Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak ditgerima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Yusuf, 2015).

B. Rentang respons sosial


Menurut Yusuf (2015) suatu hubungan antarmanusia akan berada pada rentang respon
adaftif dan maladptif seperti tergambar di bawah ini.

Adaftif Maladaftif
 Menyendiri  Merasa sendiri  Manipulasi
 Otonomi  Menarik diri  Impulsif
 Bekerjasama  Tergantung  Narsisme
 Saling bergantung

a. Menyendiri
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya. Menyendiri umumnya dilakukan setelah
melakukan kegiatan.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untk menentukan dan menyamoaikan ide-ide
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerjasama/mutualisme
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal di mana individu tersebut
mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling bergantung
Merupakan suatu kondisi salng ketergantungan antar individu dengan orang lain
dalm membina hubungan interpersonal.

1
e. Kesepian/merasa sendiri
Merupakan kondisi di mana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya.
f. Menarik diri
Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
g. Ketergantungan/dependen
Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan hubungan sosial
jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan berpusat pada
masalah pengendalian oranglain, dan individu cenderung berorientasi pada diri
sendiri atau tujan, bukan pada orang lain.
h. Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap oranglain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
i. Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang buruk.
j. Narsisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik, pencemburu,
marah jika oranglain tidak mendukung (Damaiyanti, 2012).

C. Etiologi
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan
Sundeen dalam Damaiyanti (2012), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang
penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain yaitu:
1. Faktor predisposisi

2
a. Faktor prekembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi,
akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat
pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasis sayang, perhatian dan kehangatan
dari ibu/ pengasuh bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan diri tersebut
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan
di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar
anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
b. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada
yang menderita skizofrenia.
c. Faktor budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari oranglain merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh suatu keluarga seperti anggota
keluarga tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial. Kelanan struktur
otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan struktur limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
2. Faktor presipitasi
a. Stresor sosial budaya
Dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas
keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit
atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Stresor biokimia

3
1) Teori dopamin: kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik seta
tractus saraf dapt merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah
enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat
merupakan indikasi terjadinya skizofrenia
3) Faktor endokrin : jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
klienskizofrenia. Demikian pla prolaktin mengalami penurunan karena
dihambat.

D. Tanda dan gejala


Menurut Dermmawan (2013), tanda dan gejala dari isolasi sosial terdiri dari gejala
subjektif dan gejala objektif, sebagai berikut:
1. Gejala subjektif
a. Klien menceritakan perasaat kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Respons verbal kurang dan sangat singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tdak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa ditolak
2. Gejala objektif
a. Klin banyak diam dan tidak mau bicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri dikamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang terdekat
e. Klien tampak sedih, ekspresi dangkal dan datar
f. Kontak mata kurang

4
g. Kurang spontan
h. Apatis
i. Ekspresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkngan skitarnya
m. Masukan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urin dan feses
o. Aktivitas menurun
p. Kurang energy
q. Rendah diri
r. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur)

E. Mekanisme koping
Mmekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping yang
sering digunakan adalah regrasi, represi, dan isolasi. Sedangkan contoh sumber koping
yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga
dan teman, hubngan dengan hewan peliharaan, menggunakan keriatifitas untuk
mengekspretasikan stress interpersonal seperti kesenian musik atau tulisan (Stuart and
Sundeen dalam Dermmawan, 2013).

F. Penatalaksanaan
Menurut Dermmawan (2013), penatalaksanaan pada pasien dengan isolasi sosial adalah
sebagai berikut:
1. Therapy farmakologi
2. Elektri convulsive therapi (ECT)atau yang leih dikenal dengan elektroshockadalah
suatu terap psikiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam usaha
pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang
tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya. ECT bertujuan untuk
menginduksi suatu kejang klonik yang dapat memberi efek terapi setidaknya selama

5
15 menit. Kejang yang dimaksud ialah suatu kejang dimana seseorang kehilangan
kesadarannya dan mengalami rejatan.
3. Therapy kelompok
Merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama
dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang
terapis atau petugas kesehatan jiwa. Terapi ini bertujuan untuk memberi stimulus
bagi klien dengan gangguan interpersonal.
4. Therapy lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek
lingkungansehingga aspek lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam
kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan
erat dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan,
karena lingkungan tersebut akan memberi dampak baik pada kondisi fisik maupun
kondisi psikologis seseorang.

G. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakintenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa
lalu primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak sesuai
dengan kenyataan, sehingga berakibat menjadi risiko gangguan sensori persepsi:
halusinasi, mencederai diri sendiri, oranglain serta lingkungan dan penurunan aktivitas
sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri (Dalami, 2009 dalamDermmawan,
2013).

H. Asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial


1. Pengkajian
Menurut Yusuf (2015), pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien dengan isolasi
sosial adalah sebagai berikut:
a. Objektif
1) Apatis, ekspresi sedih dan afek tumpul

6
2) Menghindari oranglain, tampak menyendiri dan memisahkan diri dari
oranglain
3) Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan
orang lain
4) Tidak ada kontak mata dan sering menunduk
5) Berdiam diri dikamar
6) Menolak berhbungan dengan orang lain, memutuskan pembicaraan atau
pergi saat diajak bercakap-cakap
7) Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perawatan diri kurang dan
kegiatan rumah tangga tidak dilakukan
b. Subjektif
1) Pasien menjawab dengan singkat “ya”, “tidak”, “tidak tahu”
2) Pasien tidak menjawab sama sekali
2. Pohon masalah

Risiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

(Yusuf, 2015).

3. Diagnosa keperawatan
Menurut Yusuf (2015) diagnosa keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial
adalahisolasi sosial: menarik diri: menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.

7
4. Intervensi keperawatan
Menurut Dermawan (2013) intervensi keperawatan pasien dengan isolasi sosial
sebagai berikut:
No Diagnosa Tujuan Intervensi
keperawatan
1 isolasi sosial: Setelah dilakukan 1. Membina hubungan salng
menarik diri: tindakan keperawatan, percaya.
menarik diri pasien mampu: a. Mengucapkan salam setiap
berhubungan 1. Membna berinteraksi dengan orang
dengan harga hubungan saling lain
diri rendah. percaya b. Berkenalan dengan orang
2. Menghindari lain
penyebagian c. Menanyakan perasaan dan
isolasi sosial keluhan pasien saat ini
3. Berinteraksi d. Bat kontrak asuhan: apa
dengan orang lain yang saudaraakan lakukan
bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan, dan
tempatnya dimana.
e. Jelaskan bahwa saudara
akan merahasiakan
informasi yang
diperolehuntuk
kepentingan terapi
f. Setiap saat tunjukkan
sikapempati terhadap
pasien
g. Penuhi kebutuhan dasar
pasien bila memungkinkan

8
2. Membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial
a. Menanyakan pendapat
pasien tentang kebiasaan
berinteraksi dengan orang
lain
b. Menanyakan apa yang
menyebabkan pasien tidak
ingin berinteraksi dengan
orang lain
c. Membantu pasien
mengenal keuntungan
berkenalan dengan orang
lain

5. Evaluasi
MenurutDermawan (2013), evaluasi yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Pasien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah
b. Harga diri pasien menngkat
c. Pasien dapat melakukan interpersonal dengan orang lain
d. Pasien dapat melakukan kegiatan mandiri
e. Persiapan berinisiatif untuk berkomunikasi/melakukan komunikasi verbal

6. Dokumentasi asuhan keperawatan


Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan
yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi (Dermawan, 2013).

9
Daftar Pustaka

Damaiyanti, Mukripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. PT. Refika
Aditama.

Dermawan, Deden (2013). Keperawatan jiwa: konsep dan kerangka kerja asuhan
keperawatan jiwa. Yogyakarta:Gosyen Publishing.

Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika.

10

Anda mungkin juga menyukai