Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FITOKOMIA

Disusun oleh :

1. Nur Islamiah (170105050)

2. Nur Solecha (170105051)

3. Pegi Erawati (170105052)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas terstruktur mata kuliah botani farmasi berupa
makalah yang berjudul “Kandungan Flavonoid Sebagai Salah Satu Senyawa Golongan Fenolat dalam
Tumbuhan” dalam rangka memenuhi aspek penilaian mata kuliah Fitokimia yang berjumlah 3 SKS.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam upaya menambah pengetahuan
tentang kandungan senyawa golongan fenolat dalam tumbuhan. Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif /
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAPUS

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa aromatik.
Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang menyebabkan warna
pada bunga, kayu pohon tropis, bermacam-macam kapang dan lumut termasuk zat
alizarin.
Senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik yaitu cincin aromatik
yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzene, naftalen dan antrasen. Cincin
karboaromatik ini biasanya tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus
lainnya yang ekivalen ditinjau dari biogenetiknya. Oleh karena itu senyawa bahan alam
aromatic ini sering disebut sebagai senyawa-senyawa fenol walaupun sebagian
diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas.
Flavonoid merupakan salah satu senyawa golongan fenolat. Senyawa-senyawa ini
merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang
ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan
warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang,
biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan
seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana pengertian dari asam fenolat?


2. Bagaimana sifat fisika dari asam fenolat?
3. Bagaimana sifat kimia dari asam fenolat?
4. Bagaimana struktur dasar asam fenolat?
5. Apa saja jenis-jenis asam fenolat?
6. Bagaimana cara mendeteksi senyawa asam fenolat?
7. Bagaimana biosintesis dan isolasi asam fenolat?

1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian asam fenolat.


2. Mengetahui sifat fisika asam fenolat.
3. Mengetahui sifat kimia asam fenolat.
4. Mengetahui struktur dasar asam fenolat.
5. Mengetahui apa saja jenis-jenis asam fenolat.
6. Mengetahui cara mendeteksi senyawa asam fenolat.
7. Mengetahui biosintesis dan isolasi asam fenolat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Senyawa Golongan Fenolat


Fenolat merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolat
memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus-gugus
lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya, fenol.
Kelompok terbesar dari senyawa fenolat adalah flavonoid, yang merupakan senyawa
yang secara umum dapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan.
Senyawa fenolat sebagai antioksidan mampu menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas. Fenolat merupakan senyawa
yang memiliki kemampuan untuk merubah atau mereduksi radikal bebas dan juga
sebagai antiradikal bebas.

B. Sifat Fisika Asam Fenolat


1. Stabil pada suhu rendah
2. Ikatan karbon mudah patah
3. Larut dalam pelarut organik

C. Sifat Kimia Asam Fenolat


Dengan besi (III)klorida memberikan warna yang umumnya kecoklatan, asam
kafeat akan berwarna hijau gelap dan asam gentisat biru keunguan, dengan para
nitroanilin diazokan yang kemudian dibasakan dengan natrium karbonat akan
memberikan warna yang berlainan untuk berbagai asam fenolat. Sifat ini digunakan
untuk mendeteksi asam fenolat pada kromatogram.
Asam fenolat mengabsorpsi sinar ultraviolet dengan puncak maksimum pada
panjang gelombang antara 210 nm sampai 340 nm. Asam fenolat turunan sinamat
pada umumnya berfluoresensi dibawah sinaruv 365 nm, kecuali asam p-kumarat.
Turunan asam benzoat pada umumnya tidak berfluoresensi kecuali asam benzoat
yang terhidroksilasi pada orto seperti asam gentisat
Sifat lainnya yaitu :

3
1. Hidrogenasi asam keto menghasilkan asam hidroksi
2. Dekarboksilasi metabolisme asam keto-α-keto

D. Struktur Dasar Asam Fenolat

Senyawa fenolat merupakan kelompok senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
hidroksil (OH) yang terikat pada cincin aromatis. Basis struktur dari kelompok senyawa
fenolat adalah fenol.

OH

Gambar 1. Fenol

Gambar 2. Asam fenolat


Senyawa fenolat dalam banyak hal mirip dengan alkohol alifatik dengan gugus
hidroksil terikat pada rantai karbon. Tetapi, gugus hidroksil fenolat, terpengaruh
oleh keberadaan cincin aromatik, sehingga hidrogen pada hidroksil fenolat bersifat
labil, yang menyebabkan fenolat cenderung asam lemah.
Polifenol adalah kelompok senyawa yang memiliki lebih dari satu gugus
hidroksil fenolat yang terikat pada satu atau lebih cincin benzena. Istilah polifenol
ini sedikit membingungkan karena bisa difahami sebagai polimer dari senyawa
fenol. Senyawa fenolat merupakan karakteristik dari tanaman dan sebagai sebuah
kelompok senyawa, biasanya ditemukan sebagai ester atau glikosida daripada
sebagai senyawa bebas. Hal ini penting disadari jika kita ingin memisahkan
senyawa fenolat dari jaringan tanaman.
Pada umumnya asam fenolat dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk:
a. Bebas
b. Ester
c. Glikosida

4
Untuk mengidentifikasi asam fenolat bentuk ester harus dilakukan hidrolisis
basa, sedangkan bentuk glikosida harus dilakukan hidrolisis asam.

E. Jenis-jenis Asam Fenolat

Senyawa fenolat mencakup kisaran kelompok senyawa kimia yang sangat besar dan
beragam. Kelompok senyawa ini dapat diklasifikasi menurut beberapa cara. Harborne dan
Simmonds (1964) menklasifikasi kelompok senyawa fenolat menjadi bebarapa grup
berdasarkan jumlah atom karbon dalam molekulnya (Tabel 1).

Klasifikasi lainnya digunakan oleh Swain dan Bate-Smith (1962). Mereka


mengelompokkan dalam kategori “umum” dan “kurang umum”. Ribereau-Gayon (1972)
mengelompokkan senyawa fenolat menjadi tiga famili sebagaimana berikut:

1. Fenolat yang terdistribusi luas tersebar di semua tanaman, atau peranan pentingnya dalam
tanaman tertentu
2. Fenolat yang terdistribusi terbatas sejumlah/terbatas senyawa yang telah diketahui
3. Kontituen fenolat yang eksis sebagai polimer.

Tabel 1. Klasifikasi Senyawa Fenolat


Struktur Kelas
C6 Fenolat sederhana
C6 – C1 Asam fenolat dan senyawa yang terkait
C6 – C2 Asetofenon dan sama fenilasetat
C6 – C3 Asam sinamat, aldehida cinnamil, alkohol
cinnamil
C6 – C3 Koumarin, isokoumarin, kromon
C15 Flavan, flavon, flavanon,flavanonol,antosianodin,
antosianin
C30 Biflavonil
C6-C1-C6, C6-C2-C6 Benzofenon, santon, stilben
C6, C10, C14 Kuinon
C18 Betasianin
Lignan, neolignan Dimer, oligomer
Lignin Polimer
Tannin Oligomer, polimer

5
Flobafen Polimer

F. Cara Mendeteksi Asam Fenolat

Fenol/Fenolat banyak terdapat di alam biasanya berasal dari bahan – bahan organik
yang telah membusuk atau bahan – bahan yang terdapat di alam.
Misalnya saja bahan – bahan yang mengandung lignin karena di dalam ligninlah terdapat
gugus fenol yang nantinya bisa diuraikan melalui beberapa proses misalnya dengan
hidrolisis, pirolisis, ekstraksi dan lain- lain

G. Biosintesis dan Isolasi Asam Fenolat

a. Biosintesis
Berdasarkan biosintesis dapat terbagi menjadi: asam fenolat turunan asam benzoat dan
asam fenolat turunan asam sinamat

Asam benzoat Asam sinamat

Asam fenolat turunan asam benzoat berasal dari hasil degradasi senyawa antosianin,
sedangkan asam fenolat turunan asam sinamat termasuk golongan senyawa fenil propanoid.
- Asam fenolat turunan benzoat
Misal: asam vanilat, asam galat, asam para hidroksi benzoat, asam ptotokatekuat,
asam siringat, asam gentisat dan asam salisilat.
Asam vanilat

6
- Asam fenolat turunan asam sinamat
Asam fenolat turunan asam sinamat meliputi asam para-kumarat, asam
ferulat, asam kafeat dan asam sinapat.

Asam ferulat Asam kafeat

Biosintesis senyawa fenolik sebagian besar terjadi di sitoplasma dan diawali


melalui jalur shikimate (gambar 2.1) (wink 2010). Asam 3-dehidrosikimate merupakan
produk Antara jalur sikimated dari substrat karbohidrat yang penting dalam biosintesis
senyawa fenolik. Asam gelat (C6-C1, Gambar 1.3a) sebagai contoh, disintesis dari asam 3-
dehidrosikimst (Gambar 2.2). Asam gelat kemudian dapat diubah menjadi β‐glukogallin.
Senyawa Antara ini kemudian mengalami galloilasi sehingga terbentuk penta-O-galloil-
glukosa. Galloilasi lebih lanjut terhadap penta-O-galloil-glukosa akan menghasilkan
senyawa-senyawa dari golongan tannin yang dapat terhidrolisis, yaitu kelompok gallotannin
dan ellagitanin (Cronizer et al.2006)

Di tanaman, asam 3‐dehidrosikimat selain diubah menjadi asam galat juga


digunakan untuk menyintesis L‐fenilalanin dan mulai memasuki jalur fenilpropanoid. Melalui
bantuan enzim fenilalanin amonia liase, L‐fenilalanin dikonversi menjadi asam sinamat (C6‐
C3). Pada kondisi tanaman mengalami penyerangan oleh jamur, bakteri, atau virus, tanaman
akan memproduksi asam salisilat (C6‐C1) sebagai senjata pertahanan. Untuk menyintesis
asam salisilat, asam sinamat dikonversi terlebih dahulu menjadi asam benzoat. Enzim asam
benzoat 2‐hidroksilase kemudian mengatalisi perubahan asam benzoat menjadi asam
salisilat (Gambar 2.2) (Cronizer et al. 2006).

Pada kondisi normal, asam sinamat diubah menjadi asam p‐ koumarat (C6‐C3, Gambar 1.5a)
atau p‐koumaroil‐CoA dengan bantuan enzim sinamat 4‐hidroksilase atau p‐koumarat:CoA
ligase. Asam p‐koumarat kemudian dikonversi menjadi asam kafeat (C6‐C3). Pada awalnya,
diketahui bahwa asam kafeat merupakan prekursor langsung untuk sintesis asam 5‐O‐

7
kafeoilquinat yang banyak terdapat di buah dan sayuran. Namun hasil penelitian di bidang
biologi molekular terbaru menyebutkan bahwa rute utama dalam sintesis senyawa tersebut
adalah melalui p‐koumaroil‐CoA (Gambar 2.2) (Cronizer et al. 2006).

Asam kafeat yang didapat dari hasil konversi asam p‐ koumarat kemudian
diubah menjadi asam ferulat (C6‐C3) dengan bantuan enzim asam kafeat/5‐hidroksiferulat
O‐metiltransferase. Asam ferulat yang terbentuk dapat diubah menjadi asam sinapat (C6‐
C3) melalui produk antara 5‐hidroksiferulat (Gambar 2.2). Kedua asam tersebut, ferulat dan
sinapat, merupakan precursor untuk sintesis lignin (Cronizer et al. 2006).

Flavonoid dan stilben memiliki jalur yang sedikit berbeda dari senyawa fenolik lainnya. Jika senyawa
fenolik lain hanya diawali dari jalur shikimate, maka pada biosintesis flavonoid dan stilben
melibatkan juga produk dari jalur asam malonat (Gambar 2.1). Flavonoid (Gambar 1.7) memiliki dua
cincin benzen yang dihubungkan oleh tiga buah atom karbon (C6‐C3‐C6). Cincin benzen B dan
jembatan C3 pada flavonoid berasal dari p‐koumaril‐ CoA yang merupakan produk turunan dari
asam 3‐dehidrosikimat dari jalur shikimate (Gambar 2.1). Produk dari jalur malonat, yaitu malonil‐
CoA, digunakan sebagai cincin A pada flavonoid. Seperti halnya flavonoid, stilben juga merupakan
produk hasil kondensasi p‐koumaril‐CoA dan malonil‐CoA (Cronizer et al. 2006).

Malonil‐CoA dari jalur asam malonat didapat dari asetil‐CoA. Perubahan asetil‐CoA menjadi malonil‐
CoA dibantu oleh enzim asetil‐CoA karboksilase. Sebenarnya asetil‐CoA dapat terbentuk di berbagai
bagaian sel tumbuhan, seperti mitokondria, plastid, peroksisom, dan sitosol. Namun demikian,
asetil‐CoA untuk sintesis malonil‐CoA pada biosintesis flavonoid dan stilben terbentuk di sitosol. Di
sitosol, enzim ATP‐sitrat liase mengonversi sitrat, ATP, dan Co‐A menjadi asetil‐CoA, oksaloasetat,
ADP, dan inorganik fosfat (Davies dan Schwinn 2006).

A. Flavonoid

Gambar 2.3 memperlihatkan tahapan‐tahapan biosintesis flavonoid. Kalkon sintase merupakan


enzim yang mengatalis reaksi antara 1 molekul p‐koumaril‐CoA dengan 3 molekul malonil‐CoA
membentuk narigenin‐kalkon. Pada beberapa tanaman, meskipun sangat jarang, malonil‐CoA yang
digunakan untuk menyintesis kalkon ini dapat digantikan oleh kafeoil‐CoA atau feruloil‐CoA (Davies
dan Schwinn 2006). Jika enzim kalkon sintase berinteraksi dengan enzim kalkon reduktase,
maka produk yang dihasilkan adalah 2’‐isoliquiritigenin. Perbedaan antara kedua senyawa

8
tersebut (narigenin‐kalkon dan 2’‐isoliquiritigenin) yaitu tidak terdapatnya gugus 2’‐hidroksi
pada 2’‐isoliquiritigenin.

Narigenin‐kalkon dikonversi menjadi narigenin oleh enzim kalkon isomerase


(CHI) tipe 1. Terdapat dua jenis enzim kalkon isomerase (CHI) pada tanaman, yaitu CHI tipe 1
dan CHI tipe 2. CHI tipe 1 adalah enzim yang terdapat di semua jenis tanaman, baik itu
kacang‐kacangan maupun bukan kacang‐kacangan. Enzim ini hanya dapat mengonversi
narigenin‐kalkon menjadi narigenin (flavanon, C15). Sebaliknya, enzim CHI tipe 2 yang hanya
terdapat di tanaman kacang‐kacangan tidak hanya dapat mengonversi narigenin‐kalkon
menjadi narigenin, namun juga dapat mengonversi 2’‐ isoliquiritigenin menjadi liquiritigenin
(flavon, C15) (Gambar 2.3) (Cronizer et al. 2006).

Flavanon naringenin dan flavon liquiritigenin merupakan bahan baku untuk memproduksi
falvonoid dari golongan isoflavon. Narigenin dan liquiritigenin berturut‐turut dikonversi
menjadi isoflavon genistein dan daidzein oleh enzim flavon sintase. Metilasi pada atom
karbon nomor 7 dan atom oksigen yang terikat di karbon nomor 4’ (cara penomoran dapat
dilihat pada Gambar 1.7c) pada daidzein menghasilkan senyawa isofalvon lainnya, secara
berturut‐turut yaitu isoformonetin dan formononetin. Reaksi metilasi tersebut dikatalisis
oleh enzim isoflavon‐ Ometiltransferase (Gambar 2.3) (Cronizer et al. 2006).

Reaksi oksidasi terhadap naringenin dapat menghasilkan senyawa flavonoid


dari golongan flavon. Reaksi ini dibantu dengan enzim flavon sintase dan membutuhkan
hadirnya NADPH serta oksigen. Senyawa flavon yang dihasilkan yaitu apigenin (Gambar2.3)
(Cronizer et al. 2006).

Selain menjadi substrat untuk senyawa dari golongan isoflavon dan flavon,
naringenin juga digunakan sebagai subtract untuk membetuk senyawa dari golongan
dihidroflavonol/ flavanonol. Enzim flavanon 3‐hydroksilase membantu terjadinya reaksi
hidroksilasi naringenin pada atom karbon nomor 3 membentuk senyawa dihidrokaemferol
(flavanonol). Hidroksilasi lebih lanjut terhadap dihidrokaemferol pada atom C nomor 3’ yang
dikatalisis oleh enzim flavonol 3’‐hidroksilase menghasilkan senyawa dihidroquersetin
(flavanonol). Selain dihidroksilasi, dihidrokaemferol juga dapat dikonversi menjadi
kaemferol yang merupakan senyawa dari golongan flavonol melalui pembentukan ikatan
rangkap dengan katalis enzim flavonol sintase (Gambar 2.3) (Cronizer et al. 2006).

Senyawa flavonoid dari golongan leukosianidin dibentuk dari dihidroquersetin


dengan katalis enzim dihidroflavonol 4‐ reduktase. Golongan leukosianidin ini merupakan
senyawa penting pada tanaman dalam memproduksi tanin terkondensasi. Enzim
leukosianidin 4‐reduktase secara langsung mengatalisis perubahan leukosianidin menjadi
(+)‐katekin (golongan flavan‐ 3ol). Isomer (+)‐katekin, yaitu (‐)‐epikatekin, merupakan

9
senyawa dari golongan flavan‐3ol yang banyak terdapat di tanaman, terutama teh. Berbeda
dengan isomernya, (‐)‐epikatekin tidak secara langsung terbentuk dari leukosianidin.
Pertama, dengan katalis enzim leukosianidin deoksigenase leukosianidin dikonversi terlebih
dahulu menjadi sianidin (golongan antosianidin). Sianidiinilah yang kemudian diubah
menjadi (‐)‐epikatekin oleh enzim antosianidin reduktase. Tanin terkondensasi didapat dari
hasil polimerasi leukosianidin dan flavan‐3ol (Cronizer et al. 2006).

Enzim‐enzim yang terlibat dalam biosintesis flavonoid pada umumnya merupakan


enzim yang berlokasi di sitosol tanaman. Produk akhir dari biosintesis flavonoid tersebut
kemudian diangkut menuju subselular atau extraselular. Flavonoid yang terlibat sebagai
pigmen dalam tanaman kebanyakan diangkut menuju vakuola (Davies dan Schwinn 2006).

B. Stilben

Seperti halnya flavonoid, stilben juga disintesis dengan menggunakan satu molekul
p‐komaroil‐CoA dan tiga molekul malonil‐CoA (Gambar 2.3). Jika dalam sintetis flavonoid
enzim yang berperan dalam mengondensasi keempat molekul tersebut adalah enzim kalkon
sintase, maka pada biosintesis stilben, enzim yang digunakan adalah stilben sintase. Enzim
stilben sintase dan kalkon sintase memiliki struktur kimia yang sangat mirip sehingga
dipercaya kedua enzim tersebut merupakan enzim dari golongan yang sama, yaitu enzim
poliketida. Perbedaan pada kedua enzim tersebut adalah enzim kalkon sintase selalu
terdapat di jaringan tanaman, sebaliknya enzim stilben sintase baru terbentuk jika
terinduksi oleh tekanan lingkungan. Tekanan lingkungan yang dimaksud seperti radiasi sinar
UV, trauma, dan infeksi (Cronizer et al.2006)

10

Anda mungkin juga menyukai