Disusun oleh :
Wulandari
010114a128
PSIK/Kelas B/V
A. PENGERTIAN
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur)
yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium
bisa menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah
menyebar ke hati dan paru – paru.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak
normal, cepat dan tidak terkendali
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker
yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur.
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui
gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam
stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista.
Kanker ovarium adalah bagian dari karsinoma sel skuamosa ovarium yang
dapat tumbuh dalam setiap epitel berlapis skuamosa atau mukosa yang mengalami
metaplasia skuamosa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau
kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium
atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak
terkendali.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi
1. Alat kelamin luar
a. Mons pubis
Mons pubis adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan
padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simpisis pubis. Mons
banyak mangandung banyak kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi
rambut berwarna hitam, kasar dan ikal pada masa pubertas, yakni sekitar
satu sampai dua bulan sebelum wanita haid.
b. Labia mayora
Labia mayora sangat sensitis terhadap sentuhan, nyeri dan suhu tinggi. Hal
ini di akibatkan adanya saraf – saraf yang menyebar luas, yang juga
berfungsi selama rangsangan seksual.
c. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit, dan tidak berambut yang memanjang kearah bawah dari
bawah kritoris ddan menyatu dengan fourchette. Sementara bagiian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan media labia minora
sama dengan mukosa vagina : merah muda kemerahan dan memungkinkan
labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus spesifik.
Kelenjar – kelenjar labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat
banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi
erotiknya. Ruangan di antara labia minora disebut vestibulum.
d. Kritoris
Kelenjar sebasea kritoris menyekresi sigma, suatu substansi lemak seperti keju
yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon (senyawa organic
yang memfasilitasi komunikasi olfaktorius dengan anggota lain pada spesies
yang sama untuk membangkitkan respon tertentu, yang dalam hal ini adalah
stimulasi erotis pada pria). Fungsi utama kritoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan ketegangan seksual.
e. Prepusium kritoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah menjadi
bagian media dan lateral. Bagian lateral menyatu dibagian atas kritoris dan
membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian media
menyatu dibagian bawah kritoris untuk membentuk frenulum. Kadang –
kadang prepusium menutupi kritoris. Akibatnya, daerah ini terlihat seperti suatu
muara yang dapat disalah artikan sebagai meatus uretra, bila perawat tidak
mengidentifikasi struktur – struktur dalam vulva dengan seksama. Usaha
memasukan kateter ke daerah yang sensitif ini dapat menimbulkan rasa yang
tidak nyaman.
f. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan tranversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah
orifisium vagina.
g. Perineum
Perineum adalah daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus.
Fisiologi
C. KLASIFIKASI CA OVARIUM
STADIUM II –> Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke
Panggul
STADIUM III –> Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor
terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas
ke usus besar atau omentum.
1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif
tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya
pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2
cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar
getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis
jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium
4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
D. ETIOLOGI
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila
timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan,
membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, seringkali
sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat
didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium
hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting dalam
patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker
ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis Incessant Ovulatio
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla pada tahun 1972, yang
menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel
ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum
penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan
akan terganggu dan kacau sehingga dapat menimbulkan proses transformasi
menjadi sel – sel tumor.
2. Hipotesis Gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang pada data
epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium
pada beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan
bahwa jika kadar hormon esterogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon
gonadotropin akan mengikat. Peningkatan kadar hormon goonadotropin ini
ternyata berhubungan dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium pada
binatang tersebut.
Kelenjar ovarium yang telah terpapar pada zat karsiogenik dimetil benzzatrene
(DMBA) akan terjadi tumor ovarium jika ditransplantasikan pada tikus yang telah
dioovorektomi, Tetapi tidak menjadi tumor jinak tikus tersebut telah
dihipofisektomi.
3. Hipotesis Androgen
Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan data
epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium
pada beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan
bahwa jika kadar hormon estrogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon
gonadotropin akan meningkat. Peningkatan kadar gonadotropin ini ternyata
berhubungan dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium pada binatang
tersebut.
4. Hipotesisi Progesteron
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh androgen,
progesteron ternyata memiliki peranan protektif terhadap terjadinya kanker
ovarium. Epitel normal ovarium mengandung reseptor progesteron.
Penelitian pada ayam gallus domesticus menemukan 3-year incidence
terjadinya kanker ovarium secara spontan pada 24% ayam yang berusia lebih dari
dua tahun. Dengan pemberian makanan yang mengandung pil kontrasepsi ternyata
menurunkan insiden terjadinya kanker ovarium. Penurunan insiden ini ternyata
makin banyak jika ayam tersebut hanya diberikan progesteron.
Percobaan pada kera macaque, progesteron menginduksi terjadinya apoptosis
sel epitel ovarium, sedangkan esterogen menghambatnya Pemberian pil yang
mengandung esterogen saja pada wanita pasca menopause akan meningkatkan
terjadinya resiko kanker ovarium, sedangkan pemberian kombinasi dengan
progesteron akan menurunkan resikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron
tinggi, menurunkan kanker ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko
terjadinya kanker ovarium. Demikian juga yang hanya mengandung progesteron
yang menekan ovulasi juga menurunkan resiko kanker ovarium. Akan tetapi,
pemakaian depo medroksiprogesteron asetat ternyata tidak menurunkan resiko
terjadinya kanker ovarium.
5. Paritas
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki resiko
terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah dari pada nulipara,yaitu dengan
resiko relatif 0,7.pada wanita yang mengalami 4 atau lebih kehamilan
anterm,resiko terjadinya kanker ovarium berkurang sebesar 40% dibandingkan
dengan wanita nulipara.
6. Pil Kontrasepsi
Penelitian dari center of disease control menemukan penurunan resiko
terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang
memakai pil kontrasepsi ,yaitu dengan rsiko relatif 0,6.
Penelitian lain melaporkan juga bahwa pemakaian pil kontrasepsi selama 1
tahun menurunkan resiko sampai 11%,sedangkan pemakaian sampai 5 tahun
menurunkan resiko sampai 50. Penurunan resiko semakin nyata dengan semakin
lama pemakaiannya.
7. Talk
Pemakaian talk(bydrous magnesium silicate)pada daerah perinium dilaporkan
meningkatkan resiko terjadinya kanker ovarium dengan resiko relatif 1,9%.akan
tetapi, penelitian prospektif yang mencangkup kohort 78.000 wanita ternyata tidak
mendukung teori diatas . Meskipun 40% kohort melaporkan pernah memakai talk,
hanya sekitar 15% yang memakainya setip hari. Resiko relatif terkena kanker
ovarium pada yang pernah memakai talk tidak meningkat (RR 1,1). Demikian juga
bagi yang selalu memakainya.
8. Terapi hormon pengganti pada masa menopause
Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause (Menopausal
Hormone Therapy = MHT) dengan esterogen saja selama 10 tahun meningkatkan
resiko relatif 2,2. Sementara itu, jika masa pemakaian MHT selama 20 tahun atau
lebih, resiko relatif meningkat menjadi 3,2. Pemakaian MHT dengan esterogen
yang kemudian diikuti dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan
meningkatnya resiko relatif menjadi 1,5.
Oleh karena itu, MHT, khususnya dengan esterogen saja, secara nyata
meningkatkan resiko relatif terkena kanker ovarium. Pemakaian MHT dengan
kombinasi esterogen dan progestin, meskipun lebih aman dati MHT dengan
esterogen saja, untuk jangka panjang tidak dianjurkan lagi sebagai salah satu terapi
suportif bagi wanita yang telah menopause.
9. Obat – obat yang meningkatkan kesuburan
Obat – obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang
diberikan secara oral, dan obat – obat gonadotropin yang diberikan dengan
suntikan seperti Follicle stimulating hormone (FSH), kombinasi FSH dengan
Luteinizing bormone (LH), akan menginduksi terjadinya ovulasi atau multipel
ovulasi.
Menurut hipotesis incessant ovulation dan hipotesis gonadotropin, pemakaian
obat penyubur ini jelas akan meningkatkan resiko relatif terjadinya kanker
ovarium. Pemakaian klomifen sitrat yang lebih dari 12 siklus akan meningkatkan
resiko relatif menjadi 11. Kanker ovarium yang terjadi adalah kanker ovarium jenis
borderline.
10. Faktor herediter
a. Riwayat keluarga dengan kanker ovarium
Dari studi metanalisis pada tahun 1988 ditemukan resiko relatif yang
meningkat dan berbeda pada anggota keluarga lapis pertama. Ibu dari penderita
kanker ovarium resiko relatifnya 1,1, saudara perempuan relatifnya 3,8, anak
dari penderita kanker ovarium resiko relatifnya.
b. BRCA gen dan kanker ovarium
Antara 5%-10% kanker ovarium dianggap bersifat herediter. Kelompok kanker
ovarium ini termasuk dalam sindroma hereditary breast and ovarial cancer
(HBOC) dan disebabkan oleh terjadinya mutasi di gen BRCA1 dan BRCA2.
Gen BRCA1 adalah suatu gen yang terletak di kromosom 17q12-21, sedangkan
BRCA2 terletak di kromosom 13q12. Wanita dengan gen BRCA1 yang telah
bermutasi, mempunyai resiko terkena kanker ovarium sebesar 40%-60%, dan
resiko terkena kanker payudara sebesarr hampir 90%. Resiko terkena kanker
tuba falopii juga meningkat 50-120 kali jika dibandingkan dengan wanita yang
bukan carrier/pembawa sifat gen BRCA1. Resiko untuk menderita kanker
peritonium primer juga meningkat dengan resiko relatif 45.
Gen lain yang berkaitan dengan kanker ovarium adalah gen BRCA2 yang
terletak pada kromosom 13q12. Resiko untuk menderita kanker ovarium pada
wanita pembawa gen BRCA2 yang telah bermutasi lebih rendah daripada
resiko pembawa gen BRCA1 yang bermutasi, yaitu 16%-27%. Kanker ovarium
pada pembawa gen BRCA1 dan BRCA2 yang telah bermutasi terjadi pada usia
51,2 tahun dan 57,5 tahun.
c. Gen mismatch DNA repair
Kanker ovarium juga merupakan bagian dari sindroma hereditary nonpolyposis
colorectak cancer (HNPCC). HNPCC adalah suatu kelainan yang disebabkan
oleh autosomal dominant disorder yang berkaitan dengan kerusakan gen yang
bertanggung jawab atas terjadinya reparasi yang tidak normal dari DNA.
Meskipun HNPCC terutama berkaitan dengan terjadinya kanker kolon pada
usia yang lebih muda, HNPCC ini ternyata juga ditandai dengan meningkatnya
resiko sejumlah kanker ekstrakolon seperti kanker endometrium , kanker
ovarium, kanker lambung, kanker usus halus, dan kanker traktus urinarius.
Resiko terjadinya kanker ovarium pada usia 70 tahun pada penderita HNPCC
adalah 12%, lebih tinggi dari masyarakat umum yang resikonya hanya 1,4%.
Meskipun resikonya tidak setinggi resiko penderita dengan mutasi gen BRCA1
dan BRCA2, resiko terjadinya kanker ovarium pada kelompok ini masih 8-9
kali lebih besar dari resiko pada masyarakat umum.
Beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit kanker ovarium yaitu :
\
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70%
penderita kanker ovarium sudah dalam stadium lanjut.
Gejala kanker ovarium yang sering ditemukan :
a. Nyeri tekan pada pelvis
b. Gangguan haid/Menopause lebih dini
c. Perut buncit
d. Gangguan fungsi saluran cerna
e. Berat badan turun secara nyata
f. Perdarahan pervaginam yang tidak normal
g. Gangguan saluran kencing/ sering berkemih
h. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan panggul)
i. Rasa tertekan pada rongga panggul (nyeri saat bersegama)
j. Nyeri punggung
k. Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut
l. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut.
F. PENATALAKSANAAN
a. Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan pengangkatan
ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya (saluran indung telur).
b. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan kedua
ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.
c. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan kedua
ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang dilakukan
dengan :
a. Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik), pada saat anamnesis
pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai sakit yang dirasakan
beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat dalam rekam medik.
b. Tes laboratorium, Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes
laboratorium di mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan
empedu atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulang.
c. X-ray, merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan
gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa
tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan,
sedangkan udara memberikan warna hitam.
d. Pencitraan lain
Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah
memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan
menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang secara
alamiah dihasilkan oleh tubuh.
Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja dengan
cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel kanker (yang
berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan memecah glukosa lebih
cepat/banyak daripada sel-sel normal.
e. CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk
mencitrakan bagian dalam tubuh.
H. KOMPLIKASI
1. Penyebaran kanker ke organ lain
2. Progressive function loss of various organs Fungsi progresif hilangnya berbagai
organ.
3. Ascites (fluid in the abdomen) Ascites (cairan di perut)
4. Intestinal Obstructions Usus Penghalang
H. PENCEGAHAN
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker indung telur, termasuk:
1. Kontrasepsi oral(pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah
menggunakan mereka, para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama
lima tahun atau lebih mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai
dengan ACS.
2. Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko
Anda mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat mengurangi
risiko kanker ovarium.
3. Tubal ligasi atau histerektomi. Setelah tabung Anda diikat atau memiliki
histerektomi dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami kanker
ovarium dapat memilih untuk memiliki indung telur mereka diangkat sebagai cara
untuk mencegah penyakit. Operasi ini, dikenal sebagai profilaksis ooforektomi,
dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites positif untuk mutasi gen
BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah keluarga yang kuat payudara dan
kanker ovarium, bahkan jika tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi.
Muntagen makanan
Genetik
Infertilitas (kemandulan) KISTA
Terapi pengganti hormon Induksi epitel stroma
Kontrasepsi pil (oral)
Ketidak seimbangan hormon esterogen progresteron
Rangsangan hormon esterogen
Poliferasi kista
Efek samping
Pengaruh anestesi Komplikasi KV Maligna Menekan organ disekitar ovarium
MK :ansietas MK : Eliminasi
MK : Gg. Konsep diri
BAB, konstipasi
J. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CA OVARIUM
Pengkajian Data
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data
yang akurat dan sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola
pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa
keperawatan
1. Data Subyektif (S)
a. Biodata
Nama :
Umur : Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam
masa reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh
lebih muda
Pendidikan :Makin rendah pendidikan ibu, maka pengetahuan ibu
tentang penyakitnya makin kecil sehingga kesadaran untuk
deteksi dini dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
kurang
b. Keluhan utama
Pada Stadium Awal biasanya ibu mengeluhkan adanya gangguan haid (siklus
tidak teratur, peningkatan ketegangan premenstuasi, menoragi), Nyeri tekan
payudara, Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum), Sering
berkemih (tumor menekan vesika urinaria), Nyeri spontan panggul
(pembesaran ovarium), Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan
daerah panggul), pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut. Pada Stadium Lanjut keluhan yang ada adalah Perut membuncit,
Kembung dan mual (rasa begah saat makan dalam jumlah sedikit), Gangguan
nafsu makan, Gangguan BAB dan BAK, Sesak nafas, Dyspepsia
c. Riwayat kebidanan
c. Riwayat KB
Penggunaan KB hormon estrogen dalam jangka waktu lama tanpa kombinasi
progesteron dapat meningkatkan risiko kanker ovarium
d. Riwayat kesehatan
Adanya ibu atau saudara perempuan yang menderita kanker ovarium dapat
menjadi faktor risiko terkena kanker ovarium
1) Nutrisi
Diet tinggi lemak dapat memicu kanker ovarium.
Pada ibu kanker ovarium, dapat terjadi mual, makan sedikit perut terasa
penuh dan adanya gangguan nafsu makan
2) Aktivitas
Pada wanita dengan kanker serviks merasakan sesak napassehingga
kemungkinan mengganggu aktivitas
3) Istirahat
Pada ibu dengan kanker serviks biasanya mengalami keluhan sesak,
sehingga ibu memerlukan istirahat dengan posisi bantal agak ditinggikan
4) Personal hygiene
Ibu dengan pemberian bedak tabur pada daerah perineal akan
meningkatkan risiko kanker ovarium
5) Eliminasi
Pada ibu kanker ovarium sering berkemih pada stadium awal. Pada
stadium lanjut terdapat gangguan BAB dan BAK
6) Seksual
Ibu dengan kanker ovarium biasanya mengalami nyeri saat bersenggama
7) Kebisaan
Ibu perokok dan pengkonsumsi alkohol meningkatkan risiko kanker
ovarium
Pada inspeksi mata (konjunctiva) dan muka dapat pucat jika ibu disertai
anemia
Rambut dapat terjadi kerontokan pada saat ibu menjalani kemoterapi
Kulit dapat menjadi lebih gelap saat menjalani kemoterapi
Pada inspeksi genitalia
Auskultasi
Terdapat bunyi weezing saat bernapas
Perkusi
Terdapat bunyi pekak pada ibukanker ovarium dengan efusi pleura
Terdapat meteorismus pada perut
c. Pemeriksaan khusus
Diagnosa Keperawatan
Intervensi :
a. Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan riwayat tumor.
Tentukan apakah dokter telah mengatakan pada klien, dan apa kesimpulan pasien
yang dicapai. Rasional: Membantu mengidentifikasi rasa takut dan kesalahan
konsep berdasarkan pada pengalaman dengan kanker
d. Bantu klien / orang terdekat dalam mengenali dan mengklasifikasi rasa takut untuk
memulai mengembangkan strategi koping untuk menghadapi rasa takut ini.
Rasional: Keterampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase
pengobatan yang berbeda. Dukungan dan konseling sering perlu untuk
memungkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut untuk meyakini
bahwa strategi kontrol / koping tersedia.
Intervensi:
a) Kaji pasien / orang yang terdekat terhadap berduka yang mengalami, jelaskan
proses sesuai kebutuhan. Rasional: Pengetahuan tentang proses berduka
memperkuat, normalitas perasaan / reaksi apa yang dihadapi, dialami klien
b) Kunjungi dengan sering dan berikan kontak fisik, dengan tepat / sesuai kebutuhan.
Rasional: Membantu mengurangi perasaan isolasi dan diabaikan.
c) Tinjau ulang pengalaman hidup masa lalu, perubahan peran dan keterampilan
koping. Rasional: Kesempatan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dapat
membantu individu menghadapi berduka terhadap situasi baru secara efektif
d) Rujuk pada program komunitas bila tepat. Rasional: Memberikan dukungan dalam
pemenuhan kebutuhan fisik, memberikan dukungan emosional klien / orang
terdekat.
3. Gangguan harga diri b/d biofisikal, kecacatan bedah, efek samping kemoterapi, ragu
mengenai penerimaan oleh orang lain, takut serta cemas.
Intervensi:
a) Diskusikan dengan pasien / orang terdekat bagaimana diagnosa dan pengobatan
yang mempengaruhi kehidupan pribadi klien. Rasional: Membantu dalam
memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
b) Dorong diskusi tentang / pecahkan masalah tentang efek pengobatan pada peran
sebagai ibu rumah tangga. Rasional: Dapat membantu menurunkan masalah yang
mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit
c) Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami. Berikan informasi bahwa konseling
penting dalam proses adaptasi. Rasional: Memvalidasi realitas perasaan pasien dan
memberikan izin untuk tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi
4. Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi, efek samping berbagai terapi saraf
Intervensi:
a) Kaji tingkat nyeri, lokasi, frekuensi dan durasi. Rasional: Informasi memberikan
data dasar untuk mengevakuasi keefektifan intervensi.
d) Berikan analgesic sesuai indikasi. Rasional: Nyeri adalah komplikasi sering dari
tumor, meskipun respons individual berbeda.
Intervensi :
a) Monitoring intake dan output urine. Rasional : mengetahui balance cairan pada
pasien.
Intervensi :
a) Monitor tanda dan gejala konstipasi. Rasional : mengetahui tanda dan gejala dari
konstipasi
b) Monitoring feses : frekuensi,konsistensi dan volume. Rasional : mengidentifikasi
feses.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, A-Z Kanker Indung Telur , http://www.Conetique.com diakses 7 Oktober
2016
Busmar, Boy, 2006, Kanker ovarium dalam Aziz, M. Farid, dkk., Buku Acuan Nasional
Onkologi Ginekologi, Cetakan I. Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Jakarta.
NANDA. 2015. Nursing Diagnosa Prinsip dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC