FITOKOMIA
Disusun oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas terstruktur mata kuliah botani farmasi berupa
makalah yang berjudul “Kandungan Flavonoid Sebagai Salah Satu Senyawa Golongan Fenolat dalam
Tumbuhan” dalam rangka memenuhi aspek penilaian mata kuliah Fitokimia yang berjumlah 3 SKS.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam upaya menambah pengetahuan
tentang kandungan senyawa golongan fenolat dalam tumbuhan. Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif /
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAPUS
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa aromatik.
Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang menyebabkan warna
pada bunga, kayu pohon tropis, bermacam-macam kapang dan lumut termasuk zat
alizarin.
Senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik yaitu cincin aromatik
yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzene, naftalen dan antrasen. Cincin
karboaromatik ini biasanya tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus
lainnya yang ekivalen ditinjau dari biogenetiknya. Oleh karena itu senyawa bahan alam
aromatic ini sering disebut sebagai senyawa-senyawa fenol walaupun sebagian
diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas.
Flavonoid merupakan salah satu senyawa golongan fenolat. Senyawa-senyawa ini
merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang
ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan
warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang,
biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan
seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1. Hidrogenasi asam keto menghasilkan asam hidroksi
2. Dekarboksilasi metabolisme asam keto-α-keto
Senyawa fenolat merupakan kelompok senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
hidroksil (OH) yang terikat pada cincin aromatis. Basis struktur dari kelompok senyawa
fenolat adalah fenol.
OH
Gambar 1. Fenol
4
Untuk mengidentifikasi asam fenolat bentuk ester harus dilakukan hidrolisis
basa, sedangkan bentuk glikosida harus dilakukan hidrolisis asam.
Senyawa fenolat mencakup kisaran kelompok senyawa kimia yang sangat besar dan
beragam. Kelompok senyawa ini dapat diklasifikasi menurut beberapa cara. Harborne dan
Simmonds (1964) menklasifikasi kelompok senyawa fenolat menjadi bebarapa grup
berdasarkan jumlah atom karbon dalam molekulnya (Tabel 1).
1. Fenolat yang terdistribusi luas tersebar di semua tanaman, atau peranan pentingnya dalam
tanaman tertentu
2. Fenolat yang terdistribusi terbatas sejumlah/terbatas senyawa yang telah diketahui
3. Kontituen fenolat yang eksis sebagai polimer.
5
Flobafen Polimer
Fenol/Fenolat banyak terdapat di alam biasanya berasal dari bahan – bahan organik
yang telah membusuk atau bahan – bahan yang terdapat di alam.
Misalnya saja bahan – bahan yang mengandung lignin karena di dalam ligninlah terdapat
gugus fenol yang nantinya bisa diuraikan melalui beberapa proses misalnya dengan
hidrolisis, pirolisis, ekstraksi dan lain- lain
a. Biosintesis
Berdasarkan biosintesis dapat terbagi menjadi: asam fenolat turunan asam benzoat dan
asam fenolat turunan asam sinamat
Asam fenolat turunan asam benzoat berasal dari hasil degradasi senyawa antosianin,
sedangkan asam fenolat turunan asam sinamat termasuk golongan senyawa fenil propanoid.
- Asam fenolat turunan benzoat
Misal: asam vanilat, asam galat, asam para hidroksi benzoat, asam ptotokatekuat,
asam siringat, asam gentisat dan asam salisilat.
Asam vanilat
6
- Asam fenolat turunan asam sinamat
Asam fenolat turunan asam sinamat meliputi asam para-kumarat, asam
ferulat, asam kafeat dan asam sinapat.
Pada kondisi normal, asam sinamat diubah menjadi asam p‐ koumarat (C6‐C3, Gambar 1.5a)
atau p‐koumaroil‐CoA dengan bantuan enzim sinamat 4‐hidroksilase atau p‐koumarat:CoA
ligase. Asam p‐koumarat kemudian dikonversi menjadi asam kafeat (C6‐C3). Pada awalnya,
diketahui bahwa asam kafeat merupakan prekursor langsung untuk sintesis asam 5‐O‐
7
kafeoilquinat yang banyak terdapat di buah dan sayuran. Namun hasil penelitian di bidang
biologi molekular terbaru menyebutkan bahwa rute utama dalam sintesis senyawa tersebut
adalah melalui p‐koumaroil‐CoA (Gambar 2.2) (Cronizer et al. 2006).
Asam kafeat yang didapat dari hasil konversi asam p‐ koumarat kemudian
diubah menjadi asam ferulat (C6‐C3) dengan bantuan enzim asam kafeat/5‐hidroksiferulat
O‐metiltransferase. Asam ferulat yang terbentuk dapat diubah menjadi asam sinapat (C6‐
C3) melalui produk antara 5‐hidroksiferulat (Gambar 2.2). Kedua asam tersebut, ferulat dan
sinapat, merupakan precursor untuk sintesis lignin (Cronizer et al. 2006).
Flavonoid dan stilben memiliki jalur yang sedikit berbeda dari senyawa fenolik lainnya. Jika senyawa
fenolik lain hanya diawali dari jalur shikimate, maka pada biosintesis flavonoid dan stilben
melibatkan juga produk dari jalur asam malonat (Gambar 2.1). Flavonoid (Gambar 1.7) memiliki dua
cincin benzen yang dihubungkan oleh tiga buah atom karbon (C6‐C3‐C6). Cincin benzen B dan
jembatan C3 pada flavonoid berasal dari p‐koumaril‐ CoA yang merupakan produk turunan dari
asam 3‐dehidrosikimat dari jalur shikimate (Gambar 2.1). Produk dari jalur malonat, yaitu malonil‐
CoA, digunakan sebagai cincin A pada flavonoid. Seperti halnya flavonoid, stilben juga merupakan
produk hasil kondensasi p‐koumaril‐CoA dan malonil‐CoA (Cronizer et al. 2006).
Malonil‐CoA dari jalur asam malonat didapat dari asetil‐CoA. Perubahan asetil‐CoA menjadi malonil‐
CoA dibantu oleh enzim asetil‐CoA karboksilase. Sebenarnya asetil‐CoA dapat terbentuk di berbagai
bagaian sel tumbuhan, seperti mitokondria, plastid, peroksisom, dan sitosol. Namun demikian,
asetil‐CoA untuk sintesis malonil‐CoA pada biosintesis flavonoid dan stilben terbentuk di sitosol. Di
sitosol, enzim ATP‐sitrat liase mengonversi sitrat, ATP, dan Co‐A menjadi asetil‐CoA, oksaloasetat,
ADP, dan inorganik fosfat (Davies dan Schwinn 2006).
A. Flavonoid
8
tersebut (narigenin‐kalkon dan 2’‐isoliquiritigenin) yaitu tidak terdapatnya gugus 2’‐hidroksi
pada 2’‐isoliquiritigenin.
Flavanon naringenin dan flavon liquiritigenin merupakan bahan baku untuk memproduksi
falvonoid dari golongan isoflavon. Narigenin dan liquiritigenin berturut‐turut dikonversi
menjadi isoflavon genistein dan daidzein oleh enzim flavon sintase. Metilasi pada atom
karbon nomor 7 dan atom oksigen yang terikat di karbon nomor 4’ (cara penomoran dapat
dilihat pada Gambar 1.7c) pada daidzein menghasilkan senyawa isofalvon lainnya, secara
berturut‐turut yaitu isoformonetin dan formononetin. Reaksi metilasi tersebut dikatalisis
oleh enzim isoflavon‐ Ometiltransferase (Gambar 2.3) (Cronizer et al. 2006).
Selain menjadi substrat untuk senyawa dari golongan isoflavon dan flavon,
naringenin juga digunakan sebagai subtract untuk membetuk senyawa dari golongan
dihidroflavonol/ flavanonol. Enzim flavanon 3‐hydroksilase membantu terjadinya reaksi
hidroksilasi naringenin pada atom karbon nomor 3 membentuk senyawa dihidrokaemferol
(flavanonol). Hidroksilasi lebih lanjut terhadap dihidrokaemferol pada atom C nomor 3’ yang
dikatalisis oleh enzim flavonol 3’‐hidroksilase menghasilkan senyawa dihidroquersetin
(flavanonol). Selain dihidroksilasi, dihidrokaemferol juga dapat dikonversi menjadi
kaemferol yang merupakan senyawa dari golongan flavonol melalui pembentukan ikatan
rangkap dengan katalis enzim flavonol sintase (Gambar 2.3) (Cronizer et al. 2006).
9
senyawa dari golongan flavan‐3ol yang banyak terdapat di tanaman, terutama teh. Berbeda
dengan isomernya, (‐)‐epikatekin tidak secara langsung terbentuk dari leukosianidin.
Pertama, dengan katalis enzim leukosianidin deoksigenase leukosianidin dikonversi terlebih
dahulu menjadi sianidin (golongan antosianidin). Sianidiinilah yang kemudian diubah
menjadi (‐)‐epikatekin oleh enzim antosianidin reduktase. Tanin terkondensasi didapat dari
hasil polimerasi leukosianidin dan flavan‐3ol (Cronizer et al. 2006).
B. Stilben
Seperti halnya flavonoid, stilben juga disintesis dengan menggunakan satu molekul
p‐komaroil‐CoA dan tiga molekul malonil‐CoA (Gambar 2.3). Jika dalam sintetis flavonoid
enzim yang berperan dalam mengondensasi keempat molekul tersebut adalah enzim kalkon
sintase, maka pada biosintesis stilben, enzim yang digunakan adalah stilben sintase. Enzim
stilben sintase dan kalkon sintase memiliki struktur kimia yang sangat mirip sehingga
dipercaya kedua enzim tersebut merupakan enzim dari golongan yang sama, yaitu enzim
poliketida. Perbedaan pada kedua enzim tersebut adalah enzim kalkon sintase selalu
terdapat di jaringan tanaman, sebaliknya enzim stilben sintase baru terbentuk jika
terinduksi oleh tekanan lingkungan. Tekanan lingkungan yang dimaksud seperti radiasi sinar
UV, trauma, dan infeksi (Cronizer et al.2006)
10