lebihdari40°C.
 Medium padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein- Jensen. PH optimum 6,4-7,0.
 Terdapat 3 formulasi umu yang dapat di gunakan;
1. medium agar semi sintetikmedium ini mengandung garam, vitamin, kofaktor,
asamoleat, albumin, katalase, gliserol, glukosa, dan malakit hijau.Medium ini
digunakan untuk mengobservasi morfologi koloni,untuk uji sensitifitas, dan
menambahkan antibiotik sebagaimedium selektif.
2. medium telur inspissatedmedium ini mengandung garam, gliserol, dan
substansiorganik kompleks. Medium ini digunakan sebagai mediumselektif dengan
menambahkan antibiotik
3. medium kaldumedium ini mendorong prolifersi inokulum kecil.

Sifat-sifat.

 Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6°C selama 15-20 menit.
 Biakan dapatmati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam.
 Dalam dahak dapat bertahan 20-30p jam.
 Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari.
 Biakan basil inidalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapatdisimpan dalam lemari
dengan suhu20°C selama 2 tahun.
 Myko bakteri tahan terhadap berbagai khemikalia dandisinfektanantara lain phenol 5%,
asam sulfat 15%, asam sitrat 3%dan NaOH 4%.
 Basil ini dihancurkanoleh jodium tinctur dalam 5 minit, denganalkohol 80 % akan hancur
dalam 2-10 menit.
 Bersifat aerob obligat

LI 4. Memahami dan Menjelaskan Penyakit TB

DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex.

Patogenesis

A. TUBERKULOSIS PRIMER

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru sehingga
akan terbentuk suatusarang pneumonik, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer
ini mungkin timbul di bagian mana sajadalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang
primer akan kelihatan peradangan saluran getah beningmenuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan
tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitisregional). Afek primer
bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer
iniakan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :

1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)


2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik, sarang
perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :

Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnyaSalah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu


kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar
sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis.
Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis
dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai
epituberkulosis.

Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau tertelan
Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh,
jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi
bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat
seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga
dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal,
genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkinberakhir dengan :

- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada anak


setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
- Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.

B. TUBERKULOSIS PASCA-PRIMER

Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-primer,
biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang bermacam macam
yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya.
Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi
sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di
segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu
sarang pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut:

1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat


2. Sarang tadi mula mula meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi
perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang
tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila
jaringan keju dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan muncul
dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian
dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini :
Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. Sarang pneumonik ini
akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan diatas Dapat pula memadat dan
membungkus diri (encapsulated), dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur
dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti
menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai
kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).

Klasifikasi

A. TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi atas:
a) Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik
menunjukkan
gambaran tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
b) Tuberkulosis paru BTA (-)
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologik
menunjukkan tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis positif

2. Berdasarkan tipe pasien


Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien
yaitu :
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan.

b. Kasus kambuh (relaps)


Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi
gambaran radiologik dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala
klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
- Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll) Dalam hal ini berikan dahulu antibiotik selama 2
minggu,
kemudian dievaluasi.
- Infeksi jamur
- TB paru kambuh

c. Kasus defaulted atau drop out


Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.

d. Kasus gagal
- Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan
ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
- Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir
bulan ke-2
Pengobatan

e. Kasus kronik / persisten


Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori
2 dengan
pengawasan yang baik

B. TUBERKULOSIS EKSTRA PARU

Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, kelenjar getah bening, selaput otak, perikard, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin dan lain-lain. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi
anatomi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan
bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstra paru aktif.
Diagnosis

A. GAMBARAN KLINIK

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan fisik/jasmani,


pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Gejala klinik

Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila
organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratorik (gejala lokal sesuai organ
yang terlibat)

1. Gejala respiratorik

- batuk ³ 2 minggu

- batuk darah

- sesak napas

- nyeri dada

Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat
tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum
terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama
terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.

2. Gejala sistemik

- Demam

- Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun

3. Gejala tuberkulosis ekstra paru

Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis
tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada
meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa
terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.

Pemeriksaan Jasmani

Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat. Pada
tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan
(awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan
paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior
(S1 & S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara
lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diafragma & mediastinum.

Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya cairan di rongga
pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak
terdengar pada sisi yang terdapat cairan. Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran
kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-
kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”

Pemeriksaan Bakteriologik

a. Bahan pemeriksasan

Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat
penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari
dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)

b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):

- Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)

- Pagi ( keesokan harinya )

- Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3 hari berturut-turut.

Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung dalam pot yang


bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak
bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi)
sebelum dikirim ke laboratorium. Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di
gelas objek, atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml
sebelum dikirim ke laboratorium. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek
dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah
tertulis identitas pasien yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium. Bila
lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan pasien, spesimen dahak dapat
dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos.

Cara pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring:

- Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian tengahnya
- Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari kertas saring
sebanyak + 1 ml
- Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung yang tidak
mengandung bahan dahak
- Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal di dalam
dus
- Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong plastik kecil
- Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisi kantong
yang terbuka dengan menggunakan lidi
- Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak
- Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium.

Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral, top-lordotik,
oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-
macam bentuk (multiform).

Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :

- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif

- Fibrotik

- Kalsifikasi

- Schwarte atau penebalan pleura

Luluh paru (destroyed Lung ) :

- Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya
secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis,
ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit
hanya berdasarkan gambaran radiologik tersebut.
- Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses penyakit Luas
lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sbb
(terutama pada kasusBTA negatif) :
 Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih
dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga
kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis
5), serta tidak dijumpai kaviti
 Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional. Dalam perkembangan kini ada beberapa
teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat.
1. Pemeriksaan BACTEC

Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik. M tuberculosis
memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth
indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara
cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan.

2. Polymerase chain reaction (PCR):

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk DNA
M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan kontaminasi.
Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak dipakai, kendati masih memerlukan ketelitian dalam
pelaksanaannya. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang
pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar internasional. Apabila
hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang menunjang kearah diagnosis TB,
maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis TB Pada pemeriksaan
deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekstra
paru sesuai dengan organ yang terlibat.

3. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:

a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon humoral berupa proses
antigen antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan
antibodi menetap dalam waktu yang cukup lama.

b. ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji serologik untuk mendeteksi
antibodi M. tuberculosis dalam serum. Uji ICT merupakan uji diagnostik TB yang menggunakan 5
antigen spesifik yang berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38
kDa. Ke 5 antigen tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) disamping garis kontrol.
Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke bantalan warna biru, kemudian serum akan
berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap M.tuberculosis,
maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan membentuk garis warna merah muda. Uji
dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis
antigen pada membran.

c. Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini menggunakan antigen
lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik
ini kemudian dicelupkan ke dalam serum pasien, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi
spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul
perubahan warna pada sisir dan dapat dideteksi dengan mudah.
d. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang terjadi dalam
menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus hati hati karena
banyak variabel yang mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi.

Pengobatan

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4
atau 7 bulan. Paduan

obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.

A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)

Obat yang dipakai:

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:

· Rifampisin

· INH

· Pirazinamid

· Streptomisin

· Etambutol

2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)

· Kanamisin

· Amikasin

· Kuinolon

· Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam klavulanat

· Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain :

 Kapreomisin
 Sikloserino PAS (dulu tersedia)
 Derivat rifampisin dan INH
 Thioamides (ethionamide dan prothionamide)
Efek Samping OAT :

Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian
kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek
samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau
berat (terlihat pada tabel 4 & 5), bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik
maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.

1. Isoniazid (INH)

Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi, kesemutan, rasa
terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis
100 mg perhari atau dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat
diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin (syndrom pellagra) Efek samping
berat dapat berupa hepatitis imbas obat yang dapat timbul pada kurang lebih 0,5% pasien. Bila
terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman TB
pada keadaan khusus

2. Rifampisin

Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan simtomatik ialah :

- Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang

- Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare

- Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan

Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :

- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dulu dan
penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus

- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu dari gejala ini terjadi,
rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang

- Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas

Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata, air liur. Warna merah
tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus diberitahukan
kepada pasien agar dimengerti dan tidak perlu khawatir.

3. Pirazinamid

Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan
khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan
serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan
asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
4. Etambutol

Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman, buta warna
untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis
yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang
diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu
setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan
okuler sulit untuk dideteksi

5. Streptomisin

Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan dan
pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang
digunakan dan umur pasien. Risiko tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi
ekskresi ginjal. Gejala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan
kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya
dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan
menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli). Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam
yang timbul tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara
dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat
terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25gr
Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil
sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.

TERAPI PEMBEDAHAN

lndikasi operasi

1. Indikasi mutlak

a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetetapi dahak tetap positif

b. Pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif

c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif

2. lndikasi relatif

a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang

b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan

c. Sisa kaviti yang menetap.

Tindakan Invasif (Selain Pembedahan)

· Bronkoskopi

· Punksi pleura
· Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)

Kriteria Sembuh

 BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah
mendapatkan pengobatan yang adekuat
 Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/ perbaikan
 Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif

Prognosis

Perkembangan dari infeksi TB menjadi penyakit TB terjadi ketika basil TB mengatasi pertahanan
sistem kekebalan tubuh dan mulai berkembang biak. Dalam TB primer penyakit-1-5% dari kasus-ini
terjadi segera setelah infeksi. Risiko meningkat reaktivasi dengan imunosupresi, seperti yang
disebabkan oleh infeksi HIV. Pada pasien koinfeksi dengan''M. TB dan HIV'', risiko reaktivasi
meningkat sampai 10% per tahun.

Ada sejumlah faktor yang diketahui yang membuat orang lebih rentan terhadap infeksi TB: dunia
yang paling penting dari ini adalah HIV. Co-infeksi HIV adalah masalah tertentu di Sub-Sahara Afrika,
karena tingginya insiden HIV di negara-negara. Merokok lebih dari 20 batang sehari juga
meningkatkan risiko TB oleh dua sampai empat kali. Diabetes mellitus juga merupakan faktor risiko
penting yang semakin penting di negara berkembang. Negara penyakit lain yang meningkatkan risiko
tuberkulosis berkembang Hodgkin limfoma, stadium akhir penyakit ginjal, penyakit paru-paru kronis,
malnutrisi, dan alkoholisme. Meskipun hubungan sebab akibat tidak dibuktikan oleh data ini,
peningkatan risiko ini bisa disebabkan oleh defisiensi mikronutrien: mungkin besi, vitamin B12 atau
vitamin D. Secara global, kekurangan gizi yang parah umum di bagian dunia berkembang
menyebabkan peningkatan besar dalam risiko mengembangkan TB aktif, karena efek merusak pada
sistem kekebalan tubuh. Seiring dengan kepadatan penduduk, gizi buruk dapat menyebabkan
hubungan kuat diamati antara TBC dan kemiskinan.

Pencegahan

Tips berikut berguna untuk mencegah Penularan penyakit TBC:

1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin

2. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)

3. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan

4. Menghindari udara dingin

5. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur

6. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari


7. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak boleh
digunakan oleh orang lain

8. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein

LI 5. Memahami dan Menjelaskan Etika Batuk

KONSEP ETIKA BATUK

Pengertian batuk dan bersin.

Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran
pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan
karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya.

Batuk terjadi karena rangsangan tertentu, misalnya debu di reseptor batuk (hidung, saluran
pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat syaraf ke pusat batuk yang
berada di otak. Di sini akan memberi sinyal kepada otot-otot tubuh untuk mengeluarkan benda asing
tadi, hingga terjadilah batuk.

Bersin merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah masuknya zat asing ke
dalam tubuh. Karena itu jangan ditahan jika anda terasa ingin bersin. Bersin adalah respon tubuh
yang dilakukan oleh membran hidung ketika mendeteksi adanya bakteri dan kelebihan cairan yang
masuk ke dalam hidung, sehingga secara otomatis tubuh akan menolak bakteri tersebut. Bersin juga
dapat timbul akibat adanya peradangan (rhinosinusitis), benda asing, infeksi virus, atau reaksi alergi.
Reaksi alergi tersebut muncul karena paparan terhadap bahan alergen.

Jenis-jenis dan penyebab dari masing-masing batuk.

Agar Anda lebih dapat mengenali jenis batuk yang Anda alami, kenali perbedaannya dari suara yang
ditimbulkan.

 Batuk kering. Batuk dengan suara nyaring dan membuat perut ikut sakit, biasanya makin
parah saat malam hari. Bisa disebabkan karena masuk angin, radang, atau asma.
 Batuk produktif/batuk basah. Batuk yang sering diiringi dengan riak atau lendir, yang
biasanya disebabkan oleh infeksi atau asma.

Penyebab bersin

Bersin dapat disebabkan karena adanya virus/kotoran/bakteri masuk ke hidung, antibodi


mengidentifikasi bahwa ada benda asingyang masuk yang dapat membahayakan sistem tubuh maka
terjadilah bersin

Kebiasaan batuk yang salah.

 Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.


 Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat batuk dan
bersin.
 Membuang ludah sudah batuk disembarang tempat.
 Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang tempat.
 Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk.

Cara batuk yang benar

Hal-hal perlu anda perlukan:

- Lengan baju

- Tissue

- Sabun dan air

- Gel pembersih tangan

Langkah 1

Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup hidung dan mulut anda dengan
menggunakan tissue atau saputangan atau lengan dalam baju anda setiap kali anda merasakan
dorongan untuk batuk atau bersin.

Langkah 2

Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.

Langkah 3

Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil kesempatan untuk pergi cuci
tangan di kamar kecil terdekat atau menggunakan gel pembersih tangan.

Langkah 4

Gunakan masker

Tips & Peringatan

 Ajarkan anak-anak cara yang tepat untuk batuk dan bersin untuk membantu mengurangi
penyebaran penyakit di udara.
 Bersin pada lengan baju bagian dalam adalah cara penting untuk membantu mengurangi
penyebaran penyakit udara di seluruh dunia.
 Jika menggunakan tissue, itu hanya boleh digunakan sekali dan diikuti segera dengan
mencuci tangan dan membuang tissue pada tempat sampah.
Artinya : “Diriwayatkan dari Malik Al Asy’ari dia berkata, Rasulullah saw. bersabda : Kebersihan
adalah sebagian dari iman dan bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan), dan bacaan
subhanallahi walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi, dan shalat adalah cahaya dan
shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al Quran adalah pedoman bagimu.” (HR.
Muslim)”

PENCEGAHAN PENYAKIT TBC-PARU.


Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat dan petugas
kesehatan.

A. Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan.


1. Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan membuang
dahak tidak disembarangan tempat.
2. Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap bayi harus
harus diberikan vaksinasi BCG.
3. Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB yang
antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.
4. Isolasi, pemeriksaan kepada orang-orang yang terinfeksi, pengobatan khusus TBC.
Pengobatan mondok dirumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat yang
memerlukan pengembangan program pengobatannya yang karena alasan-alasan sosial
ekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.
5. Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, perlu perhatian
khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur, pakaian), ventilasi
rumah dan sinar matahari yang cukup.
6. Imunisasi orang-orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang-orang sangat dekat
(keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya yang terindikasi dengan
vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
7. Penyelidikan orang-orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota keluarga dengan
foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara-cara ini negatif, perlu diulang
pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu penyelidikan intensif.
8. Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat. Obat-obat
kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun dan teratur, waktu
yang lama ( 6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan
pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.
B. Tindakan Pencegahan.
1. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan
hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspect
gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak,
suspect, perawatan.
3. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif
dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
4. BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya
dan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa
tempat pencegahan.
5. Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan
pasteurisasi air susu sapi.
6. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean menghirup udara yang tercemar
debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
7. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
8. Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti
para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit,
petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
9. Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaan
tuberculin test.

Strategi DOTS

Pada tahun 1994 pemerintah indonesia bekerja sama dengan badan kesehatan dunia (WHO)
menangulangi TB di Indonesia, yang kemudian disebut dengan “STRATEGI DOTS”.

Istilah DOTS (directly observed treatment shortcourse) dapat diartikan sebagai pengawasan
langsung menelan obat jangka pendek setiap hari oleh pengawas makanan obat (PMO) , tujuannya
mencapai angka kesembuhan yang tinggi , mencegah putus berobat,mengatasi efek samping obat
jika timbul dan mencegah resistensi.

PMO haruslah orang yang mampu membantu pasien sampai sembuh selama 6 bulan dan sebaiknya
merupakan anggota keluarga yang diseganinya.

Ada lima kunci dalam strategi DOTS yaitu :

1. Komitmen

2. Diagnosa yang benar dan baik

3. Ketersediaannya dan lancarnya distribusi obat

4. Pengawasan penderita menelan obat

5. Pencatatan dan pelaporan penderita dengan sistem kohort

Anda mungkin juga menyukai